SECRET WISH (5 STARS 5 DREAMS)
20:04
SECRET WISH (5 STARS 5 DREAMS)
Kenyataan yang ada berawal dari
sebuah mimpi. Ketika kau memiliki mimpi, kau akan bangkit dan berusaha
meraihnya. Mimpi menjadikan mu kuat dalam bertahan hidup untuk meraihnya, tapi
mimpi juga membuat mu rapuh ketika kau terpuruk dan tak dapat meraihnya. Sebuah
harapan pada sebuah mimpi.
Pagi yang
sejuk, ditemani nyanyian alam. Angin bertiup sepoi-sepoi menyentuh wajah
mulus Kang Jiyoon. Ia tersenyum dan perlahan membuka mata masih duduk
menyandarkan tubuhnya pada pohon oak yang tumbuh di bukit. Ia bangkit dari
duduknya dan mengitari pohon impian itu sambil menyentuhnya. Jiyoon berhenti
dan mengelus pahatan berbentuk bintang di batang pohon itu. “Five stars, five
dreams, sebentar lagi.” Bisiknya lirih.
***
Pertunjukan
ditutup dengan tarian . Para pemain teater menari diiringi instrumental Love Song -Love Is Blue . Lee
Seungwon terlihat tampan memakai kostum pangeran negeri dongeng. Senyum terus
terkembang di wajahnya sambil terus bersemangat menari bersama rekan-rekannya.
Hari ini teater “Soul” kembali menggelar pertunjukan besar dan lagi-lagi tiket
terjual habis. Riuh tepuk tangan penonton memenuhi gedung pertunjukan saat
tarian usai.
“Bravo!!!”
Bang Cheol Sun menyusul Seungwon kebelakang panggung. ”Aku sampai tidak mengenalimu,
kau benar-benar terlihat seperti pangeran.”
“Ah!
Kau terlalu memuji. Itu karena tipuan
make up!” Seungwon merendah.
“Seungwon!
Cheolsun!” Suara itu memanggil keduanya dengan lembut.
Cheolsun
dan Seungwon kompak membalikkan badan. ”Jiyoon??” ucap keduanya kompak. Jiyoon pun tersenyum
lebar. Betapa senangnya Cheolsun dan Seungwon melihat salah satu sahabatnya
muncul malam itu. Usai pertunjukkan ketiganya memutuskan untuk berkumpul disebuah café.
“Kenapa
tidak bilang kalau mau datang ke Seoul?
kemana saja dua tahun belakangan ini? Aku sangat rindu padamu.”cerocos
Cheolsun.
“Kau
sama sekali tidak berubah Jiyoon, masih sama seperti lima tahun yang lalu,” sambung Seungwon.
Jiyoon
tersenyum manis seperti biasa. “Seminggu lagi, di pohon impian.”
“Oh,
iya! Kami juga sudah membicarakannya.” Cheolsun antusias. Jiyoon tersenyum dan
mengangguk paham.
“Permisi,
ini pesanan Anda.” sela seorang pelayan sambil menatap heran pada Seungwon dan
Cheolsun.
“Terima
kasih.” ucap Cheolsun seraya tersenyum tulus sambil menatap pelayan wanita yang
segera pamit dari hadapannya. ”Kau datang untuk mengingatkan kami?” Cheolsun
kembali menatap Jiyoon.
“Iya.
Aku khawatir kalian lupa, karena sudah lima tahun berlalu.”
“Ini
adalah saat yang kami tunggu-tunggu,
bagaimana kami bisa lupa.” sahut Seungwon.
“Ah!
Aku yang lupa, jujur saja hehehe.” Cheolsun meringis. “Tapi begitu melihat
Jiyoon, aku langsung ingat pada janji kita itu.” Imbuhnya.
“Five
stars, five dreams, sebentar lagi.” bisik Jiyoon seraya tersenyum.
***
“Kau
tidak mau mengaku!” Bentak Choi Jin Ae sambil berdiri manggebrak meja. ”Coba
kau baca ini!” Jin Ae melemparkan map merah. ”Aku ingin tahu, apa kau akan
tetap mengelak setelah membacanya!”
“Kau
semakin hebat saja!” Hwang Cho In rekan kerja Jin Ae merangkul gadis manis itu
saat keluar dari ruang introgasi.
“Kasus
selesai dan aku akan mengambil cuti.”
“Cuti??
Oh, kau akan pulang kampung memenuhi janji itu?”
“Iya.
Hah… aku rindu sekali pada Jiyoon, Cheolsun, Seungnam dan Minjae.”
“Kau
yakin mereka mengingatnya?“
“Cheolsun
dan Seungwon ada di Seoul. Minjae masih di Jepang sedang Jiyoon… sudah dua
tahun aku kehilangan kontak dengannya. Tapi aku yakin mereka masih
mengingatnya.”
“Wah,
pasti menyenangkan saat itu terjadi. Setelah lima tahun berpisah dan mengejar
mimpi masing-masing lalu kembali berkumpul, aku jadi ingin ikut.”
Rasa
lelah itu hilang, usai Jin Ae meredam tubuhnya dalam air hangat. Ia kembali
merasa segar. Ditemani secangkir teh
hangat, Jin Ae kembali menatap monitor komputer di kamarnya untuk memeriksa
inbox e-mailnya. Mata Jin Ae terbelalak melihat pesan yang dikirim Jiyoon. Jin
Ae segera membuka pesan itu.
Hallo Jin Ae ^_^ bagaimana kabarmu? Maaf lama tidak
menghubungimu. Aku sibuk belakangan ini. Seminggu lagi, kau tidak lupakan? Five
stars, five dreams.
Jin
Ae tersenyum usai membaca pesan itu dan segera membalasnya.
***
Nyonya
Choi tersenyum dan menghampiri putra semata wayangnya . ”Akan berangkat lebih
awal?”
“Iya,
Ibu.” Choi Min Jae sambil memasukkan
baju-baju kedalam koper.
“Ibu
juga sangat rindu Korea, seperti apa ya sekarang? Hanya bisa melihat dari
televisi saja.”
“Ikut
saja denganku. Kita akan mengunjungi Gongju bersama-sama.“
“Ibu
sudah membicarakanya dengan Ayahmu, kami akan menyusul setelah semua urusan
selesai, jadi kau akan pulang sendiri ke Korea lebih dulu.”
“Iya
, Ibu. Cheolsun dan Seungwon akan menjemputku di bandara, lalu kami pulang
bersama-sama ke Gongju. Jin Ae dan Jiyoon juga sudah mengirim email padaku.
Kami akan benar-benar berkumpul kembali.”
“Sepertinya
mereka masih mengingat semua, pasti akan sangat menyenangkan.”
“Karenanya,
aku jadi sangat tidak sabar ingin segera kembali ke Korea.”
***
Seungwon
sudah berdiri memegang kertas bertuliskan “Welcome home Choi Min Jae“ dan
dengan sabar menunggu Minjae di bandara. Senyum terkembang di wajah Seungwon
ketika seorang pemuda melambai padanya kemudian berjalan mendekat.
“Minjae??”
Tanya Seungwon. “Beda sekali dengan foto yang kau kirim.”
“Seungwon,
sahabatku.“ Minjae langsung memeluk sahabatnya, Seungwon. “Aku sangat rindu
padamu, dimana Cheolsun?”
“Sudah
lima tahun berlalu, tapi kebiasaanya sama sekali tidak berubah. Dia masih
mendengkur dalam selimut.”
“Benarkah?”
“Ayo
kita pergi!”
Minjae
membayangkan betapa menyenangkan menjadi Seungwon dan Cheolsun. Orang tua
Cheolsun pindah ke Thailand namun pemuda itu menolak ikut dan memilih tetap di
Korea untuk melanjutkan kuliahnya . Seungwon yang lebih dulu di tinggal orang
tuanya pindah ke Inggris akhirnya mengajak Cheolsun tinggal bersama di
apartemen mewahnya. Bel berdering, Minjae tersenyum lebar dan berfikir itu
pasti Cheolsun.
“Jiyoon??
Ini.. ini kau??” Minjae saat membuka pintu.
“Masuklah!” Minjae memimpin Jiyoon masuk. ‘’Ini benar-benar kejutan!”
“Kau
baru tiba hari ini, pasti lelah sekali.”
“Iya.
Kau sama sekali tidak berubah. Kau juga tinggal di Seoul sekarang?”
“Tidak,
aku hanya datang untuk berkunjung. Five stars, five dreams, sebentar lagi. “
ucap Jiyoon sambil tersenyum manis.
Minjae,
Cheolsun dan Seungwon berkumpul untuk makan malam. “Apa?? Jiyoon datang hari
ini?” Cheolsun tak percaya mendengar ucapan Minjae tentang kedatangan Jiyoon.
“Kenapa tidak kau suruh dia tinggal? Kita kan bisa makan malam bersama lalu
besok berangkat bersama-sama ke Gongju.” Tanya Seungwon
“Jiyoon
terburu-buru karena Jin Ae sudah sampai di Gongju. Dia bergegas kesana.“
***
Jin
Ae duduk menatap bintang dari atap rumah sederhana yang beratap jerami di kaki
bukit. Ia tersenyum sendiri meningat masa-masa indah kala ia bersama keempat
sahabatnya Cheolsun, Jiyoo, Minjae dan Seungwon. Dulu mereka selalu duduk di
atap ini untuk bersama-sama menatap bintang dan berbagi cerita. Jin Ae sangat
rindu masa-masa itu.
“Sebentar
lagi. “ suara itu mengejutkan Jin Ae.
“Jiyoon??
Kapan kau datang?” Jin Ae benar-benar terkejut mendapati Jiyoon sudah duduk di sampingnya.
Jiyoon
tersenyum manis. “Kau terlalu serius mengenang masa lalu kita di sini, sampai
tidak sadar aku datang dan naik kemari lalu duduk di sampingmu beberapa saat
yang lalu.”
“Maaf.”
Jin Ae tersenyum sambil menundukkan kepala. “Pondok ini masih berdiri kokoh sampai
sekarang. Saat sampai aku buru-buru kemari.“
“Aku
tidak ingin tempat ini berubah, sampai kalian kembali kemari. Karena itu aku
menjaganya.”
“Besok
Cheolsun, Minjae dan Seungwon akan tiba bersama-sama.”
“Iya
. Dan kita akan bersama-sama membuka Secret
Wish itu.”
“He’em!”
Jin Ae mengangguk kemudian keduanya tersenyum bersama.
***
Cheolsun,
Minjae dan Seungwon sampai di Gongju. Jin Ae menyambut ketiganya dan
bersama-sama menuju bukit dan berkumpul di bawah pohon impian. Tidak ada yang
berubah dari tempat itu. Masih sama bahkan ukiran bergambar bintang di pohon
itu masih ada. Jam tangan Jin Ae menunjukkan pukul 04.30 p.m, namun Jiyoon
belum juga muncul. Keempatnya mulai gelisah karena Jiyoon belum juga muncul.
Bersabar, itu yang mereka lakukan, mungkin saja Jiyoon ada sedikit halangan dan
terlambat. 05.00 p.m. Sudah satu jam tapi Jiyoon belum juga muncul. Setengah
jam kemudian masih sama, sosok Jiyoon belum juga menampakkan batang hidungnya.
Jin Ae menyusulkan untuk menunggu 15 menit lagi tapi semua menolak dan memilih
untuk pergi ke rumah Jiyoon menyusul gadis itu.
Cheolsun,
Minjae, Jin Ae dan Seungwon tertegun ketika sampai di kediaman Jiyoon. Ramai
sekali dan bendera tanda berduka di pasang di depan rumah itu. “Ada apa ini ?”
Tanya di benak keempatnya. Perlahan mereka melangkahkan kaki dan memasuki
kediaman Jiyoon. Tampak Nyonya Kang duduk memandangi foto Jiyoon dan air mata
itu terus mengalir di pipinya. Sejenak ia menatap keempat sahabat putri
bungsunya, satu per satu lalu tersenyum dan mengangguk agar keempatnya mendekat.
“Terima
kasih. Kalian bersedia datang hari ini. Jiyoon pasti akan senang dan
beristirahat dengan tenang.” Ucap Nyonya Kang.
Ada
apa dengan Jiyoon? Apa yang sebenarnya telah terjadi? Tak berhenti, pertanyaan
itu terus muncul di benak keempatnya.
***
Keesokkan
harinya Cheosun, Jin Ae, Seungwon dan Minjae mengikuti prosesi pemakaman
Jiyoon. Gerimis mengiringi pemakaman pagi itu. Jiyoon meninggal karena kanker
darah yang menggerogoti tubuhnya. Dua tahun bertahan akhirnya Jiyoon menyerah
dan meninggal dunia. Hujan adalah hal yang paling ia sukai dan di hari
pemakaman Jiyoon, hujan turun mengantarkan kepergian gadis cantik itu.
Jin
Ae masih menangis dan menyadarkan kepalanya di bahu Cheolsun. Minjae memegang
botol berisi gulungan mimpi dari kelimanya. Seungwon mengangguk dan Minjae
membuka botol itu. Gulungan pertama milik Seungwon.
Aku ingin menjadi pemain teater
terkenal. –Lee Seungwon-
Semua
tersenyum menatap Seungwon. Seungwon mendapatkan impiannya. Gulungan kedua
milik Minjae sendiri.
Pemusik. Eum, musisi. –Choi Minjae-
Minjae
tersenyum sendiri dan menggelengkan kepala lalu menunujukan isi gulungan itu
pada yang lain dan mereka ikut tersenyum. Gulungan ketiga milik Jin Ae.
Polisi! Aku ingin jadi polisi ^^v
–Choi Jin Ae-
Cheolsun
tersenyum dan mengelus kepala Jin Ae. Gulungan keempat milik Cheolsun.
Dokter hewan, pasti menyenangkan.
–Bang Cheolsun-
Semua
menatap Cheolsun dan tersenyum. Seungwon menggeleng pelan. Giliran gulungan
terakhir milik Jiyoon. Keempatnya saling memandang dan Minjae membuka gulungan
itu.
Aku ingin melihat teman-temanku
berhasil meraih mimpinya. –Kang Jiyoon-
(5 tahun yang lalu)
“Lima
tahun??” Cheolsun terlihat keberatan.
“Apa
tidak terlalu lama??” Jiyoon pun sama.
“Paling
tidak butuh waktu lima tahun untuk meraih impian kita.” Seungwon menjelaskan.
“Baiklah,
aku setuju!” Minjae menyetujui, diikuti Cheolsun, Seungwon dan Jiyoon meski
gadis itu terlihat masih keberatan.
“Kalau
begitu lima tahun lagi kita berkumpul di bawah pohon impian ini dan
bersama-sama membuka Secret Wish
ini.” tutup Jin Ae.
-------THE
END-------
0 comments