Fan Fiction FF

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

05:14

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 
 
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.
 
 
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
 
Land  #9

                “Hyuri-ya...” bisik Suri khawatir. Masih mengamati dari tempat persembunyiaannya. Suri menangis. Merasa bodoh karena tak mampu berbuat apa-apa di saat seperti ini. Hanya bisa patuh pada perintah Hyuri yang memintanya lari menyelamatkan diri.

                Hyuri tetap siaga. Napasnya masih terengah-engah berada dalam kepungan enam pria berbadan tegap ini. Ada rasa takut menyelimuti Hyuri. Takut berdiri dalam kepungan ini sendiri tanpa adanya Amber, JB, Rap Monster dan Kris. Jauh di dasar hatinya Hyuri menjerit. Meneriakan nama keempat rekannya dalam Chrysaor dan berharap mereka muncul secara tiba-tiba dan membantu. Tetap melakukannya walau Hyuri sadar keajaiban ini tak mungkin terjadi. Menepis ketakutannya dan mengumpulkan sisa kekuatan, Hyuri mengangkat kedua tangan bersiap menghalau serangan dadakan.

                Perkelahian kembali terjadi. Dengan sisa tenaga dan keberaniannya Hyuri emlawan enam preman yang berniat balas dendam ini. Saat berjalan bersama Suri, tak sengaja Hyuri berpapasan dengan geng preman berjumlah enam orang yang dulu pernah ia kalahkan bersama empat member geng Chrysaor. Mengetahui tentang SMA Maehwa dan menemukan Hyuri sendiri, preman-preman ini berniat balas dendam. Merasa tak mampu melindungi Suri, secepat kilat Hyuri mendorong Suri dan memintanya segera berlari menjauh. Menyelamatkan diri. Sedang Hyuri yang tak mau disebut pengecut berusaha bertahan. Menghalau preman yang bisa saja mengejar Suri. Sempat mencoba lari, namun Hyuri kembali terkepung.

                Melihat perkelahian itu Suri ketakutan. Ia kembali merangkak ke dalam persembunyiaannya. Namun di tengah ketakutan itu Suri benar mengkhawatirkan keselamatan Hyuri. Enam pria itu bisa saja membunuh Hyuri. Takut dan khawatir, Suri merangkak mencari benda apa saja yang bisa ia jadikan sebagai senjata. Suri menemukan dua buah botol kosong. Suri menelan ludah menatap dua botol kosong itu. Setelah menatapnya selama beberapa detik, Suri meraih cepat dua botol itu dan kembali berdiri. Suri memantabkan langkahnya keluar dari tempat persembunyiannya.

                “Song Hyuri!!!” Suri berteriak keluar dari tempat persembunyiannya sambil mengangkat kedua tangannya yang membawa botol. “Mwo...?!” langkah Suri terhenti. Ia berdiri bengong dengan dua tangan membawa botol masih terangkat. Suri menemukan enam pria itu tumbang dan terkapar kesakitan di atas aspal. Hyuri masih berdiri di tengah-tenngah dimana ia tadi di kepung.

                “Song Hyuri!” Suri sadar dari ketertegunannnya dan berlari menghampiri Hyuri. “Hyuri! Gwaenchannayo...?” Suri melewati dua preman yang terkapar tak sadarkan diri dan menghampiri Hyuri. “Omo! Bibirmu terluka.”

                “Ya. Untuk apa dua botol itu?” tanya Hyuri di sela napasnya yang terengah-engah.

                “Untuk memukul kepala mereka.” Suri kembali mengamati enam preman yang terkapar di sekelilingnya. Suri kembali menelan ludah melihatnya. “Hyuri-ya... ini semua... ulahmu...?”

                “Chingu! Chingu!” terdengar teriakan Magi.

                Suri dan Hyuri kompak menoleh. Terlihat sepeda Magi meluncur cepat mendekati keduanya.
***

                Magi kembali dengan membawa satu kantung plastik belanjaan. Ia memberikan satu botol minuman kaleng dingin pada Suri.

                “Ya, ini masih musim akhir dingin dan kau membelikan minuman kaleng dingin ini...?” protes Suri.

                “Kompres luka di bibir Hyuri.” pinta Magi.

                “Oh. Untuk itu..? Hehehe. Hyuri ini.” Suri memberikan minuman kaleng dingin di tangannya pada Hyuri.

                “Mianhae. Aku terlambat. Mereka pasti datang untuk balas dendam kan?” Magi menatap Hyuri yang mengompres bibirnya.

                “Tak sengaja bertemu dan kau benar, mereka berniat balas dendam.” jawab Hyuri. “Maafkan aku Suri. Aku benar-benar membuatmu ketakutan.”

                “Kurae. Tadi aku tak bisa berpikir jernih. Yang ada dipikiranku hanyalah kematian. Belakangan ini marak kasus pemerkosaan dan pembunuhan kan. Aku benar-benar ketakutan. Tapi ketika melihat enam preman itu terkapar, aku lega. Kau benar-benar hebat Silence Viscaria Song Hyuri.” puji Suri. “Enam lawan satu gadis dan mereka terkapar. Daebak. Jinja daebak.”

                “Itu... bukan ulahku.” Hyuri lirih.

                “Mwo...? Lalu ulah siapa...? Jangan merendah. Aku melihat hanya ada kau dan mereka di sana.”

                “Ada seseorang yang tiba-tiba muncul membantuku. Dia yang melumpuhkan keenam preman itu. Aku hanya berdiri menonton.”

                “Black Knight...?”

                “Entah siapa dia. Aku berhutang budi padanya. Gerakan bela diri yang sempurna.”

                “Yang penting kalian selamat.” sela Magi. “Lalu apa yang sebenarnya kalian lakukan malam-malam berdua dan membawa begini banyak barang?”

                Hyuri menghela napas panjang.“Aku diusir dari rooftop yang aku sewa. Terlalu banyak hutang di sana.”

                “Dan aku kabur dari rumah. Aku tak tahan berada dalam rumah yang lebih pantas disebut sebagai neraka itu.” sambung Suri.

                Mendengar penjelasan dua temannya reaksi Magi tetap datar. Ia menatap Hyuri lalu Suri. Sedang dua gadis itu justeru heran meliaht reaksi Magi yang datar-datar saja.

                “Aku tahu ini semua akan terjadi.” Magi menjawab tatapan Hyuri dan Suri. “Bukan karena aku bisa melihat apa yang akan terjadi, tapi hanya analisis dari keadaan dan situasi yang kalian hadapi. Bersyukur ternyata analisisku benar dan terjadilah. Pengusiran dan pelarian ini.”

                “Bersyukur...?” pekik Suri.

                “Lalu kalian akan kemana malam ini?” Magi mengabaikan protes Suri.

                “Entahlah.” Hyuri tertunduk.

                “Tadinya aku ingin menumpang di rooftop milih Hyuri, tapi sekarang... entahlah.” Suri turut tertunduk.
***

                Hyuri meletakan tas miliknya dan milik Suri pada sepeda yang ia tuntun. Suri berjalan di samping kiri Hyuri sambil menyeret kopernya. Sedang Magi berjalan memimpin di depan. Tak ada obrolan sedikitpun sejak Magi memutuskan mengajak kedua rekannya ini untuk menginap sementara di rumahnya.

                Hyuri dan Suri masih bungkam mengikuti langkah Magi. Semakin jauh ke tepian yang sepi. Mereka menemukan sebuah ujung yang gelap diselimuti kabut. Jalanan yang asing bagi keduanya.

                Magi menghentikan langkahnya. Hyuri dan Suri turut berhenti. Keduanya mengamati sekitar. Suasana yang sepi diselimuti kabut benar-benar membuat merinding.

                “Magi... ini dimana?” tanya Suri benar-benar dibuat merinding oleh suasana di sekitarnya.

                “Kita sampai. Di rumahku.” Magi tersenyum lebar.

                “Rumahmu...?” pekik Suri.

                “Inilah tempat aku tinggal.” Magi menghadap ke arah kiri ia berdiri.

                Suri dan Hyuri turut menghadap ke sisi kiri mereka berdiri. Menirukan Magi.

                “Inilah rumahku. Istanaku.” Magi lirih.

                Perlahan kabut yang menutupi pandangan ketiga gadis ini membelah. Menyingkir dari hadapan tiga gadis ini. Samar-samar mulai terlihat pintu gerbang yang menjulang tinggi. Suri ternganga memandang pintu gerbang yang sangat tinggi itu. Sedang Hyuri terfokus pada apa yang berada dibalik gerbang ini. Masih tertutup kabut tebal di dalam sana.

                “Magi-ya... ige mwoya...?” bisik Suri masih mendongak menatap gerbang yang menjulang tinggi di hadapannya.

                “Rumahku.” jawab Magi.

                “Kau tidak bercanda kan? Aku tak bisa melihat apa-apa di dalam sana kecuali kabut.” kata Hyuri.

                “Animnida. Di sinilah aku tinggal.” Magi meyakinkan.

Magi maju selangkah dan mengulurkan tangan kanannya pada gagang pintu gerbang yang terkunci. Perlahan kunci terbuka dan gagang pintu bergerak sendiri dan gerbang terbuka. Lagi-lagi Suri dibuat ternganga.

“Ayo, masuk!” ajak Magi sambil berjalan memimpin memasuki gerbang lebih dulu.

