Review Film Mereka yang Tak Terlihat
04:26
Review Film Mereka
yang Tak Terlihat
Dari Wikipedia Indonesia
Judul: Mereka yang Tak Terlihat
Sutradara: Billy Christian
Produser: Devi Monica, Aswin MC Siregar
Penulis: Billy Christian
Pemeran: Estelle Linden, Sophia Latjuba, Rowiena Sahertian,
Dayu Wijanto, Bianca Hello, Maria Oentoe, Frisly Herlind, Aliyah Faizah, Yova
Gracia, Rorencya, Sharon Sahertian
Perusahaan produksi: Skylar Pictures
Tanggal rilis: 12 Oktober 2017
Negara: Indonesia
Bahasa: Indonesia
Sinopsis
Saras, seorang anak indigo yang bisa melihat makhluk-makhluk
tak kasatmata sejak ia kecil. Ia merupakan putri dari Lidya, seorang single
parent yang memiliki usaha kue kering untuk menyambung hidup. Ia memiliki adik
bernama Laras. Lidya sendiri menganggap kelebihan Saras tidak masuk akal,
sehingga membuat hubungan ibu dan anak itu menjadi berjarak. Lidya semakin lama
semakin tidak mengerti dengan tingkah Saras.
Di usia 17 tahun, Saras dua kali kesurupan dan hal ini
membuat Lidya sangat khawatir dan meminta kakaknya yang bernama Tante Rima,
seorang psikolog, untuk menangani Saras. Namun, Tante Rima bersikeras ke Lidya
bahwa hanya Lidya lah yang harus menangani Saras sebagai ibu kandungnya. Sampai
suatu hari Saras didatangi oleh arwah bernama Dinda (Frisly Balqis), siswi SMA
yang meninggal karena dibully di sekolah oleh Citra (Aliyah Faizah). Arwah
Dinda meminta Saras untuk menemui ibunya yang bernama Dayu (Dayu Wijanto).
Dinda ingin agar Dayu ikhlas merelakan kepergiannya dan memaafkan Citra yang
selama ini dianggap sebagai penyebab kematiannya. Hubungan Saras dengan Lidya
semakin kritis ketika keduanya mengutarakan kekecewaan terhadap sikap
masing-masing dan saling menyalahkan, sampai sebuah peristiwa besar terjadi
dalam kehidupan keluarga mereka.
Film ini sudah lama saya tonton,
tapi tiba-tiba malam ini saya pengen pos ulang review-nya.
Biasanya kalau nonton film horor,
sekali saja saya udah kapok. Tapi, tidak dengan film Mereka yang Tak Terlihat ini. Saya nonton sampai berulang-ulang
kali. Awalnya nonton sendiri. Trus, waktu Tunjung nonton, saya ikutan nonton.
Waktu Nduk Ra minta nonton, saya ikutan nonton lagi. Waktu nobar di rumah Mbak
Bidha, saya ikutan nonton lagi. Waktu Mbak Menur minta nonton, saya ikutan
nonton lagi. Nggak ada bosennya ya.
Mereka yang Tak Terlihat
adalah film horor terbaik yang pernah saya lihat. THE BEST lah buat saya. Karena sebelumnya saya udah pernah bahas
ini di Facebook, jadi saya copy paste aja ya review-nya.
25 Juli 2018.
Kemarin nggak sengaja nemuin
postingan yang dibagi sama Antok di Facebook.
Penasaran, saya pun menonton video itu. Ternyata potongam adegan dari sebuah
film horor. Yang bikin saya tertarik adalah adegan di awal video itu. Yaitu
adegan makan bersama di warung bakso. Pas yang lain lagi asik makan bakso, anak
yang indigo bisa liat hal ganjil kenapa bakso itu laris manis. Mangkok baksonya
diilerin sama makhluk ijo kecil kayak tuyul.
Saya tercenung. Kok kayak yang di
alami Tunjung ya. Saya bagikan video itu, lalu mulai cari tahu judul film-nya
apa. Kata Antok judulnya Mereka Yang Tak
Terlihat. Langsung googling, baca
artikel tentang film itu makin penasaran. Lanjut berburu di Google dan akhirnya siang tadi saya bisa
nonton filmnya.
Jujur ini film horor Indonesia
pertama yang saya suka banget. Ceritanya nggak khayal atau gaje, mirip sama
kejadian nyata yang saya tahu dari Tunjung. Mungkin karena terinspirasi dari
kisah nyata itu kali ya.
Hantu-hantunya juga hampir
kesemuanya kayak yang pernah diceritain Tunjung. Yang bikin saya merasa ngeri
itu hantu buntung di sekolah. Itu Tunjung pernah cerita kalau di salah satu
sekolah tempat aku pernah menimba ilmu ada hantu model gitu. Ternyata kalau di
visualisasikan serem banget. Buatan manusia aja udah segitu seremnya. Gimana
aslinya. Udah. Nggak mau bayangin.
Mereka Yang Tak Terlihat
ini mengisahkan tentang kehidupan Saras yang seorang anak indigo. Pertama dia
bisa liat arwah/hantu dan sejenisnya ketika neneknya meninggal. Saras bisa
melihat arwah neneknya. Sejak saat itu Saras sering liat penampakan. Jadi, di
film ini Saras tuh nyeritain kisahnya sendiri dari zaman dia masih kanak-kanak
sampai dia akhirnya jadi psikolog.
Saras tuh bener-bener bikin saya
merasa dia itu Tunjung banget. Banyak kesamaannya. Cuman si Saras ini kan
pernah sampai kesurupan. Tunjung nggak pernah. Saras awalnya nggak bisa bedain
mana arwah yang beneran butuh bantuan sama arwah yang cuman usil. Tunjung
awalnya juga gitu.
Waktu adegan Saras diikutin banyak
hantu, kata Tunjung, “Itu tuh kayak kalau kita ke mana-mana trus langsung masuk
kamar tanpa cuci kaki dan bebersih dulu. Jadi, gambarannya ya kayak gitu.
Banyak yang ikut.”
Serem!!!
Trus, tentang adegan hantu-hantu
yang tiba-tiba muncul di kamar Saras. Kata Tunjung, “Iya emang kayak gitu.
Mereka suka tiba-tiba datang.”
Suer. Itu saya ngebayanginnya aja
udah capek dan ngeri. Pura-pura nggak ngeliat mereka yang rata-rata
penampakannya seram. Hayati nggak kuat Abang! XD
Trus, tentang adegan Saras yang
tiba-tiba bisa lihat sesuatu yang akan terjadi. “Iya emang kayak gitu,” Tunjung
membenarkan.
Wes tho! Jadi anak indigo
itu capek jiwa dan raga. Fisik dan mental. Anehnya, kadang kok ada yang pengen
jadi indigo atau ngaku-ngaku indigo. Padahal yang indigo berharap bisa jadi
manusia biasa.
Kembali ke film ya. Nurut saya
genre-nya bukan horor. Tapi, drama berbumbu horor. Drama keluarga berbumbu
horor. Sepanjang saya nonton, saya enjoy banget. Nggak ada kesan lebay atau
gaje. Simpel dan nyata banget nurut saya. Dan, untuk pertama kalinya saya
nonton film horor malah dibuat nangis sesenggukan. Apalagi menjelang ending. Nyesek banget nontonnya. Maklum,
saya pernah di posisi itu. Beruntungnya, saya masih dikasih kesempatan untuk
menjelaskan kesalahpahaman itu dan memperbaikinya. Saras juga kok. Cuman ending-nya itu... kenapa? Oh kenapa?
Harusnya dia berhak bahagia sama orang yang dia sayangi kan? Setelah selama 24
tahun menderita. Dan, itu agak nggak sreg sama kisah akhir Saras. Maksudnya
jalannya kenapa harus dengan cara itu. Kenapa bukan cara lain. Mungkin karena
itu yang lagi banyak kejadian belakangan ya.
Kalau penasaran tonton aja sendiri.
Hehehe. Kalau saya ceritain detailnya, nggak seru dong. Hahaha.
Percayalah. Jadi, indigo itu nggak
enak—menurut pengakuan Tunjung ini ya. Itu mungkin kenapa tantenya Saras yang
juga indigo sampai bunuh diri. Mungkin karena depresi. Dan, kalian yang indigo.
Tetaplah kuat ya. Kalian adalah orang-orang istimewa yang terlahir ke dunia.
Orang-orang dengan kehidupan dan misi yang luar biasa.
Makasih, Antok. Karena dirimu, aku
jadi ketemu pilem bagus ini. Hehehe.
Selamat menonton buat yang
penasaran. Suer ini film horor yang saya enjoy dan malah mewek nontonnya. Saya rekomendasikan
buat nonton. Hehehe.
Tempurung
kura-kura, 22 Februari 2019.
- shytUrtle -
0 comments