My 4D’s Seonbae - Episode #41 “Festival SMA Hak Kun Hari Pertama.”

06:36

Episode #41 “Festival SMA Hak Kun Hari Pertama.”



Daniel mendadak terkenal di SMA Hak Kun. Sebelumnya ia memang pernah disebut-sebut sebagai orang ketiga dalam hubungan Luna dan Jihoon karena ulah Bang Yoon He yang menunggah fotonya bersama Luna di cafe. Tapi, kali ini Daniel menjadi terkenal karena berhasil menjadi juara pertama dalam event yang digelar Spring Breeze Dance Crew untuk kategori solo dance.
Bukan hanya di sekolah, Daniel pun menjadi perbincangan di Internet. Terutama di situs resmi dan akun sosial media Spring Breeze Dance Crew. Juga di kalangan penggiat dan pecinta dance. Sebelumnya Daniel tak pernah terlihat muncul dalam event-event dance dan breakdance. Tapi, sekali muncul ia langsung menyabet gelar juara pertama. Tentu saja ia menjadi topik perbincangan.
Sedangkan tim Jihoon yang juga mengikuti event, memenangkan juara kedua untuk kategori dance group. Kembali bergesekan dengan Park Jihoon, Daniel pun kembali dihubung-hubungkan dengan Luna. Masalah foto yang diunggah Bang Yoon He dan sempat heboh di komunitas sekolah kembali di angkat dalam topik obrolan dalam komunitas sekolah. Murid-murid kembali menduga jika sebenarnya Daniel dan Luna memang memiliki hubungan dan Jihoon berusaha melindungi keduanya.
Luna sendiri tak mau ambil pusing, tapi menurut Jihoon mereka butuh klarifikasi untuk menyelamatkan satu sama lain. Akhirnya Luna setuju untuk membuat vlog bersama Jihoon dan Daniel yang menjelaskan tentang hubungan mereka bertiga. Dalam vlog itu, Luna menjelaskan bagaimana ia bertemu Jihoon dan Daniel, lalu terhubung satu sama lain. Tentu saja dalam video itu dia menegaskan jika Jihoon adalah kekasihnya dan Daniel teman baiknya.
Luna juga menjelaskan bagaimana ia terlihat dalam event yang digelar Spring Breeze Dance Crew juga tentang video dance-nya bersama Daniel. Jihoon dan Daniel membantu memberi penjelasan. Dalam vlog itu, ketiganya terlihat alami. Setelah video itu diunggah, efeknya tetap sama; ada pro dan kontra. Ada yang memuji pertemanan Jihoon, Luna, dan Daniel. Ada pula yang mengolok vlog itu adalah kebohongan baru yang diciptakan Jihoon, Luna, dan Daniel. Ketiganya tak lagi ambil pusing. Karena klarifikasi sesuai permintaan Jihoon sudah disampaikan.
Gosip-gosip itu terus menjadi topik pembicaraan murid-murid SMA Hak Kun di sela-sela kesibukan belajar dan persiapan festival sekolah. Trio Jihoon, Luna, dan Daniel menjadi top artis SMA Hak Kun. Begitu Rania menyebutnya.
***


Rania dan Linda kembali menginap di rooftop Luna. Besok adalah hari pertama festival sekolah yang digelar pada hari Jumat. Karena alasan itu Rania dan Linda menginap.

“Heran ya, udah jalan sebulan masih aja ada yang ngomongin soal Daniel menang. Yang katanya sabotase lah! Apa lah! Mbak Luna kenal Jun Oppa doang, nah juri ada enam orang lagi. Bisa-bisanya mereka nuduh Daniel menang karena bantuan Mbak Luna dan Jun Oppa?” Di tengah obrolan, Linda meluapkan kekesalannya.
Haters mah gitu. Cuekin aja. Lagian Daniel yang diomongin kok loe yang sebel sih, Lin? Oh, iya gue lupa. Loe kan ada feeling sama dia. Move on napa? Jisung tuh ada Jisung!” Rania mengomeli Linda.
Luna tersenyum mendengar debat Linda dan Rania. Dua temannya itu memang selalu begitu.
“Video yang jadi sampel peserta pas daftar event udah diunggah lho di channel Youtube Spring Breeze. Daniel keren!” Linda mengabaikan protes Rania.
Yah, emang keren. Kamu tahu nggak? Aku yang pertama liat video bikinan dia itu. Awalnya aku mau pakek video dance kami buat daftarin dia. Tapi, karena ntar ada syarat video itu bakal diunggah ke channel Spring Breeze, jadi aku batalin. Akhirnya pakek video Daniel yang itu. Karena itu yang terbaru dan ya seperti yang kamu bilang, keren. Luna tersenyum usai mengomel dalam hati.
“Loe kalah langkah sama Kucing. Kucing udah dance bareng dia noh!” Rania mengolok Linda.
“Iya e. Mbak Luna itu sebenernya sukanya sama Daniel apa sama Jihoon sih?”
Mendapat serangan mendadak, Luna pun terkejut. Ia bingung harus menjawab apa.
“Nah, gue juga penasaran tuh. Jangan-jangan loe sayang sama dua-duanya, Cing?” Rania ikut menyerang.
“Kayaknya emang gitu. Gimana dong? Tapi, sayang doang nggak papa, kan?” Luna memberi jawaban mengambang.
Linda dan Rania sama-sama terdiam.
“Tapi, wajar sih kalau gitu. Mbak Luna pura-pura pacaran sama Jihoon, otomatis sering sama-sama dia. Jadi ngenal dia lebih dalem. Yang kayak gitu ujung-ujungnya bisa jadi beneran sayang. Begitu juga ke Daniel. Karena kalian sering sama-sama juga.” Linda kembali bersuara.
“Nah, dari sayang itu ntar ada yang tetep jadi sayang. Tapi, ada yang berkembang jadi cinta. Suka jadi sayang, sayang jadi cinta. Mbak Luna sayangnya ke sapa, cintanya ke sapa?” Linda melanjutkan.
Rania diam. Ia melirik Luna yang duduk di samping kirinya. Ketiganya duduk di atas karpet dengan punggung bersandar pada sofa. Luna duduk di antara Rania dan Linda.
Luna menghela napas. “Mulai sekarang, mari kita nikmati masa SMA kita dengan normal.” Tangan kanannya meraih tangan kiri Rania, sedang tangan kirinya meraih tangan kanan Linda. Ia menggenggamnya.
“Karena hanya kita murid asal Indonesia di SMA Hak Kun, mari hidup dengan rukun dan saling percaya. Saling mendukung satu sama lain. Jika, ada masalah, jangan ragu untuk saling membagi.” Luna melanjutkan.
“Akhirnya loe sadar juga Cing. Kalau ada kalanya kita emang butuh berbagi buat selesaiin masalah kita.” Rania menanggapi.
Luna tersenyum. “Tentang itu, andai aku berbagi sama kamu pun nggak ada gunanya. Kamu di Indonesia, aku di sini.”
“Tapi kan kali aja bisa kurangin beban loe. Tapi, syukurlah ada Daerin.”
“Eh, aku nggak nyangka lho kalau Kang Daerin itu sodaraan sama Daniel.” Linda menyela.
“Loe tu ya kalau yang ada hubungannya sama Daniel aja cepet responnya!”
Linda meringis. Menunjukkan barisan giginya yang rapi.
“Btw, Mas Dinar jadi ke sini? Acaranya udah besok lho! Kok nggak ada kabar gitu? Jadi sama Mas Aro juga nggak? Bunda?”
“Aku juga nggak tahu nih. Nggak ada yang bales pesanku. Padahal kalau Mas Dinar di sini kan bisa bantuin aku bikin video. Amber nggak kasih kepastian bisa dateng apa nggak.” Jawab Luna.
“Yelah! Loe ngarep abang loe ke sini cuman buat bantuin loe bikin vlog?”
“Kita semua besok sibuk, kan? Guanlin juga.”
“Kenapa gue tiba-tiba gugup gini ya?”
“Aku juga lho, Mbak!” Linda merasakan hal yang sama dengan Rania.
“Aku juga. Tahun kemarin aku cuman jadi penulis naskah, tapi sekarang jadi peran utama. Nyebelin banget!” Luna pun sama.
“Itu yang paling bikin loe gugup, Cing?”
“Semuanya lah. Kamu ada tampil sama Klub Vokal?”
“Nggak. Gue cuman tampil dua aja.”
“Dua? Apa aja? Bukannya cuman ikut tari sama kita, kan?” Linda menyela.
“Ada lagi.” Luna menjawab. “Linda udah siap buat besok?”
“Lebih gugup buat dance. Lagian itu ide siapa sih? Trus, kenapa juga kita yang dipilih?” Linda kesal.
“Gue mikir, apa karena cuman kita yang orang Indonesia, makanya kita dikerjain dengan perform-perform itu?” Rania menyela.
“Hanya kita orang Indonesia yang kebetulan cewek-cewek dan deket sama Mbak Luna. Kayaknya gitu deh.” Linda menambahkan dugaan Rania.
“Aku lagi yang disalahin.”
Rania dan Linda kompak menatap Luna yang masih menggenggam salah satu tangan mereka. Senyum terkembang di wajah Rania dan Linda.
“Apa pun yang terjadi esok, hanya satu doaku, kita bisa menunjukkan penampilan sebaik dan semampu kita.” Luna memanjatkan doa.
“Aamiin.” Rania dan Linda kompak mengamini.
***


- Mezzaluna: Festival SMA Hak Kun -

Festival sekolah tanpa nama. Dulu, awal masuk sekolah ini kupikir festival sekolah memiliki nama unik, tapi, tidak. Festival di sekolahku hanya diberi nama Festival SMA Hak Kun. Bukan kah lebih keren kalau punya nama atau julukan yang unik?
Festival SMA Hak Kun digelar setiap bulan Juni. Karena SMA Hak Kun berulang tahun di bulan itu. Jadi, festival sekolah adalah bentuk pesta akbar untuk merayakan ulang tahun sekolah. Karenanya semua murid harus terlibat. Untuk klub diwajibkan menyumbang penampilan untuk mengisi pentas seni. Karena festival digelar dua hari, penampilan pentas seni pun dibagi menjadi dua; untuk hari Jumat dan Sabtu.
Aku bersyukur pertunjukkan yang aku ikuti tidak ditampilkan di hari yang sama. Hari ini, aku hanya akan menampilkan satu penampilan saja. Oya, dalam festival tahun ini, aku ketiban sial. Pertama, terpilih menjadi pemeran utama wanita untuk pertunjukkan Klub Teater. Seperti tahun lalu, aku juga kebagian tugas menulis naksah. Tahun ini aku sedikit membuat kekacauan dalam naskah. Anggota klub suka, aku harap besok penonton pun akan menyukainya.
Kedua, terpilih sebagai salah satu tim yang mewakili Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun. Aku bersama Rania dan Linda juga enam anggota Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun lainnya terpilih sebagai tim Tari Buchaechum. Kami menggunakan video latihan Tari Buchaechum dari BKK UI. Saat berlatih di teras rooftop dan Ibu Kecil menontonnya, Ibu Kecil memberikan sedikit modifikasi. Terima kasih Ibu Kecil.
Harusnya hanya dua itu saja. Tapi, karena aku menggunggah video dance bersama Daniel, ketua dari tim guru pembimbing kelas tambahan bahasa meminta kami untuk menampilkan dance itu saat festival sekolah. Untuk mewakili kelas tambahan bahasa, begitu kata beliau. Daniel setuju saja. Sial sekali! Dia memang lagi naik daun di sekolah. Mendadak tenar karena menjadi juara pertama event yang digelar Spring Breeze Dance Crew.
Jadi, kesialanku yang ketiga adalah terpilih menjadi perwakilan kelas tambahan bahasa bersama Daniel. Karena menurutku akan sangat canggung jika hanya tampil berdua dan kebetulan Hami sempat merengek untuk membuat pertunjukan, aku pun mengajukan Hami dan Guanlin juga Jisung dan Linda untuk bergabung. Intinya, aku tidak mau apes sendirian. Ketua guru pembimbing kelas tambahan bahasa setuju. Hami kegirangan, sedang Linda marah-marah. Para pria sih menurut saja. Dasar!
Karena kesialan yang ketiga itu, waktu latihan jadi bertambah. Walau sudah belajar dari video kami, saat latihan bersama tetap saja banyak kesulitan. Terlebih Linda merasa canggung karena harus menari bersama Jisung. Sedang ada Daniel juga dalam tim kami. Maafkan aku, Linda. Aku nggak mau apes sendirian.
Pagi ini, aku berangkat bersama Linda dan Rania. Semalam mereka menginap di tempatku. Masing-masing dari kami membawa ransel berisi keperluan untuk festival hari ini. Di hari pertama festival, hanya aku dan Linda yang akan naik pentas. Sebagai wakil kelas tambahan bahasa, kami diberi kesempatan tampil di hari pertama festival. Sedang untuk Tari Buchaechum akan ditampilkan di hari kedua. Yang artinya bersamaan dengan pertunjukan drama dari Klub Teater. Untung Tari Buchaechum tampil sebelum drama. Jadi, aku masih punya waktu.
Walau tahu ada Linda dan Rania, Daniel tetap berangkat bersamaku. Aku membiarkan Linda menemaninya. Sedang aku, bergelayut manja di lengan Rania. Rania tak menolak. Ia tahu jika aku selalu merasa bersalah setiap kali melihat Linda dan Daniel. Tapi, melihat mereka berjalan bersama seperti itu pun sebenarnya aku tak rela. Karenanya, aku memilih berjalan di depan mereka.
Pagi-pagi kami sudah sampai di sekolah. Upacara pembukaan festival akan digelar pukul delapan pagi. Sedang gerbang akan di buka pada pukul sembilan pagi hingga pukul lima sore. Ini kesempatan bagi orang luar untuk masuk dan turut menikmati festival. Orang luar itu kebanyakan murid sekolah lain. Selain itu, yang datang adalah keluarga murid atau alumni. Pengalaman di tahun kemarin.
Setiap kelas diwajibkan membuka stan untuk bazar. Sedang untuk klub tidak wajib. Kelasku pun membuka stan. Karena tidak bisa membantu, aku mampir ke stan kelasku untuk menyerahkan produk-produk asal Indonesia yang aku janjikan untuk mengisi stan kelasku. Mereka membuka stan bernama Pusat Ramyeon. Mereka menjual ramyeon instan berbagai merk dan varian. Selain itu, mereka juga menyediakan jasa untuk masak di tempat. Karenanya, aku menyumbangkan beberapa bungkus mie instan yang cukup untuk mengisi stan kelas selama dua hari.
Selesai dengan urusan kelas, aku langsung menuju stan Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun. Kami sepakat untuk menjual snack khas dari negara kami. Setiap anggota yang mau menyumbang dipersilahkan. Aku pun menyumbang beberapa snack asal Indonesia yang aku punya. Penjaga stan ada beberapa murid asing yang sudah mengenakan baju khas negara asal mereka.
Saat festival digelar, semua murid diwajibkan tetap mengenakan seragam sekolah saat berangkat. Di sekolah, baru mereka diizinkan untuk berganti kostum. Seperti anggota Klub Manga yang menjadi cosplayer. Dan, anggota Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun yang mengenakan baju khas negara masing-masing. Karena jumlah kami tak banyak dari tiga angkatan, kami sepakat semua anggota persatuan memakai pakaian khas asal negara masing-masing selama festival.
Entah kenapa aku jadi begitu bersemangat. Rasanya begitu antusias untuk menunjukkan baju adat Indonesia dalam festival sekolah. Sayangnya aku tidak bisa buru-buru ganti kostum karena setelah upacara pembukaan, tim perwakilan kelas tambahan bahasa diberi kesempatan pertama tampil di pentas seni. Untuk menyemangati jalannya festival, kudengar ada yang memberi alasan seperti itu.
Padahal di luar sana kan banyak penggemar Kang Daniel, tapi kenapa pertunjukkan Kang Daniel malah ditaruh di awal saat pengunjung luar sekolah belum hadir? Atau, aku salah informasi ya? Mungkin pertunjukan Kang Daniel akan digelar setelah gerbang di buka? Ah! Entahlah!
Saat ini aku sedang berjalan menuju gedung olah raga. Di sana tempat para pengisi acara berkumpul. Pentas seni digelar di lapangan sepak bola, karenanya ruang tunggu bagi pengisi acara pentas seni adalah gedung olah raga yang letaknya dekat dengan lapangan sepak bola. Saat aku menyusuri koridor dengan langkah cepat, Rania muncul dari arah berlawanan. Aku tersenyum melihat penampilannya. Rania sudah berganti kostum. Ia mengenakan Baju Bodo berwarna biru.
Setelah hasil rapat Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun diumumkan, kami bertiga—aku, Rania, dan Linda—segera mencari baju adat yang nyaman untuk kami kenakan di festival, karena festival digelar di musim panas. Tanpa pikir panjang, Linda memilih Kebaya Rancongan. Ia mengatakan, kebetulan punya satu stel Kebaya Rancongan yang ia bawa ke Korea. Walau saat membawanya ia berpikir hal itu konyol karena tidak akan bisa dipakai di Korea, ia baru memahami hikmah di balik keinginannya membawa kebaya khas Madura pemberian temannya itu. Kenang-kenangan dari teman Linda menjadi sangat bermanfaat saat festival sekolah. Aku ikut senang.
Rania berhasil mendapatkan pinjaman Baju Bodo dari salah satu koneksi mamanya. Hari ini ia terlihat cantik dalam balutan Baju Bodo, pakaian tradisional Suku Bugis, Makassar, Sulawesi, berwarna biru. Bahannya yang tipis memang nyaman dipakai di musim panas. Ia menyanggul rambut panjangnya ala kadarnya demi menghindari gerah dan menghiasi kepalanya dengan bando khas Suku Bugis. Kedua tangannya pun dihiasi gelang emas khas Suku Bugis. Dengan riasan tipis yang melukis wajahnya, ia terlihat sangat cantik.
Karena tidak memiliki jadwal tampil di pentas seni, Rania langsung berganti kostum. Katanya, tak mengapa ia mengikuti upacara pembukaan dengan memakai Baju Bodo. Ia sama sekali tak malu, justru bangga karena bisa menunjukkan salah satu budaya Indonesia di sekolah. Aku dan Linda pun tak masalah sebenarnya, tapi kami harus tampil dulu. Karenanya, kami tak langsung berganti kostum setelah tiba di sekolah.
Ngomong-ngomong, melihat Rania memakai Baju Bodo, otakku tiba-tiba membayangkan Minhyun memakai Jas Tutu, baju adat pria Suku Bugis. Minhyun pasti terlihat tampan. Itu karena Rania dan Minhyun makin dekat belakangan. Jadi, otakku otomatis membayangkan hal itu. Khayalan itu membuatku tersenyum.
“Loe ngetawain gue, Cing?” Rania langsung menegur. Ia sedang berjalan dengan Esya. Esya pun terlihat cantik dalam balutan Baju Kurung, baju khas Malaysia. Keduanya berhenti, aku pun turut berhenti.
“Geer banget sih. Sapa juga yang ngetawain kamu.”
“Itu ngapain senyum-senyum?” Rania menuding wajahku.
“Kamu cantik.”
Rania tersipu.
“Esya, kamu juga cantik.” Aku tetap menggunakan Bahasa Indonesia. Karena Esya paham bahasa kami.
“Terima kasih.” Esya tersenyum tulus.
“Loe mau ke mana, Cing?”
“Gedung olah raga. Daniel, Linda Jisung, Hami, Edward udah nungguin di sana.”
“Kelar tampil, buruan ganti. Ntar hubungi gue, kalau nggak berani jalan ke stan sendiri, gue jemput.”
Aku mencibir Rania. Lalu, kami berpisah di sana.

Suasana sekolah hari ini sangat berbeda. Andai Amber bisa datang dan masuk lebih awal bersama kami, pasti aku bisa membuat video untuk Festival SMA Hak Kun dengan bantuannya. Atau, andai Mas Dinar sudah di sini. Festival tahun ini berbeda dari tahun sebelumnya karena kami para murid asing mengenakan pakaian khas negara asal masing-masing. Aku jadi kesal. Ada gelaran unik, tapi aku tidak bisa mengabadikannya.
Aku sampai di gedung olah raga. Kedua pintu depannya terbuka lebar. Aku langsung masuk. Suasana di dalam cukup ramai. Panitia dan pengisi acara membaur. Tempat ganti untuk siswa dan siswi dipisahkan. Keduanya sama-sama dibuat tertutup rapat. Aku suka bagaimana panitia mempersiapkannya demi kenyamanan pengisi acara yang ingin berganti kostum.
Aku berjalan, menyusuri lautan manusia yang sibuk. “Jagiya!” Tiba-tiba aku mendengar seruan itu. Aku pun menghentikan langkah dan celingukan mencari sumber suara. Aku menemukan Amber melambai-lambaikan tangan padaku. Ia bersama Edward, Hami, Jisung, Linda, dan Daniel. Aku pun bergegas menghampirinya.
“Ngerjain aku ya!” Aku langsung menegur Amber. Ia hanya cekikikan. “Gimana bisa masuk?” Tanyaku penasaran.
“Emang di sini temenku kamu doang?” Amber meledek.
Aku mengabaikannya. Beralih memperhatikan Daniel, Linda, Jisung, Hami, dan Edward. Mereka sudah berganti kostum. Kami sepakat menggunakan kostum all in black. Seperti ketika aku dan Daniel membuat video dance The Chainsmoker - Closer. Memanfaatkan koleksi pribadi, kami akhirnya menemukan kostum yang hampir seragam.
Hami menghampiriku, tangannya bergelayut di lenganku, lalu ia menyeretku sambil berkata, “Ayo! Aku antar ganti baju!”
“Buru-buru sekali?” Terpaksa aku mengikuti langkah Hami.
“Biar nggak ngantri!” Hami tetap menyeretku.

Aku mengikuti upacara pembukaan di lapangan sepak bola. Berbaris bersama teman satu kelasku. Aku dan Jisung terlihat berbeda karena kami telah mengenakan kostum untuk pertunjukkan. Para penjaga stan bazar di kelas kami menggunakan kaos berwarna putih dengan sablon gambar ramyeon sebagai atasan. Untuk bawahan, siswa tetap memakai celana seragam dan siswi memakai rok seragam.
Selesai mengikuti upacara pembukaan, murid membubarkan diri. Bersama Jisung, aku kembali ke gedung olah raga. Menunggu tim kami dipanggil karena panitia masih mempersiapkan panggung. Aku merasa lega kami tak menjadi yang pertama kali tampil. Aku bisa kembali mempersiapkan diriku. Tadi hanya sempat berganti kostum, aku belum merias wajahku.
Saat aku sibuk merias wajahku, Amber mulai melakukan tugasnya. Ia mulai merekam dengan menggunakan kamera miliknya. Amber mengatakan padaku, tadi saat sampai di sekolah, ia sudah mengambil beberapa video lokasi festival. Aku percaya padanya. Selama ini, dia lah yang membantuku membuat video untuk konten Youtube-ku.
***

Amber mulai merekam kegiatan Luna saat gadis itu merias wajahnya. Keduanya berada di dalam gedung olah raga yang menjadi ruang tunggu bagi para pengisi acara. Setelah merekam kesibukan di dalam gedung olah raga, Amber mulai mewawancarai Luna.
Daniel yang menjadi satu tim dengan Luna duduk tak jauh dari tempat Luna dan Amber. Ia ada bersama Jisung, Linda, Hami, dan Guanlin. Ia terus memperhatikan bagaimana Luna merias wajah.
“Murid asing sepakat untuk memakai pakaian tradisional negara asal mereka. Tadi aku melihat ada yang memakai Saree, baju tradisional Cina, dan sebagainya. Indonesia dikenal beragam budayanya. Aku tadi melihat temanmu pakai baju tradisional. Bagaimana denganmu?” Amber tak lupa bertanya tentang kostum yang akan dikenakan Luna sebagai murid asing.
“Aku juga penasaran. Linda dan Luna akan pakai kostum apa.” Guanlin menyahut dengan menggunakan Bahasa Inggris karena Amber mewawancarai Luna menggunakan Bahasa Inggris. Amber sempat menyorot pemuda itu.
“Kalau Linda tanyakan saja pada Linda.” Luna merapikan alat make up-nya. “Bagaimana?” Ia menatap kamera. Bermaksud bertanya pada Amber.
“Sempurna! Aku suka make up minimalis.”
“Terima kasih.” Luna tersenyum pada kamera. “Kau benar, Indonesia mempunyai ragam budaya. Karenanya, ketika hasil rapat diumumkan dan semua sepakat untuk memakai baju tradisional negara asal kami. Aku, Rania, dan Linda segera memikirkan pakaian adat apa yang bisa kami pakai dengan nyaman saat festival sekolah. Karena festival digelar saat musim panas.
“Rania memakai Baju Bodo. Pakaian tradisional Suku Bugis, Makassar, Sulawesi. Dia terlihat cantik, bukan? Untuk kostumku dan Linda, lihat saja nanti. Kalau aku katakan sekarang, tidak akan jadi kejutan. Iya kan, Lin?”
“Yo’i!” Linda menjawab. Amber menyorotnya. Linda dan Jisung yang duduk berdampingan, melambaikan tangan pada kamera.
Amber pun berjanji akan menunggu kostum Luna dan Linda. Kemudian ia bertanya tentang tim Luna. Tak lupa ia menyorot satu per satu anggota tim perwakilan kelas tambahan bahasa. Karena ada Daniel yang mendadak jadi bintang sekolah dan juga dikenal selalu dihubung-hubungkan dengan Luna dan Jihoon, Amber tak lupa melakukan wawancara khusus bersama Daniel.

Siapapun di dalam gedung olah raga bisa mendengar pengumuman dari panggung utama yang berada di lapangan sepak bola. Bazar digelar di jalan menuju lapangan sepak bola. Festival di pusatkan di luar ruangan. Tidak ada kelas yang digunakan untuk festival. Murid-murid menggunakan ruang kelas untuk menaruh barang atau untuk persiapan.
Dengan konsep seperti itu, para pengunjung festival akan bisa menikmati pertunjukan di panggung utama sembari berbelanja di stan bazar. Tahun-tahun sebelumnya festival hanya digelar satu hari dan kegiatan tidak di pusatkan di luar ruangan. Beberapa ruang kelas di lantai dasar digunakan untuk keperluan festival. Namun, selalu saja ada kerusakan dan kasus kehilangan setelah festival digelar. Karena pengunjung saat festival digelar bukan hanya murid SMA Hak Kun, pihak sekolah tidak bisa menemukan pelaku pun tidak menindaklanjuti kasus tersebut dengan melapor pada pihak berwajib. Tiga tahun terakhir, sekolah menggelar festival selama dua hari dengan semua kegiatan berpusat di luar ruangan. Hal itu cukup efektif untuk mengatasi masalah kerusakan dan kehilangan fasilitas sekolah.
MC membuka acara. Mendengar suara itu, Amber menghentikan ocehannya. Semua yang ada bersamanya diam untuk menyimak pengumuman yang disampaikan MC. Setelah basa-basi dari MC, pengisi acara yang ditunjuk untuk tampil pertama kali di panggung pun diumumkan. Luna dan timnya lega, karena bukan mereka yang harus tampil pertama. Melainkan murid-murid dari Klub Dance. Walau begitu, Luna dan timnya pun beranjak menuju panggung utama. Bersiap untuk penampilan mereka. Saat mereka keluar dari gedung olah raga, salah satu panitia memberi tahu kalau tim perwakilan kelas tambahan bahasa akan tampil nomer tiga.
***

Minhyun berjalan bersama Seongwoo. Sebagai anggota Klub Fotografi, keduanya tentu tidak menyia-nyiakan momen bagus untuk mengambil foto saat festival sekolah. Keduanya membawa kamera DSLR dan siap berburu obyek bagus. Langkah Minhyun terhenti saat melihat kumpulan murid yang tergabung dalam Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun. Tatapannya terfokus pada Rania.

“Wah! Cantiknya Rania.” Seongwoo mengangkat kamera dan membidik Rania beberapa kali. “Itu pakaian tradisional Indonesia?”
“Iya. Salah satunya. Kata Rania itu namanya Baju Bodo. Pakaian tradisional salah satu suku di Indonesia.” Minhyun menanggapi dengan senyum terkembang di wajahnya.
“Indonesia memang beragam ya. Aku penasaran Luna hari ini pakai kostum apa.”
Minhyun mengangkat kamera dan membidik Rania. Seongwoo tersenyum melihatnya.
“Wah! Wah! Rania terus yang di foto.” Jaehwan datang bersama Jinyoung.
“Kalian bebas hari ini?” Sambut Seongwoo.
“Aku bebas selama festival.” Jawab Jinyoung.
“Pertunjukan kami dijadwalkan besok. Jadi, hari ini aku bebas.” Jaehwan menyambung. “Rania!” Tiba-tiba ia memanggil Rania.
“Kenapa kamu panggil dia?” Minhyun memprotes seraya menurunkan kamernya.
“Kami janjian mau nonton penampilan Luna kok. Kebetulan ketemu kamu di sini.” Jaehwan membela diri.
Rania berjalan cepat menuju Jaehwan. Minhyun dibuat sedikit salah tingkah.
“Bukan yang pertama ya? Syukurlah.” Rania saat sampai di depan Jaehwan.
“Iya. Ke sana sekarang yuk!”
“Woa! Rania Seonbae cantik sekali.” Daehwi menyapa. Ia datang bersama Joohee dan Jihoon. “Ini pakaian tradisional Indonesia?”
“Salah satunya. Ini namanya Baju Bodo. Pakaian tradisional Suku Bugis. Aku bukan Suku Bugis, tapi baju ini yang nyaman buat dipakai di festival musim panas ini.” Rania menjelaskan.
Seonbae suku apa? Aku penasaran. Indonesia sangat beragam sukunya.”
“Sama kayak Luna dan Linda, suku Jawa. Tapi, aku Jawa Tengah. Linda sama Luna Jawa Timur.”
“Rumitnya.” Daehwi tersenyum sungkan. “Luna Seonbae pakai kostum apa hari ini?”
Senyum samar terkembang di wajah Jihoon. Ia juga penasaran tentang hal itu.
“Ntar kalian juga tahu. Eh, kalian luang?”
“Pertunjukkan kami dijadwalkan besok. Joohee tidak tergabung dalam pertunjukan ataupun kegiatan kelas. Hari ini kami bebas bermain-main.”
“Ah iya. Daehwi sama Jihoon satu klub ya. Kalian mau ke panggung utama?”
“Iya dong! Kami penasaran pada pertunjukkan Luna Seonbae. Versi live pasti beda sama versi rekamannya di Youtube.”
“Ya udah. Bareng-bareng yuk!”
Jaehwan menggerutu. Ia yang memanggil Rania, tapi gadis itu justru berjalan bersama Joohee.
“Aku mau cari Daerin dulu.” Seongwoo pamit pada Minhyun. Ia pun  pergi ke arah berlawanan untuk mencari Daerin.

“Oi!” Woojin menghampiri Luna dan rombongannya yang keluar dari gedung olah raga. “Wah, all in black ya? Keren!”
“Kau ini memuji apa mengolok?” Jisung menanggapi.
“Eh? Kamu gugup ya?” Woojin menuding wajah Jisung.
“Iya lah. Ini dance lho! Dance! Bukan pertunjukan drama.”
“Ya tapi kan sama aja. Dilihat banyak orang.”
“Beda!”
Woojin tersenyum. “Sukses deh buat kalian.” Ia mengalihkan pandangan pada Luna. “Luna, aku penasaran nanti kamu pakai kostum apa. Aku tadi udah ketemu dan foto bareng sama Rania lho. Nanti nungguin kamu sama Linda.”
“Alay juga ini anak.” Linda yang berdiri dekat di samping kiri Luna berbisik lirih.
Luna tersenyum mendengar komentar Linda. “Kamu pikir kami cosplay apa?”
“Murid asing pakai baju tradisional dari negara mereka, sama kerennya dengan cosplayer dari Klub Manga. Aku yakin nanti pasti banyak yang minta foto bareng. Keren banget. Idenya siapa sih?”
Linda dan Luna saling melempar pandangan. Saat rapat, mereka lebih sering ngobrol sendiri. Karena alasan itu, mereka tahu-tahu sudah terpilih dalam tim tari.
“Mark Lee Seonbaenim.” Guanlin yang memberi jawaban.
“Eh, Guanlin nanti pakai baju tradisional juga dong?”
“Tentu.” Guanlin tersenyum manis.
“Aku menantikan penampilan kalian.”
“Terima kasih.”

Daerin sudah berada di depan panggung utama bersama Sungwoon. Keduanya duduk di kursi paling depan. Kebersamaan mereka tentu saja mengundang perhatian murid lainnya. Selama ini Daerin terkenal angkuh dan hanya berteman dengan Jisung dan Seongwoo. Tapi, hari ini tiba-tiba saja terlihat akrab dengan Sungwoon. Anggota Klub Vokal yang sudah tahu jika Daerin dan Sungwoon berada di klub yang sama dibuat terkaget-kaget, apalagi murid lain.
Yena, Exy, dan Rina juga memperhatikan kebersamaan Sungwoon dan Daerin. Di klub keduanya tak pernah terlihat seakrab itu. Saat sedang memperhatikan Sungwoon dan Daerin, perhatian ketiga teralihkan karena kehadiran Rania. Ketiga gadis rekan satu klub Rania itu kagum melihat penampilan Rania yang terlihat cantik dalam balutan baju tradisional Indonesia. Mereka pun menghampiri Rania, menyepa, dan meminta foto bersama.
Yena memberitahu tahu Rania tentang kebersamaan Sungwoon dan Daerin. Rania tak terkejut, ia malah langsung menghampiri Sungwoon dan Daerin, lalu menyapa keduanya. Yena, Exy, dan Rina kembali dibuat kaget. Daerin tersenyum ramah pada Rania.
“Kebersamaan kalian jadi pusat perhatian lho!” Rania dengan suara lirih. Ia duduk di samping kanan Sungwoon.
“Biarin! Aku nggak peduli.” Jawab Daerin santai. “Aku ke sini buat nonton penampilan Daniel dan Luna.”
“Saat aku nyampek sini, aku liat Daerin sendirian. Jadi, aku nemenin dia.” Sungwoon menyambung.
“Daerin, tadi Seongwoo nyariin kamu.” Rania memberi tahu Daerin perihal Seongwoo yang memisahkan diri dari rombongannya.
Daerin tak berkomentar, tapi langsung sibuk dengan ponselnya.
Minhyun, Jaehwan, dan Jinyoung menyusul Rania karena gadis itu tak beranjak sama sekali dari tempatnya. Jaehwan menyapa Daerin yang sibuk dengan ponselnya. Kebersamaan Daerin bersama teman-teman Luna yang duduk di barisan kursi paling depan itu pun makin menjadi pusat perhatian.
Daehwi, Joohee, dan Jihoon memilih tempat tak jauh di samping kiri gerombolan Rania berada. Jika Rania dan teman-temannya memilih deretan kursi sebelah kanan, Daehwi mengajak Joohee dan Jihoon duduk di deretan kursi sebelah kiri.
Di depan panggung utama didirikan tenda maha besar untuk melindungi pengunjung dari sengatan sinar matahari musim panas. Di bawah tenda di tata kursi-kursi berjajar. Walau jumlahnya tak sepadan dengan jumlah pengunjung yang datang, kursi-kursi tetap ditata sedemikian rupa. Murid yang tidak kebagian kursi biasanya akan duduk di atas rumput di depan panggung. Atau menonton dari sisi teduh di pinggir-pinggir lapangan.
Woojin yang melihat Jinyoung pun langsung bergabung. Ia menceritakan jika ia baru saja menyapa Luna saat gadis itu menuju belakang panggung untuk bersiap-siap.
Seongwoo pun akhirnya sampai ke depan panggung utama dan menemukan Daerin yang sudah berkumpul dengan teman-temannya. Ia pun bergabung untuk bersama menonton penampilan Luna.
Rania melihat ke arah kiri. Ia memperhatikan Jihoon yang duduk dan menatap panggung. Sejenak ia merasa kasihan pada adik kelasnya itu karena akan menyaksikan pacar palsu yang sudah membuatnya benar-benar jatuh hati akan tampil bersama pemuda yang menjadi pesaingnya. Rania menghela napas. Walau ia merasa kasihan, tidak ada yang bisa ia lakukan. Karena Jihoon dan Luna, juga Daniel sudah sepakat untuk tetap berhubungan seperti itu.

Kim Jiyoon, Bang Yoon He, dan Jang Ki Bang tiba di lapangan sepak bola. Ketiganya melihat teman-teman Luna yang sudah duduk di kursi paling depan.
“Wah, mereka sudah di sana.” Yoon He menggeleng heran.
“Untuk mendukung Luna. Itu keren, kan?” Ki Bang memuji.
Ji Yoon menghela napas. Lalu berjalan untuk duduk di baris ketiga pada deretan kursi sebelah kiri. Ia pun ingin menonton bagaimana penampilan Luna.
***


Gedung olah raga memang disiapkan sebagai ruang tunggu dan ruang ganti, tapi di belakang panggung pun ada tenda yang digunakan untuk ruang tunggu. Pengisi acara yang akan tampil berkumpul di sana.
Setelah MC naik ke atas panggung untuk membuka acara, mereka memberi jeda sebelum penampilan pertama dimulai. Saat sampai di tenda yang menjadi ruang tunggu di belakang panggung, Luna melihat Taemin di sana. Taemin adalah ketua Klub Dance, dan klub itu yang akan membuka pertunjukan pentas seni. Wajar jika Taemin sudah berada di sana.
“Wah, akhirnya bisa melihat siaran langsungnya.” Taemin menyambut kedatangan tim Luna. Ia tersenyum, menyapa ramah para juniornya itu.
Seonbae yang akan tampil menjadi pembuka?” Luna penasaran. Baginya aneh saja jika bintang sekolah justru tampil di awal.
“Iya. Kenapa kamu kaget gitu?”
“Kupikir Seonbae akan tampil di puncak acara besok.”
“Besok banyak pertunjukan seru! Salah satunya pertunjukan dari Klub Teater. Kalau aku tampil besok, aku tidak akan bisa bersenang-senang.”
“Saya yakin bukan penampilan kami yang Seonbae tunggu-tunggu.”
“Luna!” Jisung menegur Luna. “Maafkan teman saya.” Ia segera meminta maaf.
“Nggak papa. Luna nggak sepenuhnya salah kok. Memang ada kejutan untuk kita semua besok.”
“Wah! Apa itu? Saya jadi penasaran.” Jisung antusias.
“Tunggu saja sampai besok.” Taemin tersenyum lalu melirik Luna.
Melihat bagaimana Taemin melirik Luna, Daniel cemberut. Sejauh yang ia tahu, Taemin punya sejarah pernah ditolak Luna. Benar atau salah, ia yakin pasti pemuda itu juga pernah jatuh hati pada Luna.
“Senang bisa melihat penampilan kalian. Sukses ya. Oya Daniel, kalau mau bergabung dengan Klub Dance, pintu kami terbuka lebar untukmu.” Taemin menatap Daniel.
Kamsahamnida, Seonbaenim.” Daniel membungkuk sopan.
Taemin tersenyum, lalu meninggalkan tim Luna.
“Wah! Setelah dilamar Klub Breakdance, sekarang dilamar Klub Dance. Masih populer aja ini anak.” Jisung menggoda Daniel. “Sudah bergabung dengan Spring Breeze Dance Crew apa masih tertarik sama klub sekolah?”
“Saya ingin mencobanya. Tapi, saya bingung mengatur waktunya.” Daniel menjawab jujur.
“Iya ya. Sejak gabung Spring Breeze jadi sibuk. Semangat ya!” Jisung menyemangati.
“Aduh! Aku gugup sampai kebelet pipis!” Hami tiba-tiba mengeluh.
“Ya udah pipis aja dulu. Balik ke gedung olah raga. Di sana kan ada toilet.” Jisung memberi respon.
“Padahal tadi udah pipis.”
“Pipis sana! Daripada ngompol. Masih ada waktu kok. Kita nomer tiga. Ini aja yang pertama belum tampil.”
“Mau saya antar?” Linda menawarkan diri untuk mengantar.
“Boleh! Yuk!” Hami langsung menarik tangan Linda.
Tanpa diminta, Guanlin dan Jisung mengikuti keduanya. Meninggalkan Daniel dan Luna.

Daniel dan Luna memilih duduk di kursi yang letaknya agak jauh dari tim Klub Dance dan Klub Breakdance berkumpul. Perwakilan Klub Dance akan menjadi pembuka, kemudian dilanjut tim perwakilan Klub Breakdance. Penampilan ketiga adalah tim Luna yang merupakan perwakilan dari kelas tambahan bahasa. Tidak ada obrolan selama beberapa detik setelah keduanya duduk. Daniel dan Luna sama-sama terdiam.
“Menurutmu, aku harus gabung klub apa?” Daniel membuka obrolan.
“Kok? Kan kamu yang jalanin. Terserah kamu dong. Tapi, kalau nggak ada waktu mending fokus ke Spring Breeze aja. Trus, kamu jadi ikutan audisi itu? Jun Oppa cerita ke aku. Semua dukung kamu, katanya.”
“Iya. Daripada takut nggak lolos, aku malah lebih takut kalau lolos audisi dan masuk jadi trainee.”
“Eh? Kenapa? Oh! Aku tahu! Karena jadi trainee itu nggak gampang, kan? Tapi, kamu punya semangat juang yang tinggi. Aku yakin kamu pasti bisa.”
“Bukan.”
“Trus?”
“Kalau aku lolos, aku nggak bakalan bisa sering-sering ke sekolah kayak sekarang. Itu artinya, aku nggak bisa sering-sering sama kamu.”
Mendengarnya, wajah Luna merasa panas. Ia yakin wajahnya pasti sudah memerah. “Hey! Ini di sekolah! Jangan ngegombal! Gawat kalau kedengeran orang, kan?” Ia berusaha bersikap wajar.
Daniel tersenyum. Menatap Luna dalam diam. Saat ia akan berbicara, tiba-tiba suara MC terdengar. Mengundang tim Klub Dance naik ke atas panggung.
“Aduh! Kenapa aku jadi gugup gini?” Luna mengeluh. Ia kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan tenda.
Daniel menghela napas dan menjatuhkan punggungnya ke punggung kursi. Ia menatap Luna yang berdiri di dekat pintu masuk tenda. Menyambut kembalinya Hami, Guanlin, Jisung, dan Linda.
***


Penonton memberi tepuk tangan riuh saat Taemin dan timnya naik ke atas panggung. Salah satu bintang SMA Hak Kun itu pun unjuk kebolehan untuk memanaskan suasana di hari pertama festival sekolah digelar. Para penggemar Taemin berteriak, menjerit, bersorak selama pertunjukan Klub Dance berlangsung. Karena termasuk klub populer, Klub Dance tidak hanya menampilkan satu tim saja. Tapi, Taemin sengaja mengambil penampilan pertama di hari pertama hanya agar dirinya bisa bersantai dan bersenang-senang setelah pertunjukan. Padahal, mengingat statusnya sebagai OSIS, sepertinya tidak mungkin ia bisa bersantai. Karena, seluruh anggota OSIS menjadi panitia festival sekolah. Karena alasan itu, Minhyun sudah menghilang dari kursi deretan depan tempat ia sebelumnya duduk. Karena ia adalah anggota Klub Fotografi, ia menjadi bagian dari seksi dokumentasi acara. Karena alasan itu ia membawa kameranya kemanapun ia pergi.
Setelah Minhyun pergi, Jaehwan mengisi kursi kosong tepat di samping kanan Rania. Di samping kiri Rania ada Daerin. Di samping kiri Daerin ada Seongwoo. Jinyoung, Woojin, dan Sungwoon duduk berurutan di samping kanan Jaehwan. Di barisan kursi sebelah kiri, Joohee duduk di antara Daehwi dan Jihoon. Jarak dua kursi dari Jihoon yang duduk di samping kiri Joohee, ada Amber. Mereka semua menunggu penampilan tim Luna.
Setelah tim Taemin selesai dengan pertunjukannya, Hyuri dan Myungsoo selaku MC kembali naik untuk kembali menyapa penonton. Sama seperti Taemin, keduanya mengambil bagian tugas di jam pagi di hari pertama festival agar bisa santai di hari kedua. Walau sebenarnya memang tidak bisa bersantai. Setelah bercuap-cuap sejenak, Hyuri dan Myungsoo mengundang perwakilan Klub Breakdance untuk penampilan kedua.
Sorakan penonton kembali terdengar. Perwakilan Klub Breakdance pun tampil dengan apik menghibur penonton. Suasana di dalam tenda semakin ramai. Kursi-kursi mulai penuh. Sejauh mata memandang, hanya murid SMA Hak Kun yang menduduki kursi penonton. Pemandangan wajar di hari pertama festival sekolah. Biasanya pengunjung non murid SMA Hak Kun akan mulai muncul siang hari di hari pertama festival. Karena festival digelar di hari Jumat.
Perwakilan Klub Breakdance selesai dengan penampilannya. Hyuri dan Myungsoo kembali naik ke atas panggung. Setelah mengomentari penampilan perwakilan Klub Breakdance, Hyuri dan Myungsoo menggoda penonton tentang siapakah yang akan tampil berikutnya.

“Bukannya giliran Luna Noona ya? Ah! Hyuri Seonbae dan Myungsoo Seonbae membuatku penasaran!” Daehwi mengeluh. Ia sudah tidak sabar ingin menonton penampilan tim Luna.
Joohee tersenyum melihat tingkah kekasihnya. Ia menoleh ke kiri karena penasaran dengan reaksi Jihoon. Pemuda itu terlihat tenang. Duduk dan menatap panggung dengan wajah dihiasi senyum. “Jihoon, penasaran juga?” Joohee memberanikan diri bertanya.
“Mm?” Jihoon menoleh ke kanan.
“Padahal di Youtube sudah ada, tapi ini kan live performance. Sepertinya lebih menarik. Ditambah, ada Song Hami Seonbae dan Guanlin, juga Linda dan Jisung Seonbae. Aku sangat penasaran.” Daehwi yang mendengar pertanyaan Joohee pun menjawab.
“Aku tanya Jihoon.” Joohee protes.
“Tapi, aku juga dengar. Aku juga penasaran. Karenanya, aku menjawab.” Daehwi membela diri.
Jihoon tersenyum saja menanggapinya.
“Daripada merasa penasaran, aku lebih yakin jika Jihoon merasa cemburu.”
“Hey!” Joohee menegur Daehwi. “Jihoon, maafkan Daehwi ya. Dia hanya bercanda.” Ia segera meminta maaf.
Jihoon tersenyum, lalu menghela napas. “Siapapun lelaki itu, pasti punya rasa cemburu ketika melihat kekasihnya bersama lelaki lain. Aku pun begitu. Walau tahu ini hanya sebuah proyek, tetap saja aku punya rasa cemburu.”
“Wah.” Hanya kata itu yang terucap dari bibir Joohee.
“Jadi, seandainya Noona mendapat peran itu denganku, atau Jisung Seonbae, atau Jaehwan Seonbae, kau juga akan cemburu?” Daehwi masih penasaran.
“Tentu saja.” Jihoon menjawab tanpa ragu.
“Parah! Padahal kan kau tahu bagaimana perasaanku pada Noona.” Daehwi menggeleng heran.

Hyuri dan Myungsoo mengumumkan jika yang akan tampil berikutnya adalah tim perwakilan kelas tambahan bahasa. Daehwi yang sebelumnya ngobrol dengan Jihoon langsung bertepuk tangan antusias. Di deretan kursi sebelah kanan, teman-teman Luna pun antusias. Jihoon turut bertepuk tangan sambil menatap panggung.
Linda dan Jisung naik ke atas panggung, disusul Guanlin dan Hami. Terakhir Luna dan Daniel yang menempati posisi tengah. Kemudian, pertunjukkan dance cover The Chainsmoker - Closer yang dibawakan tim perwakilan kelas tambahan bahasa pun ditampilkan.
***


- Mezzaluna: Penampilan Tim Perwakilan Kelas Tambahan Bahasa -


Wah! Ternyata MC hari ini Song Hyuri Seonbae dan Kim Myungsoo Seonbae. Bagaimana aku tidak mengenali suara mereka? Baru aku tahu itu mereka saat mereka turun panggung usai mengundang tim Taemin Seonbae ke atas panggung. Kau sangat payah, Luna!
Ngomong-ngomong soal Song Hyuri Seonbae dan Kim Myungsoo Seonbae, aku hampir saja menggunakan Song Hami yang punya hubungan saudara dengan Sog Hyuri Seonbae untuk mendapatkan giliran tampil di hari pertama pada jam pagi. Tapi, jika boleh aku sebut itu sebagai sebuah keberuntungan, kami memang mendapatkan giliran tampil pada hari pertama pada jam pagi. Awalnya kami mendengar, kami akan tampil jadi pembuka acara setelah upacara pembukaan festival digelar. Ternyata, kami mendapat nomer urut tiga. Aku lega. Aku dan Hami sempat ngobrol sejenak dengan Song Hyuri Seonbae dan Kim Myungsoo Seonbae.
Sepanjang menunggu giliran tampil, detub jantungku bertalu-talu. Selama ini, aku tidak pernah menjadi orang di depan layar. Saat kelas V SD, kami pernah mendapat tugas membuat drama. Itu naskah pertama yang aku tulis. Dalam kelompok, aku bertugas sebagai sutradara dan penulis naskah. Bukan pemain. Begitu pula saat SMP dan SMA. Walau aku bergabung dalam Klub Teater, dalam pertunjukan klub secara individu—biasanya digelar satu sampai dua kali setahun di luar festival sekolah—atau partisipasi dalam festival sekolah seperti ini, aku tidak pernah menjadi pemain di atas panggung. Tapi, tahun ini aku ketiban sial harus jadi orang di depan layar untuk tiga penampilan. Wajar kan kalau jantungku bertalu-talu, tubuhku gemeteran, dan tanganku dingin karena gugup? Sialnya lagi, Daniel malah menggombal dalam situasi seperti ini.
Kalau aku lolos, aku nggak bakalan bisa sering-sering ke sekolah kayak sekarang. Itu artinya, aku nggak bisa sering-sering sama kamu.
Tuh, kan! Suaranya terdengar lagi. Sial! Wajahku jadi terasa panas dan detub jantungku makin nggak karuan. Dengan riasan tipis di wajahnya, Daniel semakin terlihat mempesona. Wajar kan jika aku dibuat tersipu karena gombalannya? Tapi, setiap kali aku mengaguminya, ada rasa bersalah pada Jihoon. Selalu seperti itu. Kenapa begini rumit?
Ah! Giliran kami! Ya ampun! Aku makin gugup. Eh? Apa ini? Seseorang menggenggam tangan kananku. Rasanya hangat sekali. Saat aku mendongakan kepala, Daniel tersenyum padaku.
“Kita pasti bisa! Mm?” Daniel berbisik, lalu kembali tersenyum.
Ya ampun! Wajahku kembali terasa panas. Tapi, aku pun merasa hangat. Iya! Kami pasti bisa. Aku pun memantabkan langkah, naik ke atas panggung bersama Daniel.
Oh! Apa ini? Cue dan semuanya di barisan paling depan? Cue, Queen, Seongwoo, Sungwoon, Woojin, Jaehwan, Jinyoung. Trus, itu... itu Jihoon, Joohee, dan Daehwi. Ya ampun! Mereka sengaja? Menunggu kami? Saat aku memperhatikan sisi kiri depan panggung, ada Minhyun dan Taemin di sana. Minhyun tersenyum dan memberikan satu jempolnya untukku. Teman baikku yang telah kembali. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak membalas senyumnya. Aku pun tersenyum padanya, lalu kembali menatap lurus ke depan.
Kami menyapa penonton dan memperkenalkan diri sebagai tim perwakilan kelas tambahan bahasa. Aku bisa melihat para guru pembimbing kami di kelas tambahan bahasa bertepuk tangan. Antusias memberi dukungan pada kami. Beliau-beliau duduk di deretan kursi yang berada di bawah tenda di sisi kanan panggung. Tenda untuk para guru dan tamu undangan.
Selesai memberi salam, aku, Hami, dan Linda menepi ke dekat tangga untuk naik panggung. Sedang Guanlin, Daniel, dan Jisung tetap di posisi mereka. Pertunjukkan pun dimulai. Saat musik mulai diputar, aku kembali mengamati deretan kursi penonton. Amber sudah berada di sana. Duduk di barisan paling depan, satu deret dengan Jihoon. Dia sedang fokus memvideokan penampilan kami. Dia itu, bak pengunjung VIP saja. Aku penasaran siapa yang membantunya. Mungkin saja Mark Lee, atau yang lain.
Giliran kami. Aku masih gugup. Tapi, bersama Linda dan Hami, aku harus maju untuk melengkapi tarian. Queen dan Cue kompak bersorak ketika kami kembali muncul di atas panggung. Awas, kau ya! Aku berjanji akan membalas Cue besok.
Walau diiringi dengan rasa gugup, pertunjukkan kami berjalan lancar. Aku lega, Daniel tidak mencium pundakku. Jika dia melakukan sama persis seperti dalam video, aku bisa pingsan di tempat. Bersyukur ia masih bisa menjaga kewarasannya saat tampil di atas panggung.
Setelah kembali ke ruang tunggu di belakang panggung, aku, Hami, dan Linda berpelukan. Tak jauh dari kami, Daniel, Guanlin, dan Jisung pun melakukan hal yang sama. Saat kami keluar tenda untuk kembali menuju ke gedung olah raga, Minhyun menghampiri kami. Ia memberikan selamat dan memuji penampilan kami. Kemudian, bersama kami, ia turut pergi ke gedung olah raga.
Aku dan Linda segera berganti baju. Kami saling membantu untuk mengenakan kostum. Seperti yang sebelumnya aku bilang, hari ini Linda memakai Kebaya Rancongan, kebaya khas Madura. Kebaya yang dipakai Linda berwarna merah dipadu dengan bawahan jarik berwarna dasar hitam dengan motif batik berwarna merah. Linda menggelung seluruh rambutnya dan menghiasinya dengan bunga berwarna merah. Linda terlihat sangat cantik.
Cue dan Linda beruntung. Linda kebetulan membawa koleksi pribadinya, sedang Cue mendapat pinjaman dari koneksi mamanya. Aku? Untuk pakaian tradisional yang akan aku pakai hari ini, aku sengaja mendatangkannya langsung dari Indonesia. Membelinya atas bantuan seorang teman.
Sebenarnya aku ingin memakai kebaya. Aku ingin menunjukkan identitasku sebagai gadis asli Jawa. Tapi, saat berunding Cue mengatakan jika kebaya ia pun bisa meminjam dari mamanya. Cue mengusulkan karena kami hanya bertiga, setidaknya kami harus tampil dalam tiga baju tradisional yang berbeda. Setelah sejenak berpikir, aku jadi setuju pada pendapat Cue. Jika Linda sudah mewakili kebaya, kami harus mencari kostum yang lain. Dalam perburuannya, Cue mendapat pinjaman Baju Bodo.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya aku memutuskan untuk memakai baju tradisional asal Kalimantan Timur, baju adat Suku Dayak. Beruntung aku punya teman yang tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur. Berkat bantuannya, aku mendapatkan kostum yang aku kenakan hari ini.
Baju tradisional yang aku kenakan terdiri dari atasan tanpa lengan dan rok. Keduanya berwarna hitam dengan hiasan manik-manik berwarna emas dan merah jambu. Aksesoris berupa gelang, anting, dan kalung pun terbuat dari manik-manik. Selain itu, ada tambahan berupa hiasan kepala (topi Dayak) berbentuk lingkaran yang pada bagian depannya berbentuk segitiga dan pada bagian belakang terdapat dua bulu burung berwarna hitam. Hiasan kepala ini pun dihiasi manik-manik.
Aku jatuh cinta pada pandangan pertama saat berburu baju adat Indonesia di Internet. Karena bisa mendapatkannya, aku pun merasa bangga. Beruntungnya bisa memakai baju Suku Dayak ini saat festival sekolah. Cue dan Linda sempat memberi masukan, apa akan baik saja aku memakai baju warna hitam saat musim panas. Sebenarnya ada pilihan warna merah, tapi aku sudah terlanjur jatuh hati pada warna hitam. Kupikir, tak mengapa. Aku pasti bisa bertahan.
Demi menghindari gerah, aku mengepang rambut panjangku menjadi dua. Lalu, meletakkan hiasan kepala di atas kepalaku. Untuk alas kaki, aku menggunakan sandal tali gladiator warna hitam.
“Mbak, bukannya rambutnya di urai ya?” Linda menegurku.
“Harusnya gitu. Tapi, ntar kalau aku kegerahan gimana?”
“Iya ya. Tapi, gitu juga keren kok. Dayak rasa Indian. Berat nggak sih kostumnya? Tadi aku angkat, kalungnya mayan tuh.”
“Aku malah takut kalungnya copot. Benangnya tipis ya kan? Tapi, fine kok. Pantes nggak?”
“Pantes! Cantik lho!” Linda memberikan dua jempolnya. “Aku gimana dong?”
“Cantik. Yakin deh ntar Daniel pasti terkesima. Eh.” Aku salah bicara. Harusnya Jisung, kan?
“Daniel pasti liatin Mbak Luna doang!”
Sorry…” Aku benar-benar menyesal.
“Yuk!” Linda tersenyum. Merangkul dan menuntunku keluar dari ruang ganti di dalam gedung olah raga.
***

Guanlin memakai baju khas Cina atasan berwarna merah dengan hiasan naga berwarna emas pada bagian depan baju sebelah kanan dan ujung kedua lengan baju yang ia padukan dengan celana berwarna hitam. Hami tak hentinya memuji Guanlin tampan. Sepasang kekasih itu berkumpul bersama Jisung, Daniel, Minhyun, dan Amber. Mereka menunggu Luna dan Linda yang masih berganti baju.
“Aku penasaran. Luna pakai kostum apa ya?” Ujar Hami setelah puas memuji Guanlin. “Kamu tahu?” Ia menatap kekasihnya itu.
“Dia nggak bilang apa-apa. Amber, kamu tahu?” Guanlin melempar pertanyaan pada Amber. Gadis tomboy itu hanya mengangkat kedua bahunya.
“Luna pasti sengaja membuat semua orang penasaran. Dia gitu, kan? Benar gitu kan Minhyun?” Jisung meminta dukungan Minhyun.
“Begitulah. Aku sengaja menunggu di sini juga karena penasaran.” Minhyun sekarang tak lagi sungkan menunjukan hubungannya dengan Luna yang kembali membaik.
“Wow!” Amber berseru. Membuat rekan-rekan yang berada di sekitarnya mengalihkan fokus padanya. Mereka mengikuti arah pandangan Amber yang ternyata tertuju pada Luna dan Linda yang baru kembali dari berganti baju.
“Woa! Luna? Wah!” Hami terkesima.
Guanlin, Jisung, dan Minhyun pun menunjukkan reaksi yang sama. Mereka terkesima melihat penampilan Luna.
Daniel seolah tersihir. Ia terdiam. Menatap Luna penuh kekaguman. Selama ini ia selalu melihat Luna dalam dandanan kasual. Namun, hari ini ia melihat Luna dalam balutan kostum yang sangat feminim. Daniel pun mengembangkan senyum di wajahnya.
“Eh, eh. Ini baju tradisional Indonesia?” Tanya Hami penasaran. “Kok beda sama Linda? Beda sama Rania juga. Aku tadi liat foto Rania di kamera Minhyun.”
“Indonesia terdiri dari banyak suku. Aku rasa Luna, Linda, dan Rania sengaja menunjukkan keragaman itu.” Guanlin menjawab.
“Linda cantik.” Jisung terkesima. “Itu pakaian tradisional suku kamu?”
“Linda pakai baju tradisional Suku Madura. Sedang aku, baju tradisional Suku Dayak. Jelasnya, kamu baca aja di Internet.” Luna yang memberi jawaban.
“Jisung, tolong ambil fotoku dengan Luna ya.” Minhyun memberikan ponselnya pada Jisung.
“Kalian foto bersama aja. Aku yang fotoin!” Amber siap menjadi juru foto.
“Aku sama Luna dulu ya.” Minhyun memohon.
“Berilah kesempatan pada dua sahabat yang baru baikan ini!” Jisung menggoda. Kemudian, ia memotret Minhyun dan Luna menggunakan ponsel Minhyun.
Jisung tak lupa foto berdua dengan Linda. Hami pun meminta foto bersama Luna saja. Daniel pun sama. Daniel foto bersama Luna, lalu bersama Linda. Setelah puas dengan foto individual itu, Amber mengambil foto bersama tim Luna ditambah Minhyun. Lalu, meminta bantuan salah satu murid, Amber turut berpose bersama tim Luna dan Minhyun di dalam gedung olah raga.
***

Rania berada di dekat stan bazar milik Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun. Ia sempat mengunjungi stan kelasnya. Tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan di sana. Akhirnya ia kembali ke stan milik Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun. Bukan karena di tempat itu lebih nyaman, tapi karena ia berjanji menunggu Luna dan Linda di sana. Ia berada di sekitar stan bersama murid asing lainnya. Sibuk melayani ajakan foto bersama.
Daerin datang bersama Seongwoo dan Jihoon. “Woa! Model sekolah!” Nath langsung berseru.
“Model sekolah?” Rania tak paham.
“Kang Daerin, Ong Seongwoo, dan Park Jihoon. Mereka model sekolah tahun ini. Memang kamu nggak tahu ya? Padahal beberapa poster mereka ada di sekolah. Di web juga.” Esya menjelaskan.
“Wah. Sepertinya aku nggak tahu tuh.” Rania nyengir sungkan.
“Mana dia?” Daerin langsung menghampiri Rania. Membuat Rania mendadak canggung.
“Eh… eng… anu aku juga lagi menunggu.” Rania terbata-bata. Ia tidak menduga Daerin akan langsung menegurnya seperti ini.
Publik tahu tentang hubungan Minhyun dan Luna yang sudah kembali membaik. Hal itu sempat menjadi satu kehebohan di SMA Hak Kun, ketika Minhyun tiba-tiba menyapa Luna di ruang publik. Tapi, hingga detik ini hubungan Daerin dan Luna belum di ungkap ke ruang publik. Rania menjadi canggung saat Daerin menyapanya seperti ini.
“Sepertinya masih di gedung olahraga ya.” Seongwoo menduga-duga.
“Tumben kalian bertiga?” Nath bertanya pada Seongwoo.
“Pihak sekolah meminta kami untuk bersama hari ini.”
“Model sekolah ya?” Esya menyahut.
“Begitulah.” Seongwoo tersipu.
“Wah, Jihoon menunggu Luna ya?” Dio bergabung.
Jihoon tersipu.
“Nggak papa kok. Aku juga penasaran Luna pakai kostum apa.” Dio mengibaskan tangan di udara.
“Eh! Itu dia!” Esya menuding ke arah belakang Seongwoo, Daerin, dan Jihoon. Semua pun mengikuti arah pandangan Esya.
Luna berjalan di samping kiri Minhyun. Di belakangnya, Linda berjalan berdampingan dengan Guanlin. Rania tersenyum melihat Luna tak canggung lagi berjalan bersama Minhyun di muka umum.
Jihoon terkesima. Ia menatap takjub pada Luna. Kemudian, ia tersenyum penuh kekaguman. Ini pertama kalinya Luna berdandan feminim.
“Wah! Beda-beda ya kalian?” Dio menyambut kedatangan Luna, Minhyun, Linda, dan Guanlin.
“Karena Indonesia beragam. Kami menampilkan tiga dari keberagaman itu. Ini ide Rania.” Kedua mata Luna berkedip ketika menatap Rania.
“Kita jadi saingan Klub Manga nih.” Dio merangkul Luna. Keduanya pun tertawa bersama.
“Dia udah nungguin kamu lho!” Daerin mendorong Jihoon. Jihoon terhuyung dan berhenti tepat di depan Luna. Daerin tersenyum puas melihatnya.
“Sini! Aku fotoin!” Minhyun langsung sibuk dengan kameranya.
Jihoon tampak malu-malu. Luna pun bergerak, berhenti tepat di samping kiri Jihoon. Ia melingkarkan lengan kanannya pada lengan kiri Jihoon. Jihoon terkejut sampai menoleh. Luna tersenyum manis pada Jihoon. Jihoon membalas senyum. Ia pun jadi rileks. Minhyun mengambil beberapa foto Jihoon dan Luna.
***

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews