Fan Fiction FF

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

05:31

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
 
Land #28

                Istana dan keluarga raja dikejutkan oleh kunjungan mendadak Ratu Maesil. Joongki ditemani Ratu Kyeongmi dan para punggawanya berjalan tergopoh-gopoh menuju Balai Agung tempat dimana pertemuan bersama para menteri dan pejabat besar negara biasa digelar.

                “Anda tidak berhak untuk duduk di atas singgasana agung itu.” Ketua Hollynim Jung Hyeyoung yang datang lebih dulu di Balai Agung segera menegur Ratu Maesil yang duduk di atas singgasana raja.

                “Kau rupanya.” Ratu Maesil datar menanggapi kedatangan Jung Hyeyoung dan tak beranjak dari singgasana raja. “Bahkan setelah belasan tahun berlalu, kau tetap bertahan dengan ini,” Ratu Maesil menatap Hyeyoung dari atas ke bawah, “kostum serba hitam ini. Apa kau tak malu pada gelarmu sebagai Ketua Hollynim?”
               
                “Hitam tak akan terpengaruh oleh apa pun. Hitam itu murni. Dan hitam akan mempengaruhi. Bukankah Anda juga pernah mendengar tentang ini?”

                “Ya, ya, ya. Dan selalu sama, kau yang selalu menyambutku pertama kali. Bagaimana dengan hari ini? Apakah kau sangat marah melihatku duduk di atas singgasana ini? Bukankah aku ini juga keturunan raja? Apa kau lupa itu?”

“Saya ingat semuanya. Bahkan mengingat semua detailnya. Detail bagaimana Anda tega menghabisi keluarga dari adik kandung Anda sendiri dan membunuh teman-teman dekatnya juga mengutuk keluarga mereka. Juga tentang Anda membiarkan saya tetap hidup hingga kini. Saya tidak akan melupakan itu semua. Tidak sedikitpun.”

Ratu Maesil menyipitkan kedua matanya menatap Hyeyoung yang berdiri tegar di hadapannya. Belum sempat ia berkomentar terdengar seruan dari petugas istanaa yang mengabarkan kedatangan rombongan raja.

Pintu Balai Agung terbuka. Joongki dan rombongannya memasuki Balai Agung, namun hal ini tak membuat Ratu Maesil bergerak dari singgasana raja. Ia tetap duduk tenang menatap rombongan raja yang berjalan mendekat padanya. Hyeyoung minggir dan menundukan kepala sebagai rasa hormat pada raja.

Joongki yang terkejut melihat Ratu Maesil duduk di atas singgasananya ketika pintu Balai Agung terbuka itu telah sampai di hadapan Ratu Maesil. Ratu Maesil menyincingkan senyum sinis menyadari ekspresi Joongki.

“Belasan tahun berlalu sejak keluarga ini beruntung karena nasib buruk raja terdahulu dan beberapa tahun terakhir ketika aku mulai rajin kembali mengunjungi istana ini, tetap saja tak ada yang berubah.” Ratu Maesil berdecak sembari menggeleng pelan. Mencibir Joongki. “Ada ada dengan ekspresimu itu Yang Mulia? Singgasanamu ini??”

“Setelah beberapa tahun terakhir, harusnya kami kebal terhadap serangan mendadak ini. Tapi hari ini Anda duduk di atas singgasana itu dan benarkan reaksi ini yang Anda tunggu dari kami?” jawab Ratu Kyeongmi. Wanita itu paham betul jika Joongki tak akan bisa bertindak tegas di depan Ratu Maesil.

Senyum sinis kembali tersungging di bibir merah Ratu Maesil. “Sungguh malang nasib negeri ini. Raja yang menjadi junjungan tertinggi di negeri ini, bahkan sampai sebesar ini masih saja bersembunyi dibalik ketiak sang ibu. Bagaimana nasib rakyatnya?” Ratu Maesil kembali mengolok Joongki.

“Yang Mulia!” tegur Ratu Kyeongmi dengan nada meninggi.

“Ibu tenanglah,” bisik Joongki yang juga geram mendengar ejekan itu. “Dalam kunjungan kali ini, apa yang ingin Anda sampaikan pada kami?”

Lagi-lagi senyum mencibir itu terkembang menyincing di wajah Ratu Maesil. “Janganlah kau jadikan kemudaanmu sebagai tameng hingga kau bebas berbicara tak sopan seperti itu dengan dalih kami harus memaklumi usiamu sebagai kewajaran khas anak muda yang terkadang labil dan arogan. Walau dengan cara tak beruntung itu kau tetaplah raja negeri ini.”

Joongki menatap dengan ekspresi tak paham pada Ratu Maesil begitu juga Ratu Kyeongmi dan Jung Hyeyoung.

“Yang Mulia, apa maksud ini semua?” tanya Ratu Kyeongmi ditengah rasa geramnya pada ulah Ratu Maesil.

“Bersabarlah wahai orang-orang lemah.” Ratu Maesil bangkit dari duduknya,  berjalan menuruni singgasana raja dan kemudian mendekati Joongki, berhenti jarak selangkah tepat di depan Joongki. “Aku yang salah perhitungan atau pihak istana yang lalai?” Ratu Maesil mengamati Joongki, menatap pemuda tampan itu dari atas ke bawah. “Bukankah sangat terlambat? Seharusnya raja muda ini ditemani permaisuri disisinya, bukan Ibu Suri seperti ini. Tidakkah kalian dengar gunjingan rakyat di luar sana?”

“Yang Mulia sengaja melakukannya?” tanya Ratu Kyeongmi lagi masih dengan ekspresi geram itu.

“Bukankah wajar jika rakyat menggunjingkan hal ini? Rakyat sangat paham beberapa aturan istana di negeri mereka ini. Para pangeran menikah di usia 19 atau 20 tahun, akan tetapi raja muda Song Joongki tak kunjung mendapatkan permaisuri hingga menginjak usia 23tahun. Ada apa? Apa yang terjadi padanya? Tidak normalkah ia? Atau ini benar kelalaian pihak istana? Haruskah aku membuat sayembara untuk mencari permaisuri bagi raja?”

“Yang Mulia! Ini benar-benar keterlaluan. Harap Yang Mulia tidak melakukannya.” Sela Hyeyoung.

“Pernikahan rajaa adalah tanggung jawab kami. Pernikahan anakku adalah tanggung jawabku. Aku tidak akan tinggal diam jika orang lain berusaha mencampurinya.” Ratu Kyeongmi dalam puncak emosinya dan menatap Ratu Maesil penuh kebencian.

“Apakah tidak ada putri pejabat yang cocok untuknya? Atau karena statusnya sebagai raja dadakanlah yang membuat para gadis enggan menjadi pendamping hidupnya?” Ratu Maesil tak jera menghina Joongki lengkap dengan tatapan memicing pada Joongki.

“Yang Mulia!” tegur Hyeyoung.

“Atau aku harus benar-benar...”

“Aku telah memiliki calon istri!” potong Joongki.

Ratu Kyeongmi dan Hyeyoung terbelalak menatap Joongki. Ratu Maesil mengangkat sebelah alisnya masih dengan tatapan sinis memicing pada Joongki.

“Aku sedang dalam proses mendekatinya kini, jika aku berhasil meyakinkannya, aku akan menyunting gadis ini dan menjadikannya sebagai permaisuriku.”” Imbuh Joongki tanpa ragu membalas tatapan Ratu Maesil.

“O’oow. Kekuatan cinta memberimu keberanian untuk menatapku seperti ini. Aku benci para pecinta ini. Siapakah gadis malang itu?” gumam Ratu Maesil dengan mulut hampir tak terbuka ketika ia bicara, bergumam dengan nada sedikit lirih itu. “Menarik. Aku akan menunggu kelanjutannya. Aku akan menyimpan rasa penasaranku dan menunggu kau membawa gadis itu ke istana ini sebagai permaisuri. Baru kali ini aku merasa puas berbicara dengan raja dadakan ini.”

Joongki menghela napas dan memilih bungkam.

“Hah, tempat memuakan ini membuat kepalaku menjadi pusing. Aku tak mau berlama-lama di sini.”

“Sebelum pergi, harap Yang Mulia mengingatnya jika musim semi telah tiba dan tentang fenomena cincin pelangi matahari kala itu. Kejadian ini sama dengan dimana ketika Putri Ahreum dilahirkan bukan?” Jung Hyeyoung berhasil menarik perhatian Ratu Maesil yang langsung beralih menatapnya sebelum ia beranjak pergi.

Walau tampak sedikit terkejut, tapi Ratu Maesil dengan cepat merubah ekspresinya dengan senyuman dingin dan keji itu. “Tentu saja aku ingat. Tentang fenomena pelangi melingkari matahari kala itu, aku rasa kau juga aku, kita sama-sama telah memahaminya. Terutama kau ketua Hollynim Jung Hyeyoung. Kita sama-sama meyakini jika Putri Ahreum masih hidup di luar sana. Fenomena cincin matahari itu kita juga sama-sama meyakini sebagai pertanda kembalinya Putri Ahreum. Rakyat ramai membicarakannya dan istana tak memberikan kepastian. Dan musim semi...” tatapan Ratu Maesil menerawang jauh sejenak,”... ini akan menjadi sangat menarik bukan? Dari kita, siapakah yang akan lebih dahulu menemukan Putri Ahreum itu?”

“Sang Naga tak akan pernah salah memberikan isyarat yang merupakan pesan dari Sang Penguasa Alam. Sampai detik ini saya masih sangat yakin jika Yang Mulia Tuan Putri Ahreum masih hidup dan dia pasti kembali untuk negeri ini.” Hyeyoung menatap lurus pada Ratu Maesil.

Ratu Maesil masih berdiri angkuh dan senyum bengisnya kembali terkembang. “Jangan-jangan kau sendiri pelakunya. Pelaku yang selama ini sengaja menyembunyikan putri pembawa sial itu.”

“Dan bisa dipastikan Yang Mulia Ratu Maesil-lah yang selama ini berusaha menghabisi nyawa Putri Ahreum. Jadi tindakan hamba menyembunyikan Putri Ahreum benar bukan? Dan usaha Anda selalu gagal untuk mengakhiri nyawa putri yang diramalkan sebagai gadis yang nantinya akan mengalahkan segala kekuatan dan keangkuhan Anda  Yang Mulia.

“Hahaha...” tawa Ratu Maesil pecah memenuhi seluruh Balai Agung. “Aku menyukaimu sikapmu ini, sejak dulu Jung Hyeyoung. Saat ini baik kau juga aku, kita sama-sama ketakutan. Karena itu aku ingin mengajakmu bersama-sama melawan ketakutan itu. Aku dan seluruh pengikutku menantangmu Jung Hyeyoung. Diantara kita, siapakah yang akan lebih dulu menemukan Putri Ahreum. Jika itu aku, maka kau tahu sendiri kan apa akibatnya?”

Hyeyoung tersenyum penuh percaya diri. “Selama belasan tahun Anda mengejarnya Anda tak berhasil membunuhnya. Sebaiknya Yang Mulia tidak terlalu percaya diri akan tantangan ini. Jika perhitunganku benar, Yang Mulia Tuan Putri Ahreum saat ini pastilah sudah bertumbuh menjadi gadis remaja yang tangguh. Kemudaan itu akan mengalahkan kita yang telah terlalu lama hiduo di dunia fana ini. Baik hamba juga Yang Mulia sebaiknya sama-sama waspada dan berhati-hati. Saya menerima tantangan Anda Yang Mulia.”

Ratu Maesil tersenyum sinis. “Baiklah. Musim semi tahun ini akan menjadi musim semi yang lebih menarik dari tahun-tahun sebelumnya. Siapkan diri kalian. Inilah perang kita yang sebenarnya.” Ratu Maesil kembali tersenyum bengis pada Jung Hyeyoung lalu meninggalkan Balai Agung tanpa menatap Joongki dan Ratu Kyeongmi saat melewati keduanya.
***


Seperti tahun-tahun sebelumnya istana tak pernah tenang usai kunjungan mendadak Ratu Maesil. Ratu Maesil yang selalu berkunjung ketika musim semi akan tiba di Wisteria Land. Ratu Maesil yang selalu memberikan peringatakn ancaman untuk melemahkan kubu Joongki. Dan berita kunjungan Ratu Maesil ke istana ini segera tersebar luas ke seluruh penjuru istana lengkap dengan tambahan rumor sebagai bumbu penyedap obrolan dikalangan penghuni istana sendiri.

Joongki, Ratu Kyeongmi dan Jung Hyeyoung duduk bertiga di dalam gazebo di tengah kolam lotus di istana utama tempat Joongki tinggal.

“Benarkah Yang Mulia telah memilih calon istri?” tanya Hyeyoung lembut. Ia terlihat lebih tenang kini.

“Iye?? Ah, itu... gadis ini... sebenarnya aku menyukainya. Selama ini aku tak memiliki kriteriaa gadis idaman, tapi gadis ini membuatku tersenyum dan jantungku terus berdetak ketikaa pertama kali aku melihatnya. Aku sedang berusaha mendekatinya, menarik hatinya. Mohon ijinkan aku melakukann ya sendiri dengan caraku sendiri.”

“Siapakah gadis itu?” tanya Ratu Kyeongmi.

“Maafkan aku ibu, aku tak bisa mengatakannya sekarang. Aku harus mendapatkan hatinya dahulu, mendapatkan cinta tulusnya baru aku berani menunjukannya. Lagipula jika terburu-buru, aku takut ini akan mencelakainya.”

“Apakah gadis ini rakyat jelata?” desak Ratu Kyeongmi yang penasaran pada siapakah putra sulungnya ini jatuh hati.

“Jika iya, aku harap ibu tak akan menentang cintaku ini.”

Ratu Kyeongmi menghela napas pasrah.

“Dalam protokol istana tak dituliskan larangan raja menikah dengan rakyat jelata. Beberapa selir raja terdahulu adalah rakyat jelata. Selama gadis itu berasal dari keturunan keluaga baik-baik, tak akan menjadi masalah bagi istana.”

“Aku tak ingin selir. Aku ingin seperti ayah dan mendiang raja terdahulu yang hanya setia pada satu wanita.”

Ratu Kyeongmi tersenyum bangga sembari mengelus lengan Joongki. Jung Hyeyoung turut tersenyum pada Joongki.

“Lalu Holly-nim, bagaimana perkembangan tentang pencarian Purti Ahreum? Aku dengar belakangan para pejabat yang mendukung Ratu Maesil juga mulai bergerak.”

“Seperti Yang Mulia dengar di Balai Agung tadi... inilah perang kita yang sebenarnya dengan Ratu Maesil...” Hyeyoung mendesah dan nanar menatap hamparan bunga lotus di kolam.
***

“Ya! Kau baru pulang? Kemana saja kau?” sambut Joo Jaeyoon ketika anaknya—Jo Jonghwan- tiba di rumah mewahnya.

“Tentu saja aku sekolah. Memangnya ada hal lain yang aku lakukan?”

“Aish! Anak ini! Kau kelayapan dengan kedepalan temanmu atau bersama siswi-siswi pindahan dari SMA Maehwa itu?”

“Appa memata-matai aku??”

“Apa salah jika seorang ayah ingin menjaga anaknya?”

“Appa! Aku sudah SMA sekarang. Aku bukan anak kecil lagi.”

“Harus berapa kali aku mengulang permintaan ini? Jauhi gadis-gadis itu. Jauhi murid SMA Maehwa itu.”

“Tidak murid SMA Maehwa. Semua temanku adalah murid Hwaseong Academy.”

“Joo Jonghwan!”

“Maaf. Aku tidak bisa.”

“Kau benar-benar ingin menentang ayahmu ini, ha?!”

“Aku tak ingin menentang Appa. Yang aku katakan benar adanya bukan? Semua temanku adalah murid Hwaseong Academy. Yoo Seungho, Rosmary Magi, Song Hyuri dan Han Suri, mereka semua murid Hwaseong Academy.”

“Aiya! Kau bahkan berani menyebut tiga nama terlarang itu di rumah ini!”

“Tiga nama terlarang? Appa... ini apa??”

“Kau ingat apa yang aku katakan tempo hari padamu?”

“Semua murid SMA Maehwa yang ditransfer berada dalam pengawasan ketat istana baik pihak baik dan buruk, terutama para gadis.”

“Lalu kenapa kau mengabaikannya dan tetap bermain-main dengan mereka, ha?!”

“Jika nantinya Putri Ahreum adalah salah satu dari temanku itu, apakah Appa tidak akan bangga?”

“Bangga?? Bagaimana ayah bisa bangga pada hal yang bisa membahayakanmu kapan saja itu?”

“Appa ada dipihak siapa sebenarnya??”

“Kenapa kau malah bertanya demikian pada ayah? Tentu saja ayah memihak negara, memihak istana, memihak kebaikan.”

“Lalu kenapa Appa takut?”

“Apa semua orang istana memihak istana?”

“Jika Appa benar memihak negara, memihak istana, memihak kebaikan harusnya Appa tidak merasakan takut itu karena kebenaran memang selalu terasa perih. Bahkan amat menderita. Appa takut pada penyihir itu? Ratu Maesil?”

“Jonghwan-ya! Jaga bicaramu!”

“Aku lelah. Aku mau tidur.” Jonghwan berlari menaiki tangga meinggalkan Jaeyoon yang terus berteriak memanggilnya.

“Dasar anak muda! Keadaan politik semakin rusuh kini, apa yang harus aku lakukan padanya?” Jaeyoon berbicara sendiri lalu kembali menatap tangga. “Hah...” keluhnya sembari berjalan kembali ke ruang kerjanya di rumah mewah itu.
***

Geunsuk , Seungho dan Yoo Dong Geun—ayah Seungho, Walikota Poinsettia- duduk bersama di ruang keluarga di kediaman keluarga Yoo. Geunsuk sengaja datang berkunjung malam itu.

“Jadi hari ini Ratu Maesil telah berkunjung ke istana untuk memenuhi kunjungan tahunannya setiap musim semi akan tiba. Apakah Ratu Maesil kembali meneror Yang Mulia Raja?” tanya Donggeun pada Geunsuk.

“Iya. Sepertinya situasi akan semakin memanas karena kali ini Yang Mulia Raja berani sedikit memberikan penegasan dan pemberontakan.” Geunsuk membenarkan.

“Aku benar menjadi khawatir. Bagaimana jika Ratu Maesil menemukan Putri Ahreum lebih dulu.”

“Kami pun sama. Akan sangat fatal akibatnya. Istana menjadi sedikit kacau karena hal ini. Oya, Seungho, diantara tiga temanmu, siapakah yang tinggal di panti asuhan?”

“Eum?” Seungho yang sedikit melamun langsung menatap Geunsuk. “Ah... aku rasa tidak ada. Yang aku tahu Hyuri dan Suri tinggal bersama, menumpang di kediaman Magi.” Seungho kembali mengingat-ingat tentang ketiga teman gadisnya. “Ah! Satu gadis tinggal di panti asuhan, tapi bukan murid SMA Maehwa. Park Sungrin. Dia sangat dekat dengan Magi.”

“Park Sungrin??”

“Nee, Hyung. Dia bukan murid pindahan dari SMA Maehwa, tapi dari awal masuk kelas, dia mendukung Magi.”

“Oh, gadis itu...”

“Nee. Apa dia juga turut diawasi? Aku rasa aku dan Jonghwan pun sama karena kami dekat dengan trio Maehwa.”

“Sejauh ini tak ada penyelidikan khusus, benarkan Geunsuk?” sela Donggeun.

“Nee.”

“Lalu, apa rencana istana setelah ini?” Donggeun merasa penasaran pada tindakan apa yang akan dilakukan istana.

“Yang aku dengar, akan lebih difokuskan pada gadis yang tinggal di panti asuhan dan masih menekankan pada murid SMA Maehwa. Pihak lawan pun mulai bergerak di titik yang sama.”

“Jika bertindak brutal, pihak lemah dan tak bersalah akan menjadi korban lagi seperti sebelumnya.”

“Aku rasa Lesovik tidak akan tinggal diam.” Seungho menatap Donggeun lalu Geunsuk.
***

Hyerin mengerutkan dahi mendengar penjelasan ayahnya Lee Moonsik. ‘Apakah ini perang yang sebenarnya?’ batin Hyerin.

“Sebaiknya Appa tak begitu turut campur tentang ini. Appa mengabdikan diri pada negara dan rakyat, cukup itu saja. Aku tak mau sesuatu hal yang buruk menimpa Appa. Dua kubu yang sedang berseteru ini...” Hyerin mendesah pelan. “Dan jika benar Putri Ahreum masih hidup, kenapa ia terus bersembunyi?”

“Memang sulit. Terkadang ayah ingin segera mengajukan pensiun dini, tapi bukankah itu terlalu pengecut?”

“Jika Appa melakukannya, maka Appa akan menghadapi kemarahanku. Itu sangat memalukan. Menyerah pada keadaan.”

“Mungkin itulah yang kini dialami Putri Ahreum jika benar beliau masih hidup.”

“Nee??” Hyerin menatap tak paham pada Moonsik. “Menyerah pada keadaan??”

“Hah... mungkin dilema yang ayah alami, itu juga yang dirasakan Putri Ahreum. Dia bukan bersembunyi atau lari dari keadaan, tapi dia diam untuk mengawasi dan menyusun rencana.”

“Aku pun paham tentang itu Appa!”

Moonsik kembali menghela napas.

“Sebaiknya Appa istirahat dan berehenti memikirkan Putri Ahreum.”

“Semoga Appa diberi kesempatan untuk melihatnya kembali.”

“Appa.”

“Iya, iya. Mari kita istirahat.”
***

“Apakah ini perang yang sebenarnya? Ibu, kenapa aku jadi begini khawatir dan takut?” Hami memegang tangan kiri Ratu Kyeongmi.

“Cepat atau lambat pasti perang itu akan datang juga. Dan kita menjadi lebih takut dari rakyat yang selama ini sangat menderita karena ketidakcakapan kita dalam memimpin negeri ini. Ibu merasa gagal mengemban tugas besar ini.”

“Ibu...” Hami mengelus lembut lengan Ratu Kyeongmi. “Kita sudah berusaha dengan keras. Hanya saja Ratu Maesil terlalu kuat untuk kita lawan.”

“Kondisi sangat tidak stabil saat ini, karena itu mulai besok kau tidak akan diijinkan ke sekolah.”

“Ap-apa?? Ibu...” Hami menatap Ratu Kyeongmi dengan tatapan keberatan.

Ratu Kyeongmi menoleh, membalas tatapan Hami lalu tersenyum lembut. “Maafkan ibu, anakku. Ibu tak berani mengambil resiko dengan membiarkanmu berkeliaran di luar sana. Menempuh jarak beberapa kilo keluar istana untuk mencapai sekolah, begitu banyak perkiraan hal buruk yang bisa terjadi menimpamu. Ibu benar-benar minta maaf untuk ini.”

Hami mendesah pelan dan menundukkan kepala di depan Ratu Kyeongmi.
***

“Woa...” Sungrin tersenyum lebar saat membuka kardus pemberian Kyuhyun. Sungrin menemukan Hanbok yang terlipat rapi di dalam kardus itu.

“Kau suka?” tanya Kyuhyun masih menatap Sungrin.

“Sangat suka. Gomawo, Oppa. Oppa selalu tahu apa yang aku suka.”

“Gadis yang terlibat dalam Festival Gardenia tak boleh terlihat biasa saja. Kau tahu kan?”

“Nee.” Sungrin kembali menutup kardus di pangkuannya dan merapikannya.

Kyuhyun masih memperhatikan Sungrin yang duduk di sampingnya di bangku taman di depan panti asuhan Periwinkle. Sungrin terlihat berseri-seri. Sepertinya iaa benar bahagia menerima Hanbok pemberian Kyuhyun dan sangat antusias untuk Festival Gardenia. Tiba-tiba Kyuhyun meraih tubuh Sungrin dan memeluknya erat.

Sungrin terkejut ketika Kyuhyun tiba-tiba memeluknya. Sungrin terdiam dalam dekapan Kyuhyun dan dapat dengan jelas merasakan detub jantung Kyuhyun. “Oppa. Oppa... merasa khawatir?? Detub jantung Oppa sangat tak beraturan,” bisik Sungrin masih dalam dekapan Kyuhyun.

“Kau tahu aku tak bisa bohong padamu. Dan aku rasa kau pun tahu alasannya kenapa.”

Sungrin membalas pelukan Kyuhyun. “Jangan khawatir, Oppa. Aku dan Oppa, kita akan baik-baik saja dan menghadapi ini bersama-sama. Aku akan selalu mendukung Oppa.”

Kyuhyun mendekap Sungrin lebih erat dan memilih bungkam. Sungrin tersenyum kecil dan membiarkan Kyuhyun tetap memeluknya untuk membuat pemuda itu merasa lebih tenang.
***

Shin Ae baru saja mendengar berita kunjungan Ratu Maesil ke istana lengkap dengan segala desas-desus yang menjadi bumbu penyedapnya. Berada dalam situasi itu, Shin Ae langsung teringat pada L.Joe. Ia pun segera menelfon L.Joe dan meminta bertemu dengan pemuda itu. L.Joe setuju untuk bertemu di Coffee Shop langganan mereka.

Shin Ae datang lebih dulu dan duduk menunggu kedatangan L.Joe. Shin Ae yang biasa terlihat tenang kali ini tampak gusar ketika duduk menunggu L.Joe yang tak kunjung muncul sedang waktu sudah berjalan limabelas menit berlalu dari waktu yang dijanjikan. Tak biasanya L.Joe terlambat hingga limabelas menit. Shin Ae mendadak khawatir. Ketika Shin Ae bangkit dan hendak pergi mencari L.Joe, pemuda itu muncul  dan berjalan menghampiri Shin Ae.

“Kau berdiri?? Kau mau pergi?? Ada demonstrasi jadi sedikit macet, maaf aku terlambat. Apa kau benar-benar harus pergi?” L.Joe merasa bersalah pada Shin Ae.

“Duduklah. “ pinta Shin Ae sembari kembali duduk.

L.Joe pun duduk. “Aigo... kau ini selalu saja begini. Kenapa tak memesan minuman dan makanan lebih dulu? Kenapa kau selalu menungguku untuk melakukan itu? Ya, mulai sekarang kau harus belajar memesan sesuatu lebih dulu sebelum aku datang, eum? Bagaimana jika aku tak datang? Apa kau akan berada di tempat seperti ini tanpa memesan sesuatu?”

“Berhenti mengatakan hal itu. Kau terlambat lebih dari limabelas menit itu sudah cukup membuatku sangat khawatir di sini.”

L.Joe tersenyum manis. “Kalau begitu kita pesan sesuatu dulu agar resahmu itu reda, em?” L.Joe melambaikan tangan pada salah seorang pelayan Coffee Shop yang segera menghampirinya. L.Joe memesan minuman dan cake kesukaannya dan kesukaan Shin Ae seperti tempo hari ketika keduanya menghabiskan waktu di tempat ini.

“Ada apa tiba-tiba meminta bertemu denganku? Kau tampak begitu khawatir.” Tanya L.Joe kembali menatap Shin Ae setelah pelayan Coffee Shop pergi untuk mengambil pesanannya.

Shin Ae bungkam, hanya menyodorkan satu benda kecil ke hadapan L.Joe. Benda yang terbuat dari kain sutera merah berbentuk persegi dan berukuran 3x4cm.

“Apa ini?” tanya L,Joe penasaran sambil menyentuh dan mengamati benda pemberian Shin Ae.

“Bujok.”

“Jimat??”

“Nee.”

“Untuk apa kau memberiku jimat??”

“Tolong bawa Bujok ini kemanapun kau pergi. Jangan pernah melepasnya. Aku mohon padamu.”

“Ada apa sebenarnya?”

Shin Ae menatap iba pada L.Joe. “Sedari awal, akulah yang paling menentang hubunganmu dengan Rosmary Magi. Kau tahu itu kan? Dan kau juga pasti paham bukan tanpa alassan aku memaksamu meninggalkannya. Tapi tekadmu begitu keras untuk bertahan disisi Magi. Selain aku, kau pernah mengatakan jika ada orang lain yang juga memperingatkanmu tentang hubungan kalian. Tak ada yang bisa aku lakukan untuk merubah takdir. Bujok ini aku berikan untuk menjagamu dimanapun kau berada.”

L.Joe terdiam sejenak menatap Shin Ae. Sebelumnya ia tak pernah melihat Shin Ae dengan ekspresi begitu khawatir seperti ini. “Aku janji, aku akan membawanya kemanapun aku pergi dan tak akan melepasnya.”

“Jangan hanya berjanji, tapi benar-benar lakukan. Untukku...”

“Iya, sahabatku.” L.Joe menyimpan Bujok pemeberian Shin Ae. Lalu pesanan pun datang. “Urusan takdir biarkan Tuhan yang mengatur. Kita urus saja nasib kita, eum? Ayo kita makan.”

Melihat ekspresi L.Joe yang begitu tenang dan berseri itu Shin Ae tersenyum lesu lalu meraih cangkir berisi kopi cappucino favoritnya dan menyeruputnya. Ia tenang kini karena L.Joe mau menerima Bujok pemberiannya dan menuruti kata-katanya.
***

Suasana di ruang keluarga di dalam Kastil Asphodel terasa begitu hangat malam ini. Hyuri, Magi, Suri, Baro dan Myungsoo duduk bersama melingkar di atas lantai yang di lapisi permadani hangat berwarna merah. Mereka duduk bersama untuk membuat lampion. Sesekali terdengar suara tawa mereka memenuhi ruang keluarga yang sangat luas itu.

Nichkhun yang bertahan duduk di sofa untuk membaca buku benar-benar tak bisa berkonsentrasi karena berisik yang ditimbulkan oleh enam makhluk yang duduk berkumpul di atas lantai.

“Oppa! Letakan saja buku itu dan bergabunglah bersama kami. Apa Oppa tak lelah bertahan seperti itu?” panggil Magi. Nichkhun terlihat tetap nyaman dalam posisinya. “Aku tahu Oppa hanya berpura-pura. Oppa, hati-hati nanti Oppa bisa terserang...”

“Ehem!” Nichkhun berdehem memotong ucapan Magi. “Tak perlu mempedulikan aku. Lebih baik aku membaca di sini.”

“Tapi aku perhatikan Oppa mengintip kami sesekali. Kenapa tak bergabung saja?”

Baro, Hyuri, Suri dan Myungsoo saling menatap dan melempar senyuman melihat dan mendengar Magi menggoda Nichkhun masih dengan tangan masing-masing sibuk membuat lampion.

Sungjoeng datang dengan membawa dua kardus bersamanya. “Han Suri, Song Hyuri, aku ingin kalian mencoba Hanbok kalian ini.” kepala Sunjeng menunjuk dua kardus yang ia bawa bersamanya.

“Hanbok untuk kami?” Suri merasa salah dengar.

“Saat Festival Gardenia, semua gadis Ambrosia akan keluar dengan memakai Hanbok. Ini tradisi. Dan Nona memintaku membuat Hanbok untuk kalian.”

“Sana lekas coba sebelum Sungjeong Oppa naik darah,” bisik Magi disusul senyum Baro dan Myungsoo yang hampir bersamaan mendengar Magi mengolok Sungjeong.

Hyuri dan Suri segera bangkit menghampiri Sungjeong. “Ganti di ruang kerjaku saja. Menuju kamar kalian itu lumayan menyita waktu.” Kata Sungjeong sembari membagikan kardus untuk Hyuri dan Suri. “Aku menunggu di sini. Jangan lama-lama.”

Hyuri dan Suri segera menuju ruang kerja Sungjeong untuk mencoba Hanbok mereka. Nichkhun yang pura-pura membaca buku juga memperhatikan hal itu. Sambil menunggu Hyuri dan Suri kembali, Sungjeong duduk bergabung bersama Magi, Baro dan Myungsoo untuk membuat lampion.

“Sunbaenim...” terdengar suara Suri setelah gadis itu pergi selama hampir setengah jam bersama Hyuri.

Semua menatapa ke arah sumber suara. Mereka menemukan Suri dan Hyuri berdiri berdampingan telah mengenakan Hanbok masing-masing. Myungsoo dan Baro terlihat paling terpesona melihat Hyuri dan Suri dalam balutan Hanbok.

“Wah... ini sempurna,” puji Magi seraya tersenyum lebar.

“Tak ada keluhan?” tanya Sungjeong.

“Sangat pas untukku.” Kata Suri.

“Untukku juga.” Sambung Magi.

“Bersyukur untuk itu. Baiklah. Kita siap menyambut musim semi dan Festival Gardenia bersama.” Seru Sungjeong antusias.




***

-------TBC--------

Keep on Fighting
                shytUrtle


 

Search This Blog

Total Pageviews