Wisata Mistis Bersama Tunjung
04:29
Wisata Mistis Bersama Tunjung
Hari ini memaksa Tunjung untuk bertemu, karena saya membutuhkan dia untuk keperluan riset. Setelah melakukan riset bersama Tunjung, saya mendengarkan fakta yang mencengangkan tentang hubungan lama saya dengan Mbak Cantik Yang Mengaku Cinta Kepada Saya.
Jadi, inti masalahnya adalah muka saya, wajah saya. Karena muka saya ini mirip muka seseorang, jadilah hubungan ruwet antara saya dan mbaknya terus mbulet sampai sekarang. Ngeri-ngeri serem. Sedih juga. Hiks!
Tapi, dalam tulisan kali ini saya tidak akan membahas tentang riset. Karena itu untuk keperluan tulisan. Jadi, ditunggu aja ya tulisannya. Hehehe.
Saya akan membahas tur saya tadi pagi menjelang siang bersama Tunjung. Tadi itu sebelum riset saya sempat di ajak jalan-jalan sebentar sama Tunjung. Jalan-jalan biasa sih, cuman karena temen jalannya adalah Tunjung, udah pasti ada cerita creepy yang terselip. Begitu juga dengan jalan-jalan singkat hari ini.
"U, mbakmu jualan di pasar ya?" Tanya Tunjung yang baru nyamperin saya.
"Iyo. Dodol kembang gantiin Mbah."
"Ayo diinceng."
"Ngapain ngintip? Di jenguk lah, jangan diintip doang."
"Iyo. Kamsudku iku. Ayo diungak mbakmu ndek pasar."
"Yowes! Ayo!"
Kami pun berangkat ke pasar. Menjenguk kakak sulung saya yang baru merintis usaha menjual bunga. Awalnya biasa saja. Kami ngumpul dan ngobrol di lapak kakak saya.
"U!" Tunjung mendekatkan wajahnya ke telinga saya, berbisik memanggil nama saya.
"Opo se!"
"Aku liat makhluk-makhluk itu nyereti orang buat dibawa ke lapak tuan-tuan mereka."
"Makhluk apaan?"
"Jadi gitu cara kerja mereka."
"Apaan sih?"
"Liat itu tuh! Nah, di situ ada pocong."
"Pocong? Eh iya ya. Mr. Poci kan bisa buat penglaris juga. Tapi, moso iya Mr. Poci nya nyereti pembeli? Sambil loncat-loncat gitu? Kasian dong ya! Capek dia."
"Ndagel ae arek iki! Dia diem aja di depan lapaknya si tuan. Melambai-lambaiin tangan ke pembeli biar mampir."
"Kalau Mr. Poci yang ngawe-ngawe, mana berani mampir, Njung! Serem tau!" Saya bergidik. "Jadi, pembeli disihir gitu ya? Dimantrai ama si Poci biar mampir ke lapak tuannya? Ya ampun."
"Kalau yang itu kayak makhluk kartun di bantal lehermu tuh! Tuh tuh dia nuntun pembeli buat beli ke lapak tuannya."
"Taz-Mania?"
"Iya. Seng coklat itu lho!"
"Iyo iku Taz-Mania. Ih serem yo!"
"Lek itu kayak buto kecil seng kita bahas kapan hari. Seng kamu tak kasih liat kayak ndek film apa itu lho."
"Buto apa se? Kayak seng ndek orang jual bakso ndek film Mereka Yang Tak Terlihat itu a?"
"Bukan. Seng katamu apa itu seng kayak di film Lord of The Ring. Ijo itu lho!"
"Oh! Goblin?"
"Nah, iya itu. Ada dua yang kayak gitu. Jadi cara kerja mereka kayak gini tho?"
"Kalau aku pernah nonton di tivi itu pembelie matae di tutupin ama penglarisnya. Trus dituntun ke lapak tuannya."
"Kalau ini nggak, U. Ya langsung dituntun gitu. Setengah diseret."
Tiba-tiba saya teringat peristiwa ketika saya belanja di salah satu toko, lalu kaki saya tiba-tiba nyeri berat. Jalan pulang pincang, lalu tiga hari nggak bisa jalan. Kata Nyai, penyebabnya adalah saya nggak sengaja nginjek makhluk begituan.
"Njung! Inget nggak yang kakiku tiba-tiba pincang trus nggak bisa jalan tiga hari?"
"Inget. Kenapa?"
"Itu aku nginjek apaan sih? Di toko X sebelah sono tuh."
"Oh. Iku ulo. Kowe ra sengojo nyenggol."
"Ular?? Trus, itu aku diapain? Digigit?"
"Disebet karo buntute tok koen iku. Lek dicokot yo modyar koen!"
"Widih! Serem yo! Trus, inget nggak pas di toko tetiba kakiku sakit? Katamu ada makhluk kayak iguana bawa buku ama pensil. Trus karena ekornya nggak sengaja tak injek, dia tusuk kakiku ama pensilnya."
"Iyo yo. Apes tok koen iku yo U! Hehehe."
"Tak pikir-pikir curang lho mereka itu. Mereka bisa liat kita, tapi kita nggak. Giliran kita nggak sengaja nyenggol, mereka marah. Padahal kadang mereka yang usil."
"Menungso kan yo ono seng model ngunu, U. Sok banget ke orang. Usil. Tapi, kalau nggak sengaja kesentil, ngamok."
"Hehehe. Iya sih."
Kami pun pulang bersama-sama, lalu makan siang di markas.
Jadi, bener ya istilah 'ndek pasar iku rusuh'. Artinya persaingan di pasar benar-benar ketat hingga banyak yang menggunakan jasa makhluk astral untuk membantu usaha mereka.
Kerjo ndek pasar iku golekane duwek gampang, tapi gudho ne yo gedhe. Begitu kata Tunjung. Kerja di pasar itu cari duit gampang, tapi banyak godaannya. Semua tergantung pada pribadi masing-masing.
Di sini saya hanya berbagi. Boleh percaya boleh tidak. Tapi, itu lah yang benar kami alami. Maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat.
Tempurung kura-kura, 26 September 2019.
- shytUrtle -
0 comments