Review Novel Confessions (Kokuhaku)

15:31

Review Novel Confessions (Kokuhaku)



Judul: Confessions (Kokuhaku)
Penulis: Kanae Minato
Terbit di Jepang: 2007
Terbit di Indonesia: Cetakan pertama, Agustus 2019
Penerbit: Penerbit Haru
Jumlah halaman: 304 hlm ; 19 cm


Moriguchi Yuko adalah seorang guru SMP. Saat anaknya yang berusia 4 tahun ditemukan meninggal, semua orang mengira itu cuma kecelakaan nahas.

Akan tetapi, Moriguchi yakin anaknya dibunuh oleh dua dari anak didiknya.
Karena itu, dia tidak akan membiarkan kedua anak itu bebas.
Dia ingin membalas dendam, dan balas dendam yang dia lakukan itu hanyalah awal dari sebuah mimpi buruk....


Wow! Kata itu yang keluar dari mulut saya setelah saya selesai membaca J-Lit berjudul Confessions ini. Novel yang benar-benar membuat saya berdecak kagum setelah membaca sampai ending.

Seperti sebelumnya, saya akan membagi kesan saya setelah membaca novel J-Lit karya Minato Kanae sensei ini. Mari kita sharing!


Diurutkan dari catatan-catatan saya sebelumnya, Confessions menjadi J-Lit keempat yang menarik perhatian saya. Girls In The Dark dan sederetan karya Akiyoshi Rikako sensei saya masukan dalam kategori J-Lit pertama yang berhasil menarik perhatian saya, sekaligus merubah cara pandang saya tentang novel Jepang.

Berikutnya ada empat seri Hyouka karya Yonezawa Honobu sensei sebagai J-Lit kedua yang menarik perhatian saya. Disusul dua seri Another karya Ayatsuji Yukito sensei yang menjadi J-Lit ketiga yang menarik perhatian saya.

Ah! Rasanya kurang sopan ya kalau saya menyebut buku dan penulis lain dalam menulis tentang kesan setelah membaca buku dari salah satu penulis. Maafkan saya yang sengaja menuliskan cerita singkat bagaimana saya bisa jatuh hati pada novel J-Lit terbitan Penerbit Haru.

Alasan saya jatuh hati pada novel Confessions karya Minato Kanae sensei tentu saja karena promosi yang gencar dilakukan Penerbit Haru. Jujur saja pengetahuan saya tentang novel-novel bagus dari luar negeri sangat minus. Entah saya ini pembaca jenis apa. Melahap novel yang hanya menarik perhatian saja, mungkin?

Jadi, kamu adalah korban promosi penerbit? Hmm, boleh dikatakan begitu. Tapi, saya sama sekali tidak menyesal telah—berulang kali—menjadi korban promosi Penerbit Haru. Kekeke.

Seperti yang dibagikan Penerbit Haru pada promosinya, Confessions menerima banyak penghargaan. Dan, membaca komentar positif pembaca Indonesia, saya jadi semakin penasaran hingga akhirnya mengadopsi novel Confessions. Prosesnya melalui toko buku online langganan Toko TM Indo.

Btw, Toko TM Indo ini keren banget. Saya rekomendasikan untuk belanja buku di sana. Karena prosesnya nggak ribet. Bisa pesan lewat WhatsApp. Gampang banget, no ribet. Senengnya, Toko TM Indo selalu kerjasama sama Penerbit Haru yang notabene penerbit favorit saya. Jadi, sangat membantu sekali setiap saya pengen beli buku Haru. Terima kasih Toko TM Indo.

Karena beli lewat sistem PO, bonusnya saya mendapat satu buah totebag. Seneng banget kalau beli buku dapat bonusan. Kekeke.




Confessions terdiri dari enam bab. Saya sempat merasa bosan ketika membaca bab pertama. Mungkin karena yang digunakan adalah bahasa seorang guru kepada murid. Jadi, bahasanya terkesan kaku dan membosankan. Walau demikian, di bab pertama kita langsung disuguhi fakta mengejutkan tentang kematian Manami yang bukan kecelakaan, tapi dibunuh!

Pada bab pertama yang dikisahkan dari sudut pandang Moriguchi Yuko, bagaimana kronologi kematian Manami dan proses balas dendam langsung dijelaskan secara gamblang. Hingga membuat saya membatin, lho kok udah dijelasin semua gini? Ntar bab selanjutnya bahas apa dong? Tapi, hal itu justru membuat saya semakin penasaran untuk melanjutkan membaca.

Setelah sampai pada bab kedua, baru paham kalau setiap bab dijelaskan dari sudut pandang yang berbeda. Bab kedua diceritakan lewat sudut pandang Mizuki, sang ketua kelas dari kelas 2-B. Pada bab dua ini lah terbongkar jati diri murid A dan B yang menjadi tersangka pembunuhan Manami.

Bab ketiga diceritakan lewat sudut pandang kakak perempuan Naoki yang tak lain adalah salah satu pembunuh Manami. Tapi, detail cerita justru dari buku diary Ibu Naoki yang telah tewas dibunuh Naoki. Tuh kan serem. Ada adegan anak bunuh emaknya segala!

Bab empat diceritakan dengan menggunakan sudut pandang Naoki, salah satu pelaku pembunuhan. Bab lima, dari sudut pandang Shuya yang juga menjadi pembunuh Manami. Dan, bab enam kembali pada Moriguchi Yuko.

Seperti yang saya tulis di atas, awal membaca bab satu saya merasa bosan. Tapi, ketika masuk bab dua yang diceritakan dari sudut pandang Mizuki, mulai menarik. Di sini Sensei benar menunjukan perbedaan bahasa orang tua (Yuko Sensei) dan anak muda (Mizuki). Setiap bab gaya penuturannya berbeda sesuai karakter yang menjadi sudut pandang cerita.

Jujur ketika membaca bab dua yang dituturkan Mizuki, saya sempat bersimpati pada Shuya. Bahkan bisa dibilang saya mulai jatuh hati pada karakter Shuya. Tapi, ketika membaca penuturan Shuya, saya malah bergidik ngeri. Shuya yang sebenarnya adalah sosok yang mengerikan.

Dari penuturan masing-masing tokoh kronologi kematian Manami dijelaskan secara rinci. Alur balas dendam Yuko Sensei pun semakin jelas dengan ujung yang mengejutkan. Boom! Benar-benar boom! Dengan kesabarannya, Yuko Sensei sukses membalas dendam atas kematian putri semata wayangnya Manami. Lagi-lagi berkisah tentang kasih sayang seorang ibu yang bisa berubah menjadi senjata paling mengerikan.

Novel ini sukses mempermainkan emosi saya. Ketika Yuko Sensei yang menjadi penutur, saya layaknya murid dalam kelas yang menyimaknya dengan sedikit rasa bosan. Lalu, dibuat terkejut ketika Yuko Sensei mengungkap tentang kematian putrinya yang ia yakin karena dibunuh.

Ketika masuk pada penuturan Mizuki, seolah-olah saya lah Mizuki yang dipenuhi rasa penasaran. Yang kemudian jatuh hati pada Shuya. Tapi, ketika masuk pada bagian Ibu Naoki dan Naoki, yang ada justru rasa kesal. Dua karakter yang gemar menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan mereka sendiri. Masuk pada bagian Shuya, saya seolah si 'orang-orang bodoh' yang dibenci Shuya. Lalu, dibuat bergidik pada kenyataan bagaimana pemikiran remaja SMP paling pintar di SMP S itu.

Novel ini juga menggambarkan bahwa pada dasarnya ada iblis yang bersemayam di dalam diri manusia dan setiap orang setidaknya pernah—walau hanya sekali saja—memiliki pikiran atau keinginan untuk membunuh seseorang. Sepolos apa pun, selugu apa pun manusia itu. Penyebabnya, cinta buta. Dalam artian bukan hanya cinta buta antara laki-laki dan perempuan. Tapi, bisa juga antara ibu dan anak.

TOP BANGET DEH POKOKNYA! Saya rekomendasikan untuk dibaca!

Benar pada bab satu kebanyakan orang mengatakan bosan. Tapi, ketika masuk bab dua, waktu seolah berjalan cepat. Tahu-tahu udah sampai pada ending yang membuat pembaca ternganga dan bisa saja bersorak, keren!


Sekian kesan saya setelah membaca novel Confessions. Oya, novel ini sudah ada live action-nya lho! Tapi, saya belum berburu hingga belum menonton bagaimana versi live action dari Confessions. Jangan ditanya, sudah pasti saya penasaran!

Maaf jika ada salah kata. Terima kasih.


Tempurung kura-kura, 05 September 2019.
- shytUrtle -




You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews