Review bacaan dan tontonan

Review Film Oo Nina Bobo

22:01

Review Film Oo Nina Bobo


Dari Wikipedia Indonesia.

Oo Nina Bobo adalah film horor Indonesia yang dirilis pada 20 Maret 2014 dan dibintangi oleh Revalina S. Temat dan merupakan film horror pertama setelah Pocong 2.

Sinopsis

Seorang anak mengalami gangguan mental karena seluruh keluarganya mati di rumah. Ia yakin kalau keluarganya dibunuh oleh setan. 5 tahun kemudian seorang dokter bermaksud melakukan terapi dengan membawa anak itu kembali ke rumahnya.

Film pertama yang saya tonton setelah hiatus nonton selama kurang lebih 15 hari. Awalnya saya pengen nonton Petak Umpet Minako. Penasaran aja setelah nonton cuplikannya di Youtube. Nah, ini film saya juga dapat di Youtube. Judulnya ditulis Petak Umpet Minako. Sebelum download, saya intip sebentar. Kok beda ya? Tapi, karena pemainnya mbak cantik Revalina S. Temat, ya udah download aja. Setelah ditonton, ternyata judulnya Oo Nina Bobo.

Oo Nina Bobo menceritakan tentang anak laki-laki bernama Ryan (Firman Ferdiansyah) yang mengalami Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) setelah melihat ayah, ibu, dan adeknya mati di rumahnya. Peristiwa itu terjadi ketika Ryan berumur 7 tahun. Sejak peristiwa itu, Ryan dirawat di sebuah rumah sakit karena menderita PTSD.

Lima tahun kemudian, seorang psikiater cantik bernama Karina (Revalina S. Temat) yang sedang menempuh pendidikan S2 menjadikan Ryan sebagai bahan penelitiannya. Karina mengajukan permohonan pada dosen-dosen pembimbingnya untuk membawa Ryan kembali ke rumahnya. Menurutnya, syok terapi seperti itu sangat efektif untuk membantu kesembuhan Ryan.

Permohonan Karina dikabulkan. Dari waktu satu bulan yang ia ajukan, hanya diberikan waktu dua minggu saja. Walau sempat kecewa, Karina akhirnya pergi membawa Ryan. Dibantu sahabat karibnya, Bams (Daniel Topan), Karina membawa Ryan kembali ke rumah yang ia tinggali bersama keluarganya 5 tahun yang lalu. Karina optimis ia bisa menyembuhkan Ryan dengan syok terapi. Proses terapi pun dimulai untuk Ryan di rumah yang memiliki kenangan buruk bagi Ryan.

Film dimulai dengan adegan seorang wanita yang sedang meninabobokan anaknya. Lalu, di kamar lain seorang anak laki-laki pun bersiap tidur. Di samping ranjang anak itu, berdiri sesosok makhluk hitam besar. Mirip dementor di film Harry Potter. Lalu, anak laki-laki itu menahan napas demi menghindari makhluk mengerikan yang berada di tepi ranjangnya. Setelah kejadian itu, ayah, ibu, dan adik dari anak laki-laki bernama Ryan itu ditemukan tewas. Ayahnya ditemukan mati jatuh dari tangga. Ibunya mati gantung diri, dan adik perempuannya mati di kamarnya. Setelah itu, adegan dikisahkan sudah lima tahun kemudian.

Teka-teki mulai terjawab ketika Karina membawa Ryan ke rumahnya. Awalnya Ryan takut, tapi perlahan mulai membuka diri dan bisa beradaptasi.

Walau film ini mengusung tema berbeda dari film horor Indonesia kebanyakan, tapi masih memiliki banyak kekurangan. Seperti munculnya suara-suara aneh, namun setelah didekati sama Karina, malah nggak ada apa-apa. Atau seperti kamera memfokuskan pada satu ruangan, membuat penonton penasaran, tapi kemudian udah. Nggak ada apa-apa.

Kalau penampakan arwah ayah, ibu, dan adek Ryan. Menurut saya itu wajar terjadi. Karena, biasanya orang yang mati nggak wajar di suatu tempat, arwahnya pasti terjebak di sana. Jadi, wajar kalau Ryan atau Karina melihat penampakan ayah, ibu, dan adek Ryan.

Walau ada penampakan, tapi nggak serem. Cuman musiknya yang bikin kaget. Tadi nobar sampai Rara menjerit karena kaget. Hehehe. Penampakannya juga nggak serem. Mukanya aja pucet pasi. Pakek baju tidur putih yang mereka kenakan pas mati.

Tapi, mungkin beberapa penonton bakalan bertanya-tanya, ini maksudnya para penampakan muncul gangguin Karina kenapa. Kalau sependek yang saya tahu, katanya emang kayak gitu. Mereka ganggu karena pengen manusia tahu mereka ada. Tapi, kalau arwah penasaran, biasanya maunya minta disempurnakan. Kalau di film Oo Nina Bobo ini kayaknya antara minta disempurnakan dan kayak kata Bams, arwah ortu dan adek Ryan terjebak di rumah itu karena Ryan belum bisa nerima kematian mereka. Di ending ada adegan itu Ryan ngunjungin makam ortu dan adeknya buat say bye. Yap, at the end Ryan sembuh seperti harapan Karina.

Yang janggal lagi, adegan Karina hipnotis Ryan buat tanya-tanya ke Ryan apa yang bikin Ryan takut dari rumah itu. Kalau di film-film yang udah saya tonton kan biasanya pas proses kayak gitu selain yang dihipnotis menjawab pertanyaan yang diajukan, sama ada adegan potongan dari masa lalu yang bikin penonton penasaran. Di film ini nggak ada. Selain Ryan ngomong yang saya agak nggak jelas dengernya, tetiba Ryan bereaksi kayak orang kesurupan plus munculnya suara-suara aneh.

Padahal saya ngarepnya ada cuplikan adegan masa lalu yang bikin makin penasaran dan bertanya-tanya kenapa keluarga Ryan dibunuh. Tapi, nggak ada. Habis Ryan kejel-kejel kayak orang kesurupan, ditenangin, udah.

Di tengah-tengah nonton, saya nebak, jangan-jangan itu makhluk mirip dementor temennya si Ryan. Karena alasan itu Ryan nggak dibunuh di malam pembantaian. Mirip di film Boogeyman yang pernah saya tonton zaman kanak-kanak dulu di tivi. Teman masa kecilnya yang tidak tampak jadi hantu jahat yang meneror karena saat si anak beranjak remaja, si anak mulai mengabaikan si Boogeyman, malah nggak percaya lagi sama adanya Boogeyman.

Selain itu, saya juga nebak jangan-jangan sumber masalahnya si Ryan. Jadi, dia yang memulai permainan, lalu keluarganya jadi korban. Ryan nggak dibunuh karena dia yang harus menyelesaikan permainan.

Faktanya, makhluk mirip dementor itu datang setelah lagu Nina Bobok dinyanyikan. Awalnya dia berteman dengan Ryan. Tapi, ketika Ryan mulai bosan dan males main sama itu makhluk. Si makhluk berubah jadi jahat dan mulai neror keluarga Ryan. Ryan selamat dari pembantaian karena Ryan nemuin cara biar nggak terdeteksi sama mahluk itu. Yaitu dengan cara menahan napas. Kalau tahan napas, si makhluk jadi nggak bisa mendeteksi keberadaan manusia. Itu alasan kenapa Ryan sering belajar tahan napas lama.

Kalau di film Boogeyman, si hantu jahat balik jadi baik lagi setelah teman manusianya mengingatnya kembali. Di film ini, pas hantu mau bunuh Karina, Ryan giring dia ke lantai atas dan Ryan bikin susunan kartu. Setelah Ryan pingsan, Bams bisa buka pintu rumah dan nolongin Karina yang pingsan. Teror selesai.

Jadi, selama ini yang meneror Karina itu arwah ayah, ibu, dan adek Ryan. Karena si hantu mirip dementor munculnya setelah Karina nyanyi lagu nina bobo. Saya menyimpulkan demikian. Hehehe.

Ajaibnya, Ryan sembuh total setelah syok terapi di rumahnya. Karina malah jadi gila. Macem kisah Harley Quinn ya. Hehehe. Trus, si hantu mirip dementor ke mana? Kayaknya balik stay di kamar yang selalu terkunci dan di dalamnya ada mainan kayu dan kartu.

Film ini nggak serem amat dan nggak gaje amat. Walau ada beberapa kekurangan, saya enjoy nontonnya karena nggak ada adegan yang nggak masuk akal. Nggak ada umbar keseksian yang bikin kesel. Jadi aman kalau mau ditonton sama anak di bawah umur. Kita bakalan dibikin ketawa sama tingkah Bams. Dia lawaknya di film ini.

Revalina S. Temat makin cantik aja. Demen deh kalau ada dokter cantik dan modis macem Karina. Betah pasiennya. Hehehe.

Tempurung kura-kura, 01 Mei 2019.
- shytUrtle -

cUrioUs -W- way

[190427] Road To MATOS Best Cover & Transmart MX Mall Malang

04:50

 [190427] Road To MATOS Best Cover and Transmart MX Mall Malang



"Terakhir ke MATOS kapan Mbak Je?"
"Tahun 2014."
"Oemji!!!"

Fakta! Itu fakta! Kekeke. Trus, saya inget-inget, kayaknya bukan 2014. Tapi, pas ada Asian Lover Festival. Tahun berapa itu ya. Kalau nggak salah 2011 apa 2012 gitu. Kalau terakhir dateng ke event Kpop emang tahun 2014. Acaranya STONEL di Dome UMM.

Perjalanan tanpa rencana. Sabtu pagi, Linda mengirim pesan via WhatsApp. Nanya apa saya sibuk. Saya jawab aja agak longgar. Emang posisinya lagi agak longgar dikerjaan.

[27/4 10.22 AM] Linda Bojone Daniel: Mbkkkkk jeeeee free aa
[27/4 10.28 AM] Kurayui: Ada apa? Rada longgar ini habis lampu mati.
[27/4 10.28 AM] Linda Bojone Daniel: Sore soree nanti maksudkuu ayoo nang matoss nonton dance cover
[27/4 10.30 AM] Kurayui: Dance cover apa? Acaranya free? Jam berapa e?

Lalu, Linda mengirim poster promosi acara MATOS Best Cover. Wah! Keren nih! Free pula! Akhirnya, saya pun setuju. Tapi, sayangnya Jagiya—motor jadul saya—pas nggak ada di rumah. Maunya, saya naik Jagiya ke rumah Linda. Karena, udah pasti ke kota naik motor Linda. Betapa beruntungnya saya, Linda bersedia menjemput ke rumah. Padahal jarak rumah kami lumayan jauh. Kami pun sepakat untuk  menonton MATOS Best Cover. Berangkat sehabis pulang kerja.

Entah kebetulan atau bagaimana, setiap kali saya ada rencana kencan sama Linda, pasti turun hujan. Begitu juga dengan hari Sabtu kemarin. Sebelumnya di tempat saya sudah tidak pernah turun hujan. Ndilalah kersane Gusti ALLOH kok Sabtu kemarin hujan turun dengan derasnya di tempat Linda. Di tempat saya hanya mendung gelap.

Sama kayak waktu pertama kali janjian kencan, dramanya pun karena hujan. Pas mau berangkat, di tempat Linda hujan. Giliran di tempat Linda hujan reda, di tempat saya yang hujan. Sabtu kemarin pun demikian. Padahal udah ready, udah dandan cantik. Eh, hujan. Kami pun menunggu hujan reda sambil ngobrol di WhatsApp.

Saya udah pasrah. Kalau Tuhan kasih rezeki berangkat, pasti kami berangkat. Ketika Linda bilang di tempatnya hujan reda, saya lega. Nengok keluar, eh di tempat saya turun dengan derasnya. Buru-buru kasih kabar ke Linda. Tapi, centang satu aja. Wah! Kayaknya ini anak udah otewe ke markas.

Beneran. Nggak lama kemudian Linda nyampek rumah. Pakek mantel. Rencana berangkat pukul setengah empat sore, molor jadi pukul lima kurang seperempat. Dengan memakai mantel, kami pun berangkat menuju MATOS.

Waktu kencan pertama kali sama Linda, kencan berburu kuliner Korea, sepanjang perjalanan hujan sudah reda. Tapi, tidak dengan Sabtu kemarin. Sepanjang jalan kami dihujani. Pulang pergi hujan turun, dengan syahdunya membelai tubuh kami. Kekeke.

Awalnya saya pakek jaket mantel aja. Tapi, sampai Sawojajar, hujan makin deras. Akhirnya berhenti deket Rampal buat pakek celana mantel. Di lapangan Rampal ada event yang digelar Teh Pucuk. Kata Linda, "Ntar kalau nggak hujan, kita mampir ya Mbak Je." Saya mah oke aja. Manut kata jokinya. Hehehe.

Saya lupa kalau hari Sabtu. Jalanan lebih ramai dari biasanya. Baru pas berhenti di lampu merah Rampal inget kalau kami pergi di hari Sabtu.
"Eh, ini hari Sabtu ya? Wah! Kita malem mingguan dong ya?"
"Yoi. Nggak kalah dong sama yang lain. Kita juga malem mingguan."
Pas banget. Bojone Daniel dan Bininya Jaejoong malem mingguan bersama. Wkwkwk.

Malang hari biasa aja macet. Apalagi malem minggu. Makin macet. Walau hujan, jalanan tetep macet. Untungnya Linda tahu jalan trabasan. Tapiii tetep macet juga. Pas mau nerabas, saya nanya, "Ini lewat belakangnya rumah sakit ya?" Kata Linda, iya.

Auto keinget kamar mayat. Jadi rada parno. Saya punya kenangan buruk sama kamar mayat di rumah sakit itu. Kok ya kebetulan macetnya di situ. Saya nggak berani noleh ke arah kanan dan terus memanjatkan doa. Alhamdulillah bisa melewati kemacetan.

Hari sudah gelap ketika kami masuk kota. Mendekati MATOS, jalanan makin padat. Hal sial menimpa kami. Linda udah nyalain lampu sein ke kanan, lha kok ada mobil nyrempet kami. Untung Linda pinter bawa motornya. Jadi, kami nggak sampai jatuh. Kaget dong saya. Lagi enak-enak ngobrol sama Linda, tiba-tiba, buk! Kaki kanan disenggol mobil. Iya, mobil! Mobil gede warna item.

"Kaki sampean nggak papa Mbak Je?" Linda langsung nanya.
"Nggak papa kok." Saya emang nggak ngrasain sakit. Kaget aja. Untungnya nggak sampek gemeteran.
Itu mobil langsung pergi aja. Padahal dia yang salah. Motor sein udah nyala ke kanan, eh masih di trombol.

Perjalanan Sabtu kemarin emang rada bikin emosi. Sebelumnya, udah tahu jalanan banyak genangan air. Eh, ada sesama pengguna motor nggak tahu aturan. Jadilah kami basah kena cipratan dari itu motor gaje. Heran! Sesama pengguna motor kok ya ndak bisa menghargai pengguna lain.

Sampai di MATOS, drama selanjutnya berburu tempat parkir. Full banget. Alhamdulillah dapet satu tempat. Walau udah pakek mantel, masih basah yes. Celana saya basah. Kaos kaki juga basah. Untungnya nggak parah banget. Kata Linda malah kayak bermotif celananya. Kekeke.

Kebiasaan kura ya. Selalu nyari toilet duluan. Apalagi habis kehujanan sepanjang jalan. Jadinya kebelet pipis. Dari parkiran, langsung nyari toilet. I know pasti toiletnya WC duduk. Tapi, nggak ada pilihan. Nahan pipis bisa bahaya. Bukannya nggak bisa makeknya. Tapi, kadang ragu aja pakek WC duduk di toilet umum. Bersih kok toiletnya. Cuman saya termasuk golongan orang yang sensitif. Jadinya, sering was-was gitu. Bismillah deh dan pipis. Alhamdulillah ndak muncul gatal-gatal.

Karena Linda ada trauma naik ke lantai berikutnya lewat eskalator, jadinya kami naik ke lantai berikutnya dengan menggunakan lift. Deng deng! Kalau ini saya yang takut. Bismillah. Untungnya lift sepi. Saya mojok, pegangan erat, dalam hati memanjatkan doa. Mau merem malu. Wkwkwk. Sama Linda diterapi. Takut ada, alhamdulillah bisa ngalahin dan berani masuk lift.

Drama hujan dan macetnya jalan, juga jarak tempuh yang lumayan jauh. Membuat kami sampai di lokasi pada detik-detik akhir acara. Kebagian performance all dancer walau cuman seiprit. Trus, ikutan dengerin pengumuman pemenang.

Waktu nama B-Ice disebut sebagai salah satu pemenang, saya merasa nggak asing. Kayaknya itu timnya Zi. Tapi, masih ragu. Pas semua personel B-Ice naik panggung, ternyata beneran. Ada Zi di sana. Congratulation, Zi. Selamat ya grupnya udah jadi salah satu pemenang. Sayangnya saya ragu mau nyamperin. Zi sibuk banget gitu. Padahal itu pertemuan pertama kami setelah lima tahun. Awal ketemuan di Dome UMM pas acara STONEL. Padahal, kalau bisa foto bareng kan seru.

Oya, kami juga sempet nyamperin stan Debrina Eonni. Tapi, sayang Debrina Eonni sibuk ladeni pembeli. Jadinya, cuman say hi doang. Kami pun nggak pamit pas mau balik. Mian ya Eonni.





 Kelar nonton MATOS Best Cover, lanjut jalan Transmart. Linda emang udah bilang kalau ntar sekalian mampir Transmart. Mumpung ke sana. Jadilah kami jalan kaki ke Transmart. Hujan nggak kunjung reda, lupa bawa payung lipat. Untungnya pakek hoodie Infinite yang ada kupluknya. Jadi, kepala terlindungi dari tetesan air hujan. Hehehe.

Ngomong-ngomong soal kostum, sempet candaan ama Linda mau pakek kaos Kpop. Mau pakek kaos ToppDogg, Hoodie Infinite, dan bawa ransel Wanna One. Nyatanya, pakek kaos Joger warna kuning dan hoodie Infinite. Tas bawa tas silang kecil. Untung bawa tas kecil. Kalau bawa ransel, bisa kerepotan pas pakek mantel. Kekeke.

Buat temen-temen ndeso pecinta naik motor macem saya, kalau mau main ke Transmart, parkirnya di MATOS aja ya. Di Transmart nggak ada parkir buat motor. Jadi, nebeng parkirnya di MATOS aja. Lalu, jalan kali ke Transmart.

Transmart ini dulunya MX Mall. Sampai sekarang nama MX juga masih disematin. Jadinya, Transmart MX Mall Malang. Pertama kali ke sana, namanya masih MX, waktu ada Asian Lover Festival. Yang saya sebut di atas tadi. Sekitar tahun 2011-2012. Sekitar delapan tahun yang lalu. Tapi, dulu ke event-nya doang. Alias nggak masuk ke mall-nya. Event-nya digelar di luar mall. Kalau MATOS sempet masuk.

Banyak sekali perubahan pas masuk MATOS. Yang pasti makin bagus. Ada zona selfie juga. Ketika saya menemukan tulisan bagus ini, saya nyesel nggak bawa salah satu anak saya buat foto di sana. Hiks!

Saat di MATOS, saya benar-benar menahan diri waktu melihat tulisan GRAMEDIA. Menahan diri untuk tidak masuk ke sana. Padahal sempet berhenti lama di depannya. Heuheuheu...



Back to Transmart! Setelah jalan, nyampek juga kita di Transmart. Suasana di pintu masuk sama kayak di MATOS. Banyak orang ngumpul. Nunggu jemputan mobil kayaknya. Kalau di Transmart lebih tertib. Nggak menghalangi pintu masuk. Di MATOS, udah tahu ada orang mau masuk, pada nggak mau minggir.

Ketika masuk, disambut dua... apa sih itu namanya. Pokoknya orang yang pakek kostum robot. Saya nggak tahu itu robot apa. Mungkin The Transformers atau sejenisnya. Bisa selfie sama mereka lho. Saya boro-boro selfie, liatin aja udah nggak ada nyali buat deket-deket. Kekeke.

Lalu, hidung ini mengendus aroma-aroma kelezatan. Lantai dasar Transmart khusus untuk makanan. Pecinta kuliner bakalan seneng banget deh. Mulai dari restoran cepat saji sampai restoran seafood aja. Mulai dari jajanan sampai makanan berat ada. Stan masakan dan jajanan Jepang juga ada. Sayang nggak ada stan kuliner Korea. Atau, mungkin saya dan Linda yang melewatkannya?

Akses naik turun di Transmart menggunakan eskalator. Eskalator di Transmart bentuknya tanpa anak tangga. Kayak di bandara-bandara gitu deh. Apa sih namanya? Travelator Walking belt? Conveyor belt? Mbuh lah wes! Pokoknya yang kayak gitu. Kita tinggal diem, udah nyampek lantai berikutnya.

Di lantai dua, sembako. Buah, sayur, dan kebutuhan rumah tangga ada di sana. Begitu sampai di lantai dua, disambut sama aroma durian. Deket eskalator berjajar durian montong. Linda sampai mupeng-mupeng. Kekeke.

Saya sempet mau lari ke stan buah dan sayur. Pengennya nyari buah dan sayur yang selama ini cuman bisa saya lihat di Internet. Tapi, urung. Kenapa? Ramai orang. Heuheuheu. Iya lah ramai orang, kura! Namanya aja mall. Goblok apa geblek sih ini kura? Padahal Linda juga udah nawarin, "Pean mau beli apa Mbak Je?"

Lanjut ke lantai tiga. Baju dan sejenis itu. Ada perhiasan, trus apa sih namanya, furniture? Macem gitu deh. Banyak diskonan baju. But you know lah, walau diskonan eike kagak bisa beli. Kenapa? Karena eike big size! Heuheuheu.

Nah, ke eskalator buat lanjut ke lantai empat adalah eskalator dengan anak tangga. Beda dari eskalator sebelumnya. Di lantai empat ada zona permainan. Plus zona selfieable. Banyak spot seru yang bisa buat selfie.

Nyampek lantai empat tuh berasa balik ke zaman kanak-kanak dulu. Saya jadi keinget zaman masih kecil dan diajakin main ke Gajah Mada Plaza Malang. Zaman dulu adanya cuman Gajah Mada sama Mitra. Eh satu lagi, Ramayana. Nah, di Gajah Mada dulu ada zona bermain dalam ruangan. Begitu nyampek lantai empat, saya berasa kembali ke masa lalu. Masa kanak-kanak yang sangat bahagia kalau diajak main ke zona permainan macem gitu. Hehehe.

Sistem mainnya pakek kartu. Cuman saya nggak tahu isi kartunya sebelah mana. Hahaha. Emang kita nggak ada niatan main sih. Cuman jalan keliling aja. Ada itu tuh yang ambil boneka kayak di drama atau reality show Korea. Nah, bisa dicoba tuh kalau ke Transmart. Hehehe.






Sepertinya masih ada satu lantai lagi. Tapi, kami nggak naik. Udah capek. Laper juga. Kayaknya di lantai lima itu bioskop. Kami pun kembali turun ke lantai satu untuk makan.

Drama lagi. Linda nanya saya mau makan apa. Saya bilang, saya manut aja. Debat itu lho sepanjang jalan turun. Hahaha. Beneran saya maunya manut aja ama Linda. Soalnya biasanya makanan rekomendasi Linda itu enak. Setelah debat gaje, akhirnya kami belok ke stan Bakso Boedjangan.

Saya emang pernah bilang ke Linda kalau saya penasaran sama Bakso Boedjangan karena liat iklannya nongol di IG. Akhirnya kami sepakat nyobain. Sayangnya udah banyak menu yang sold out. Linda ngalah. Bakso wagyu-nya buat saya, karena saya masih puasa makan pedas. Linda pilih bakso pedes. Akhirnya keturutan nyobain Bakso Boedjangan.



Kami pun keluar dari Transmart, balik ke MATOS buat ambil motor dan pulang. Sebenernya Thata nitip jajanan di Ai Ci Ro. Tapi, karena khawatir nyampek rumah udah malem, jadinya batal beli. Maaf ya Thata. Heuheuheu.

Pulang pun masih hujan. Kami lanjut ke Burger King di Ijen. Beli paket diskon. Trus, lanjutin perjalanan pulang. Batal mampir ke Rampal karena selain udah malem, kondisi masih hujan deras. Lanjut pulang deh. Alhamdulillah jalan masih lumayan rame. Kami nyampek rumah pukul setengah sebelas malam.

Malam mingguannya ditemani hujan. Kekeke. Tapi, seru perjalanannya. Di terapi masuk mall yang ramai, di terapi naik lift sama Linda. Makasih ya Linda. Maaf kalau saya selalu bikin repot tiap jalan sama kamu. Heuheuheu. Thanks for everything. Semoga kalau ntar kita kencan lagi, nggak ada drama dibikin galau karena hujan. Aamiin.




Thanks, God. I have an amazing Saturday with my dearest friend.

Tempurung kura-kura, 30 April 2019.
- shytUrtle -

Fan Fiction FF

Fairy and Wood cutter 선녀 와 나무꾼 By: Klub Teater SMA Hak Kun.

06:10

Fairy and Wood cutter 선녀 와 나무꾼 By: Klub Teater SMA Hak Kun.



Note:
- Naskah drama ini ditulis sebagai bonus dari fan fiction Wanna One yang berjudul My 4D’s Seonbae.
- Naskah drama ditulis berdasarkan artikel dongeng Fairy and Wood Cutter dari blog HaeraJjang

- Naskah dimodifikasi, menggabungkan dongeng Jaka Tarub & Tujuh Bidadari dan Fairy & Wood Cutter.

Cast:
- Park Jihoon sebagai Penebang Kayu
- Mezzaluna (reader) sebagai Peri
- Kim Jaehwan sebagai Rusa
- Yoon Jisung sebagai Ibu Penebang Kayu
- Lee Daehwi sebagai Dewa Cinta/Narator

Theme Song:
- Land Of Mystica by Mateo Pascual
- Main Title - Peterpan (2003) OST
- Morning - Toshiro Masuda OST. Naruto
- Piano In The Forest (instrumental music)
- Flying - Peterpan (2003) OST 
- Fairy Dance - Peterpan (2003) OST
- Rooftop Prince OST - 07쫄쫄이 4인방 (Return of Gang 4)
- Infinite - Man In Love
- Coboy Junior - Eeeaa
- Final Fantasy – In The Morning Light
- Super Junior - Marry U
- Koi Mil Gaya - Koi Mil Gaya
- Sungkyunkwan Scandal OST Main title
- Final Fantasy - Waltz For The Moon
- Ailee - Goodbye My Love
- Joel Adams - Please Don't Go
- Hugh Grant & Haley Bennett - Way Back into Love
- Happy Ending -Tees Maar Khan.



Babak I

(Musik Land Of Mystica - Mateo Pascual)

Beberapa anggota teater yang naik ke atas panggung dan melakukan tarian sebagai pembukaan sebelum pertunjukan drama dimulai. Mereka ada yang menggunakan kostum bunga, pohon, hewan, dan hanbok.

(Musik Main Title - Peterpan (2003) OST)

Daehwi yang mengenakan hanbok lengkap dengan rambut dan jenggot putih, serta membawa tongkat dan gulungan kertas naik ke atas panggung.

Daehwi: “Apakah yang tidak pernah habis dibahas di dunia ini? Apa yang selalu menarik perhatian banyak orang? Ya! Kisah cinta. Cinta. Cinta selalu ada dalam setiap detik kehidupan kita. Cinta selalu mengiringi setiap langkah dalam kehidupan kita. Siapa yang tidak tertarik pada kisah cinta? Tidak ada. Semua orang pasti menyukai kisah cinta. Hidup tanpa cinta akan terasa hampa. Kali ini akan aku ceritakan pada kalian tentang sebuah kisah cinta yang tak biasa. Kisah cinta yang akan membuatmu tertawa bahagia, sekaligus mengharu biru dalam tangis. Duduklah dengan tenang, biarkan kisah cinta ini membuatmu terhanyut. Jangan beranjak! Atau kalian akan menyesal, karena telah melewatkan kisah romantis yang tak biasa ini. Baiklah, akan aku ceritakan kisah tentang Peri dan Penebang Kayu.”

Daehwi minggir ke tepi panggung. Berdiri di dekat jalan untuk naik ke atas panggung. Ia akan membacakan prolog untuk drama Fairy and Wood Cutter.

(Musik Morning - Toshiro Masuda OST. Naruto)

Daehwi: “Di tepi sebuah hutan, tinggallah seorang janda bersama anak laki-lakinya yang setiap hari bekerja sebagai penebang kayu. Penebang kayu itu sangat peduli pada lingkungan sekitarnya. Ia dikaruniai hati yang penuh kasih. Pagi ini pun penebang kayu berangkat ke hutan untuk menebang kayu.”

(Musik Piano In The Forest)

Jihoon yang mengenakan hanbok ala rakyat jelata berwarna coklat lengkap dengan ikat kepala naik ke atas panggung. Ia memanggul kapak di pundaknya. Ia berjalan berkeliling di atas panggung. Memeriksa beberapa anggota teater yang mengenakan kostum sebagai pohon.

Daehwi: “Setelah menemukan pohon yang cukup umur, si penebang kayu pun mulai bekerja. Ia menebang kayu untuk kemudian di jual kepada warga desa yang membutuhkan.”

Jihoon mulai berakting seolah sedang menebang kayu. Satu anggota teater yang menjadi pohon pun roboh.

Daehwi: “Ketika sedang sibuk menebang kayu, datanglah seekor rusa yang berlari dengan tertatih. Salah satu kaki rusa itu terluka karena panah seorang pemburu. Melihat penebang kayu, rusa itu pun segera meminta pertolongan. Rusa itu memohon belas kasihan penebang kayu. Ia memohon agar diselamatkan dari pemburu yang mengejarnya.”

Jihoon sibuk menebang kayu. Lalu, Jaehwan yang menggunakan kostum rusa naik ke atas panggung dan menabrak Jihoon.

Jaehwan: “Oh! Maafkan aku wahai Tuan Penebang Kayu. Aku berlari tanpa arah. Kakiku terluka karena panah pemburu yang sedang mengejarku. Aku mohon tolonglah aku. Aku mohon selamatkan aku.”

Jihoon: Menghentikan aktivitasnya dan mengamati rusa. Salah satu kaki rusa itu terluka. “Apa yang bisa aku lakukan untukmu? Aku rasa aku tidak bisa membantumu.” Bingung tidak tahu harus melakukan apa ketika melihat kaki rusa yang terluka.

Jaehwan: “Tolong lakukan sesuatu untuk menyelamatkan aku. Percayalah! Jika kau menolongku, maka kau akan mendapatkan satu hari yang baik dan penuh keberuntungan. Sekarang, cepat tolong aku! Carikan aku tempat untuk bersembunyi.”

Jihoon: Diam dan berpikir. “Baiklah! Ayo ke sini. Kau bisa bersembunyi di sini.”

Jaehwan: Mendekat, lalu berjongkok. Jihoon menutupinya dengan dedaunan dari pohon yang baru saja ia tebang.

Jihoon: “Kau, diamlah di sana. Jangan bergerak dan jangan bersuara!” Kembali sibuk menebang kayu.

Daehwi: “Penebang kayu pun akhirnya setuju membantu rusa. Ia menyembunyikan rusa yang terluka. Lalu, kembali menyibukan diri dengan pekerjaannya. Tak lama kemudian, seorang pemburu muncul dan menghampirinya.”

            Anggota teater yang menjadi pemburu naik ke atas panggung.

Pemburu: “Hey, kau! Anak muda! Apa kau melihat seekor rusa lewat sini?”

Jihoon: “Rusa? Dari tadi saya sibuk menebang kayu dan sama sekali tidak melihat ada rusa di sekitar sini.”

Pemburu: “Benarkah? Aku yakin panahku telah melukai kakinya. Jadi, tidak mungkin ia berlari lebih jauh lagi. Apa kau yakin kau tidak melihatnya?”

Jihoon: “Saya sama sekali tidak melihatnya.” Menatap pemburu penuh seilidik. “Tahu kah Tuan kalau sebenarnya hewan di wilayah ini tidak boleh diburu?”

Pemburu: “Oya? Kata siapa? Ada aturannya?”

Jihoon: “Tidak boleh berburu ke wilayah dalam hutan ini. Katanya, itu berbahaya.”

Pemburu: “Berbahaya?”

Jihoon: “Mm!” Mengangguk mantab. “Ada yang bilang, para Dewa menggembalakan hewan-hewan milik mereka di bagian dalam hutan ini. Jika Tuan salah dan memburu salah satu dari mereka, bisa fatal kan akibatnya?”

Pemburu: “Wah! Begitu ya? Lalu, bagaimana denganmu?”

Jihoon: “Saya hanya seorang penebang kayu.”

Pemburu: “Kalau begitu, aku pergi saja.” Berjalan pergi dan turun dari panggung.

Daehwi: “Pemburu pun akhirnya pergi. Membuat penebang kayu merasa lega. Setelah yakin pemburu telah pergi jauh, penebang kayu pun membantu rusa keluar dari persembunyiannya.”

Jihoon membantu Jaehwan keluar dari tumpukan daun.

Jaehwan: “Terima kasih sudah membantuku. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu.”

Jihoon: “Kakimu terluka. Sini aku bantu mengobatinya.”

Jaehwan dan Jihoon duduk berdampingan. Jihoon merawat kaki kiri Jaehwan.

Jihoon: “Selanjutnya tolong lebih berhati-hati. Pemburu sekarang sering melanggar batas izin perburuan.” Selesai merawat luka di kaki rusa.

Jaehwan: “Karena kau telah menyelamatkan hidupku, aku ingin membalas kebaikanmu.”

Jihoon: “Tidak perlu merasa berhutang budi. Aku melakukannya karena aku ingin. Jadi, kau tak harus bermurah hati seperti itu padaku.”

Jaehwan: “Kau memang tampak baik-baik saja dan tidak membutuhkan bantuan.”

Jihoon: “Begitulah. Aku dan ibuku hidup dengan baik. Hanya saja, belakangan ibuku selalu mendesak agar aku lekas menikah. Ibu cemas karena beliau semakin tua dan aku belum menikah.”

Jaehwan: “Masalah jodoh ya? Masa kamu yang tampan ini nggak ada yang naksir?”

Jihoon: “Gimana mau ada yang naksir? Tiap hari kerjaanku di hutan. Ketemunya kalau nggak sama pohon ya sama hewan liar.”

Jaehwan: “Hm… kalau begitu malam ini datanglah ke air terjun di tengah hutan. Kau tahu kan kalau di hutan ini ada air terjun? Malam ini adalah malam bulan purnama. Akan banyak bidadari yang turun untuk mandi di air terjun itu.”

Jihoon: “Bidadari?”

Jaehwan: “Iya. Peri kahayangan. Saat bidadari itu mandi, curi dan sembunyikan bajunya. Maka, mereka tidak akan bisa kembali ke kahyangan.”

Jihoon: “Mencuri dan menyembunyikan pakaian peri?”

Jaehwan: “Iya. Karena peri itu tidak akan bisa kembali ke kahyangan, kau bisa menikahinya. Menikahlah dengan peri itu hingga ia melahirkan tiga anak untukmu. Tapi, pastikan kau menyembunyikan bajunya dengan baik. Jangan sampai baju itu kembali padanya.”

Jihoon: “Begitu ya? Apa tidak apa-apa?”

Jaehwan: “Kau ingin menikah tidak?”

Jihoon: “Tentu saja ingin. Apalagi jika itu bisa membuat ibuku bahagia.”

Jaehwan: “Kalau begitu lakukan saja. Nah, selamat berjuang temanku!”

Daehwi: “Rusa pun pergi meninggalkan penebang kayu. Penebang kayu duduk termangu, merenungi kata-kata rusa. Akhirnya ia pun memantabkan pilihan. Malam nanti ia akan pergi ke ari terjun dan mencuri baju bidadari.”

Jihoon bangkit dari duduknya dan turun dari panggung.



Babak II


Daehwi: “Malam pun tiba. Penebang kayu pergi menuju air terjun dan segera mencari tempat untuk bersembunyi.”

Terdengar suara air mengalir sebagai latar musik. Jihoon kembali naik ke atas panggung. Ia pun bersembunyi di balik anggota yang menjadi pohon.

Daehwi: “Malam semakin larut. Bulan terlihat begitu besar di langit. Penebang kayu tetap menunggu dalam tempat persembunyiannya. Tak lama kemudian terdengar suara tawa gadis-gadis. Seperti yang dikatakan rusa padanya, turunlah tujuh bidadari dari kahyangan. Mereka terbang menuruni langit lalu berkumpul di air terjun.”

(Musik Fairy Dance - Peterpan (2003) OST)

Luna yang mengenakan kebaya warna pink dilengkapi selendang dengan warna senada naik ke atas panggung bersama enam gadis lainnya. Tiga gadis memakai hanbok, satu memakai kimono, baju tradisional Cina, dan saree. Tujuh bidadari itu pun melakukan gerakan tari diiringi musik Fairy Dance - OST Peterpan 2003. Merka menari dengan gerakan anggun.

Daehwi: “Penebang kayu yang sedang bersembunyi terkesima melihat kecantikan para bidadari. Ia jatuh hati pada pandangan pertama pada salah satu bidadari yang sedang menari di sekitar air terjun. Ia menghafalkan kostum yang dikenakan bidadari itu dan telah memutuskan untuk mencuri pakaian bidadari yang telah membuatnya jatuh hati itu.”

Selesai menari, tujuh bidadari meletakkan selendang mereka di atas properti yang bentuknya mirip batu. Kemudian mereka duduk berkumpul di atas panggung, saling bercanda seolah-olah sedang mandi bersama di bawah air terjun.

Daehwi: “Penebang kayu terus mengamati ketika tujuh bidadari sedang asik bercanda sambil membersihkan diri di bawah air terjun.  Setelah memastikan situasinya aman, penebang kayu pun mengendap-endap. Mendekati batu tempat bidadari meletakan pakaian mereka. Penebang kayu bersiap mencuri pakaian bidadari incarannya.”

(Musik Rooftop Prince OST - 07쫄쫄이 4인방 Return of Gang 4)

Jihoon mengendap-endap. Mendekati batu tempat selendang para bidadari ditumpuk begitu saja. Kemudian ia mengambil selendang berwarna pink, mengendap-endap dan kembali ke tempat persembunyiaannya.

Daehwi: “Penebang kayu berhasil mencuri baju dari bidadari yang membuatnya jatuh hati. Ia pun menyembunyikan baju itu dan kembali menunggu. Para bidadari yang puas mandi pun bersiap kembali ke kahyangan. Namun, salah satu dari mereka kehilangan selendang yang merupakan alat bagi mereka untuk bisa terbang kembali ke kahyangan.”

Luna: “Aku kehilangan selendangku.” Panik.

Bidadari yang memakai saree (India): “Yang benar? Tadi kamu taruh mana?”

Luna: “Ya di sini. Di atas batu ini. Sama kayak punya kalian. Tapi, aku cari-cari nggak ada.”

Bidadari yang memakai kimono (Jepang): “Jangan panik dulu. Coba kita cari. Siapa tahu terjatuh.”

Bidadari yang memakai baju Cina: “Coba aku cari di sana.” Menjauh dan memeriksa di sekitar pohon tempat Jihoon bersembunyi.

Keenam bidadari membantu mencari selendang di sekitar air terjun. Lalu, mereka kembali berkumpul.

Bidadari hanbok merah: “Aku tidak menemukannya.”

Bidadari hanbok kuning: “Aku juga tidak menemukannya.”

Bidadari hanbok oranye: “Aku juga tidak menemukan apa-apa. Kau yakin menaruhnya di atas batu ini juga?”

Luna: “Iya. Sama seperti kalian.”

Bidadari Jepang: “Masa iya selendangmu terjatuh dan terbawa arus?”

Bidadari India: “Wah! Gawat kalau begitu!”

Bidadari Cina: “Teman-teman, sebentar lagi pagi tiba. Kita harus segera kembali ke kahyangan.”

Bidadari India: “Tapi, bagaimana dengan teman kita? Tanpa selendangnya, ia tidak bisa kembali ke kahyangan.”

Luna: “Kalian pergilah.”

Keenam bidadari: “Apa?!!”

Luna: “Akan sangat berbahaya kalau ada manusia yang menemukan kita. Jadi, kalian lekaskah kembali.”

Bidadari hanbok merah: “Lalu, bagaimana denganmu?”

Luna: “Tanpa selendangku, aku tidak bisa kembali. Aku akan mencarinya. Setelah ketemu, aku akan segera kembali menyusul kalian.”

Bidadari India: “Kau yakin kau akan baik-baik saja tanpa kami?”

Luna: “Mm.” Mengangguk mantab. “Segera setelah menemukan selendangku, aku akan kembali menyusul kalian.”

Bidadari Jepang: “Coba kita cari sekali lagi.”

Bidadari Cina: “Tapi, kita harus segera kembali.”

Bidadari India: “Maafkan kami. Kami harus segera kembali.”

Daehwi: “Keenam bidadari pun akhirnya kembali ke kahyangan. Meninggalkan bidadari yang kehilangan selendangnya. Setelah keenam temannya pergi, bidadari yang kehilangan selendangnya kembali mencari-cari selendangnya. Ia bertanya pada pepohonan, rumput, dan kunang-kunang. Namun, tak satu pun dari mereka yang memberi petunjuk. Bidadari itu pun putus asa. Ia duduk dan menangis di pinggir batu tempat ia meletakan selendangnya.”

Luna berkeliling di atas panggung, berpura-pura mencari selendangnya. Ia bertanya pada pohon, rumput, dan kerlap-kerlip cahaya sebagai wujud visualisasi kunang-kunang. Terakhir, ia menghadap pada penonton.
Luna: “Wahai makhluk-makhluk malam ciptaan Sang Penguasa Alam, apa kalian melihat selendangku?”

Penonton: Berseru. “Tidak!”

Luna: Duduk bersimpuh di dekat properti yang bentuknya seperti batu. “Di mana selendangku. Heuheuheu.” Menutup wajah dengan kedua tangan. Pura-pura menangis.

Daehwi: “Bidadari yang kehilangan selendangnya pun menangis. Karena ia tak bisa menemukan selendangnya, ia pun tidak akan bisa kembali ke kahyangan. Penebang kayu yang mengamati dari tempat persembunyiaanya pun merasa iba. Perlahan ia pun keluar dari tempat persembunyiaannya dan mendekati sang bidadari.”

(Musik Coboy Junior - Eeeaa)

Jihoon keluar dari tempat persembunyiaannya. Ditemani beberapa anggota teater, ia bernyanyi dan menari diiring lagu Coboy Junior - Eeeaa.

Hey kamu!
Hatiku dag dig dug saat aku melihatmu
Jatuh dihadapanku, buat aku buru-buru mendekatimu
Langsung kutanyakan apa kau baik baik saja
(Kau bingung)
Memangnya aku jatuh dari mana?
Kau bidadari jatuh dari surga dihadapanku Eeaaa
Kau bidadari jatuh dari surga tepat dihatiku Eeaaa
So baby please be mine
Please be mine
Oh mine
Eeaaa
Karna hanya aku sang pangeran impianmu
Eeaaa eeaaa eeaaa eeaaa

Daehwi: “Bidadari pun bangkit dari duduknya dan ketakutan karena tiba-tiba saja muncul seorang manusia. Penebang kayu pun menenangkannya. Penebang kayu itu mengajak bidadari mengobrol.”

Luna: “Bagaimana kau bisa tahu kalau aku bidadari?”

Jihoon: Tersenyum dan mendekati Luna. “Jadi, benar kau bidadari yang jatuh dari surga di hadapanku?” Sambil bernyanyi.

Luna: Memasang ekspresi bingung, lalu mengangguk.

Jihoon: “Kenapa malam-malam begini kau duduk dan menangis di sini?”

Luna: “Aku kehilangan selendangku.”

Jihoon: “Selendang?”

Luna: “Mm.” Mengangguk. “Aku adalah bidadari yang turun dari kahyangan. Aku tidak bisa kembali ke kahyangan bersama teman-temanku, karena aku tak menemukan selendangku. Sepertinya hilang saat aku mandi.”

Jihoon: “Wah, hilang ya? Sayang sekali.”

Luna: “Kau, apakah mau menolongku?”

Jihoon: “Tentu saja. Tapi, ini sudah sangat larut. Akan sangat sulit mencari selendangmu di tengah gelap malam seperti ini. Ikutlah denganku, ke gubukku. Nanti aku akan bantu kamu mencari selendangmu. Bagaimana? Di sini kau pasti tidak punya tempat tujuan, kan? Akan sangat berbahaya berada di tengah hutan sendirian.”

Luna: “Baiklah.”

Jihoon: “Kalau begitu ayo!” Berdiri dan mengulurkan tangan.

Luna: Meraih uluran tangan Jihoon dan berdiri.

Luna dan Jihoon pun berjalan menuruni panggung.



Babak III

Daehwi: “Penebang kayu mengajak bidadari pulang ke rumahnya yang letaknya berada di tepi hutan. Ia mempersilahkan bidadari beristirahat di kamarnya. Esok pagi, ia hendak mempertemukan bidadari dengan ibunya. Karena berada di tempat asing, semalaman bidadari tak bisa tidur. Ketika pagi tiba, ia masih terjaga. Ia duduk di teras rumah sederhana milik penebang kayu.”

(Musik Final FantasyIn The Morning Light)

Luna kembali naik ke atas panggung. Ia duduk bersimpuh di atas panggung. Kemudian, Jisung yang mengenakan hanbok perempuan naik ke atas panggung. Berakting seolah bangun tidur, lalu terkejut melihat Luna. Jisung naik ke atas panggung. Ia menggeliat dan menguap, lalu terkejut melihat Luna yang sedang duduk melamun di teras rumahnya.

Jisung: “Omo! Omo! Siapa dia?” Bertanya pada penonton. “Kenapa dia duduk di teras rumahku? Sepagi ini?”

Jihoon: Naik ke atas panggung. “Oh! Omoni sudah bangun?”

Jisung: “Ssh! Lihat! Ada bidadari di teras rumah kita!”

Jihoon: Tersenyum. “Bagaimana Omoni bisa tahu kalau dia bidadari?”

Jisung: “Eh? Iya? Lihat lah! Ini pertama kalinya aku melihat gadis cantik di rumah kita. Kalau bukan bidadari, apa? Hantu? Hantu tidak akan berpenampilan secantik itu. Eh? Tapi, kenapa bajunya aneh? Dia benar bidadari?”

Jihoon: “Iya. Aku yang membawanya pulang semalam.”

Jisung: “Eh? Bagaimana bisa kamu bawa bidadari pulang?”

Jihoon: “Panjang ceritanya. Yang penting sekarang ada anak gadis di rumah ini. Kalau lancar, aku akan menikahinya.” Berbisik saat berkata akan menikahi bidadari.

Jisung: “Menikah? Wah! Akhirnya. Tapi, apa dia bakalan mau nikah sama kamu, Nak?”

Jihoon: “Pasti mau! Nah, ayo sapa dia. Omoni pasti pengen kenalan, kan?”

Jihoon dan Jisung mendekati Luna.

Jihoon: “Selamat pagi.”

Luna: Tersadar dari lamunan. “Oh! Selamat pagi.” Hendak berdiri.

Jisung: “Sudah duduk saja.” Duduk di samping Luna.

Jihoon: Ikut duduk di atas lantai panggung. “Beliau ini, ibuku.” Memperkenalkan Jisung pada Luna. “Omoni, dia adalah bidadari malang yang kehilangan selendangnya hingga tidak bisa kembali ke kahyangan. Karena kasihan, semalam aku membawanya pulang.”

Jisung: “Wah. Malang sekali. Bagaimana bisa kamu kehilangan selendangmu?”

Luna: “Entahlah. Saya menaruhnya di atas batu, lalu mandi bersama teman-teman bidadari yang lain. Tapi, hanya selendang saya yang tidak ada. Tuan muda ini berjanji akan membantu selendang saya.”

Jisung: “Kau tidak perlu takut. Anakku ini pemuda yang baik. Dia pasti akan membantumu. Tapi, bagaimana jika kita tidak bisa menemukan selendangmu?”

Jihoon dan Luna saling memandang dalam diam.

Jihoon: “Kalau begitu, biarkan bidadari tinggal bersama kita. Di bumi, dia tidak punya siapa-siapa. Jadi, izinkan dia tinggal bersama kita.”

Jisung: “Tentu saja boleh. Omoni sudah tua. Pasti menyenangkan jika ada anak gadis yang bisa menemani omoni di sini. Jika selendangmu tidak ketemu, tinggalah di sini, bersama omoni, mm?”

Luna: “Terima kasih. Tapi, saya berharap saya bisa menemukan selendang saya.”

Jisung: “Tentu saja. Nanti, anakku akan membantumu mencarinya. Boleh aku bertanya sesuatu?”

Luna: “Iya. Silahkan.”

Jisung: “Kenapa pakaianmu aneh sekali? Tidak seperti kami.”

Luna: “Saya bidadari dari Indonesia. Kami sedang dalam kunjungan ke istana langit Korea. Lalu, kami turun untuk mandi di air terjun saat bulan purnama. Sayangnya saya kehilangan selendang dan tidak bisa kembali ke kahyangan.”

Jisung: “Oh, bidadari dari Indonesia. Pantesan beda.”

Luna mengenakan kebaya lengan pendek warna pink dipadu dengan jarik selutut. Sebagai pelengkap, ia mengenakan sendal gladiator.

Jisung: “Ya sudah. Omoni akan buat sarapan untuk kalian. Setelah sarapan, kalian pergilah ke hutan untuk mencari selendang.”



Babak IV

Daehwi: “Penebang kayu dan bidadari pun kembali ke hutan untuk mencari selendang milik bidadari yang hilang. Setiap hari, bidadari menemai penebang kayu ke hutan. Setelah menebang kayu, penebang kayu pasti menyempatkan diri untuk membantu bidadari mencari selendangnya. Namun, selendang itu tidak pernah ditemukan. Hari pun berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Penebang kayu dan bidadari yang sering menghabiskan waktu bersama pun mulai saling jatuh hati.”

Luna berada di atas panggung. Berjalan riang seolah menikmati indahnya hutan nan asri.

(Musik Infinite - Man In Love)

Jihoon naik ke atas panggung, lalu menari bersama beberapa anggota teater diiringi lagu Man In Love - Infinite. Selesai menari, Jihoon memberikan beberapa ikat bunga lily putih pada Luna.

Luna: “Wah! Cantik sekali. Terima kasih.” Mencium aroma bunga lily pemberian Jihoon.

Jihoon: “Bunga lily adalah bunga musim panas. Bunga simbol bagi orang-orang yang lahir di bulan Mei. Aku lahir di bulan Mei.”

Luna: Tersenyum.

Jihoon: “Dalam sejarah Yunani kuno, bunga lily dipercaya sebagai bunga yang tercipta dari air dewa. Kau tahu? Menurut legenda Yunani, bunga lily berasal dari susu yang ditumpahkan Dewi Hera. Konon katanya, pada saat Dewi Hera menyusui putranya, Hercules, ia secara tidak sengaja menumpahkan air susunya ke bumi. Dan itulah awal tumbuhnya bunga lily di bumi. Bunga lily juga dijuluki sebagai ratu taman. Sangat cocok untukmu bukan? Bidadari, ratu di taman hatiku. Bunga ini adalah simbol dari hatiku yang tulus dan murni mencintaimu. Jadi, mau kah kau menerima hatiku yang sedang disesaki oleh rasa cinta padamu ini?”

(Musik Koi Mil Gaya - Koi Mil Gaya)

Jihoon dan Luna menari diiringi lagu Koi Mil Gaya - OST Koi Mil Gaya. Selesai menari bersama, terdengar alunan musik Super Junior - Marry U. Jihoon pun menyanyi untuk melamar Luna.

Love oh baby my girl
Geudaen naui juhnbu nunbushige areumdawoon
Naui shinbu shini jushin suhnmul
Haengbokhangayo geudaeui ggaman nunesuh nunmuri heureujyo
Ggaman muhri pappuri dwel ddaeggajido
Naui sarang naui geudae saranghal guhseul na maengsehalgeyo
Geudaereul saranghandaneun mal pyuhngsaeng maeil haejugo shipuh
Would you marry me? Nuhl saranghago akkimyuh saragago shipuh
Geudaega jami deul ddaemada nae pare jaewuhjugo shipuh
Would you marry me? Iruhn naui maeum huhrakhaejullae?
Pyuhngsaeng gyuhte isseulge (I do) Nuhl saranghaneun guhl (I do)
Nungwa biga wado akkyuhjumyuhnsuh (I do)
Nuhreul jikyuhjulge (My love)

Jihoon: Berlutut di depan Luna. “Would you marry me?”

Luna: “I do!”

Jihoon: “Hore! Omoni! Aku akan menikah!” Bangkit dan memeluk Luna.


Babak V

Daehwi: “Karena tak kunjung menemukan selendang bidadari, penebang kayu yang sudah jatuh hati sejak pertama kali melihat bidadari pun memberanikan diri untuk melamar bidadari. Betapa senangnya ia ketika bidadari menerima lamarannya. Penebang kayu pun membawa berita bahagia itu pada ibunya.”

Jisung duduk di atas lantai panggung. Jihoon dan Luna datang menghampirinya.

Jihoon: “Omoni, kami akan menikah!”

Jisung: Menatap Jihoon, lalu Luna. “Menikah??”

Jihoon: “Iya. Hari ini aku melamar Nona Bidadari dan dia menerima lamaranku. Kami akan menikah!”

Jisung: Tiba-tiba menangis tersedu-sedu.

Jihoon: “Omoni. Omoni kenapa menangis?”

Jisung: “Ibu bahagia, Nak. Akhirnya kamu laku juga. Akhirnya kamu akan menikah.”

Jihoon: “Sudah kukatakan sebelumnya, kan? Dia pasti mau menikah denganku.”

Jisung: “Kau memang hebat anakku. Tunggu sebentar!” Mengambil dua buah kotak berwarna pink dan memberikannya satu kepada Jihoon dan satu pada Luna.

Jihoon: “Omoni, apa ini?”

Jisung: “Buka saja.”

Jihoon dan Luna membuka kotak di pangkuan masing-masing. Kotak yang ternyata berisi hanbok berwarna pink.

Jihoon: “Wah! Ini??”

Jisung: “Baju pernikahan untuk kalian. Ibu membuatnya dengan kedua tangan ibu sendiri.”

Jihoon: “Terima kasih, Omoni.”

Jisung: “Pakai ini ya, Nak. Agar kau tak tampak seperti orang asing lagi di rumah ini. Karena, setelah ini kita akan menjadi sebuah keluarga.”

Luna: “Baik, Omoni.”

Jisung: “Senangnya mendengarmu memanggilku omoni. Baiklah! Kita akan siapkan pesta pernikahan untuk kalian.”

(Musik Sungkyunkwan Scandal OST Main title)

Jihoon dan Luna turun panggung untuk berganti baju. Menggunakan hanbok berwarna pink. Jisung yang berada di atas panggung sibuk menyiapkan pesta pernikahan untuk Jihoon dan Luna. Beberapa anggota teater naik ke atas panggung. Bertingkah sibuk seperti yang di lakukan Jisung. Bunga-bunga pun ditata di atas panggung.
Jihoon dan Luna kembali ke atas panggung. Sudah mengenakan hanbok dengan warna pink. Jisung meletakan mahkota dari bunga di atas kepala Luna. Daehwi muncul sebagai Dewa Cinta yang menikahkan penebang kayu dan bidadari. Jihoon dan Luna berdiri berhadapan di depan Daehwi.

Daehwi: “Saya satukan engkau penebang kayu dan bidadari dalam satu ikatan suci bernama pernikahan. Wahai penebang kayu, bersediakah kau menerima bidadari sebagai istrimu? Bersediakah kau menerima segala kelebihan dan kekurangannya? Bersediakah kau merawatnya, menjaganya, menemaninya di saat suka maupun duka?”

Jihoon: “Saya bersedia.”

Daehwi: “Wahai bidadari, bersediakah kau menerima penebang kayu sebagai suamimu? Bersediakah kau menerima segala kelebihan dan kekurangannya? Bersediakah kau merawatnya, menjaganya, menemaninya di saat suka maupun duka?”

Luna: “Saya bersedia.”

Daehwi: “Baiklah. Silahkan cium pasangan Anda.”

Jihoon mencium kening Luna.

(Musik Final Fantasy - Waltz For The Moon)

Jihoon dan Luna berdansa. Beberapa anggota teater naik ke atas panggung dan turut berdansa berpasangan. Jaehwan yang mengenakan kostum rusa pun ikut naik ke atas panggung. Ia berdansa bersama Jisung.



Babak VI

Daehwi: “Tahun demi tahun pun berlalu. Penebang kayu dan bidadari dikaruniai dua orang anak. Mereka hidup bahagia. Tetapi, kadang bidadari merasa rindu pada tempat tinggalnya di langit. Suatu hari, bidadari yang sedang menemani penebang kayu pun membuat permohonan kepada penebang kayu.”

Jihoon dan Luna masih memakai hanbok yang mereka gunakan untuk pernikahan. Dua orang anggota teater yang memerankan anak penebang kayu dan bidadari berakting sedang bermain bersama. Jihoon dan Luna duduk di atas lantai panggung sembari memperhatikan keduanya.

Jihoon: Tertawa melihat tingkah kedua anaknya. Lalu, ia menatap Luna yang terlihat murung. “Ada apa istriku? Kau terlihat murung hari ini.”

Luna: Menghela napas. “Aku hanya merasa rindu pada selendangku.”

Jihoon: “Selendang?”

Luna: “Iya. Selendang yang hilang saat aku mandi di air terjun.”

Jihoon: “Selendang yang mempertemukan kita?”

Luna: “Iya. Apa benar kau tidak pernah melihatnya?”

Jihoon: “Ak-aku…”

Luna: “Jika kau melihatnya, aku hanya ingin memakainya sekali saja.”

Jihoon: “Aku tidak pernah melihatnya.”

Luna: “Aku hanya ingin memakainya sekali saja. Sebagai pengobat rasa rinduku. Hiks... hiks... hiks.”

Daehwi: “Melihat istrinya menangis, penebang kayu pun merasa iba. Ia tak tega melihat istrinya bersedih. Ia pun berpikir untuk memberikan selendang yang telah lama ia simpan. Tapi, ia takut bidadari akan meninggalkannya ketika mendapatkan kembali selendang sutra itu. Namun, ia tak bisa menolak permohonan istrinya.”

Jihoon: “Istriku, kau benar-benar hanya ingin memakainya sekali saja?”

Luna: “Iya. Aku hanya rindu pada selendang pemberian ibuku itu.”

Jihoon: “Aku melihatnya dan aku menyimpannya.”

Luna: “Apa?? Jadi, jadi kau benar menyimpannya??”

Jihoon: “Aku jatuh hati padamu dan aku tidak mau kehilanganmu. Karena itu, aku menyimpan selendangmu yang berhasil aku temukan. Maafkan aku.”

Luna: Menatap Jihoon dalam diam dan menangis.

Jihoon: “Aku akan memberikannya padamu agar kau bisa memakainya kembali. Tapi, berjanjilah untuk tetap di sisiku.”

Luna: Masih diam.

Jihoon: Mendesah. Bangkit dari duduknya, mengambil selendang sutra pink yang ia sembunyikan. Ia kembali duduk dan menyerahkan selendang itu pada Luna.

Luna: “Selendangku.” Menciumi selendang di tangannya. Bangkit berdiri, meletakan selendang di pundaknya, lalu berjalan mendekati kedua anaknya yang sedang bermain.

Jihoon: “Istriku, apa yang kau lakukan?”

Luna: “Maafkan aku suamiku. Aku akan pergi. Aku sudah berjanji, segera setelah menemukan selendangku, aku akan kembali ke kahyangan.”

Jihoon: “Apa?? Istriku! Aku mohon jangan pergi! Istriku!”

Daehwi: “Setelah mendapatkan selendangnya kembali, bidadari pun membawa kedua anaknya terbang ke langit. Meninggalkan penebang kayu sendirian di rumah di tepi hutan.”

(Musik Ailee - Goodbye My Love)

Luna dan dua anggota teater yang memerankan sebagai anak mengelilingi panggung lalu turun dari panggung. Jihoon jatuh berlutut dan menangis. Meratapi kepergiaan bidadari.

(Musik Joel Adams - Please Don't Go)

Nobody ever knows 
Nobody ever sees 
I left my soul 
Back there now I'm too weak 
Most nights I pray for you to come home 
Praying to the Lord 
Praying for my soul

Now please don't go 
Most nights I hardly sleep when I'm alone 
Now please don't go, oh no 
I think of you whenever I'm alone 
So please don't go

Daehwi: “Penebang kayu pun menyesal karena telah memberikan selendang kepada bidadari. Hingga bidadari terbang kembali ke langit dengan membawa kedua anaknya. Meninggalkan dirinya sendiri di gubuknya. Penebang kayu pun teringat ucapan rusa beberapa tahun yang lalu.”

Jaehwan: Naik ke atas panggung dan berjalan sambil berkata, “Menikahlah dengan bidadari itu hingga dia melahirkan tiga anak untukmu. Dan, jangan sampai kau mengembalikan selendang kau curi padanya.” Turun panggung.

Daehwi: “Penebang kayu hanya bisa meratapi nasibnya. Menyesal karena telah memberikan selendang yang telah lama ia sembunyikan kepada bidadari. Sekarang bidadari telah kembali ke langit. Meninggalkan dirinya sendiri dalam penyesalan.”

Daehwi: “Penebang kayu berusaha bangkit. Tegar demi melanjutkan hidup. Namun, ia tidak bisa melupakan bidadari dan kedua anaknya. Ia merindukan istrinya. Di langit, bidadari pun merasakan hal yang sama. Ia tidak bisa melupakan suaminya si penebang kayu.”

(Musik Hugh Grant & Haley Bennett - Way Back into Love)

Luna kembali naik ke atas panggung. Alunan musik intro Hugh Grant & Haley Bennett - Way Back into Love mulai terdengar. Jihoon dan Luna berduet, menyanyikan lagu Hugh Grant & Haley Bennett - Way Back into Love. Walau mereka berada di panggung yang sama, keduanya tak saling berinteraksi seolah bernyanyi di tempat yang berbeda.


Babak VII

Daehwi: “Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Penebang kayu mengisi kesendiriannya dengan kembali menebang kayu di hutan. Suatu hari, ia kembali bertemu dengan rusa. Ia pun menceritakan apa yang ia alami pada rusa.”

Jihoon naik ke atas panggung. Sibuk menebang pohon. Jaehwan naik ke atas panggung dan menghampiri Jihoon yang sibuk menebang kayu.

Jaehwan: “Hi! Whatsup, Bro! Apa kabarmu?”

Jihoon: Mendesah.

Jaehwan: “Kenapa kau murung? Bukan kah kau sudah menikah dengan bidadari? Bahkan, kudengar kalian sudah dikaruniai dua anak.”

Jihoon: “Itu benar. Tapi, aku tidak bisa menolak keinginan istriku yang mengatakan merindukan selendangnya. Aku memberikan selendang itu padanya. Lalu, ia terbang kembali ke langit dengan membawa kedua anak kami.”

Jaehwan: “Wah. Sayang sekali.”

Jihoon: “Maafkan aku karena tidak menuruti ucapanmu.”

Jaehwan: “Tidak perlu meminta maaf. Lalu, apakah kau masih ingin bertemu dengan istri dan anakmu?”

Jihoon: “Tentu saja. Aku sangat mencintai istriku dan juga anak-anakku. Jika ada kesempatan, aku ingin bertemu dan berkumpul dengan mereka lagi.”

Jaehwan: “Kalau begitu, nanti malam saat bulan purnama datanglah ke air terjun. Jika kau melihat ada ember jatuh dari langit, naik lah ke atas ember itu.”

Jihoon: “Ember jatuh dari langit?”

Jaehwan: “Iya. Jika kau dan istrimu masih berjodoh, maka kalian pasti akan dipersatukan kembali. Selamat berjuang. Fighting, Bro!” Buru-buru menuruni panggung.

Jihoon: “Hey! Tunggu! Ember jatuh dari langit?”

Daehwi: “Penebang kayu tidak bisa memahami kata-kata rusa. Namun, malam harinya ia kembali pergi ke air terjun. Ia duduk dan menunggu ember jatuh dari langit yang disebutkan rusa.”

Jihoon duduk di pinggir properti berbentuk batu dan menunggu.

Daehwi: “Penebang kayu menunggu dengan sabar. Lewat tengah malam, tiba-tiba sebuah ember jatuh ke sungai. Penebang kayu pun terkejut. Buru-buru ia mengambil ember besar itu.”

Ketika Jihoon sedang duduk dan berakting terkantuk-kantuk, Jaehwan melemparkan bak plastik besar ke atas panggung. Jihoon terkejut dan bangkit dari duduknya. Segera mengambil bak plastik. Jihoon mengamati langit-langit panggung.

Jihoon: “Ember ini benar-benar jatuh dari langit. Jadi, aku harus naik ke atasnya?” Buru-buru naik ke dalam bak.

Daehwi: “Penebang kayu pun naik ke atas ember yang jatuh dari langit. Perlahan ember itu bergerak dan terbang. Ember itu terbang, membawa penebang kayu naik ke atas langit. Penebang kayu berharap bisa bertemu dengan anak dan istrinya di langit.”

(Musik Flying - Peterpan (2003) OST)

Jihoon yang duduk di dalam bak berakting seolah-olah ember itu terbang, membawanya menuju langit. Di saat Jihoon masih duduk di atas ember, keenam pemeran bidadari naik ke atas panggung. Mereka berakting seolah sedang bermain di taman langit.

Daehwi: “Penebang kayu akhirnya sampai di taman langit. Ia melihat bidadari-bidadari sedang bermain di taman langit. Penebang kayu pun turun dari ember dan mendekati para bidadari yang sedang asik bermain.”

Jihoon: “Permisi. Apa benar ini taman langit?”

Bidadari hanbok merah: “Eh? Bagaimana manusia bisa sampai ke taman langit?”

Jihoon: “Saya datang kemari untuk mencari istri dan anak saya.”

Para bidadari saling berbisik sambil mengamati Jihoon.

Bidadari hanbok kuning: “Istrimu? Di sini?”

Jihoon: “Iya. Beberapa tahun yang lalu salah satu dari bidadari yang turun ke bumi tidak bisa kembali karena kehilangan selendangnya. Lalu, kami menikah. Saya adalah penebang kayu yang tinggal di pinggir hutan. Istri saya, bidadari dari Indonesia.”

Bidadari India: “Oh, Dewi Nawang Wulan? Kamu suaminya Dewi Nawang Wulan?”

Jihoon: “Iya. Saya suaminya.”

Bidadari Cina: “Bukannya Dewi Nawang Wulan sudah pulang ke Indonesia ya?”

Bidadari Jepang: “Sudah balik kok. Mudik ke Indonesia cuman sebentar.”

Jihoon: “Kalau boleh tahu, di mana istri saya? Saya ingin ketemu sama istri dan anak saya.”

Bidadari hanbok oranye: “Tunggu saja. Sebentar lagi juga pasti ke sini.”

Jihoon: “Baiklah. Saya akan menunggu.”

Daehwi: “Penebang kayu pun menunggu dengan sabar. Ia duduk di dekat ember, memperhatikan para bidadari yang kembali sibuk bermain. Tak lama kemudian, bidadari yang merupakan istri dari penebang kayu pun muncul. Penebang kayu terkejut. Walau telah kembali ke taman langit, istrinya masih mengenakan hanbok pemberian ibunya. Tak lagi mengenakan kebaya yang dahulu menjadi ciri khas bidadari asal Indonesia itu.”

Luna naik ke atas panggung. Bergabung dengan enam bidadari yang lain. Jihoon pun bangkit dari duduknya dan mendekati Luna.

Jihoon: “Istriku.”

Luna: Terkejut. “Suamiku? Bagaimana kau bisa sampai ke taman langit?”

Jihoon: “Demi bertemu denganmu. Takdir telah membuka jalan untukku untuk kembali bertemu denganmu. Aku benar-benar meminta maaf untuk selendangmu. Aku jatuh cinta ketika pertama kali melihatmu. Karenanya aku tidak ingin kau pergi dan menyembunyikan selendang milikmu. Aku mohon maaf padamu. Aku memang egois. Tapi, aku melakukannya karena aku sangat mencintaimu.”

Luna: “Aku juga minta maaf. Aku pun egois. Meninggalkanmu sendirian di bumi. Tapi, aku tidak bisa kembali ke bumi. Di sini lah tempatku.”

Bidadari hanbok merah: “Kalau begitu, tinggalah di sini bersama istri dan anakmu wahai penebang kayu. Kau sudah sampai di taman langit. Itu karena takdir. Jadi, tinggalah di taman langit dan hidup bahagia bersama istri dan anakmu.”

Jihoon: “Boleh kah? Saya sungguh sangat ingin hidup bersama istri dan anak saya.”

Bidadari hanbok kuning: “Tentu saja boleh. Kau sudah sampai di sini, jadi tinggalah dengan damai bersama istri dan anakmu di sini.”

Jihoon: Meraih kedua tangan Luna. “Bagaimana istriku? Apa kau mau menerimaku? Apa kau mau tinggal bersamaku? Jika kau tidak bisa kembali ke bumi, maka aku yang akan tinggal dan menemanimu di sini.”

Luna: “Tentu saja aku mau suamiku. Tinggalah di taman langit. Hiduplah bersamaku dan anak-anak kita.”

Jihoon: “Karena kita saling mencintai, bersama selamanya. Aku harap kita memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Aku benar-benar bersyukur dan aku selalu mencintaimu.”

Jihoon dan Luna pun berpelukan.

Daehwi: “Akhirnya penebang kayu bertemu kembali dengan istrinya, bidadari asal Indonesia bernama Dewi Nawang Wulan. Penebang kayu pun tinggal di taman langit. Hidup bahagia bersama istri dan anak-anaknya di taman langit. Ingatlah, kisah cinta tidak akan pernah mati. Karena cinta, kehidupan kita menjadi penuh warna. Jangan menolak cinta ketika ia datang dalam kehidupanmu. Biarkanlah cinta mengisi ruang hatimu, dan menuliskan kisah dalam hidupmu. Cintailah cinta. Karena cinta akan selalu mencintaimu.”

(Musik Happy Ending - OST Tees Maar Khan)

Semua pemain naik ke atas panggung dan menari bersama diiringi lagu Happy Ending - OST Tees Maar Khan.


------- THE END --------













Search This Blog

Total Pageviews