[BTS] Buku Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis.

22:42

[BTS] Buku Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis.


Hello! Balik lagi sama Behind The Story ya. Kali ini membawa cerita di balik lahirnya buku Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis.

Alhamdulillah di awal tahun 2019 anak kesembilan lahir atas bantuan Penerbit Pena Borneo. Yap! Masih dibantu Penerbit Pena Borneo lagi. Saya kan dapat voucher terbit gratis dua dari Penerbit Pena Borneo. Alhamdulillah banget, kan? Jadi anak kedelapan (My Creepy Love Story) dan anak kesembilan (Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis) lahir di bawah naungan Penerbit Pena Borneo.

Aku, GERD-Anxiety, dan Adenomiosis (AGAA) adalah buku non fiksi yang pertama saya tulis. Awalnya saya sempat bingung. Bingung bagaimana menulisnya. Karena, setahu saya kalau buku non fiksi bahasanya baku. Karena buku ini adalah kisah perjuangan selama dua tahun untuk sembuh dari GERD, Anxiety, dan Adenomiosis, akhirnya saya putuskan menulis seperti versi aslinya. Seperti menulis diary.

Mulai mengumpulkan materi, menelusuri semua catatan tentang GERD, Anxiety, dan Adenomiosis yang saya tulis. Mempelajari ulang semua catatan itu dan mulai menulis ulang. Memperbaiki typo dan kalimat yang kurang tepat. Seingat saya prosesnya selama satu bulan.

Sebelum memilih untuk mengirim naskah ini pada bulan Desember 2018 (batas akhir menggunakan voucher), saya sempet bingung juga. Bingung voucher itu mau buat nerbitin apa. Stok naskah fiksi belum ada. Sedang waktu udah cukup mepet. Kalau nggak diambil sayang banget, kan? Voucher terbit gratis gitu lho!

Lalu, saya teringat pada ucapan Mbak Nita, salah satu teman di grup MAG (Malang Anxiety GERD). "Kenapa nggak dibukuin aja Mbak kisahnya? Kan sampean seneng nulis."

Kata-kata itu muter dalam otak zodiak cancer saya. Iya ya? Kenapa yang bukuin kisah perjuangan sembuh dari GERD dan Anxiety saja? Inshaa ALLOH pasti bermanfaat. Oke! Saya pun mantab untuk membukukan cerita jatuh bangun untuk sembuh dari GERD dan Anxiety. Lalu, saya berpikir untuk memasukan kisah perjuangan sembuh dari Adenomiosis juga.

Materi sudah ngumpul, mulai dah menulis. Alhamdulillah tidak terlalu banyak yang harus diubah. Naskah ini saya kerjakan pada bulan Desember dan saya kirim di akhir bulan yang sama. Alhamdulillah mendekati batas akhir penggunaan voucher, naskah terselesaikan dan beres dikirim.

Sama kayak proses kelahiran anak kedelapan, proses kelahiran anak kesembilan ini pun cepet. Tapi, ada sesuatu yang berbeda dari sistem sebelumnya di Penerbit Pena Borneo. Saya menyebutnya indie rasa mayor. Hehehe.

Setelah melengkapi dokumen perjanjian kerjasama, naskah diproses. Lalu, kakak editor menghubungi saya. Membicarakan tentang naskah secara pribadi. Proses revisi juga didampingi. Kata temen-temen yang bukunya terbit di mayor kan kayak gitu prosesnya. Itu kenapa saya bilang indie rasa mayor. Hehehe.

Editor yang memegang naskah AGAA bernama Kak Siti Al Muhajirin. Pada 20 Januari 2019, Kak Siti menghubungi saya untuk proses editing dan revisi naskah. Dari sana kami berkenalan. Lalu, berteman di Facebook.

Tanggal 24 Januari 2019, naskah dikirim ulang ke saya dan revisi dimulai. Alhamdulillah nggak banyak yang direvisi. Kalau saya nggak mudeng dan nanya, Kak Siti dengan sabar membimbing. 27 Januari 2019, naskah yang sudah direvisi saya kirim ulang. Alhamdulillah tidak ada revisi lagi.

17 Februari 2019, desain cover dikirim ke saya. Hasilnya cantik. Jadi kayak novel. Ada typo nama pena, tapi ndak papa. Yang penting vote cover dulu. Kalau mau naik cetak dibenerin.



Cover ini yang paling banyak di vote. Keduanya bagus sih. Saya sampai bingung juga milihnya. Hehehe.


Selanjutnya lay out naskah dikirim. Suka! Suka! Suka! Karena tidak ada hal yang harus dibenerin—sudah saya baca ulang hingga tiga kali dan tidak menemukan kesalahan, akhirnya naskah pun naik cetak. Lalu, mulai di buka PO.


Yang bikin kaget itu waktu admin Pena Borneo minta foto. Saya bingung dong mau kasih yang mana. Secara saya merasa foto selfie saya nggak ada yang bagus. Hehehe. Jadilah foto ini menjadi foto untuk promo khusus buku MCLS dan AGAA.



Alhamdulillah, akhirnya anak kesembilan tiba ke pangkuan. Saya berharap, dia bisa bermanfaat.



Big thanks, matur nuwun ingkang agung Gusti ALLOH SWT. Terima kasih untuk sakit dan waktu yang diberikan pada saya untuk memperbaiki diri. Tanpa sakit itu, hidup saya tidak akan berubah menjadi lebih baik.

Terima kasih Ibu, Bapak. Terima kasih untuk support-nya. Terima kasih Mbak Bidha yang dari awal udah percaya bahwa saya sakit. Thanks for always with me and support me.

Terima kasih Pena Borneo atas kesempatan yang diberikan untuk saya bisa menerbitkan karya secara gratis di Pena Borneo. Semoga lain waktu, naskah saya kembali berjodoh dengan Pena Borneo. Aamiin.

Terima kasih Kak Siti. Makasih udah sabar bimbing saya selama proses revisi. Terima kasih selalu kasih support buat saya. Kata-kata Kak Siti ini bikin saya mabok. Kekeke.


Terima kasih Mbak Nita dan member MAG (Malang Anxiety GERD) yang dukung saya buat nulis buku ini.

Terima kasih Kak Chiko dan Lee Noona yang udah bantu saya hingga saya sembuh dari GERD. Setiap detik hidup tetaplah sebuah perjuangan buat saya. Tapi, berkat ilmu yang kakak berdua bagi, saya jadi lebih tangguh dalam menjalani perjuangan itu.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan dan kakak-kakak admin GAI. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan dan admin GHIM. Special thanks to Kak Yuniar Dewi. Karena kakak, aku kenal GAI. Di sana saya menemukan banyak solusi untuk sembuh.

Sebelumnya saya pernah berpikir, mungkin saya nggak akan bisa nulis lagi karena sakit GERD dan anxiety. Saya salah. Setelah membaik, saya bisa balik aktif nulis lagi. Subhanallah. Alhamdulillah.

Hasta karya Kookie Noona. Kekeke.






Jangan pernah berburuk sangka ketika Tuhan memberi kita sakit. Bisa jadi itu adalah cara Tuhan untuk kembali meminta perhatian kita. Karena, seringnya kita mengabaikan dan melupakan Tuhan. Sedang Tuhan tidak pernah mengabaikan dan selalu memperhatikan kita. Tuhan memang tidak selalu memberi apa yang kita minta. Tapi, Tuhan selalu memberikan apa yang kita butuhkan. Bersabarlah! Ketika waktumu tiba, kau pasti akan mendapatkan apa yang seharusnya kamu dapatkan.

Tempurung kura-kura, 06 Mei 2019.
- shytUrtle -



You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews