[BTS] Novel Muara Hati

06:12

[BTS] Novel Muara Hati




Sebelum membuat ulasan dari novel kolaborasi yang berjudul Muara Hati, saya akan membuat BTS atau Behind The Story nya dulu. Kayak anak-anak saya sebelumnya, Muara Hati juga harus punya BTS dong ya. Karena ini pengalaman pertama juga buat saya ikutan nulis kolaborasi. Sebelumnya udah pernah ikutan proyek nulis bareng, tapi proyek kali ini benar-benar berbeda. Jadi, saya mau bagi cerita di balik lahirnya novel Muara Hati.

Saya mendapat informasi tentang proyek kolaborasi ini dari Kak Zee. Tapi, karena novel islami, saya ragu untuk maju. Saya bilang ke Kak Zee kalau saya ragu dan takut karena sebelumnya belum pernah menulis tema islami. Kak Zee nggak lelah menyemangati dan meyakinkan bahwa saya mampu. Saya nya masih terus meragu hingga tahu-tahu saya udah dimasukin grup novel kolaborasi. Saya masuk grup tim 2.

Kaget dong! Langsung japri Kak Zee, nanya kenapa tiba-tiba saya dimasukin ke grup padahal saya nggak daftar. Seingat saya waktu itu prosesnya emang kudu daftar dulu. Kak Zee nyantai aja jawabnya. Intinya saya kudu dipecut dikit biar berani. Makanya langsung dimasukin dan disuruh nyoba ikutan. Karena Kak Zee emang yakin saya bisa dan mampu.

Awalnya kaget dan pengen marah, tapi malah terharu. Terharu karena diperhatiin sebegitunya ama kakak senior satu ini. Gomawo matur tengkyu Kak Zee. Pecutanmu berhasil lho!

Saya pikir-pikir, yowes lah ndak papa. Nyari pengalaman baru. Akhirnya saya memantapkan hati untuk maju dan ikut.

Setelah sesi perkenalan, dilanjut dengan pembagian peraturan. Yang bertanggung jawab atas proyek adalah Kak Dika. Lalu, outline pun dibagi untuk bahan diskusi.

Oya, kami juga dikasih satu judul film untuk jadi bahan riset. Tim kami mendapat judul Negeri 5 Menara. Cerita uniknya, waktu judul film buat riset dibagikan, kondisi kuota saya lagi nipis. Baca review tentang film Negeri 5 Menara kok kurang sreg. Akhirnya dengan modal kuota pas-pasan itu saya download film nya dari Youtube dan nonton. Buat yang sering nyepelein kerjaan penulis kudu baca ini nih. Hehehe. Siapa bilang nulis itu gampang dan nggak butuh biaya? Hehehe.

Setelah mendapatkan outline, kami berdiskusi. Bersama-sama melakukan riset dan mendiskusikannya di grup. Karena saya buta tentang kehidupan di pondok, saya hanya menyimak diskusi dan mencatat informasi yang dibagikan rekan-rekan di grup.

Diskusi outline dan riset udah, giliran pengundian. Ini bikin deg-degan. Semua nama penulis akan diundi untuk mendapatkan bab yang harus digarap. Suer saya dibikin galau waktu menunggu. Hehehe. Nggak hentinya berdoa pada Tuhan, memohon agar diberi bab yang sekiranya saya mampu mengerjakannya. Berdoa dan juga pasrah. Kalau seandainya ndak dapat bab yang saya inginkan, ya saya pasrah dan minta bantuan Tuhan buat dibimbing waktu ngerjain tugasnya.

Subhanallah. Alhamdulillah. Saya dapat bab yang saya incar. Saya benar-benar bersyukur, tapi sempat merasa terbebani juga. Bismillah! Inshaa ALLOH pasti bisa!

Masing-masing diberi waktu tiga hari untuk menulis. Alhamdulillah saya selesai dalam waktu dua hari. Setiap bab yang udah ditulis harus di share di grup. Minder iya, grogi iya. Alhamdulillah sambutan teman-teman membuat saya bisa bernapas lega.

Untuk setiap bab yang di bagi di grup, jujur saya membaca dengan cepat. Bukannya malas, tapi saya memang lebih menantikan versi cetaknya untuk dibaca. Karena menurut saya itu akan lebih memberi saya kejutan dan lebih membuat saya penasaran tentunya. Walau versi siap cetaknya di bagikan di grup, saya menahan diri untuk membaca keseluruhan isinya. Saya hanya memeriksa bagian yang saya harus saya periksa. Tapi, sempet intip beberapa bagian sih. Hehehe.

Sama seperti outline, untuk judul dan cover juga dibahas di grup. Diskusi bersama. Ada beberapa usulan judul dan kemudian di vote hingga akhirnya terpilih judul Muara Hati. Untuk cover pun sama. Sayang seluruh data chat saya di grup terhapus. Hingga saya tidak bisa mengkopi paste semua di sini.

Berikut gambar cover yang masih tersimpan di ponsel saya.




Akhirnya yang jadi cover terpilihnya ini.



Sebenarnya cover ini beberapa kali revisi. Tapi yang tersimpan hanya tinggal ini. Lainnya terhapus beserta isi chat. Heuheuheu.

Waktu novel ini sampai di pangkuan tuh rasanya seneng dan lega banget. Akhirnya saya bisa menjalani prosesnya dengan lancar, sebaik yang saya bisa. Berkat pecutan Kak Zee ini mah. Hehehe. Teman-teman di grup tim 2 juga asik-asik. Menyenangkan deh pokoknya. Hehehe.

Alhamdulillah di tahun 2019 punya buku lagi! Hore!!!

Walau bukan buku solo, saya sangat senang. Karena proses dari lahirnya novel ini memberi saya pengalaman baru. Membuat saya banyak belajar hal baru.

Terima kasih Tuhan, atas kesempatan yang Engkau berikan. Kalau Engkau nggak kasih izin, pasti saya nggak bakalan tetep berada di grup hingga akhirnya bisa menimang novel Muara Hati.

Terima kasih Kak Zee buat pecutannya. Biasanya saya itu keras kepala. Kalau nggak ya nggak. Anehnya ini kok saya nurut aja dimasukin grup suruh gabung. Hehehe.

Terima kasih Penerbit Mandiri Jaya Malang yang sudah memfasilitasi kami hingga kami bisa menulis bersama dan melahirkan karya.

Terima kasih Kak Dika yang udah dengan sabar menjadi penanggung jawab proyek kolaborasi. Jadi keinget momen di tengah proses penulisan, Kak Dika kena musibah. Kalau nggak salah ingat, lupa matiin kompor dan hampir saja rumahnya kebakaran. Alhamdulillah masih selamat.

Terima kasih buat teman-teman seperjuangan Tim Novel Islami 2. Kalian keren! Semoga next time kita dipertemukan dalam sebuah proyek lagi. Aamiin.

Jadi, novel Muara Hati ini berisi dua belas bab yang ditulis oleh dua belas penulis berbeda. Salah satunya saya. Penasaran? Makanya di adopsi dong bukunya! Lalu, baca dan tebak bab berapa bagian saya. Hehehe.




Sekian kisah di balik lahirnya novel Muara Hati. Inshaa ALLOH nanti saya bakalan bikin ulasannya juga. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.


Tempurung kura-kura, 25 September 2019.
- shytUrtle -




You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews