Review bacaan dan tontonan

Review Korean Movie Makgeolli Girls

01:17

Makgeolli Girls



Profile

Movie: Makgeolli Girls
Revised romanization: Makkeolseu
Hangul: 막걸스
Director: Kim Ki-Young
Writer: Ji Sang-Hak, Ha Sung-Soo
Producer: Ji Sang-Hak
Cinematographer: Suk Hyung-Jing
Release Date: May 21, 2015
Runtime: 110 min.
Genre: Comedy
Language: Korean
Country: South Korea

Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©
A high school student frequently arrives at school drunk. Her family once operated a "makgeolli" (traditional Korean alcohol drink) brewery, but she now struggles to brew the drink by herself. A teacher gives her permission to bring the drink to the market. A contest for the best tasting makgeolli drink soon takes place.

Cast:
- Hong Ah-Reum as Cho-Rong
- Changjo as Kang-Ho
- Lim Won-Hee as Jang Do-Wool
- Kim Min-Young as Goong-Jo
- Jung Min-Ji as Se-Mi
- Kim Young-Ok as Grandmother

Additional Cast Members:
Yang Taek-Jo - Ascetic Maeng
An Se-Ha - Dae-Gu
Ko Eun-Mi - Kim Ha-Jung
Nam Tae-Boo - Ggongchi
Jung Eui-Gap - Do In-Tak
Park Eun-Young - Kong-Joo's mother
Han Ji-Hye - Goo-Soon
Yannie Kim - Se-Mi's mother
Kwon Jae-Hyeon - not smart gang
Lee Joo-Won - teacher

Seorang siswa sekolah menengah sering tiba di sekolah mabuk. Keluarganya pernah mengoperasikan tempat pembuatan bir "makgeolli" (minuman beralkohol tradisional Korea), tetapi dia sekarang kesulitan untuk menyeduh minuman itu sendiri. Seorang guru memberinya izin untuk membawa minuman ke pasar. Kontes untuk minuman makgeolli mencicipi terbaik segera terjadi.



Alasan saya menonton film ini adalah karena ada Changjo Teen Top yang menjadi salah satu cast-nya. Dulu Cha, salah satu anak saya ngebiasin Changjo. Alhasil kalau nulis fan fiction pasti ada Changjo. Karena itu jadi sayang ama Changjo. Kekeke.


Nonton film ini tuh pakek bahasa kalbu. Karena nggak ada Indo sub. Nontonya aja nemu di kanal Youtube Mbak Yannie Kim. Di web yang biasa sediain film Korea nggak ada sama sekali. Terima kasih Mbak Yannie Kim yang udah unggah film Makgeolli Girls.
100% saya nggak ngerti dialognya. Kekeke.

Sama kayak nonton realty show Korea tanpa Indo atau Eng sub, yang bisa diikutin feel nya. Jadi maaf misal ntar review-nya nggak sesuai. Karena apa yang saya tulis ini adalah berdasarkan apa yang saya tangkap usai menonton filmnya.

Berkisah tentang Cho Rong, gadis remaja SMA yang sering datang ke sekolah dalam kondisi mabuk. Keluarga Cho Rong punya usaha membuat minuman tradisional Korea bernama makgeolli (minuman beralkohol tradisional Korea). Cho Rong hidup bersama neneknya. Kayaknya si nenek pengen tetap melestarikan usahanya membuat makgeolli, tapi entah Cho Rong nggak mau atau nggak sanggup. Kalau nggak mau, dia masih sering meramu makgeolli.

Cho Rong bersahat dengan Se Mi dan Goong Jo. Dua sahabatnya itu lah yang selalu mendukung dan membantunya. Selain Se Mi dan Goong Jo, ada satu murid cowok yang perhatian sama Cho Rong. Namanya Kang Ho. Kang Ho ini sosok siswa yang digemari banyak cewek. Gayanya cool dan cuek. Sebagai pelengkap sisi bad boy nya, Kang Ho gemar berantem sama teman sekelasnya. Cowok juga.


Film ini tuh sebenarnya menggambarkan tentang kehidupan remaja SMA pada umumnya. Uniknya, tokoh utamanya adalah gadis pembuat makgeolli. Ada saling benci sesama murid, geng-geng an di sekolah, menyukai satu orang yang sama trus sampai ada yang rese sok menindas. Umum banget kan dalam kehidupan remaja. Juga adanya guru funky yang sayang dan mendukung muridnya.



Berkat sang guru, Cho Rong mendapat izin untuk mengikuti kompetisi Makgeolli. Ia pun dibantu guru dan teman-temannya untuk membangun usahanya kembali. All are happy ending.


Jalan ceritanya simpel. Dikemas dengan bumbu humor. Sebenarnya nggak bakalan bosan nontonnya. Yang bikin bosan tuh karena nggak ada Indo atau Eng sub-nya. Kekeke.


Sekian review dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Selamat menonton.

Photo by: Hancinema.

Tempurung kura-kura, 28 Juni 2019.
- shytUrtle -

Bilik shytUrtle

Pada akhirnya aku mendapat pertanyaan, "Kapan nikah?" juga.

05:22


Dari event #NulisRandom2017


Pada akhirnya aku mendapat pertanyaan, "Kapan nikah?" juga. Hehehe.

Aku pikir nggak bakal dapat pertanyaan itu. Karena... karena... karena mungkin mereka lelah. Lelah bertanya pada perempuan yang jatuh hati pada pria di gambar dan di video ini. Tapi, ternyata aku salah.

Pertanyaan yang menyenangkan hari ini adalah, "Kamu kok kelihatan kurusan?"

CEWEK MANA YANG NGGAK BAHAGIA MENDENGARNYA?

Dibilang kurusan itu bak mendapat lotre. Eh? Emang pernah menang lotre? Hahaha. Terlebih buat cewek tambun kayak aku. Surga dunia!

Acara open house dilanjut. Sebenarnya aku nggak mikirin sih. Kalau dapat pertanyaan yang katanya banyak bikin sakit hati para jomblo itu, aslinya udah kebal sih. Cukup jawab dengan cengiran malu-malu (?) dan ekspresi kayak orang bego (??). Aman dah.

Tapi, belakangan pertanyaan keramat itu banyak dibahas di dunia maya. Sebenarnya aku mikir gini sih, emang masih penting ya buat nanya "Kapan nikah?"

Ini 2017. Cewek nggak kunjung nikah itu udah bukan hal yang patut diperbincangkan menurutku. Tapi, sayangnya nggak semua orang berpikir demikian. Mungkin maksud pertanyaannya baik sih ya. Biar yang ditanya makin semangat nyari jodohnya. Gitu kali.

Tapi, harusnya mikirin perasaan yang ditanya juga sih. Nggak semua bisa tahan sama pertanyaan maut itu. Gimana kalau yang ditanya sakit hati? Tersinggung? Kasihan kan.

"Hey, kamu kapan nikah? Undangannya lho tak tunggu!"
"Udah punya pacar? Apa belum? Mau dicarikan? Kapan nikah?"

Doeng!

Aku dapat pertanyaan itu juga. Hehehe.

Lagi-lagi aku tersenyum gaje, sok malu-malu dan pasang muka sok bego. Lalu berujar, "Kalau sudah tiba waktunya."

Iya kan? Bukankah jodoh, rejeki, dan mati dari seseorang itu hanya Tuhan yang tahu? Jadi, biar Dia aja yang ngatur segalanya. Yang penting kita di sini udah berusaha. Hasil akhirnya, pasrahkan saja pada-Nya.

Cuman emang nggak mudah untuk membuat orang lain memahami posisi kita yang nggak kunjung menikah ini. Orang lain kebanyakan langsung berpendapat hanya dari apa yang mereka lihat. Padahal seharusnya kan tidak melihat saja. Tapi, harus mendengar dan merasakan juga.

Banyak alasan dibalik kenapa seseorang nggak kunjung menikah. Bukan karena terlalu pilih-pilih aja lho ya. Kenapa sih cewek mandiri yang nggak kunjung menikah dikaitkan sama terlalu pilih-pilih?

Itu cara pandang yang diturunkan ya? Diwariskan sebagai sebuah tradisi gitu?

Heuheuheu... Susah juga.

Tidak akan mudah membuat orang lain mengerti dan memahami kita. Seringnya, kita lah yang harus mengerti dan memahami mereka. Nggak papa sih. Tapi, kalau nggak kuat. Ya udah. Senyumin dan tinggalin aja.

Kalau menuruti omongan orang, hidup kita tidak akan tenang. Karena, kita tidak akan pernah ada benarnya di hadapan orang lain. Jadi diri sendiri aja. Tapi, jangan sampai menyakiti hati orang lain ya. Kalau kita merasa sakit ketika dicubit, maka orang lain pun akan begitu.

Setelah mendapatkan pertanyaan, kapan nikah. Aku dapat angpao. Eh? Angpao? Iya, angpao. Amazing kan?! Udah nenek-nenek dapat angpao. Kekeke~ Alhamdulillah.

Lebaran masih baru dua hari. Mungkin hari-hari berikutnya bakal ada pertanyaan, kapan nikah, yang mampir ke telinga kita lagi. Jangan khawatir ya. Tuhan juga dengar itu kok. Jadi, pasrahkan saja pada-Nya.

Orang yang benar kasihan dan benar kepo itu sulit dibedakan. Jadi, cuekin aja. Bukankah jodoh itu rahasia Tuhan. Kalau rahasia umum, mungkin kita nggak akan terjebak dalam lingkaran kejombloan ini, kan?

Keep strong! Tetap berusaha. Siapa tahu jodoh kita mendekat di lebaran tahun ini dan kita dipertemukan dalam momen tak terduga. Ketemu di kios bensin misalnya. Hehehe.

Jodoh itu di tangan Tuhan. Dan cara Tuhan mengirimnya kepada kita bermacam-macam. Selama jodoh itu belum sampai pada kita, bisa jadi Tuhan belum bisa mempercayakan dia pada kita. Jadi, lebih baik memperbaiki diri saja. Kalaupun pada akhirnya jodoh tak datang di dunia, pasti dia akan datang di akhirat untuk kita.

Tempurung kura-kura, 26 Juni 2017.

. shytUrtle .



Khayalan shytUrtle

Fly High! - Dua

04:36

Fly High!


- Dua -


Eri berada di ruang UKS. Hari ini ia kebagian tugas piket UKS bersama Diana. Keduanya bergabung dalam ekstrakurikuler PMR. Karenanya, keduanya mendapat giliran piket UKS saat jam istirahat tiba.

“Demi plastik dan udel sampai nantangin aku ikut audisi. Al itu gendeng apa edan sih?” Eri tak hentinya mengomel sejak tiba di ruang UKS.
“Bukan demi plastik dan udel, tapi demi mbaknya. Lagian kamu keterlaluan, Er. Itu kan urusan pribadi. Wajar kalau Al marah. Dia serem kalau marah.” Diana bergidik ngeri ketika teringat bagaimana Al menyerang Eri di ruang ganti pagi tadi.
Eri menghela napas panjang. “Aku gengsi kalau harus minta maaf. Itu kenyataan kan emang? Mbaknya Al sampai sekarang belum nikah. Padahal umurnya udah berapa tuh? Temen seangkatannya dah pada punya anak.”
“Itu masalah pribadi dia. Kenapa dia belum nikah sampai sekarang kan bukan urusan kita.”
“Pasti terlalu halu karena ngarep dapat suami kayak Kim Jae Joong. Makanya nggak bisa hidup di kenyataan. Aku yakin sih tipe-tipe cowok kayak gitu pastiya homo. Nggak doyan cewek. Kasian banget mbaknya Al ngarep cinta ke cowok homo.”
“Eri!” Diana menggelengkan kepala. Heran melihat tingkah teman sebangkunya itu. “Nggak papa sih kamu nggak minta maaf. Kayaknya Al nggak ngarep kamu minta maaf juga. Tapi, kamu kudu maju ikutan audisi. Masa kamu nggak malu kalau nggak maju?”
“Nah aku bingung mau ikut audisi buat nampilin apa.”
“Kayak kata Jia, nyanyi aja. Kamu ngarep lolos?”
“Iya dong! Siapa sih yang nggak pengen tampil di pentas seni ultah sekolah? Hanya orang-orang yang sempurna yang bisa tampil di sana.”
“Yakin lolos?”
“Suaraku kan lumayan.”
Diana tersenyum dan menganggukkan kepala.
***


Nurul menatap Al dan Oi secara bergantian. Kedua gadis itu tak meninggalkan bangkunya walau bel tanda istirahat sudah berbunyi. Jia yang duduk di samping Nurul pun melakukan hal yang sama, menatap Al dan Oi bergantian dalam diam. Nurul dan Jia duduk di bangku Rina dan Lila yang keluar kelas untuk istirahat.

“Al, makan yuk! Laper nih!” Oi memecah keheningan.
“Aku goblok banget ya Oi.” Al membungkukkan badan, menenggelamkan wajah pada kedua tangannya yang tergeletak di atas meja.
“Emang! Marah sih boleh. Tapi, kenapa kamu nantangin Eri buat ikutan audisi sih? Emang kamu bisa apa?” Bukannya menenangkan, Oi malah memarahi Al.
“Oi!” Jia menegur Oi yang mengomeli Al.
“Bener, kan? Heran aku. Biasanya Al mikir dulu kalau mau ngomong. Tadi tuh apa? Trus, kamu mau ngapain buat audisi?”
Al yang masih menyembunyikan wajahnya menggelengkan kepala.
“Kalian maju berdua aja. Toh cuman ikut audisi kan? Zaman SD kalian pernah naik pentas, kan?” Nurul memberi usul.
“Nah, iya tuh. Aku pernah liat foto kalian tampil di pentas Agustusan.” Jia mendukung usul Nurul.
“Itu zaman SD. Zaman kami masih nggak punya malu. Beda sama sekarang tau! Lagian itu pensi buat ultah sekolah. Bukan cuman murid, tapi akan ada alumni dan kemungkinan murid sekolah lain yang hadir. Malu tau!” Oi cemberut.
“Emang kamu yakin lolos?” Jia mementahkan keraguan Oi. “Cuman buat audisi aja. Buat gugurin tantangan Al ke Eri. Aku yakin Eri bakalan maju aja. Dia kan pedenya selangit. Walau suaranya kayak kaleng rombeng, tetep pede aja dia.”
“Iya ya. Tantangannya kan cuman ikut audisi aja.” Oi memiringkan kepala.
“Ya udah, bantuin Al. Kalian maju ikut audisi.” Nurul menyemangati.
“Kami bisa apa?” Oi menatap Nurul, lalu Jia. Kemudian beralih pada Al yang masih menyembunyikan wajahnya.
“Nyanyi lah. Apa lagi? Emang kamu bisa dance cover atau nari India?” Jia merespon.
“Nyanyi apaan?”
“Lagu Wanna One?” Jia memberi usul.
Hanya dengan mendengar nama Wanna One, wajah Oi sukses bersemu merah.
“Kamu pikir nyanyi lagu Korea gampang apa?” Al tiba-tiba menegakkan badan. Membuat Oi, Jia, dan Nurul terkejut.
“Ya udah nyanyi lagu apa gitu. Pokoknya ikut audisi. Atau mau nari India? Ajakin Nurul tuh!” Jia menyikut Nurul.
Aku ora iso nari!” Nurul langsung menolak.
Rina dan Lila masuk ke kelas. Lila membawa satu kantong plastik snack dan menaruhnya di atas meja Oi.
“Walau galau, kamu tetep kudu makan Al.” Ujar Lila.
“Aku nggak nafsu makan.” Al mendesah. Ia terlihat lesu.
“Minum deh kalau gitu. Manusia bisa bertahan tanpa makan, tapi kalau kekurangan cairan bisa bahaya.” Rina bermaksud menghibur.
Al meraih botol air mineral, membukanya, dan meneguk isinya. “Makasih ya Rin, Lil.”
“Kita makan dulu yuk. Al udah ada yang nemenin.” Oi bangkit dari duduknya. Lalu, pergi ke kantin bersama Nurul dan Jia. Meninggalkan Al di kelas bersama Lila dan Rina.
“Jangan terlalu dipikirin. Audisi aja, kan?” Lila seraya duduk di bangkunya.
“Goblok banget ya aku? Nantangin buat ikutan audisi.”
“Aku kaget lho, Al.” Rina pun duduk di bangkunya. Sama dengan Lila, ia menghadap ke belakang untuk ngobrol dengan Al.
“Tapi, bagus sih. Positif kok. Trus, kamu nampilin apa buat audisi?” Tanya Lila.
“Nggak tahu.” Al mengangkat kedua bahunya dengan lemah.
“Nyanyi aja deh. Gampang, kan?” Rina memberi usul. “Waktu kelas X kamu bagus lho nyanyinya. Pas pelajaran kesenian. Cuman kurang keras aja suaranya.”
Al tersenyum lesu.


Murid-murid kelas XI-IPA2 memasuki kelas menjelang jam istirahat berakhir. Oi juga sudah kembali dari kantin. Ia sudah duduk di bangkunya. Mengobrol dengan Aning dan Yani yang duduk tepat di belakangnya.

Eri dan Diana kembali dari UKS dan langsung duduk di bangkunya yang berada di deretan paling depan. Kelas XI-IPA2 hampir penuh. Hanya menyisakan beberapa bangku kosong di bagian belakang.
Arwan masuk ke dalam kelas. Tidak langsung duduk, ia malah berdiri di depan kelas.
“Arwan ngapain tuh!” Aning menggerakkan kepala, menunjuk Arwan yang berdiri di depan kelas.
Arwan menatap Al, lalu tersenyum.
“Al, kamu tahu nggak sih kalau Arwan itu naksir kamu?” Aning berbisik.
“Wah! Masa?? Ciee… Al ada yang naksir. Pantesan selalu deketin Al mulu si Arwan.” Oi menggoda. “Waktu kelas X kalian deket, kan?”
“Itu karena Arwan minta dicomblangin. Kayaknya aku dah cerita ke kamu deh Oi.” Al menjelaskan perihal kedekatannya dengan Arwan.
“Jadi, ceritanya si Arwan naksir mak comblangnya nih?” Yani bergabung dalam obrolan.
“Arwan cakep lho! Kulitnya putih bersih. Kayak mas-mas Korea.” Aning memuji ketampanan Arwan.
Al tersenyum saja mendengarnya. Arwan memang tampan. Kulitnya putih bersih, hidungnya mancung, dan matanya sipit. Pemuda itu juga selalu tampil rapi. Tapi, Al sama sekali tak memiliki rasa pada pemuda yang cukup dekat dengannya itu.
“Teman-teman,” Arwan meminta perhatian teman sekelasnya. Seluruh murid kelas XI-IPA2 yang sudah berada di kelas pun menaruh perhatian pada Arwan yang berdiri di depan kelas.
Arwan mengedarkan pandangan ke seluruh kelas. Lalu, tatapannya terhenti pada Al. Ia kembali tersenyum. “Anu, aku mau ngumumin hal penting.”
“Penting opo?”
“Duh, arek iki opo ae se!”
“Pengumuman dari OSIS ya?”
Tiga siswa bersahutan menanggapi Arwan.
“Tadi aku denger soal Al dan Eri di ruang ganti.” Arwan melanjutkan, membuat isi kelas menatap Al dan Eri bergantian.
“Dia mindring apa mabok?” Oi mengomentari ungkapan Arwan.
“Woo… udah nyebar nih kayaknya.” Lila menoleh ke belakang.
“Al berantem sama Eri lagi? Harusnya kalian tuh dibikinin ring aja.” Rifqi berkomentar. Teman sebangkunya segera menjundu kepalanya.
Umak[1] kira Al sama Eri mau tinju apa?” Ujar teman sebangku Rifqi usai menjundu kepala pemuda berkulit hitam itu.
Rungokno sek tah rek!” Arwan meminta teman-temannya mendengarkannya, kembali meminta perhatian. “Al dan Eri mau ikut audisi SMA Wijaya Kusuma Mencari Bakat. Kita harus kasih dukungan. Udah pasti nanti Al dan Eri bakalan disebut mewakili kelas XI-IPA2. Nah, sebagai bentuk dukungan, aku udah ambil formulir pendaftaran buat Al dan Eri.” Arwan tersenyum lebar, mengangkat tangan kanannya yang memegang dua buah kertas.
Al dan Eri kompak menatap Arwan dengan mata melebar.
Jasik tenan si Arwan!” Oi bergumam mengumpat.
Ayo rek! Kita dukung Al dan Eri sebagai wakil kelas XI-IPA2 untuk audisi SMB!” Arwan penuh semangat. Sedang seluruh kelas menatapnya dalam diam.
***


Umak jan jasik tenan, Wan!” Oi mengumpat pada Arwan saat pulang sekolah. Mereka berjalan bersama menuju terminal.

“Lha? Kok jasik lho? Formulir SMB itu selalu jadi rebutan. Kalau Al nggak kebagian kan kasihan. Maunya aku ambilin Al aja. Tapi, nggak enak sama Eri, kan?” Arwan sama sekali tak merasa bersalah. “Tanya Fuad tuh. Fuad kan anggota MPK. Pasti tahu gimana murid rebutan buat dapetin formulir audisi SMB. Aku kan hanya bantu.”
“Ya tapi ngapain pakek diumumin di depan kelas kayak gitu? Caper umak!”
Arwan yang berjalan berdampingan dengan Oi membalikkan badan. Berjalan mundur demi bisa melihat Al. “Sepurane, Al. Maaf kalau kamu nggak suka. Aku cuman mau bantu aja.”
“Makasih bantuannya. Maaf aku setuju sama Oi. Kamu lebay banget pakek umumin di depan kelas.” Al masih lesu.
“Tapi, teman-teman kita antusias lho Al. Kamu tahu sendiri gimana reaksi mereka setelah Arwan bikin pengumuman di depan kelas kan?” Jia yang berjalan di belakang Al turut buka suara.
“Malah beberapa bikin taruhan.” Fuad yang berjalan di samping Al menggeleng pelan.
“Trus, rencananya kamu mau ngapain buat audisi?” Arwan masih berjalan mundur.
“Palingan nyanyi. Mau ngapain lagi? Baca puisi? Drama? Nggak mungkin kalau drama. Itu bagiannya anak-anak teater kan?” Oi yang menjawab.
“Nyanyi lagu Korea aja. Aku tahu kalian sering nyanyi di Smule.” Arwan tersenyum lebar. “Aw!” Sedetik kemudian ia tersandung dan jatuh terduduk. Membuat rombongannya menghentikan langkah.
“Kualat kamu!” Oi mengolok Arwan yang jatuh terduduk.


“Al!” Arwan memegang lengan kanan Al saat gadis itu akan menuju angkot yang akan mengantarnya pulang. Setiap harinya mereka berpisah di terminal karena beda jurusan angkutan. “Maaf ya soal tadi. Aku nggak maksud bikin malu kamu.”
Al tersenyum lesu. “Nggak papa kok. Nyantai aja. Makasih ya udah diambilin formulir. Bahkan sebelum pengambilan formulir resmi di buka.”
Arwan tersenyum. Merasa lega karena Al tak marah padanya. “Semangat ya! Apa pun itu, aku nunggu penampilan kamu.”
“Jangan terlalu ngarep deh. Aku emang goblok. Nantangin Eri buat ikutan audisi. Anak itu jelas bakalan maju aja. Pede banget dia.”
“Mending kamu nantangin dia buat ikutan audisi daripada kamu pukulin dia. Bisa diperkarain ntar. Pembullyan dan sejenisnya. Zaman sekarang lho. Ngeri.”
Lagi-lagi Al tersenyum lesu.
“Semoga kamu segera dapet inspirasi buat audisi. Semangat Al!” Arwan tersenyum lebar.
“Pulang yuk!” Oi merangkul Al dan menarik gadis itu. Membuat Arwan melepas pegangannya pada lengan Al.
Oi dan Al berjalan menuju tempat parkir angkot yang sesuai dengan jurusan mereka. Arwan tersenyum pada punggung Al yang berjalan menjauhinya.
“Yuk!” Jia menepuk lengan Arwan dan naik ke dalam angkot. Menyusul Fuad yang sudah lebih dulu masuk ke dalam angkot. Jia, Arwan, dan Fuad satu jurusan. Sedang Al dan Oi, satu jurusan dengan Nurul. Mereka selalu pulang bersama dan berpisah di terminal. Arwan dan Fuad kadang turut pulang bersama. Jika tidak ada kegiatan OSIS-MPK atau kegiatan ekstrakurikuler.

Al duduk di bangku paling ujung di dalam angkot. Berhadapan dengan Oi. Sedang Nurul duduk di tengah, di antara Al dan Oi. Al melamun, menatap keluar jendela bagian belakang angkot. Ia masih saja menyesali tantangan yang ia ajukan pada Eri. Andai saja ia tak menantang gadis itu. Al menghela napas panjang. Saat mengalihkan pandangan, ia mendapati Oi dan Nurul sedang menatapnya.
“Masih kepikiran ya?” Tanya Nurul.
“Iya lah. Aku kudu ottokke?” Al menggunakan bahasa campuran, bahasa Jawa dan Korea. Bertanya ia harus bagaimana.
“Ya jalani aja. Udah kadung, terlanjur kamu nantangin Eri. Jadi, maju aja. Toh cuman audisi, kan?” Jawab Nurul santai.
“Trus, kalau lolos gimana?” Gantian Oi yang bertanya.
“Berarti takdir kalian buat tampil di pensi ultah sekolah. Kita bisa ngubah nasib kita, tapi nggak dengan takdir kita.” Nurul mendadak sok bijak.
“Takdir bisa diubah dengan doa. Katanya sih gitu.” Al meralat.
Nurul dan Oi kompak tersenyum.
Que Sera Sera, Al.” Oi memegang tangan kanan Al.
“Tul tuh. Apa yang terjadi terjadilah.” Nurul memegang tangan kiri Al.
Al tersenyum lebih tulus pada Oi dan Nurul. “Gomawo. Shukriya.” Ia pun berterima kasih dalam bahasa Korea dan India.
***


[1] Kamu dalam bahasa khas Malang


Review bacaan dan tontonan

Review Korean Movie Miss Granny

19:50

Miss Granny



From AsianWiki

Profile

Movie: Miss Granny (English title) / Suspicious Woman (literal title)
Revised romanization: Soosanghan Geunyeo
Hangul: 수상한 그녀
Director: Hwang Dong-Hyuk
Writer: Shin Dong-Ik, Dong Hee-Sun, Hong Yoon-Jung, Hwang Dong-Hyuk
Producer: Han Hong-Suk, Lim Ji-Young, Jun Jae-Soon
Cinematographer: Kim Ji-Yong
Release Date: January 22, 2014
Runtime: 124 min.
Genre: Comedy / Fantasy / Elderly / Switched Bodies / Award Winning
Distributor: CJ Entertainment
Language: Korean
Country: South Korea

Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©

74-year-old Oh Mal-Soon (Na Moon-Hee) regains her physical appearance from the age of 20. She then changes her name to Oh Doo-Ri (Shim Eun-Kyung).

Cast:

- Shim Eun-Kyung as Oh Doo-Ri
- Na Moon-Hee as Oh Mal-Soon
- Jin Young as Ji-Ha
- Park In-Hwan as Mr. Park
- Sung Dong-Il as Hyun-Chu
- Hwang Jung-Min as Ae-Ja
- Kim Hyun-Sook as Na-Young
- Kim Seul-Gi as Ha-Na
- Lee Jin-Wook as Seung-Woo
- Lim Hyun-Sung as bus passenger

Additional Cast Members:

- Jung In-Gi - Hyun-Chul's doctor friend
- Park Hye-Jin - Ok-Ja
- Ha Yeon-Joo - Soo-Yeon
- Han Ji-Eun - Mi-Ae
- Park Seung-Tae - Oh-Bok
- Hong Suk-Youn - pharmacist
- Kim Dong-Hee - Dragon
- Jin Ji-Hwan - Oh Mal-Soon's husband
- Hwang Seung-Un - female college student applying make-up
- Kim Sun-Ha - princess in drama
- Hwang Young-Hee - Chinese restaurant owner
- Choi Kyu-Hwan - female singer's manager
- Kim Dong-Seok - music broadcasting MC
- Pyo Ye-Jin - music broadcasting MC2
- Kang Pil-Sun - six pack 1
- Park Jae-Hong - six pack 4
- Jang Gwang - photographer
- Choi Hwa-Jung - Radio DJ
- Kim Soo-Hyun - motorbiker
- Kim Ga-Hee - female high school student 3 at bus stop
- Shin Jae-Hoon - Mr. Park (young)

Oh Mal-Soon (Na Moon-Hee) yang berusia 74 tahun mendapatkan kembali penampilan fisiknya sejak usia 20 tahun. Dia kemudian mengubah namanya menjadi Oh Doo-Ri (Shim Eun-Kyung).



Film ini lagi-lagi direkomendasikan oleh Kookie Noona. Dia bilang, ada Jinyoung. Selama ini film yang direkomendasiin Kookie Noona selalu bagus. Langsung download deh. Kekeke.

Miss Granny mengisahkan tentang kehidupan Oh Mal Soon (Na Moon-Hee). Seorang nenek berusia 74 tahun yang hidup bersama anak, menantu, dan kedua cucunya.

Mal Soon bekerja di sebuah cafe manula bersama teman baiknya Tuan Park (Park In-Hwan). Tuan Park selalu melindungi Mal Soon dan menyayangi Mal Soon karena Mal Soon adalah anak dari majikannya. Mal Soon adalah agasshi bagi Tuan Park.


Di cafe manula, Mal Soon selalu membanggakan anak semata wayangnya yang bernama Hyun Chu (Sung Dong-Il) yang bekerja sebagai dosen di sebuah universitas negeri. Ok Ja (Park Hye-Jin) sesama manula selalu bersiteru dengan Mal Soon. Ok Ja naksir Tuan Park dan Mal Soon kesal melihatnya.

Suatu hari keduanya bertengkar hingga melukai Tuan Park. Putri Tuan Park, Na Young (Kim Hyun-Sook) selalu dibuat kesal setiap kali ayahnya terkena masalah karena ulah Mal Soon yang arogan. Tapi, Tuan Park tetap memuga agasshi-nya dan mengabaikan Na Young.

Mal Soon tinggal bersama anak, menantu dan kedua cucunya. Kehidupan mereka mapan. Hyun Chu menjadi dosen.


Ae Ja (Hwang Jung-Min) adalah menantu Mal Soon, seorang ibu rumah tangga yang selalu murung. Ae Ja selalu merasa kesal setiap kali Mal Soon mengomelinya.

Ji Ha (Jin Young) adalah anak laki-laki dari Hyun Chu dan Ae Ja, cucu Mal Soon yang sangat menyukai musik. Ia memiliki band dan punya impian band itu menjadi terkenal.


Cucu perempuan Mal Soon bernama Ha Na (Kim Seul-Gi). Ia hampir lulus dan sang ibu selalu membanggakannya.


Ae Ja merasa tertekan karena Mal Soon selalu mengurusi keluarganya. Ia meminta Mal Soon tak ikut campur tentang apa yang harus ia lakukan untuk anak-anaknya. Namun, Mal Soon tetap mengomel.

Suatu hari Mal Soon pulang dan menemukan rumah dalam keadaan kosong. Ae Ja tak sadarkan diri dan dibawa ke rumah sakit untuk menjalani operasi. Ae Ja stres dan tertekan hingga jatuh sakit. Dokter menyarankan pada Hyun Chu agar untuk sementara Ae Ja di jauhkan dari Mal Soon. Karena, Mal Soon lah penyebab stres yang dialami Ae Ja.

Karena Ae Ja tak punya saudara atau orang tua, ketika berunding Ha Na mengusulkan agar Mal Soon dikirim ke panti jompo saja. Tapi, Ji Ha menolak. Ia tak rela neneknya dikirim ke panti jompo. Ji Ha emang deket ama Mal Soon. Hanya Mal Soon yang mendukung hobinya pada musik. Tanpa di ketahui Hyun Chu, Ha Na, dan Ji Ha, Mal Soon mendengar obrolan anak dan kedua cucunya itu.

Mal Soon tidak mau dikirim ke panti jompo. Baginya itu adalah tempat mengerikan. Ia mulai berpikir bahwa ia membebani anaknya.

Saat sedang melamun di halte, Ji Ha menelponnya dan meminta bertemu. Mal Soon menyanggupi. Kemudian ia melihat sebuah studio foto. Mal Soon memutuskan untuk berfoto di sana. Foto untuk di pajang di altar. Mungkin ini Mal Soon mikir lebih baik dia mati daripada dikirim ke panti jompo. Makanya dia dateng ke studio untuk berfoto.

Di studio, ia mengobrol dengan fotografer yang juga manula. Mal Soon bercerita tentang masa mudanya. Ia berbakat dalam hal menyanyi. Namun, ia tidak pernah punya kesempatan untuk memupuk bakatnya itu.



Fotografer memuji Mal Soon cantik bak Audrey Hepburn. Lalu, sebelum memotret ia berkata, "Saya akan membuat Anda lebih muda lima puluh tahun."

Dan... cret! Blitz menyala. Keajaiban terjadi. Ketika Mal Soon keluar dari studio, penampilannya berubah. Ia kembali menjadi Mal Soon yang berusia 20 tahunan.
Petualangan pun dimulai. 

Dengan penampilan barunya, Mal Soon memulai kehidupan baru. Karena tidak bisa kembali pada keluarganya, ia pun memilih kost di rumah Tuan Park. Mal Soon pun merubah namanya menjadi Oh Doo Ri (Shim Eun-Kyung). Oh Doo Ri adalah pelafalan Audrey dalam Bahasa Korea. Penampilan Doo Ri pun meniru Audrey Hepurn.



Dengan penampilan barunya, Mal Soon/Doo Ri bisa merasakan bagaimana hidup sesuai kemauannya. Ketika ia bernyanyi di cafe manula, Ji Ha dan seorang produser muda bernama Seung Woo (Lee Jin-Wook) melihatnya dan terpukau. Ji Ha dan Seung Woo sama-sama mengejar Doo Ri, namun gadis itu tiba-tiba menghilang bak Cinderella yang kabur usai pesta dansa.



Film keluarga dengan genre fantasi, romance-comedy ini benar-benar menghibur. Saya terpukau dengan kemampuan Shim Eun Kyung memerankan tokoh Doo Ri atau Mal Soon muda. Gaya bicaranya yang arogan dan ceplas-ceplos bikin gemes. Lalu, pembawaannya pun—cara berdiri, jalan, dan sejenisnya—pun bisa menyerupai nenek-nenek.

Walau bagi saya banyak adegan lucu yang tidak membuat saya terngakak-ngakak, tetep aja bikin senyum dan geleng kepala—apaan sih ini kura! Contohnya ketika Ji Ha menemui Doo Ri. Doo Ri kegeeran mengira Ji Ha bakalan nembak dia, karena kalimat yang diucapkan Ji Ha sama kayak yang diucapkan kekasihnya—yang kemudian jadi suaminya dan ayah Hyun Chu—semasa ia muda. Ternyata Ji Ha cuman menawarkan Doo Ri untuk menjadi vokalis band-nya.

Lalu, pertemuan Doo Ri dan Seung Woo yang unik, juga konyol. Di apotek, di kereta api, lalu ketika Seung Woo membuntuti Doo Ri dan Doo Ri menodongnya dengan ikan. Seung Woo jatuh hati pada Doo Ri. Doo Ri pun sama, tapi Doo Ri cukup tahu diri kalau dia adalah nenek-nenek yang nggak mungkin bisa jalan ama produser tampan itu.





Lucu juga pas Ji Ha cemburu pada Doo Ri yang deket sama Seung Woo. Doo Ri akhirnya ngajak Ji Ha makan dan menyuapi Ji Ha. Ketika Ji Ha bertanya, "Kau ini sebenarnya siapa?" Doo Ri menjawab jika ia adalah vokalis dari band-nya. Sweet banget hubungan nenek ama cucu ini.

Paling stres itu si Na Young. Dia ngira bapaknya—Tuan Park—kegoda Doo Ri. Salah paham banget dia. Wkwkwk. Konyol!


Nggak hanya adegan humor, film ini juga memberi menyajikan adegan yang bisa bikin mewek. Untungnya saya nggak sampek mewek. Kekeke.


Kita tidak pernah tahu bagaimana Tuhan memberi kita kesempatan kedua untuk menjalani hidup, memperbaiki kesalahan, bahkan untuk meraih impian yang tertunda.

Film ini saya rekomendasikan untuk ditonton! Btw, ini Mas Seung Woo keren banget yak! Wkwkwk. Kayak pernah liat dia, tapi di mana. Setelah cek info, ternyata dia yang jadi dokter di film The Target. Hmm, cakep emang! Wkwkwk.

Ini kopel aki-nini saling mencintai tapi macem nggak bisa saling bersatu. Maybe karena Mal Soon adalah majikan, dan Tuan Park adalah budaknya kali ya. Tapiii... mereka sweet banget.
"Kenapa kau tetap makan buah persiknya? Padahal kau kan alergi!" —Mal Soon.
"Itu lah kekuatan cinta sejati." —Tuan Park.



Sekian review dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Selamat menonton.

Photo by: Hancinema net.


Tempurung kura-kura, 23 Juni 2019.
- shytUrtle -


































Search This Blog

Total Pageviews