Fan Fiction FF

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

04:56

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 

 


 
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.
 
 
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
  

Land  #5
               
                Jung Ilwoo sedikit membanting ke meja map merah yang ia bawa. Jung Shin Ae, Lee Kyumin, Chunji dan CL yang sedang duduk mengitari meja tersentak kaget olehnya.

                “Ada apa...? Hyung...?” tanya Lee Kyumin masih dengan ekspresi kagetnya.

                “SMA Maehwa resmi di tutup. Semua murid dan guru di transfer ke sekolah lain. Kepala Sekolah dan Wakilnya di pensiun dini. Hah! Apa untungnya dari semua ini?” Ilwoo kesal.

                “Kita semua sudah tahu tentang ini kan?” tanya Chunji.

                “Iya. Kita semua sudah tahu, tapi tentang dampaknya apa kau juga tahu?” Ilwoo balik bertanya.

                “Banyak kekacauan pastinya. Karena penolakan dan pengunduran diri. Lalu angka kejahatan meningkat. Apa ini yang mereka sebut penyelesaian?” CL ikut urun suara. “Hyung-nim marah karena dahulu Hyung-nim murid SMA Maehwa?”

                “Kalau SMA Maehwa adalah pencetak penjahat dan pemberontak, bagaimana denganku? Aku mengabdikan hidupku pada negeri ini. Lalu setelah ini akan ada pembersihan dalam Reed dan prajurit?”

                “Sebaiknya Hyung tenang. Aku rasa tak akan menimpa Hyung. Prestasi Hyung lumayan memberatkan.” Chunji bermaksud menenangkan.

                “Miris. Tak ada protes. Padahal anggota Reed juga tak sedikit yang berasal dari SMA Maehwa.” gumam Kyumin.

                “Protes pun pecuma. Orang-orang ini terlalu kuat dan Raja hanya bisa mengiyakan.” komentar Jung Shin Ae.

                “Ini semua sudah terjadi. Sekarang perhatikan tugas kalian.” Ilwoo meminta perhatian keempat anak buahnya. Anggota Reed kelompol Birch.

                Chunji, Shin Ae, Kyumin dan CL segera menaruh perhatian penuh pada Ilwoo.
***
                Kelompok Birch, Shin Ae, Chunji, Kyumin dan CL berjalan bersama. Di tengah perjalanan mereka bertemu dengan Kelompok Alder, Jang Geunsuk, Ok Taecyeon, Kang Jiyoung dan Minzy. Dua kelompok ini sama-sama berhenti. Berhadapan. Saling menatap tajam satu sama lain.

                “Oh... mereka akan membuat keributan lagi?” keluh Lee Donghae yang tak lain adalah ketua dari kelompok Alder.

                Cho Kyuhyun yang sedang ngobrol bersama Donghae tersenyum. “Kita lihat saja apa yang akan terjadi. Hyung tetap saja di sini.” saran Kyuhyun.

                Donghae sedikit gusar namun tak beranjak dari tempat ia duduk bersama Kyuhyun.

                “Aku masih saja dibuat heran oleh anggota Birch dan Alder. Donghae Hyung dan Ilwoo Hyung teman baik, tapi mereka,” Kyuhyun kembali menatap dua kubu anggota Birch dan Alder, “tak pernah akur. Seperti Tom and Jerry. Aneh bukan?”

                “Itu pula yang menjadi pertanyaanku.”

                “Mwo...? Hagh!” Kyuhyun tersenyum geli mendengarnya.


                Jang Geunsuk menghela napas dan menyilangkan kedua tangannya. Ia berdecak kesal. “Ya! Kalian mengahalangi jalanku.”

                “Ya! Kami lebih dulu sampai. Kalian minggir. Itu menghalangi langkah kami.” jawab Chunji.

                “Mwo...? Ya! Kau lupa jika kami ini lebih senior ha?!”

                “Dan sepertinya kau lupa jika kami lebih berprestasi.” jawab Shin Ae menatap sinis Geunsuk. “Kita setara. Tak ada senior atau junior, kau ingat itu kan?”

                “Dasar kuartet homo!” olok Geunsuk lirih.

                “Mwoya...?! Homo...?!” CL naik darah.

                “Lupakan saja.”

                “Ah, ara. Kau menyesal dikaruniai dua gadis lembek dalam kuartetmu kan?” balas CL segera membuat Jiyoung dan Minzy cemberut.

                “Kau!” Geunsuk terpancing.

                “Jangan Hyung.” tahan Taecyeon. “Biarkan mereka lewat lebih dulu.”

                Kelompok Alder minggir memberi jalan untuk Kelompok Birch. CL menyincingkan senyum  melirik Geunsuk ketika Kelompok Birch melewati Kelompok Alder. Geunsuk hanya bisa diam menahan geram.

                Donghae yang masih memperhatikan hal ini menutup muka dengan telapak tangan kanannya. Kyuhyun tersenyum saja melihat bagaimana tingkah anak buah Donghae dan Ilwoo.
***
                Nana, Bora dan Suzy duduk mengitari salah satu meja bundar di dalam cafe yang kesemuanya bertemakan kuning cerah ini. Ketiganya  asik ngobrol. Nana mengangkat tangan kanannya dan melambai sambil tersenyum lebar. Lee Hyerin tersenyum dan bergegas menuju meja dimana ketiga rekannya berkumpul.

                “Akhirnya Sunshine Girl ini datang juga.” sambut Nana pada Hyerin.

                “Mian, telat. Harus mempersiapkan beberapa keperluan Appa.” Hyerin duduk bergabung.

                “Kenapa kau tak menyetujui saja rencana rujuk antara Omma dan Appamu?” tanya Suzy. “Agar beban hidupku ringan sedikit. Tak harus mengurus Appamu lagi.”

                “Ey! Dia ini calon istri yang baik kan? Joonghun Sunbaenim sangat menyukainya, kan?” sanggah Bora.

                “Kalian ini. Terus saja mengolokku.” Hyerin buka mulut. “Sejenak menemani Appa ke istana.”

                “Jadi Royal Lady begini sibuk ya.” respon Suzy.

                “Ada keributan di istana?” tanya Nana.

                “Entahlah. Aku hanya menemani Tuan Putri ngobrol sejenak.”

                “Ada bocoran tidak tentang sekolah kita? Apa sekolah kita juga kebagian jatah murid transferan dari SMA Maehwa?” tanya Suzy.

                “Appaku Menteri Agraria, bukan Menteri Pendidikan.”

                “Biasa beliau tahu sedikit-sedikit.”

                “Mungkin kali ini benar dirahasiakan.” sahut Bora.

                “Masak iya Paman Lee tak mencari tahu. Ini berhubungan dengan masa depan putrinya juga kan?” Nana penasaran.

                “Nana berlebihan.” sahut Bora.

                “Yang aku tahu semua sekolah akan dapat jatah murid transferan dari SMA Maehwa. Semua sekolah, jadi sekolah kita, Hwaseong Academy termasuk juga. Dan mereka harus mengulang dari tingkat satu, tak peduli kelas berapapun itu saat mereka keluar dari SMA Maehwa. Ini berlaku pada kesemuanya. Pemerintah beraharap mereka bisa menjadi orang-orang yang setara dengan orang-orang di sekolah barunya. Selain itu, para Guru pun ditransfer. Entah sekolah kita dapat atau tidak. Sedang Kepala Sekolah dan Waklinya di pensiun dini.” terang Hyerin.

                “Miris sekali nasib orang-orang ini.” Bora berempati. “Pasti akan timbul kekacauan nantinya di dalam Hwaseong Academy.”

                “Orang-orang kerdil itu? Mungkinkah?” Suzy meremehkan.

                “Ey! Justeru hal yang kadang kita nilai sebagai kerdil yang harus kita waspadai. Tak jarang orang terjatuh hanya karena kerikil kecil.” Bora menasehati.

                “Menurutku mereka terlalu lemah untuk melawan kekuatan Hwaseong Academy, walau mereka murid SMA Maehwa.”

                “Aku justeru khawatir pada rumor pembawa sial itu. Katanya kita akan sial saat bertemu murid SMA Maehwa.” Nana sedikit berbisik.

                “Itu dulu. Karena murid SMA Maehwa gemar menarget murid SMA lain. Tapi belakangan ini sudah berkurang. Aku dengar ada kelompok yang menghentikan pemalakan di beberapa tempat rawan itu dan perlahan makin berkurang. Kalau tidak salah, nama gengnya Chrysaor. Geng ini lumayan ramai dibicarakan. Yang aku dengar leadernya seorang gadis bergelar Silence Viscaria.” terang Bora.

                “Wah, Bora banyak tahu ya.” sahut Suzy.

                “Beberapa rekan di club panahan banyak yang membicarakan mereka. Menurut mereka para pria dari geng Chrysaor sangat tampan. Satu orang gadis mirip laki-laki dan leader Silence Viscaria.”

                “Jika Chrysaor yang terpilih masuk Hwaseong Academy, bisa-bisa terjadi bentrokan dengan beberapa geng besar di dalam sekolah kita.” dugaan Nana.

                “Apapun itu asal tak menyinggungku, aku tak peduli.” kata Bora.

                “Aku juga. Lebih baik bertahan di titik aman saja.” Suzy setuju.

                “Aku khawatir para pemuda itu justeru mengejar-ngejar kita nantinya.” Nana mengerlingkan mata genit.

                Hyerin tersenyum geli, Bora menggelengkan kepala dan Suzy menyunggingkan bibirnya.
***
                Magi antusias menyanyikan lagu FT.Island-Reo Reo di ruang karaoke kelas ekonomi ini. Suri turut membawa mic, ikut Magi bergoyang dan sesekali turut bernyanyi. Junki dan Hyuri duduk menonton. Senyum terus terkembang di wajah Junki melihat tingkah kedua muridnya. Sedang Hyuri sesekali tersenyum.

                “Oh yeah.....” Magi mengangkat tangan kanannya tinggi dan selesai bernyanyi.

                Junki, Hyuri dan Suri bertepuk tangan. Magi berlagak bak Tuan Putri Kerajaan Barat yang berterima kasih dengan sedikit mengembangkan rok dan menekuk kakinya. Kemudian ia berjalan mendekati Junki.

                “Sonsaengnim. Bernyanyilah untuk kami!” Magi mengulurkan mic di tangan kanannya.

                “Iye...?” pekik Junki.

                “Aku tahu Lee Junki Sonsaengnim punya suara merdu.”

                “Benarkah?” Suri lalu menatap Junki. “Ayo, Sonsaengnim. Bernyanyilah. Bernyanyi! Bernyanyi!” pinta Suri mendukung Magi.

                “Atau kau saja. Silence Viscaria. Song Hyu Ri!” Magi beralih pada Hyuri.

                “Mwo...?” mulut Hyuri membulat.

                Junki dan Suri kompak turut menatap ke arah Hyuri membuat gadis itu kikuk.

                “Ah, dia mana bisa bernyanyi. Kalau berkelahi, dia jagonya.” Magi menjawab permintaannya sendiri.

                Hyuri tak terima. Ia berdiri dan menyambar mic di tangan Magi kemudian mulai memilih lagu.

Magi kembali duduk. Meneguk air mineral miliknya dan menunggu Hyuri bernyanyi.

“Hey. Menurutmu dia akan menyanyikan lagu apa?” bisik Suri.

“Berani taruhan?” tantang Magi.

“Taruhan...? Eum, aku yakin dia akan membawakan satu lagu beraliran rock.”

“Kau yakin?”

“Cocok kan dengan karakter Hyuri yang arogan?”

“Kau membuatnya menderita Magi.” Junki juga berbisik.

“Bukankah seharusnya Sonsaengnim yang berdiri dan menyanyi di sana? Sonsaengnim hutang budi pada Hyuri.” Magi menakut-nakuti Junki.

Tiba-tiba pintu ruangan tempat dimana Junki, Magi, Suri dan Hyuri berada terbuka. “Maaf, waktu Anda sudah habis.” seorang pelayan laki-laki menegur.
***
Suri tak bisa menahan tawanya hingga keluar dari tempat karaoke sedang Magi terus mengomel karena Junki hanya mentraktir mereka satu jam saja bermain-main di tempat karaoke. Menurut sudut pandang Magi karena keterbatasan waktu itulah ia batal melihat Hyuri bernyanyi. Magi kesal karenanya. Suri tak bisa menahan tawa mendengar ocehan kesal Magi. Hyuri diam. Sesekali ia tersenyum. Merasa lega. Merasa terselamatkan.

“Kalian bertiga hutang padaku! Hari ini aku banyak bernyanyi untuk kalian, tapi tak satu pun dari kalian bernyanyi untukku.” Magi menghentikan langkah  menghadang Junki, Suri dan Hyuri.

“Eh, aku kan sudah menemanimu bernyanyi.” bantah Suri.

“Itu namanya penggembira saja. Pokonya kalau kita diberi kesempatan lagi bermain ke tempat karaoke, kalian harus bernyanyi untukku!”

“Aku harap kesempatan itu tak ada.” harapan Junki.

“Aku akan membuat kesempatan itu ada dan menyeret kalian semua.”

“Sudah membuat telinga orang sakit karena suara jelekmu itu tak minta maaf malah mengancam.” Junki kesal. “Tapi boleh lah kapan-kapan kita main lagi ke tempat karaoke.”

“Benarkah...? Wah, hutang Sonsaengnim ganda. Kembali mentraktir kami dan bernyanyi.” Suri antusias.

“Saat itu terjadi, kita semua bernyanyi bergantian. Siapkan suara terbaik kalian.”

“Tapi jangan hanya satu jam. Itu tak akan cukup.” sahut Magi.

“Tapi suaruku jelek saat bernyanyi.” Suri ragu.

“Siapa setuju suara Magi tadi bagus?” Junki menatap Suri lalu Hyuri. “Pokoknya semua harus bernyanyi. Harus!”

“Ok. Aku pulang dulu. Annyeong!” Magi melambaikan tangan dan berjalan pergi.

Junki tersenyum menatap Magi. “Sebaiknya kalian juga pulang dan istirahat yang cukup. Persiapkan diri baik-baik untuk Senin nanti, em?” Junki menatap teduh Hyuri dan Suri.

Suri dan Hyuri kompak mengangguk lalu pamit pergi.
***
Song Joongki tersenyum menemukan adiknya Song Hami masih duduk melukis di galeri mini milik Hami. Joongki masuk menghampiri sang adik. Joongki berhenti di dekat Hami melukis. Di amatinya lukisan Hami. Rupanya Hami sedang menyempurnakan lukisan cincin matahari yang kala itu ia buat.

“Oppa masih mengkhawatirkan itu semua? Oppa tak perlu menjadi terlalu khawatir seperti saran Ketua Holly-nim Jung yeHy
                Hye Young. Ini pertanda baik.” Hami menyadari ekspresi redup Joongki.

                “Tapi sebelum mencapai kata baik itu, kita harus melewati hal buruk dahulu kan?” Joongki meragu.

                “Cincin pelangi ini mengikat lingkaran hitam yang mengelilingi matahari. Begitu kan yang kita lihat dari hasil pemotretan Badan Astronomi? Berarti kejahatan akan segera kalah kan?”

                “Setelah ksatria pembawa keadilan itu muncul?”

                “Bagaimana jika itu sebenarnya adalah Oppa? Oppa terlalu menganggap lemah diri Oppa.”

                “Aku telah membuat kesalahan lagi. Penutupan SMA Maehwa, protes-protes itu...” tatapan Joongki nanar pada lukisan Hami.

                Hami terdiam.

                Joongki tersenyum kecut. “Hah!” ia mengehela napas cepat. “Siap untuk pameran?”

                “Nee...? Eum... belum ada nyali.”

                “Banyak yang penasaran pada lukisan Putri Mahkota.”

                “Mungkin suatu hari nanti. Saat ini aku belum percaya diri dengan karya-karyaku.”

                “Jika kau selaku ibu dari karya-karyamu ini tak bisa mempercayai karya-karyamu sendiri, bagaimana orang lain akan mempercayai karya-karyamu?”

                “Bukannya tak mempercayainya, hanya saja belum saatnya.”

                “Senin ini kau akan benar-benar pergi ke Hwaseong Academy?”

                “Em.” Hami mengangguk.

                “Bukankah sekolah kerajaan lebih aman?”

                “Aku bosan sejak kecil sekolah di sekolah kerajaan terus. Oppa tak perlu begini khawatir. Ada Hyerin Onni, Joonghun Oppa dan Sunggyu Oppa di sana. Mereka pasti menjagaku dengan baik.”

                “Aku iri pada keberanianmu. Keberanian memilih. Menentukan pilihan yang benar-benar kau ingini.”

                “Hak kita sama Oppa. Kesempatan kita pun sama. Yang membedakan adalah...” Hami tak melanjutkan ucapannya.

                “Keberanian kita dalam mengambil keputusan kan?”

                “Oppa terlalu banyak berpikir dan menimbang hingga seringnya telat bertindak.”

                Joongki diam. Ia membenarkan kata-kata Hami.

                “Setelah membaca catatan tentang Raja terdahulu, aku ini ingin seperti beliau. Begitu dekat dengan rakyat. Begitu memahami rakyat.” Hami tersenyum. “Wajar jika pendukungnya begitu banyak hingga kini. Walau Beliau tak lagi ada di dunia ini sekarang. Kisah tragis Beliau dan keluarga...” Hami kembali menatap Joongki. Ekspresi Raja muda tampan itu meredup.

                “Oh. Mianhamnida, Oppa-nim.” Hami bangkit dari duduknya dan segera membungkuk di depan Joongki.

                Joongki tersenyum manis. “Kau tak perlu minta maaf. Kau taak melakukan kesalahan apapun.”

                “Jongmal mianhamnida Oppa-nim.”

                Joongki kembali tersenyum dan merangkul Hami. “Gomawo.” bisiknya.
***
                Park Sungrin sibuk merapikan kamarnya. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.

                “Masuk!” Sungrin masih berkutat dengan pekerjaannya.

                Cho Kyuhyun tersenyum memasuki kamar Sungrin.

                “Oppa...? Oppa kemari...?” Sungrin berbinar melihat Kyuhyun datang.

                Kyuhyun tak langsung menjawab pertanyaan Sungrin. Ia mengamati seragam Hwaseong Academy yang tergantung di pintu lemari di kamar Sungrin. Kyuhyun tersenyum bangga.

                “Oppa datang hanya untuk melihat seragam itu?” tanya Sungrin lagi.

                “Kebanggaanmu yang juga kebanggaanku.” Kyuhyun menoleh dan tersenyum menatap Sungrin.

                Sungrin tersenyum tersipu.

                “Kenapa tak mendaftar ke sekolah kerajaan?” Kyuhyun kini duduk di kursi di dekat meja belajar Sungrin.

                “Ingin mendasarinya dahulu di Hwaseong Academy. Kalau nanti prestasiku baik, aku bisa masuk sekolah kerajaan juga kan? Aku tak ingin jadi Reed seperti Oppa.”

                “Heumm... kau mengincar kedudukan di atas Reed...?”

                “Oppa tahu kan aku tak suka sesuatu yang terikat. Mana mungkin aku memilih sekolah kerajaan.”

                “Em. Iya.”

                Sungrin kembali tersenyum menatap Cho Kyuhyun. Kakak angkat yang ia peroleh di Panti Asuhan Periwinkle ini. Sejak Kyuhyun masuk sekolah kerajaan dan menjadi anggota Reed, Sungrin jadi jarang bertemu dengan pemuda tampan ini. Kyuhyun tak lagi tinggal di Panti Asuhan Periwinkle. Hal ini membuat Sungrin sedikit kesepian karena hanya Kyuhyun lah orang yang tak henya dekat namun juga sangat menyayangi Sungrin dan memahaminya.

                Kyuhyun kembali menatap Sungrin. Tatapannya bertemu dengan pandangan Sungrin. “Kau suka pada buku-buku yang aku kirim?”

                “Kenapa Oppa mengirim buku tentang politik dan pemerintahan? Oppa tahu kan aku tak begitu suka dengan hal semacam itu?  Kubaca beberapa bagian saja. Belum semuanya.”

                “Saat kau mendampingiku kelak, sedikit-sedikit kau harus paham tentang politik dan pemerintahan.”

                Pipi Sungrin bersemu merah mendengarnya. Ia tertunduk malu tak kuasa membalas tatapan penuh kasih Kyuhyun.

                Kyuhyun turut tersenyum tersipu melihat tingkah Sungrin. “Kau masih giat berlatih kan?”

                “Em.” Sungrin mengangguk.

                “Baguslah. Begini aku sedikit lega meninggalkanmu sendiri di sini.”

                “Oppa jangan khawatir. Aku bisa jaga diri.” Sungrin tersenyum manis.

                “Jika ada waktu luang, aku akan mengajarkan beberapa teknik baru padamu.”

                “Oppa ingin melatihku untuk menjadi asisten Oppa?”

                “Mwo...?”

                “Hehehe aniya. Aku sangat senang Oppa mau berbagi ilmu denganku. Itu sangat berguna untukku.”

                “Sungrin~aa. Temani aku berkeliling sejenak.”

                “Nanti Oppa marah lagi padaku. Seperti saat cincin pelangi matahari muncul kala itu.”

                “Itu karena kau tiba-tiba pergi tanpa menungguku.”

                “Mian.” Sungrin menunjukan ekspresi cute di depan Kyuhyun.

                Kyuhyun menghela napas dan hanya bisa tersenyum melihat tingkah Sungrin.

                “Ayo kita pergi.” Sungrin bangkit dari duduknya.

                Kyuhyun pun bangkit dari duduknya dan menggandeng Sungrin pergi.
***
                Junho dan kedua orang tuanya senang mendengar keputusan Hyuri untuk melanjutkan sekolah di Hwaseong Academy. Nyonya Lee antusias memeriksa seragam milik Hyuri.

                “Aigoo. Senin nanti kau pasti terlihat sangat cantik dalam balutan seragam ini.” Nyonya Lee terlihat tak sabar ingin melihat Hyuri mengenakan seragam Hwaseong Academy.

                “Warnanya terlalu mencolok Bibi. Kenapa sekolah itu identik dengan warna kuning? Sedang ia berarti Mars yang identik dengan warna merah.”

                “Eiy. Kuning itu melambangkan semangat dan jiwa muda.”

                “Begini ya sekolah mahal itu? Seragam, sepatu, kaos kaki dan tas berlabelkan Hwaseong Academy semua.” sela Junho yang turut memeriksa seragam Hyuri.

                “Itu agar seluruh murid tampak setara. Tak peduli anak pejabat atau orang biasa.” jawab Tuan Lee.

                “Tapi pada prakteknya tetap sama kan, Paman? Tetap saja ada perbedaan strata sosial itu.” sahut Hyuri.

                “Nee. Ini hanya akan membuat kalian semua tampak sama. Tetaplah menjadi berbeda dari mereka kebanyakan. Em?” Tuan Lee dengan tatapan teduhnya.

                “Iya, Paman.” Hyuri tersenyum manis.

                “Song Hyuri. Kau harus kuat. Hwaiting!” Junho menyemangati.

                Hyuri tersenyum geli. “Nee. Ada Suri dan Magi bersamaku. Juga ada Lee Junki Sonsaengnim. Kami akan bersatu dan membangun pondasi yang kuat.”

                “Baguslah. Aku sedikit lega sekarang.” Junho lega.

                “Coba telefon mereka. Teman-teman barumu itu. Ajak mereka makan malam bersama di sini.” pinta Nyonya Lee.

                Hyuri tampak bingung.

                “Jangan katakan jika kau lupa meminta nomer ponsel mereka.” Junho menatap curiga Hyuri.

                “Mianhae. Aku lupa tak meminta nomer ponsel mereka. Hehehe.” Hyuri meringis sungkan.

                Junho dan kedua orang tuanya menggeleng menanggapinya.
***
                Suri menghela napas kesal saat sampai di depan rumahnya. Ia berharap tak menemukan pertengkaran malam ini. Suri ingin menunjukan seragam Hwaseong Academy miliknya pada sang Ayah. Suri menghembuskan napas cepat dan memantabkan langkahnya memasuki rumah.

                “Aku pulang!” seru Suri.

                Tuan Han muncul. Berjalan sempoyongan sambil menenteng botol arak di tangan kirinya. “Oo, Suri, itu kau?” suara Tuan Han berdengung.

                Hancur sudah bayangan indah yang di khayalkan Suri sebelum ia memasuki rumah ini. mata Suri memanas menatap pemandangan ini. Masih berdiri terpaku memeluk seragam Hwaseong Academy yang ingin ia tunjukan pada Tuan Han, ayah Suri. Pasti beberapa jam sebelum Suri pulang kembali terjadi pertengtakaran. Dan seperti biasa Tuan Han akan memilih mabuk untuk meluapkan semua kekesalannya.

                “Aku lapar. Suri... aku lapar.” rengek Taun Han sempoyongan mendekati Suri.

                Suri menatap sang Ayah penuh kebencian lalu berjalan masuk menerobos Taun Han dan mengunci diri dalam kamarnya. Teriakan Tuan Han tak digubris oleh Suri. Bahkan ketika Tuan Han menggedor pintu kamarnya. Suri jatuh terduduk masih bersandar pada pintu kamarnya dan menangis.
***
                Hyuri mengantar JB, Kris, Amber dan Rap Monster. Bus Hyeseong Highschool menjemput mereka ke SMA Maehwa. Keempat member Chrysaor ini akan pergi memasuki asrama Hyesoeng Highschool dan menempuh pendidikan baru mereka di sana bersama murid SMA Maehwa lain yang di transfer ke Hyeseong Highschool.
               
                Hyuri berdiri diam menatap bus yang membawa keempat temannya pergi menjauh darinya. Air mata Hyuri meluncur pelan menuruni pipi putihnya. Hyuri segera mengusapnya dan berjalan meninggalkan SMA Maehwa.

               
                Hyuri dan Suri duduk berdampingan di salah satu bangku taman namun sama-sama terdiam. Sudah beberapa menit berlalu tetap seperti ini.

                Magi sampai di taman. Ia berhenti di depan Hyuri dan Suri duduk. Magi mengamati kedua rekannya yang sama-sama melamun hingga tak menyadari kehadirannya. Magi tersenyum usil. Ia menerombol duduk di antara Hyuri dan Suri membuat kedua gadis itu terkejut.

                “Magi!” protes Suri menggeser duduknya.

                “Kau ini! Mengejutkan saja!” Hyuri tak kalah sewot.

                Magi meletakan kue bakpao di pangkuan Hyuri dan Suri. “Makanlah. Daripada kalian melamun bersama seperti tadi. Rasa stroberi untuk Suri yang manis, dan kacang untuk Hyuri.” Magi tersenyum lebar.

                Hyuri mengamati kue bakpao di tangannya.

                “Aku tahu kau alergi kacang dan tak suka coklat. Itu berisi kacang hijau putih. Dan coklat, spesial untuk Rosmary Magi.” Magi mengambil kue bakpao miliknya. “Tenang saja. Ini khusus untuk vegetarian. Karena Rosmary Magi seorang vegetarian.”

                “Ka-kau tahu aku alergi kacang...?” tanya Hyuri terbata.

                “Hanya kebetulan saja kan?” Magi balik bertanya. “Sudah makan saja. Jangan banyak tanya.”

                “Heumm, enak sekali. Kau sendiri yang membuatnya?” tanya Suri usai menggigit sedikit kue bakpao miliknya.

                “Oppaku yang membuatnya.” jawab Magi sembari menikmati kue bakpao miliknya. “Hari ini aku mengatakan aku akan makan dengan teman di taman. Oppa memintaku memberikan dua kardus itu pada kalian.” Magi menuding dua kardus putih di dekat Suri duduk. “Bisa tahan sampai tiga hari kok.” Magi tersenyum manis.

                Hyuri dan Suri menatap haru pada Magi. Mereka merasa tersentuh pada perhatian Magi.

                “Bersabarlah. Setelah Senin esok, semua akan lebih menarik.” Magi kembali menunjukan senyum  lebarnya.

                Hyuri dan Suri sama-sama tersenyum dibuatnya.
***
Mungkin inilah teman-teman yang belum kau temukan sebelumnya.

-------TBC--------

Keep on Fighting
- shytUrtle

Search This Blog

Total Pageviews