Review Film Korea The Sound of a Flower
03:39
Review Film Korea The
Sound of a Flower
Profile
Movie: The Sound of a Flower (English title)
Revised romanization: Dorihwaga
Hangul: 도리화가
Director: Lee Jong-Pil
Writer: Lee Jong-Pil
Producer: Kim Dae-Seung, Baek Yeon-Ja
Cinematographer: Kim Hyun-Seok
Release Date: November 25, 2015
Runtime: 109 min.
Genre: Drama / Period-19th Century / Music / Romance / Based
on True Story
Distributor: CJ Entertainment
Language: Korean
Country: South Korea
Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©
Based on the real story of Shin Jae-Hyo and Chae-Sun.
In 1867, Shin Jae-Hyo (Ryoo Seung-Ryong) leads the
Dongrijungsa which teaches pansori (traditional Korean musical storytelling). A
young girl, Chae-Sun (Bae Suzy), who wants to perform pansori, appears in front
of him. Chae-Sun has dreamed of performing pansori since she first heard Shin
Jae-Hyo perform when she was little, but Shin Jae-Hyo turns her down because
women are not allowed to perform pansori.
Chae-Sun then disguises herself as a man and enters the
Dongrijungsa to learn pansori, but Shin Jae-Hyo doesn't accept her as his
student. One day, he hears Daewongun (Kim Nam-Gil), the most powerful man in
Joseon and the father of the King, is going to hold a national competition of
pansori performers known as “Naksungyeon.”
Shin Jae-Hyo decides to teach Chae-Sun who has a true voice
to perform "Chunhyangga". If anyone finds out that Chae-Sun is a
woman, Shin Jae-Hyo and Chae-Sun will both face death.
Shin Jae Hyo (Ryoo Seung-Ryong)
adalah seorang seniman pansori. Ia memiliki banyak murid. Suatu ketika saat
melakukan pertunjukan jalanan, seorang gadis kecil yang menonton pertunjukkan
itu menangis. Jae Hyo menghampirinya dan menghibur agar gadis itu tak menangis.
Gadis kecil itu mengatakan, kisah dalam pertunjukkan mirip dengan kisah
hidupnya. Jae Hyo mengatakan, "Menangislah sejadi-jadinya. Setelah
berhenti menangis, kau akan bisa tertawa." Inti dari pertunjukan pansori
adalah dua hal itu; membuat orang menangis karena tersentuh oleh cerita, sekaligus
merasa bahagia karena terhibur.
Sejak pertemuan itu, gadis kecil itu
ingin menjadi seorang penyanyi pansori dan ia mengidolakan Jae Hyo. Gadis yang
dititipkan di rumah gisaeng oleh mendiang ibunya itu pun tumbuh menjadi gadis
remaja yang ceria. Keinginannya untuk menjadi penyanyi pansori tak pernah
padam. Diam-diam Chae Sun (Bae Suzy) sering mengendap-endap untuk mencuri
dengar pelajaran yang disampaikan Jae Hyo di depan murid-muridnya. Rasa kagum
Chae Sun pada Jae Hyo pun tak pernah berubah.
Suatu ketika, rumah pansori (maaf ya
saya sebut begini, saya lupa namanya tadi apa) milik Jae Hyo membuka audisi.
Chae Sun menyamar sebagai laki-laki demi mewujudkan keinginannya untuk menjadi
seniman pansori. Maklum, pada masa itu hanya lelaki yang boleh menjadi seniman
pansori. Chae Sun lolos. Namun, ketika mengenal Jae Hyo lebih dekat, ia merasa
Jae Hyo tak lagi seperti Jae Hyo yang dulu ia kagumi. Chae Sun pun memilih
mundur.
Oya, pada suatu malam usai sebuah
pertunjukkan, Jae Hyo sedang menirukan suara anjing. Seorang bangsawan
menghampirinya. Heungseon Daewongun (Kim Nam Gil) pun mengajaknya minum-minum.
Heungseon Daewongun adalah bangsawan keturunan raja. Heungseon Daewongun itu
pun curhat pada Jae Hyo. Jae Hyo memberikan saran bijak. Akhirnya putra dari Heungseon
Daewongun pun naik tahta menjadi raja. Heungseon Daewongun pun menjadi orang
nomer satu di Joseon karena dia bapaknya raja. Maklum, rajanya masih anak-anak
ketika naik tahta. Jadilah Heungseon Daewongun yang memegang kendali.
Heungseon Daewongun mengadakan
kompetisi pansori. Jae Hyo diundang seorang bangsawan untuk mengajar dan
mempersiapkan untuk mengikuti kompetisi. Jae Hyo hendak menampilkan pertunjukan
pansori Chunhyangga. Pertunjukkan kisah Chun Yang yang terkenal, namun
dimodifikasi dengan bercerita dan bernyanyi. Setelah dihina oleh bangsawan itu,
Jae Hyo mengajak timnya pergi. Sayangnya hampir semua memilih tinggal bersama
bangsawan itu. Hanya Kim Se Jong (tangan kanan Jae Hyo), Chil Sung, dan Yong
Bok yang turut pergi bersama Jae Hyo.
Jae Hyo sempat putus asa. Namun, Se
Jong meyakinkan bahwa mereka bisa bertahan. Di saat Festival Dano digelar,
Sejong telah mempersiapkan pertunjukan Chunhyangga dengan Chae Sun sebagai Chun
Yang. Jae Hyo sempat melarangnya. Tapi, Chae Sun meminta satu kesempatan saja
untuk tampil. Di tengah pertunjukan, topi Chae Sun yang menyamar sebagai pria
terlepas. Jati dirinya sebagai perempuan pun terbongkar. Jae Hyo pun dihukum
karena mengizinkan wanita melakukan pertunjukan pansori dengannya.
Mengatahui bakat Chae Sun, Jae Hyo
pun mengangkatnya menjadi murid. Jae Hyo dan Se Jong membawa Chil Sung, Yong
Bok, dan Chae Sun menepi ke gunung untuk melatih mereka. Dengan keras Jae Hyo
dan Se Jong melatih Chil Sung, Yong Bok, dan Chae Sun. Selama berada di gunung,
Chae Sun belajar keras untuk bisa menjadi seniman pansori hingga ia jatuh
sakit. Adegan yang bikin enek adalah ketika Chae Sun jatuh sakit dan harus
meminum air kotoran sebagai obat. Walau tahu itu nggak mungkin air kotoran
beneran, nontonnya jadi enek ndiri. Hahaha.
Jae Hyo, Se Jong, Chil Sung, Yong
Bok, dan Chae Sun pun turun gunung demi mengikuti kompetisi pansori di Hanyang.
Chae Sun tetap menyamar sebagai laki-laki. Pada tahap seleksi awal, juri ragu
dan mengatakan Chae Sun mirip perempuan. Chae Sun pun berakting seolah dia
laki-laki tulen. Sayangnya bangsawan yang punya dendam pada Jae Hyo juga ada di
sana. Tim Jae Hyo pun di diskualifikasi.
Jae Hyo pun menulis puisi dan pergi
menemui Heungseon Daewongun untuk meminta bantuan. Walau sempat terhalang, akhirnya
Jae Hyo bisa menemui Heungseon Daewongun. Nah, di sini saya bingung. Pas awal
ketemu Jae Hyo kan Heungseon Daewongun ini kayak bijak. Pas di istana malah
beda banget. Kayak killer gitu dah. Jae Hyo pun akhirnya ditangkap dan akan
dijatuhi hukuman mati karena ulahnya; meminta Heungseon Daewongun meloloskan
Chae Sun yang nyata-nyata seorang perempuan.
Chae Sun ingin menyelamatkan Jae
Hyo. Saat menunggu di depan penjara, tanpa sengaja ia bertemu rombongan gisaeng
tempat ia dulu tinggal. Ketua gisaeng pun membantunya untuk tampil langsung di
depan Heungseon Daewongun. Heungseon Daewongun pun terpesona dengan penampilan
Chae Sun. Ia berjanji akan melepaskan Jae Hyo asal Chae Sun mau menerima
tantangan darinya. Jika Chae Sun berhasil dalam tantangan itu, maka Jae Hyo
akan bebas. Tapi, jika gagal, keduanya akan dihukum mati.
Chae Sun berhasil memenangkan
tantangan Heungseon Daewongun. Mereka berdua dibebaskan. Kelompok Jae Hyo pun
menjadi terkenal. Sayangnya Heungseon Daewongun jatuh hati pada Chae Sun dan
meminta gadis itu tinggal. Meminta pada Jae Hyo agar menyerahkan gadis itu. Jae
Hyo menolak karena ia mulai sadar jika ia ada rasa ke Chae Sun. Chae Sun juga
menolak karena selain ia bukan gisaeng, ia pun punya rasa pada Jae Hyo.
Heungseon Daewongun mengancam akan membunuh Chae Sun jika Jae Hyo tak mau gadis
itu tinggal. Pun sebaliknya, Jae Hyo akan dibunuh jika Chae Sun tak mau
tinggal. Chae Sun akhirnya tinggal di sisi Heungseon Daewongun dan Jae Hyo
kembali ke gunung demi masing-masing agat tetap hidup. Walaupun begitu, Chae
Sun tak pernah memberikan hatinya pada Heungseon Daewongun karena hatinya hanya
untuk Jae Hyo. Chae Sun menjadi Chun Yang untuk Jae Hyo.
Ketika Heungseon Daewongun lengser,
ia meminta Chae Sun pergi. Chae Sun pun kembali ke gunung, namun ia tak bertemu
lagi dengan Jae Hyo. Berkat keduanya—Jae Hyo dan Chae Sun, pansori berkembang
pesat. Ada banyak sekolah pansori dan perempuan boleh menjadi seniman pansori.
Pansori itu apa sih? Ini saya copy paste dari Wikipedia ya. Pansori
adalah sebuah genre musik tradisional Korea yang menampilkan seorang penyanyi
(sorikkun) dan penabuh gendang (gosu). Sorikkun menceritakan dan menyanyikan
kisah-kisah tentang percintaan, kebajikan, kesetiaan, dan berbagai nilai-nilai
moral yang terangkum dalam 5 lagu pansori (pansori madang).
Kalau saya nangkepnya sih kalau di
sini itu semacam ludruk. Jadi, selain bercerita para pemain juga bernyanyi.
Setelah menonton film ini dan
membuat review-nya, saya merasa tidak asing pada sosok Heungseon Daewongun.
Merasa seperti itu pada bagian anaknya yang naik tahta menjadi raja di usia
anak-anak yang menjadikan dia orang paling berkuasa di Joseon. Setelah
mengingat-ingat, ternyata tokoh Heungseon Daewongun ada dalam film Fengshui.
Tokoh yang dengan membakar kuil kuno akhirnya anaknya bisa naik tahta. Di film
Fengshui Heungseon Daewongun diceritakan jika kedudukannya sama kayak anjing
peliharaan. Di film ini pun sekilas hampir sama. Itu kenapa ia merasa gundah
pas anaknya harus naik tahta. Setelah mendengar kata-kata bijak Jae Hyo,
Heungseon Daewongun merasa yakin dan akhirnya anaknya naik tahta.
Adegan yang memberi saya petunjuk
tentang tokoh Heungseon Daewongun ini adalah ketika ia juga menirukan suara
anjing kayak yang dilakuin Jae Hyo. Kalau di Fengshui Heungseon Daewongun
diperankan Jisung, dalam film ini diperankan Kim Nam Gil.
Film ini menggambarkan bagimana
menjadi seniman pansori bukanlah hal mudah. Walau kelihatannya seperti hiburan
bagi masyarakat kelas bawah, pelatihan menjadi seniman pansori nggak main-main
kejamnya. Jadi keinget scene di Hwang Ji Ni pas dilatih keras buat jadi
gisaeng.
Suzy memerakan tokoh Chae Sun dengan
baik. Vocalnya benar-benar pas untuk menjadi seniman pansori. Kalau Ryoo Seung
Ryong Ajushi ndak diragukan lagi bagaimana kualitas aktingnya. Dari peran orang
idiot sampai peran orang keji selalu beliau bawakan dengan baik.
Alasan saya nonton film ini? Karena
nggak sengaja nemu di web khusus drama, film, dan reality show Korea. Menjadi
tertarik karena film saeguk. Udah. Itu aja. Hehehe.
Tempurung
kura-kura, 12 Februari 2019.
- shytUrtle -
0 comments