Hyuri dan Suri saling memandang kemudian menyusul langkah Magi. Ketika keduanya melangkah masuk melewati gerbang, tiba-tiba pintu besi yang menjulang tinggi itu kembali tertutup dan terkunci. Hyuri dan Suri terkejut.

“Kugjungma. Sistimnya memang otomatis seperti itu. Kakekku yang merancangnya.” Magi menenangkan.

Hyuri dan Suri kembali menaruh perhatian pada Magi usai menoleh kembali pada gerbang yang tiba-tiba tertutup dan terkunci sendiri. Masih di selimuti kabut tipis namun perlahan kabut itu membelah. Menyingkir dari sekitar Hyuri dan Suri juga Magi. Usai terlihat samar, akhirnya bangunan megah itu terlihat juga. Mulut Suri ternganga melihat bangunan megah bak istana di hadapannya itu. Hyuri pun tak kalah takjub menatapnya.

Suri tersadar dari buaian bangunan indah di depannya. “Tunggu! Bukankah ini Kastil Asphodel?” tanyanya tegas.

“Kau tahu?” Magi balik bertanya dengan nada santai.

“Kau tinggal di dalam sana?”

“Nee.”

“Ya! Siapa kau ini sebenarnya?”

“Aku Rosamary Magi.”

“Ada apa?” sela Hyuri bingung.

“Menurut yang aku dengar, Kastil Asphodel adalah kastil yang terkena kutukan. Itulah kenapa ia selalu diselimuti kabut. Setahuku hanya orang tersesat yang secara tak beruntung bisa melihat tempat ini. Kastil Asphodel juga dikenal berhantu.”

Hyuri tercekat kaget mendengar penjelasan Suri. Ia segera menatap tajam Magi.

“Kau mengatakan kau tinggal di sana. Siapa kau ini sebenarnya?” tanya Suri lagi.

“Berhantu? Lebih baik kita pergi.” Hyuri membalikan badan.

“Jadi kau memilih tidur dijalanan daripada menginap di sini?” tanya Magi menghentikan langkah Hyuri.

Hyuri berhenti namun masih membelakangi Magi. Suri diam di tempat ia berdiri dan menatap Magi.

“Semua cerita itu benar. Kakekku yang membuatnya. Hanya tak ingin tempat ini di jamah oleh orang-orang serakah yang tak beliau sukai.” terang Magi.

Hening. Hanya terdengar suara desiran angin dan hawa dingin yang menusuk tulang.

“Aku bukan siapa-siapa, hanya cucu dari pemilik kastil tua ini. Aku datang karena kalian memintaku datang dan aku memberikan tawaran ini karena kalian meminta bantuan. Aku tak memiliki tujuan apapun. Dengan melakukan ini, aku telah melanggar aturan keras yang dibuat oleh Kakekku sendiri. Membawa orang asing ke dalam kastil ini. Aku hanya ingin membantu kalian. Teman-temanku yang baru aku dapatkan.” imbuh Magi.

Suri sedikit redam mendengarnya. Melihat ekspresi Magi, ia pun menyesal telah bertanya sedemikian rupa pada gadis lugu yang telah menolongnya malam ini. “Mianhae.” bisik Suri.

“Gwaenchannayo. Jika kau jadi kalian, pasti aku menunjukan reaksi yang sama. Lalu apakah kalian memilih pergi atau tetap tinggal?”
***

Hyuri dan Suri kembali mengikuti langkah Magi. Ketiganya sampai di sebuah jalan yang menyerupai terowongan namun terbuat dari tanaman Wisteria.

“Apa ini?” tanya Suri.

“Wisteria Tunnel.” jawab Magi.

“Wisteria Tunnel?” tanya Hyuri.

“Terowongan ini dibentuk dari tanaman Wisteria.” terang Suri. “Saat terang hari pasti sangat indah.”

“Kaja!” Magi kembali memimpin Hyuri dan Suri melewaati Wisteria Tunnel.

Hyuri merapat pada Suri. Ia merasa ngeri melewati terowongan bunga Wisteria ini. Dalam keadaan sedikit gelap tentulah terowongan ini terlihat ngeri. Ditambah dengan wangi bunga Wisteria. Semakin membuat merinding Hyuri yang berajalan melewatinya. Suri tersenyum melihat reaksi Hyuri. Jagoan ini ternyata takut pada hantu.

“Welcome to my house.” Magi menghentikan langkahnya ketika sampai di ujung Wisteria Tunnel.

Langkah Suri terhenti. Ekspresinya penuh takjub menatap apa yang ada di hadapannya. Ketakutan Hyuri pun berubah kagum ketika sampai di ujung Wisteria Tunnel. Pemandangan di depannya benar-benar memakau kedua mata Hyuri.

Kesan seram dan angker itu hilang seketika. Kabut yang menyelimuti tak ada di sekitar mereka. Di depan sana berdiri megah sebuah bangunan kastil yang lebih pantas disebut istana kecil. Tak gelap di sana-sini seperti sebelumnya. Lampu-lampu taman menyala terang di halaman luas dan di kanan-kiri jalan utama menuju kastil.

“Inikah tampilan Kastil Asphodel yang sebenarnya...?” bisik Suri masih dengan tatapan penuh kekaguman.

“Ini... istana kah...?” Hyuri pun menunjukan ekpresi yang sama.

Magi tersenyum melihat ekspresi kedua temannya. “Ini gubukku. Ayo.”
***

Pintu kayu besar dan tinggi ini terbuka pada sisi kiri. Magi masuk lebih dulu. Suri dan Hyuri masih berdiri di depannya terlihat ragu. Magi tersenyum lebar mempersilahkan kedua temannya untuk masuk.

“Inilah gubukku!” Magi menyambut Hyuri dan Suri yang ragu-ragu berjalan memasuki kastil.

“Woa... tempat semegah ini kau sebut gubuk...?” Suri sambil mengamati sekeliling ruangan luas itu. “Daebak! Bagaimana ini bisa terjadi? Di luar sana dan di dalam sini, sangat berbeda.”

“Ini keajaiban.” bisik Hyuri.

Magi tersenyum saja menanggapi ocehan dua rekannya.

“Kau sudah pulang?” suara itu mengejutkan ketiganya.

Magi, Hyuri dan Suri kompak menoleh menatap tangga besar yang berada di tengah-tengah ruangan luas ini. Pria tampan berkacamata ini berdiri di tangga teratas dengan membawa buku yang terbuka di tangan kanannya. Tatapannya datar. Hyuri dan Suri paham jika itu karena keberadaan mereka.

“Hah, akhirnya kau pulang.” sosok cantik ini muncul dari sisi kiri. “Omo! Apa ini?” ia terkejut melihat Magi tak sendiri.

Suri dan Hyuri beralih menatap sosok berpenampilan cantik namun memiliki suara laki-laki itu. Pria cantik itu menunjukan ekspresi yang sama. Tak suka pada keberadaan Hyuri dan Suri yang ada bersama Magi.

Pyor! Terdengar suara benda pecah. Magi, Hyuri dan Suri menoleh ke arah kanan. Pemuda dengan wajah dan seluruh tubuhnya dipenuhi bulu itu berdiri tercengang menatap dua orang asing yang ada bersama Magi. Hyuri dan Suri lebih syok menatap pemuda ini.

“Mereka... keluargaku.” Magi memecah keheningan yang sedikit tegang ini. “Perkenalkan, yang di atas tangga itu Nickhun Oppa, lalu pria cantik itu Lee Sungjeong dan dia Baro.” terakhir Magi menunjuk pemuda yang seluruh tubuhnya tumbuh bulu seperti serigala. “Ada satu lagi, namun ia tak ada di sini, Kim Myungsoo atau biasa dipaggil L Kim.” imbuh Magi. “Dan mereka ini teman baruku, Song Hyuri dan Han Suri.” gantian Magi memperkenalkan kedua temannya.

Nichkhun  berjalan menuruni tangga, Sungjeong dan Baro turut mendekat. Ketiganya berhenti dihadapan Magi dan ketiga temannya.

“Annyeong...” sapa Suri dengan senyum terpaksa. Ia benar sungkan juga takut melihat ekspresi ketiga anggota keluarga Magi ini.

“Aku membawa mereka untuk tinggal bersama kita malam ini.” terang Magi.

“Apa...? Tinggal bersama...? Nona, sadarkah Nona akan tindakan Nona ini?!” Sungjeong tak sungkan memprotes Magi di depan Hyuri dan Suri.

“Apa kau lupa pada pesan Kakek?” tanya Nichkun.

“Animnida. Aku ingat semua. Aku tahu aku salah membawa mereka kemari. Aku tahu aku melanggar peraturan. Tapi aku tak bisa membiarkan mereka tidur di jalanan. Tadi hampir saja mereka dihabisi preman.”

“Preman...? Jadi hari ini Nona pergi berkelahi?” Sungjeong panik menatap Magi.

“Aniyo.”

“Kita dilarang membawa orang asing masuk, Nona.” kata Baro sedikit terbata. Ia gugup.

“Aku yang memberi ruang bagi mereka untuk tinggal.”

“Walau kau punya kuasa, apa itu juga berarti kau boleh melanggar peraturan yang ada?” Nichkhun geram.

“Jika itu memang perlu, iya! Aku melanggar peraturan bukan untuk hal yang buruk.”

“Pada awalnya tak buruk, namun selanjutnya apa kita tahu?” sahut Sungjeong.

“Mereka akan tinggal bersama kita sampai mereka menemukan tempat tinggal yang baru.”

“Mwo...? Nona...?” Sungjeong keberatan.

Nichkhun menatap geram pada Magi.

“Baro, tolong angkat barang mereka masuk.” perintah Magi.

“I-iye...” Baro bergegas keluar.

Suri menyusul Baro. Hyuri menyusul Suri.

“Tolong siapkan kamar untuk mereka. Satu kamar untuk mereka berdua.” pinta Magi pada Sungjeong.

“Nona... Nona serius mau menampung mereka?” Sungjeong masih protes.

“Aku mohon.” Magi memelas.

Nichkhun menghela napas melihatnya.
***

Baro mengantar Suri dan Hyuri menuju kamarnya. Saat sampai Sungjeong sudah menunggu di dalam kamar itu.

“Selamat datang di Kastil Asphodel. Aku Lee Sungjeong, orang yang bertanggung jawab pada segala urusan rumah tangga daalam kastil ini. Ini adalah kamar untuk kalian berdua. Ada dua ranjang dan satu kamar mandi di sini. Tolong dengar baik-baik selama kalian tinggal di sini. Kami tak akan menyediakan daging dalam setiap menu makanan di sini karena kami semua di sini adalah vegetarian. Dan ikat erat-erat rasa ingin tahu kalian. Jangan sampai rasa penasaran kalian membuat kalian menjadi bertindak tak sopan dengan diam-diam menyelidiki apapun itu yang ada di sini. Satu hal yang terpenting dan harus kalian ingat selalu juga kalian pegang teguh selama kalian tinggal di sini. Janga sekali-kali mencoba menyentuh sayap kanan dari tangga. Kalian boleh melakukan apapun di sayap kiri ini namun jangan sampai menyentuh sayap kanan. Akan sangat fatal akibatnya. Kami tak akan mentolelir untuk itu.”

Hyuri dan Suri diam menelan ludah mendengarkannya.

“Jongmal kamsahamnida.” Suri membungkuk hingga 90© di depan Sungjeong. “Maaf kami merepotkan.”

Sungjeong menghela napas. “Jika kalian membutuhkan sesuatu, katakan padaku. Di sini itu semua menjadi tanggung jawabku. Satu lagi, aku harap kalian tak diam-diam berkeliling kastil di malam hari. Kastil ini sangat luas dan beberapa sudut dibiarkan gelap. Kalian bisa tersesat. Bersihkan diri kalian. Aku akan  menyiapkan makan malam.”

“Makan malam...?  Selarut ini?” tanya Hyuri.

Sungjeong diam menatapnya lalu pergi begitu saja.


“Woa! Lihat kamar ini! Dua kali lebih luas dari kamarku.” Suri tersenyum lebar melihat kamar barunya. Kamar yang luas dan megah. Suri segera berkeliling memeriksa seluruh sudut kamar.

“Kau tahu. Kamar mandinya keren! Semua keperluan mandi ada di sana.” Suri usai memeriksa kamar mandi. Ia menemukan Hyuri masih dalam posisi yang sama dimana Hyuri berdiri. “Kau kenapa?”

“Tidakkah ini membuatmu bertanya-tanya?”

Suri duduk di tepi ranjang di sisi kiri. “Eum, tentu saja. Aku tak menduga di tempat inilah dia tinggal. Bagaimana kastil ini bisa begitu berbeda dari luar dan dari dalam? Aku rasa masalahnya pada Wisteria Tunnel itu. Mungkin di sanalah sihir itu berpusat. Tapi aku tak ingin jadi penasaran lebih. Magi berbaik hati memberi tumpangan, aku tak mau menyia-nyiakan kebaikan ini.”

“Kau pikir aku mau apa?” Hyuri ikut duduk menghadap Suri di tepi ranjang di sisi kanan. “Kastil yang terkena kutukan... keluarga Magi... apa mereka semua terkena kutukan?”

“Pria seperti wanita Lee Sungjeong dan pria berbulu itu... Baro, apa dia menderita Werewolf Syndrome?”

“Werewolf Syndrome...?”

“Nee. Penyakit langka dimana tubuh penderitanya ditumbuhi bulu seperti serigala. Kau lihat bagaimana dia kan?”

Hyuri mengangguk.

“Kepala pelayan itu, Lee Sungjeong, tadi aku mengira dia benar-benar perempuan. Dia sangat cantik. Hagh! Ini seperti dalam film Beauty and The Beast saja, jangan menyentuh sayap kanan. Apa di sana tinggal pangeran buruk rupa...?”

Hyuri diam. Berpikir. “Bukankah Magi mengatakan ia tinggal berlima? Ia memiliki empat saudara laki-laki.”

“Nee. Dan tadi yang menyambut kita hanya tiga orang.”

Hening selama beberapa detik. Lalu Suri dan Hyuri saling memandang dengan kedua mata melebar.

“Apakah L Kim itu si pangeran buruk rupa dan tempramen yang tinggal di sayap kanan...?” pekik Suri.

“Ssh! Pelankan suaramu! Hati-hati!”

“Mian.” bisik Suri.

“Bisa jadi demikian. Hah... sebenarnya siapa gadis bernama Magi ini...?”

“Entahlah. Ketika pertama kali melihatnya, aku merasakan ada getaran yang berbeda. Hatiku kecilku mengatakan dia bukan orang biasa. Aku rasa inilah jawabannya.”

“Menurutmu... kita meminta bantuan pada orang yang tepat?”

“Entahlah.”

“Aku rasa sebaiknya kita lekas keluar dari tempat ini.”

Suri diam memandang Hyuri.

“Begitu banyak hal terjadi di luar sana. Aku hanya takut tempat ini adalah salah satunya.”

Suri masih diam. Merenungi kata-kata Hyuri.
***

Sungjeong menyusul Hyuri dan Suri dan membawa keduanya untuk makan malam bersama. Di atas meja makan besar itu terhidang berbagai macam hidangan yang menggugah selera. Hyuri dan Suri kompak menelan ludah melihatnya. Sungjeong mempersilahkan keduanya untuk duduk. Nichkhun dan Baro yang sudah duduk bersikap datar pada Hyuri dan Suri.

Hyuri dan Suri duduk berdampingan berhadapan dengan Sungjoeng dan Baro. Ada satu kursi kosong di samping kanan Sungjeong. Nichkhun duduk di ujung, berhadapan dengan kursi kosong di ujung lainnya. Total ada tujuh  kursi di ruang makan ini.

“Susunannya berganti karena mulai malam ini kalian akan makan malam bersama di sini.” Sungjeong menjawab tatapan Hyuri dan Suri.

“Mianhamnida. Kami jadi begini merepotkan. Kami akan segera mencari tempat tinggal yang baru.” Suri sopan.

“Secepatnya?” tanya Nichkhun.

“Nee. Kami usahakan secepatnya.” Suri membenarkan.

“Hidup di luar sana, pastilah sangat mahal dan aku perhatikan kalian tak punya banyak harapan untuk membayar mahal itu semua.”

Hyuri mengangkat kepala menatap tajam Nichkhun.

“Aku tahu kau seorang pekerja keras.” Nichkhun balik menatap Hyuri. “Aku harap benar secepatnya.”

“Sebentar lagi Nona turun.” sela Sungjoeng.

“Nona...?” pekik Suri.

Sungjeong, Baro dan Nichkhun kompak menatap dingin pada Suri. Suri segera menunduk dibuatnya sedang Hyuri diam menatap kesal pada ketiga saudara Magi ini. Kemudian terdengar derap langkah kaki menuju ruang makan di dekat dapur utama. Semua mata tertuju pada jalan masuk menuju ruangan ini. Hyuri  dan Suri sama-sama menunjukan ekspresi terkejut ketika sosok itu muncul. Gadis cantik dengan rambut ikal coklat yang terikat sebagian. Gadis yang tak asing bagi keduanya.

“Magi...?” bisik Suri masih menatap gadis yang berjalan dengan senyum diwajahnya itu.

Hyuri diam namun tatapannya mengikuti gadis berambut ikal coklat itu hingga gadis itu duduk di bangku kosong yang berhadapan dengan Nichkhun.

“Maaf membuat kalian menunggu.” suara Magi begitu lembut. Tak terdengar manja dan sedikit mengesalkan seperti tempo hari.

“Magi...? Ini kau...? Benar ini kau...? Rosmary Magi...?” buru Suri masih menatap tak percaya pada Magi.

“Ehem!” Nichkhun berdehem.

Suri sadar itu teguran untuknya. Suri pun segera menunduk.

Magi tersenyum melihat Suri. “Nee, ini aku, Magi. Jangan menundukan kepala seperti itu.” Magi lalu menatap Hyuri dan kembali tersenyum. “Maaf jika Oppa-oppaku ini membuat kalian tak nyaman. Mereka hanya terlalu over melindungi aku, satu-satunya gadis dalam keluarga ini. Malam ini kita berkumpul untuk makan malam, bukan untuk  tanya jawab, jadi mohon nikmati makan malam sederhana ini. Setelah makan malam, baru akan ada sesi tanya jawab.” Magi kembali tersenyum manis.
***

Usai makan malam, Hyuri dan Suri turut duduk bersama dalam ruang keluarga. Ruangan yang nyaman dengan televisi besar, sofa dan pelengkap khas ruang keluarga pada umumnya. Khas kastil-kastil western pada umumnya. Magi tersenyum melihat Hyuri dan Suri yang sibuk mengamati sekitar mereka.

“Kakekku seorang ahli botani. Kastil ini adalah peninggalan beliau. Tapi baru empat tahun aku tinggal di sini.” Magi memulai penjelasannya. “Karena terlalu larut, dimulai dari tempat ini dahulu, lain waktu aku ajak kalian berkeliling.”

“Kau benar-benar penuh kejutan. Nona Besar.” Suri menatap Magi.  “Kau di luar sana dan di dalam sini. Kenapa kau menyamar?”

Magi tersenyum saja lalu menatap Hyuri. “Bagaimana lukamu?”

“Lee Sungjeong Sunbaenim sudah memberiku obat. Terasa lebih baik kini.”

“Syukurlah.”

“Kenapa kau menyamar?” sela Suri.

“Aku tak menyamar.” bantah Magi.

“Tapi ini, jauh berbeda dari keseharianmu.”

“Hanya ingin tampil seperti itu untuk beberapa waktu ini. Sejak masuk SMA Maehwa. Lain kali kalau bosan, aku pun bisa berubah lagi.”

“Ish! Kau ini.”

“Karena kalian orang asing yang pertama kali memasuki area privasi kami ini, mungkin kalian akan sangat diawasi oleh saudaraku yang lain. Aku mohon maaf tentang ini.”

“Kami yang pertama...?” Suri memastikan.

Magi mengangguk. “Sebaiknya kita istirahat. Bersiaplah untuk esok. Pagi di Kastil Asphodel yang terindah.”

Suri tersenyum dan mengangguk. Hyuri hanya tersenyum kecil.
***

Suri dan Hyuri terbaring di ranjang masing-masing. Gelap di dalam kamar ini, namun Hyuri dan Suri masih terjaga. Terbaring menatap langit-langit kamar yang gelap.

“Kau masih membuka mata Somg Hyuri?” tanya Suri.

“Em.”

“Kasur ini empuk dan hangat, tapi sulit sekali bagiku untuk memejamkan mata. Aku teringat video klip dari Backstreet Boys-Everybody, mereka menginap di kastil tua lalu hal-hal aneh terjadi.”

“Ish! Setelah Beauty and The Beast sekarang Backstreet Boys? Lalu nanti vampire?”

“Kau kenapa belum tidur?”

“Bibirku yang terluka mulai terasa sakit.”

“Ada keraguan. Padahal jika kau tak ragu, aku yakin kau bisa mengalahkan mereka. Ah, aku jadi penasaran siapa orang yang menolong kita.”

“Enam pria kekar itu? Aku tak sehebat itu. Dulu kami mengalahkan mereka bersama-sama. Kami mempermalukan mereka di depan umum, mungkin itulah yang membuat mereka begitu dendam. Aku juga penasaran pada pria misterius itu.”

“Jadi laki-laki ya?”

“Em.”

“Kita benar-benar harus bersyukur hari ini.”

“Nee.”

“Lalu tentang Magi, apa pendapatmu?”

“Entahlah. Semakin memikirkanya dan menerka-nerka membuatku semakin bingung.”

“Aku pun sama.”

Suasana kembali hening.

“Akan sangat tak nyaman karena diawasi. Walau mematuhi Magi namun keberatan mereka lebih dominan.” imbuh Suri.

“Kita terlalu banyak mengeluarkan energi untuk berpikir hari ini. Sebaiknya kita istirahat dan memikirkannya lagi esok.” Hyuri membenahi posisi kepalanya pada bantal dan berusaha memejamkan mata.

“Kau benar.” Suri tersenyum kemudian menghela napas dan memejamkan matanya.
***

Alarm ponsel Hyuri nyaring memenuhi kamar di pagi buta ini dan mengusik tidur Suri. Hyuri dan Suri pun terbangun.

“Ya! Kenapa kau menyalakan alarm sepagi ini?” protes Suri yang sudah duduk di atas ranjangnya dengan mata masih terpejam.

“Miahae. Aku terbiasa bangun sepagi ini untuk bekerja.” Hyuri buru-buru mematikan alarm ponselnya.

Suri menguap. “Kau lupa ini dimana? Sepertinya pagi ini kau harus bolos mengantar susu dan koran. Kita tak bisa keluar masuk seenaknya.”

“Aish!” Hyuri baru menyadari dimana ia berada.

Suri kembali menguap. Lalu hidungnya bergerak mengendus sesuatu. “Ya, kau menicum bau ini tidak?”

“Bau...?”

Suri masih menggerak-gerakan hidungnya mengendus bau. “Harum...” kata Suri sembari menuruni ranjang dan berjalan keluar.

“Suri! Tunggu aku!” Hyuri melompat turun menyusul langkah Suri.

Hyuri berjalan di belakang Suri yang berjalan sambil terus menggerakan hidungnya untuk mencari sumber bau wewangian ini berasal. Keduanya keluar kamar dan menyusuri koridor.

“Selamat pagi!” sapa Magi mengejutkan Suri dan Hyuri saat keduanya sampai di ujung koridor.

Suri dan Hhyuri berhenti mendadak dan melotot kaget menatap Magi yang membawa beberapa dupa di tangannya.

“Maaf jika ini mengganggu. Ini ritual setiap pagi dan sore di sini.” Magi menunjukan dupa di tangannya. “Kalian tak suka?”

“Anee, aniya! Bukan begitu. Hanya merasa asing dengan wewangian ini karena itu aku keluar mencari sumbernya.” Suri meringis.

“Wah, kemampuan penciuman yang hebat. Seperti Maria Sanderson.” canda Magi.

“Eiy! Tapi aku tak suka makan daging anak-anak!” protes Suri.

“Kau penganut Budha?” sela Hyuri. “Vegetarian dan dupa-dupa ini.”

“Identik ya? Anee. Aroma ini membantu mengatur mood ku di pagi hari. Membantuku menenangkanku agar siap menghadapi apapun diluar sana. Tentang vegetarian, memakan sesuatu yang tak bernyawa efektif membantu kita mengendalikan diri dan nafsu. Sesuatu yang bernyawa dikatakan sering kali mendukung kita untuk sulit menguasai nafsu kita sendiri. Itu saja. Kakek yang mewariskan ajaran ini padaku.”

“Jadi setiap pagi dan sore kau menyalakan dupa-dupa itu?” sela Suri.

“Aku kembali pulang kala hari gelap, saat itu aku hanya menyalakannya di kamarku. Terkadang sore hari Sungjeong Oppa yang melakukannya.”

“Oh.” Suri mengangguk.

“Kalian siap menyambut pagi pertama di Kastil Asphodel?” tanya Magi.
***

Sungjeong menghela napas panjang mengamati dari balik jendela memperhatikan Magi yang sedang berada di taman depan bersama dua teman barunya. Nichkhun menghampiri Sungjeong dan turut mengamati Magi dan kedua temannya.

“Melihat senyumnya, aku semakin takut.” kata Sungjeong.

“Aku pun sama.”

“Kita berusaha menjaganya, namun tentang takdir, sekeras apapun kita berusaha, kita tak akan bisa mengelaknya.”

“Hyung.” Baro datang menghampiri Nichkhun dan Sungjeong. Nichkhun menoleh. “Ini data yang Hyung inginkan. Ini semua yang berhasil aku kumpulkan tentang Song Hyuri dan Han Suri.” Baro memberikan kertas di tangannya pada Nichkun.

“Banyak kejanggalan kah?” tanya Nichkhun.

“Song Hyuri dahulunya anak yang diadopsi dari sebuah panti asuhan. Ia memutuskan kabur saat kelas 3 SMP dan tinggal di luar sendiri. Menurut informasi yang aku dengar karena kedua orang tua adopsinya sering berlaku kasar padanya. Sedang Han Suri gadis dengan latar belakang keluarga tak harmonis. Ibu kandungnya meninggal dan ayahnya menikah lagi. Sering terjadi pertengkaran dalam keluarga ini. Aku rasa itu alasan Suri kabur. Semalam keduanya mengalami penyerangan oleh preman yang dendam pada Song Hyuri, pada geng Chrysaor tepatnya. Geng Hyuri di SMA Maehwa.”

“Geng...?” Sungjeong menoleh menatap heran pada Baro.

“Nee. Tapi geng ini dikenal baik. Mereka gemar membela kaum lemah.” terang Baro.

“Memilih SMA Maehwa memang membawa Nona pada kekacauan ini.” Sungjeong menggelengkan kepala.

Nichkhun menghela napas. “Semoga semua ini bukan awal yang buruk. Lalu apakah L Kim sudah tahu tentang ini?”

“Myungsoo...? Aku belum bertemu dengannya.” jawab Baro.

“Aku pun sama. Tapi sepertinya semalam ia berbincang dengan Nona. Semoga Nona sudah meberitahunya perihal ini.” Sungjeong kembali menatap keluar jendela.

Baro dan Nichkhun turut kembali menatap keluar jendela memperhatikan Magi dan kedua teman barunya.
***

Babak baru telah dimulai. Pertarungan nasib yang akan membawamu pada akhir yang disebut sebagai takdirmu.

-------TBC--------

Keep on Fighting
- shytUrtle

 

Search This Blog

Total Pageviews