Terapi Mata Minus Dengan Bunga Kitolod

03:46


Terapi Mata Minus Dengan Bunga Kitolod





Mengutip dari Wikipedia Indonesia.

Ki tolod (Isotoma longiflora) adalah tumbuhan obat berupa terna tegak yang tingginya mencapai 60 cm. Tumbuhan ini juga disebut ki tolod, daun tolod (Sunda), kendali, sangkobak (Jawa). Walaupun tumbuhan ini memiliki sifat anti-radang, namun sayangnya, getah tumbuhan ini beracun.

Ki tolod adalah terna tegak yang mencapai 60 cm, bercabang dari pangkalnya, serta bergetah putih dengan rasa tajam yang beracun. Daunnya tunggal, duduk, helaian daunnya berbentuk lanset, dengan ujungnya yang runcing, dan pangkalnya yang menyempit. Tepi daunnya bergerigi sampai melekuk, dengan panjang daun 5-17 cm, dan berwarna hijau. Bunganya tunggal, tegak, bertangkai panjang, keluar dari ketiak daun, mahkotanya berbentuk bintang, dan berwarna putih. Buahnya termasuk buah kotak, berbentuk lonceng, merunduk, merekah menjadi dua ruang, dengan biji yang banyak. Perbanyakannya dapat dengan biji, setek batang, atau anakan.


Sebenarnya tentang terapi bunga kitolod untuk mata ini sudah banyak dibahas pada artikel-artikel di Internet. Ketika saya awal-awal ketahuan mengalami mata minus dan silinder, lalu harus memakai kacamata. Saya mencari artikel tentang penyembuhan mata minus secara alami. Hasil banyak menyajikan artikel tentang bunga kitolod. Tapi, waktu itu saya ragu untuk mencoba. Kena di tangan aja baunya tajem dan pedes, gimana rasanya kena di mata. Ngeri.

Setahun setelah berkacamata, kembali kontrol. Hasilnya silinder berkurang, tapi minus bertambah sedikit. Karena belum bisa mendapat sokongan dari BPJS untuk membeli kacamata yang baru—jangka waktunya belum dua tahun, maka saya mencari alternatif optik yang lebih murah tanpa menggunakan sokongan BPJS. Dan, karena frame masih baru ganti, baru delapan bulan, saya memutuskan ganti lensa aja.

Bapak pemilik optik menyarankan saya untuk terapi bunga kitolod. Kebetulan di taman kecil di depan optik milik beliau ada. Namun, cara yang diajarkan Bapak pemilik optik berbeda. Kalau di artikel yang saya baca kan bunga diremas lalu airnya langsung diteteskan ke mata. Beliau memberi cara yang berbeda. Yaitu bunga kitolod dicelupkan pada air yang mendidih. Lalu setelah menjadi suhu ruang digunakan untuk nggombang mata (mata melek di dalam air larutan bunga kitolod).

“Namanya kan bunga liar, Mbak. Khawatir ntar ada bakteri kalau langsung ditetesin. Jadi, pakai cara itu aja. Kalau dimasukin air mendidih kan inshaa ALLOH bakterinya mati dan mata aman.” Begitu ujar beliau.

Masuk akal banget penjabaran si bapak tentang metode terapi bunga kitolod ala beliau. Beliau pun menceritakan kalau ada langganan beliau yang divonis katarak dan harus operasi. Karena takut operasi, Bapak pemilik optik menyarankan rutin terapi bunga kitolod. Alhamdulillah hasilnya memuaskan dan si pasien tidak jadi operasi.

Walau sudah mendengar testimoni perubahan itu, saya masih takut untuk mencoba terapi bunga kitolod. Hingga awal tahun 2019 kemarin saya mengalami sakit kepala yang tak kunjung reda. Saya akan bahas pada tulisan berikutnya tentang sakit kepala tersebut. Karena tidak kunjung bisa menemui dokter, saya sempet parno, jangan-jangan sakit kepala itu karena mata.

Di tengah kegalauan itu, secara tidak sengaja saya menemukan postingan di Komunitas Peduli Malang (ASLI Malang) yang isinya bertanya obat alami untuk mata minus. Saya menyimak komentar dari postingan itu, rata-rata menyarankan terapi bunga kitolod. Kebetulan salah satu teman dari grup MAG (Malang Anxiety GERD) juga pernah melakukan terapi ini. Jadilah saya makin mantab. Apalagi setelah membagi keluhan dengan Mbak Di—mantan admin GAI (GERD Anxiety Indonesia). Mbak Di cerita kalau punya teman yang ibunya terapi bunga kitolod sejak masih muda. Sekarang walau sudah tua, beliau belum memakai kacamata. Pandangannya pun masih bening. Mbak Di pun ingin terapi bunga kitolod. Hanya saja di tempatnya tinggal mencari bunga ini sulit. Jadi, nunggu mudik ke rumah orang tuanya dulu untuk mencari dan membawa tanaman kitolod.

Mengantongi testimoni, saya udah membulatkan tekad mau mencoba terapi bunga kitolod. Kebetulan terapi ibu dari teman Mbak Di metodenya sama seperti yang diajarkan Bapak pemilik optik. Tapi, ketika iseng browsing lagi, saya malah nemu artikel yang bikin nyali surut lagi. Artikel tentang bahaya bunga kitolod untuk mata menurut salah satu dokter. Karena dasarnya saya ada over thinking dan anxiety, jelas dong parno! Perang lagi di kepala. Tapi, kemudian saya sampai pada kesimpulan bahwa iritasi atau entah apa itu yang menyebabkan mata bernanah usai terapi bunga kitolod adalah karena proses terapi yang kurang tepat. Bisa jadi menggunakan cara yang kurang bersih hingga menyebabkan infeksi. Saya kembali membulatkan tekad. Bismillah! Niat ingsung golek tombo!

Segera berburu bunga kitolod di pinggir jalan. Alhamdulillah nemu banyak. Seingat saya pertama kali mencoba, saya memetik tujuh bunga kitolod yang sudah mekar. Eh, lima apa tujuh gitu. Pokoknya jumlahnya ganjil. Bunga saya cuci bersih dan saya masukan pada air mendidih. 7 detik kemudian, api saya matikan. Rendaman bunga kitolod itu saya diamkan selama semalam. Keesokan harinya, saya mengambil satu gelas dan menggunakannya untuk nggombang kedua mata (mata melek dalam air larutan bunga kitolod).


Rasanya? Aje gile! Perih! Perihnya ya kayak kalau kita pakai obat tetes mata. Beberapa menit kemudian sudah hilang. Dan bener testimoni dari teman-teman, setelah perih yang menyiksa itu, mata terasa fresh dan bening. Saya pun melanjutkan itu selama beberapa hari.

Untuk ramuannya, sekarang saya seringnya memakai sebelas bunga kitolod yang dimasukan dalam tiga mug air mendidih. Sisanya dimasukan kulkas. Pakai sesuai kebutuhan. Cuman kalau untuk resep sebelas bunga ini ketika memakai satu gelas harus ditambah air biasa. Kalau tidak perihnya amat sangat sekali pakai banget. Mata saya sempat memerah karena lupa tidak saya tambah air biasa. Hingga saya harus menghentikan terapi selama dua hari. Menunggu mata saya yang memerah pulih. Setelah pulih, terapi pun dilanjutkan.


Kalau sembuh dengan terapi bunga kitolod ini mungkin saja bisa. Tapi, jangka waktunya mungkin akan sangat lama. Namun, saya merasa lebih baik setelah rutin terapi bunga kitolod. Saya tetap memakai kacamata. Tapi, perubahan yang saya rasakan adalah ketika saya harus melepas kacamata, saya tidak lagi merasakan pusing. Sebelum terapi, setiap kali melepas kacamata, saya merasa pusing dan pandangan sangat kabur. Setelah rutin terapi, tidak ada pusing ketika harus melepas kacamata. Kaburnya pandangan pun berkurang.

Semoga bermanfaat. Maaf jika ada salah kata. Terima kasih.

Tempurung kura-kura, 13 Februari 2019.
- shytUrtle -

 




You Might Also Like

2 comments

  1. Apakah ada perubhn minus nya mbk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jadi lebih bening aja gitu Kak rasanya. Kalau minus masih tetep. Mungkin karena udah telat ya. Maksudnya terapi pas mata udah minus. Ndak mulai dari waktu masih baik dulu

      Delete

Search This Blog

Total Pageviews