= Sebuah Kejutan "FF buat omma by Hilda" =
04:53= Sebuah Kejutan "FF buat omma by Hilda" =
Annyeong~
shy turtle mw berbagi kebahagiaan nui coz dapet kejutan dari salah satu putri ku "Hilda"
FF buat omma.
Hehehe. Ancur banget. Nggak tau ini gimana maksudnya (?).
Kayaknya nggak dapet feel deh. Aaaaaaah.
Mianheee omma kalau ngecewain.
Tittle : Mianhe
Author : Hilda
Cast : Lee Youngie *Youandrow Amabelle
Kim Jaejoong
Kim Kibum (Key)
“Noona?”
Aku terhenyak mendengar seseorang memanggilku. Mengusikku yang sedang larut dalam pemikiranku.
“Ne? Kibum?”
Kibum tersenyum. Lalu mengambil posisi duduk di sebelahku.
“Sedang apa di sini? Serius sekali.”
Aku tersenyum kecil mendengar pertanyaannya.
“Hanya memandangi langit. Langitnya sangat indah, eoh?”
“Begitulah.”
Lagi – lagi aku tersenyum. Senyuman tipis sebagai jawaban. Lalu mengalihkan pandanganku ke arah langit. Memandangi langit dan merasakan hembusan angin yang begitu hangat.
“Jaejoong Hyung?”
“Hm?”
“Dimana Jaejoong Hyung?”
Senyumanku menghilang. Teringat seseorang itu. Seseorang yang membuatku akhir – akhir ini sering memandangi langit.
“Dia sibuk.” Hanya jawaban singkat dariku. Tapi, sukses membuat jantungku berdegup kencang dan merasakan mata ini mulai memanas. Sangat sakit.
Kibum hanya mengangguk kecil. Tanda mengerti.
Apa dia tahu? Apa dia mengerti? Dia sama sekali tidak mengerti.
“Akhir – akhir ini aku jarang melihat kalian berdua bersama. Kupikir ada masalah.”
Eoh? Masalah? Hanya masalah hati. Hanya masalah yang timbul dari pemikiranku sendiri. Masalah yang sama sekali tidak dirasakan oleh Jaejoong. Hanya aku yang merasa sakit dan sangat lelah. Merasa tidak dibutuhkan dan selalu diacuhkan. Seseorang yang telah dilupakan. Padahal berstatus sebagai kekasih? Tapi kenapa begitu jauh? Seakan – akan hanya aku yang mempertahankan hubungan ini. Tapi Jaejoong? Dia tak pernah menganggapku. Hati ini benar – benar sakit. Hubungan yang sudah berjalan selama 2 tahun. Tapi bagiku 2 tahun yang sangat suram. Yang hanya kulalui sendirian.
“Noona?”
Aku tersadar. Ah, lagi – lagi melamun dan memikirkan orang yang sama. Kim Jaejoong.
“Noona menangis lagi?”
Eoh? Lagi? Aku menoleh. Tahukah dia? Tahukah dia aku sering duduk di sini dan menangis memikirkan Jaejoong?
Kulihat Kibum memandangiku. Aku tak mengerti dengan pandangan itu. Simpati? Atau kasihan?
Aku tersentak saat Kibum mengulurkan tangannya dan beralih menyentuh pipiku. Menghapus air mata yang sama sekali tidak aku sadari bahwa lagi – lagi aku menangis. Sentuhan halus dan sangat lembut darinya. Kenapa di saat – saat seperti ini hanya Jaejoong yang ada dalam pikiranku? Dia tidak pernah sekalipun melakukan ini padaku. Tangisanku semakin keras. Aku benar – benar tidak tahan. Aku memang butuh seseorang saat ini. Seseorang yang mengerti perasaanku.
“Uljima noona. Uljima.”
Kibum memelukku. Pelukan yang sangat hangat. Aku tidak peduli dengan statusku sebagai kekasih kakaknya saat ini. Mengelus kepalaku lembut. Membuatku semakin mengeraskan tangisanku. Jaejoong tidak pernah melakukan ini terhadapku. Tidak pernah dan tak akan pernah.
Aku membalas pelukan Kibum. Meletakkan kepalaku di bahunya. Dan terisak di sana. Membuat kemejanya basah karena air mataku. Semakin mengeratkan pelukanku. Aku benar – benar membutuhkanmu Kibum. Hanya kau.
“Uljima.”
***
Drrt. Drrt
Noona. Aku akan sampai dalam 10 menit.
Aku tersenyum membaca pesan singkat dari Kibum. Aku merasa benar – benar, err, bahagia? Bolehkah?
Memandangi diriku yang sekarang berdiri di depan cermin untuk yang kesekian kalinya. Apa pantas hanya dress warna putih selutut di tambah dengan cardigan dengan warna senada. Apa aku sudah terlihat muda? Eh muda? Astaga. Umurku hanya berbeda 1 tahun dengan Kibum. Bahkan tidak ada 1 tahun. Huh. Kibum berhak memanggilku tanpa embel – embel noona. Hanya basa – basi saja mengingat aku kekasih kakaknya. Mataku tiba – tiba memanas. Haruskah teringat lagi di saat seperti ini. Saat aku merasa bahagia. Youngie, kau tidak ingin merusak acaramu dengan Kibum hari ini kan? Lupakan dia. Ne?
“Ya! Kibum ah. Kita mau kemana?”
Kibum terus menggengam tanganku. Mengajakku berjalan di pinggiran kota yang sangat ramai. Menggenggam tanganku sangat erat. Seakan – akan takut genggaman ini akan terlepas dan aku hilang di antara keramaian ini. Err aku merasa aneh. Seperti. Seperti kencan? Ah ani. Kugelengkan kepalaku keras – keras.
Jujur saat ini dia benar – benar... tampan? Hey, bolehkah aku memuji namja lain? Dengan t-shirt warna merah dipadu jaket hitamnya dan celananya yang juga warna hitam *author ngebayangin Key waktu di mv noona neomu yeppo XD*. Cocokkah denganku yang serba putih ini? Ehm. Cocok?
“Noona mau es krim?”
Aku melengos lalu memandang Kibum dengan tatapan kesal. Memang aku anak kecil? Yang suka makan es krim? Tapi yang terjadi malah aku menganggukkan kepalaku. Eoh? Apa yang terjadi denganku? Aku merasa wajahku panas sekarang. Malu?
Kibum memberikan es krim rasa vanilla. Darimana dia tahu aku sangat suka vanilla?
“Ehm. Gomawo.”
Kibum tersenyum dan menggenggam tanganku lagi.
“Anggap saja kita sekarang kencan. Aku lebih suka melihat noona yang tersenyum begini. Lebih manis jika di lihat. Araso?”
Bluuush. Entah wajahku sekarang seperti apa. Yang pasti sudah sangat meerrrraaah. Aku memukul pelan lengan Kibum. Ya! Kau tahu? Aku benar – benar malu.
Tiba – tiba aku teringat sesuatu. “Hey. Aku mau tersenyum tapi dengan satu syarat.”
Kibum mengerutkan keningnya. “Apa?”
“Jangan panggil aku noona, ne?”
Dia mendengus pelan. “Ya! Mana bisa?”
“Aku terlihat tua tau!” aku menggerutu. Kesal. Di tambah sekarang Kibum tertawa. Tertawa keras sekali. Aigoo. Aku semakin malu. Aku menunduk dalam – dalam. Apa dia tidak malu begitu banyak orang yang melihatnya karena terganggu dengan tawanya?
Tiba – tiba aku merasa Kibum mengangkat daguku. Aku masih malu.
“Youngie ah.”
Aku menutup mataku. Bibirku bergetar. Jantungku berdegup kencang. Youngie, ada yang salah dengan hatimu saat ini. Hey mau apa dia? Untuk apa kau menutup matamu? Apa kau berharap...
“Kau berharap aku cium ya?”
Aku membelakkan mataku. Memukul lengan Kibum sangat keras. Menutupi rasa maluku yang teramat sangat.
“Ya! Menyebalkan!” kesaaaal. Aku kesal padanya!!! Memukuli lengan Kibum dengan serangan bertubi – tubi (?).
“Aduuuh tanganku.” Kulihat Kibum tiba – tiba meringkuk sambil memegangi lengannya. Eoh? Dia kenapa?
“Kibum. Ya! Waeyo? Gwenchana?” tanyaku bertubi – tubi. Aku khawatir sekali melihatnya. Pukulanku tadi tidak terlalu keras, hey.
“Lenganku sakit sekali. Mungkin lebam.”
HEEH??!! Omoo.. Salahku? Salahku yang tadi memukulnya? Aiiishh. Babo Youngie. Kau apakan anak orang ini? Aku benar – benar terkejut mendengarnya. Astagaa aku harus berbuat apa?
“Mianhee..” hampir saja air mataku menetes. Aku memegang tangannya untuk memeriksa lengan yang ku pukul tadi. Kibum masih meringis kesakitan. Sesakit itukah?
“Sini aku lihat lenganmu. Benar – benar sa..”
Cup.
Jantungku serasa berhenti berdetak. Tubuhku benar – benar kaku sekarang. Lidahku kelu. Kibum mencium pipiku! Kyaaaa!!!
“Ya! Apa yang kau...”
Kulihat Kibum tersenyum nakal. “Begitu sudah cukup kok. Aku sembuh sekarang.”
Ah, entah wajahku sekarang berbentuk apa. Yang pasti perasaanku campur aduk sekarang. Dan pastinya wajahku penuh dengan berbagai macam ekspresi.
“Kyaaa!! Kibum. Kau ini!!!”
***
‘Noona sudah tidur? Selamat tidur neee....’
‘Hey. Sudah kubilang berapa kali untuk tidak memanggilku noona euhm?’
‘Hahaha. Ne ne youngie ah. Selamat tidur.’
‘Ne. Selamat tidur.’
‘Euhm. Poppo.’
‘Kau cari mati?’
‘Hahaha. Baiklah. Baiklah. Aku saja kalau begitu. Chuuu...’
Aku tersenyum sendiri membaca pesan terakhir darinya. Haruskah aku balas? Aku harus jawab apa?
Poppo? Chuu?
Ah. Aku malu.
Aku belum pernah bersikap manja dan mesra begini pada laki – laki. Jaejoong tidak pernah membuatku sesenang ini. Seperti yang Kibum sering lakukan padaku. Kibum benar – benar membuatku merasakan bagaimana memiliki seorang kekasih. Aku merasa nyaman saat bersamanya. Kenapa aku jadi membandingkan Jaejoong dengan Kibum? Hah. Ada apa denganmu akhir – akhir ini Youngie? Jaejoong itu kekasihmu dan Kibum hanyalah adik dari kekasihmu.
Jahatkah aku selama ini? Kedekatanku dengan Kibum apakah bisa diartikan bahwa aku telah menduakan Jaejoong?
***
Tet. Tet.
Euh? Kibum kah?
Apa aku buat janji dengannya hari ini?
“Apa dia mau buat kejutan? Hah. Akhir – akhir ini dia memang selau membuatku terkejut.
Eh?
Jaejoong?
Lidahku kelu saat memandangnya berdiri di depanku sekarang. Untuk apa dia kemari? Dadaku bergemuruh. Jantungku berdetak sangat cepat. Bahkan aku masih belum bisa menghilangkan rasa sakitku karena dia. Tapi, aku masih benar – benar mencintainya. Benarkah? Masihkah aku mencintainya? Lalu Kibum?
“Honey?”
Aku terisak. Dia? Masih ingatkah dia dengan panggilan sayang itu? Aku tidak bisa menahan air mata ini. Aku merindukannya. Benar – benar merindukannya. Aku masih sangat mencintai Jaejoong. Tapi...
“Youngie? Gwenchana?”
Jaejoong menyentuh pundakku. Tidak merasa bersalahkah dia selama ini? Meninggalkanku? Membuatku kesepian?
Aku menepis tangannya yang berada di pundakku. Lalu berjalan masuk ke dalam apartemenku dan merebahkan diri duduk di sofa. Aku tahu bahwa Jaejoong mengikutiku. Dan sekarang dia duduk tepat berada di sebelahku. Entahlah apa yang aku rasakan. Marah? Kecewa? Tentu aku kecewa. Beberapa hari ini dia tidak menghubungiku. Dan membuatku hampir seperti orang gila.
“Mianhe.”
Aku menoleh ke arahnya. Terkejut dengan ucapannya yang tiba – tiba.
“Apa?”
“Adakah yang kau rasakan kepadaku?”
Aku terhenyak. Jaejoong. Tahukah kau bahwa aku sakit karenamu? Tahukah kau bahwa aku benci dengan sifatmu yang tidak peduli padaku? Tahukah kau bahwa aku sekarang marah kepadamu? Kau menyebalkan Jaejoong. Kau tidak pernah peduli padaku. Kau tidak bisa seperti Kibum. Bahkan kau tak tahu bahwa aku dekat dengan Kibum. Kau tak tahu bahwa jantungku sekarang berdetak lebih cepat saat bersama Kibum. Tahukah kau bahwa aku merasa nyaman bersama Kibum. Tahukah kau aku mulai mencintai Kibum. Tahukah kau?
Aku menutup mataku. Merasakan perasaan bersalah teramat sangat. Membiarkan air mataku mengalir dan membentuk lekukan – lekukan kecil di pipiku. Aku tidak bisa. Aku bersalah. Aku bersalah pada Jaejoong.
“Kau marah padaku?”
Aku menghentikan isakanku. Memandang tajam Jaejoong. Jaejoong hanya menatapku sendu. Aku benci dengan tatapan ini. Tatapan yang membuatku semakin bersalah kepadanya. Jaejoong menggenggam kedua tanganku. Aku masih menatapnya sambil menangis. Kulepaskan tanganku lalu kuayunkan memukuli dadanya. Aku benar – benar membencinya. Marah kepadanya. Kau jahat padaku.
Jaejoong memelukku. Aku tersentak. Benarkah ini Jaejoong? Jaejoong yang ku kenal dingin kepadaku? Yang sama sekali tidak mempedulikanku?
“Mianhe. Jeongmal mianhe. Maafkan aku Youngie. Maafkan aku.”
Kurasakan pundakku basah. Jaejoong? Kau menangis?
Aku mencoba melepaskan pelukannya. Menjauh darinya. Memberanikan diri menangkup kedua pipinya. Ada air mata disana.
“Waeyo?” pertanyaan bodoh. Kenapa aku menanyakan itu padanya? Benarkah dia sadar bahwa selama ini aku sakit?
“Aku cemburu Youngie. Sangat cemburu.”
Eoh? Cemburu? Aku memiringkan kepalaku. Menunggu kelanjutan cerita darinya.
“Aku benar – benar cemburu kau bersama Kibum akhir – akhir ini.”
Aku merasa ada setumpuk batu besar yang jatuh di dalam perutku. Darimana dia tahu?
“Jae...”
“Tidak penting aku tahu darimana. Tapi kau membuatku cemburu Youngie. Aku belum pernah merasakan perasaan seperti ini sebelumnya.”
Jaejoong seakan – akan tahu apa yang sedang aku pikirkan. Apa aku ketahuan? Ketahuan berselingkuh? Tapi, kenapa dia meminta maaf padaku?
Jaejoong lagi – lagi memelukku. Sangat erat.
“Kembalilah padaku, honey. Aku mencintaimu.”
Tahukah kau Jaejoong bahwa aku sangat mencintaimu? Karena itu aku bertahan? Bertahan selalu berada di sampingmu. Walau selama ini kau tak pernah menganggapku.
***
“Kami akan menikah.”
Kibum hanya tersenyum menanggapi pernyataanku.
Hari ini aku bertemu dengan Kibum di kafe favorit kami. Kibum tetap tampan seperti biasanya. Dan tetap membuatku jantungku berdetak cepat saat bersamanya.
“Jaejoong sudah berjanji padaku untuk berubah. Dia akan lebih meluangkan waktunya bersamaku.” Aku tersenyum. Teringat beberapa hari yang lalu kami mengikrarkan janji untuk merubah sifat kami masing – masing.
“Dan dia sudah membuktikannya padaku. Aku nyaman bersamanya.” Tambahku. Meyakinkan pada diriku bahwa aku mencintai Jaejoong dan tak ingin menghianatinya.
“Aku senang noona. Aku senang kau baikan lagi dengan Jaejoong Hyung.”
Aku tersenyum miris mendengar ucapannya. Noona? Panggilan itu berlaku lagi untukku?
“Gomawo.” Akhirnya aku dapat mengucapkan kata itu. Jika ada kata lebih dari kata terima kasih, pasti akan aku ucapkan. Aku benar – benar berterima kasih pada Kibum. Untuk selama ini. Bahwa Kibum pernah membuatku bagaimana rasanya dicintai. Memberikanku hari – hari yang paling indah dalam hidupku.
Kibum tersenyum. Sangat tampan. Dia menatapku seakan ingin menangis. Apa aku sangat menyakitinya?
“Aku sangat menyayangimu, noona.”
Air mataku hampir menetes. Aku benar – benar bahagia mendengar ucapannya. Kebahagiaan yang seharusnya aku rasakan bersama Jaejoong. Salahkah aku?
“Nado. Nado Kibum ah.” Jawabku dengan bibir gemetar.
Kibum berdiri dan berlalu dari hadapanku. Kupandangi punggungnya yang semakin lama menjauh dari pandanganku. Haruskah aku mengejarnya? Memeluknya dari belakang?
Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak ingin menghianati Jaejoong.
Air mata ini akhirnya menetes. Aku tidak bisa menahannya. Aku masih terduduk di kafe itu dan menangis sejadi – jadinya. Aku menyayangimu Kibum. Dan juga mencintaimu.
Kibum ah. Mianhe...
FIN.
Hehehe.
Omma mianhe geje ini ff.
Endingnya aneh yaa?
Wkwkwkwkwk.
Mau buat berpart – part terus jadiin kayak sinetron, tapi aku nggak bisa.
Omma tahu sendiri alasannya. Hahaaha.
Kapan – kapan deh bikin lagi.
Hihihihi.
Moga omma suka. Neeeeeeeeee....
wow~~~ dilema.........youngie..... apakah akan jadi "jaeyoung" ato "keyyoung"????? hahahahaha *di kroyok Hey!JJ ma Locket dah...
kamsahamnida buat Hilda...*hug
kapan2 buatin lagi ya umma ff hehehe ngarep.on
_shy turtle_
here Kim JaeBum aka KimJaejoong mix Kim Kibum heheheRO~ kekekeY~
0 comments