Fairy and Wood cutter 선녀 와 나무꾼 By: Klub Teater SMA Hak Kun.

06:10

Fairy and Wood cutter 선녀 와 나무꾼 By: Klub Teater SMA Hak Kun.



Note:
- Naskah drama ini ditulis sebagai bonus dari fan fiction Wanna One yang berjudul My 4D’s Seonbae.
- Naskah drama ditulis berdasarkan artikel dongeng Fairy and Wood Cutter dari blog HaeraJjang

- Naskah dimodifikasi, menggabungkan dongeng Jaka Tarub & Tujuh Bidadari dan Fairy & Wood Cutter.

Cast:
- Park Jihoon sebagai Penebang Kayu
- Mezzaluna (reader) sebagai Peri
- Kim Jaehwan sebagai Rusa
- Yoon Jisung sebagai Ibu Penebang Kayu
- Lee Daehwi sebagai Dewa Cinta/Narator

Theme Song:
- Land Of Mystica by Mateo Pascual
- Main Title - Peterpan (2003) OST
- Morning - Toshiro Masuda OST. Naruto
- Piano In The Forest (instrumental music)
- Flying - Peterpan (2003) OST 
- Fairy Dance - Peterpan (2003) OST
- Rooftop Prince OST - 07쫄쫄이 4인방 (Return of Gang 4)
- Infinite - Man In Love
- Coboy Junior - Eeeaa
- Final Fantasy – In The Morning Light
- Super Junior - Marry U
- Koi Mil Gaya - Koi Mil Gaya
- Sungkyunkwan Scandal OST Main title
- Final Fantasy - Waltz For The Moon
- Ailee - Goodbye My Love
- Joel Adams - Please Don't Go
- Hugh Grant & Haley Bennett - Way Back into Love
- Happy Ending -Tees Maar Khan.



Babak I

(Musik Land Of Mystica - Mateo Pascual)

Beberapa anggota teater yang naik ke atas panggung dan melakukan tarian sebagai pembukaan sebelum pertunjukan drama dimulai. Mereka ada yang menggunakan kostum bunga, pohon, hewan, dan hanbok.

(Musik Main Title - Peterpan (2003) OST)

Daehwi yang mengenakan hanbok lengkap dengan rambut dan jenggot putih, serta membawa tongkat dan gulungan kertas naik ke atas panggung.

Daehwi: “Apakah yang tidak pernah habis dibahas di dunia ini? Apa yang selalu menarik perhatian banyak orang? Ya! Kisah cinta. Cinta. Cinta selalu ada dalam setiap detik kehidupan kita. Cinta selalu mengiringi setiap langkah dalam kehidupan kita. Siapa yang tidak tertarik pada kisah cinta? Tidak ada. Semua orang pasti menyukai kisah cinta. Hidup tanpa cinta akan terasa hampa. Kali ini akan aku ceritakan pada kalian tentang sebuah kisah cinta yang tak biasa. Kisah cinta yang akan membuatmu tertawa bahagia, sekaligus mengharu biru dalam tangis. Duduklah dengan tenang, biarkan kisah cinta ini membuatmu terhanyut. Jangan beranjak! Atau kalian akan menyesal, karena telah melewatkan kisah romantis yang tak biasa ini. Baiklah, akan aku ceritakan kisah tentang Peri dan Penebang Kayu.”

Daehwi minggir ke tepi panggung. Berdiri di dekat jalan untuk naik ke atas panggung. Ia akan membacakan prolog untuk drama Fairy and Wood Cutter.

(Musik Morning - Toshiro Masuda OST. Naruto)

Daehwi: “Di tepi sebuah hutan, tinggallah seorang janda bersama anak laki-lakinya yang setiap hari bekerja sebagai penebang kayu. Penebang kayu itu sangat peduli pada lingkungan sekitarnya. Ia dikaruniai hati yang penuh kasih. Pagi ini pun penebang kayu berangkat ke hutan untuk menebang kayu.”

(Musik Piano In The Forest)

Jihoon yang mengenakan hanbok ala rakyat jelata berwarna coklat lengkap dengan ikat kepala naik ke atas panggung. Ia memanggul kapak di pundaknya. Ia berjalan berkeliling di atas panggung. Memeriksa beberapa anggota teater yang mengenakan kostum sebagai pohon.

Daehwi: “Setelah menemukan pohon yang cukup umur, si penebang kayu pun mulai bekerja. Ia menebang kayu untuk kemudian di jual kepada warga desa yang membutuhkan.”

Jihoon mulai berakting seolah sedang menebang kayu. Satu anggota teater yang menjadi pohon pun roboh.

Daehwi: “Ketika sedang sibuk menebang kayu, datanglah seekor rusa yang berlari dengan tertatih. Salah satu kaki rusa itu terluka karena panah seorang pemburu. Melihat penebang kayu, rusa itu pun segera meminta pertolongan. Rusa itu memohon belas kasihan penebang kayu. Ia memohon agar diselamatkan dari pemburu yang mengejarnya.”

Jihoon sibuk menebang kayu. Lalu, Jaehwan yang menggunakan kostum rusa naik ke atas panggung dan menabrak Jihoon.

Jaehwan: “Oh! Maafkan aku wahai Tuan Penebang Kayu. Aku berlari tanpa arah. Kakiku terluka karena panah pemburu yang sedang mengejarku. Aku mohon tolonglah aku. Aku mohon selamatkan aku.”

Jihoon: Menghentikan aktivitasnya dan mengamati rusa. Salah satu kaki rusa itu terluka. “Apa yang bisa aku lakukan untukmu? Aku rasa aku tidak bisa membantumu.” Bingung tidak tahu harus melakukan apa ketika melihat kaki rusa yang terluka.

Jaehwan: “Tolong lakukan sesuatu untuk menyelamatkan aku. Percayalah! Jika kau menolongku, maka kau akan mendapatkan satu hari yang baik dan penuh keberuntungan. Sekarang, cepat tolong aku! Carikan aku tempat untuk bersembunyi.”

Jihoon: Diam dan berpikir. “Baiklah! Ayo ke sini. Kau bisa bersembunyi di sini.”

Jaehwan: Mendekat, lalu berjongkok. Jihoon menutupinya dengan dedaunan dari pohon yang baru saja ia tebang.

Jihoon: “Kau, diamlah di sana. Jangan bergerak dan jangan bersuara!” Kembali sibuk menebang kayu.

Daehwi: “Penebang kayu pun akhirnya setuju membantu rusa. Ia menyembunyikan rusa yang terluka. Lalu, kembali menyibukan diri dengan pekerjaannya. Tak lama kemudian, seorang pemburu muncul dan menghampirinya.”

            Anggota teater yang menjadi pemburu naik ke atas panggung.

Pemburu: “Hey, kau! Anak muda! Apa kau melihat seekor rusa lewat sini?”

Jihoon: “Rusa? Dari tadi saya sibuk menebang kayu dan sama sekali tidak melihat ada rusa di sekitar sini.”

Pemburu: “Benarkah? Aku yakin panahku telah melukai kakinya. Jadi, tidak mungkin ia berlari lebih jauh lagi. Apa kau yakin kau tidak melihatnya?”

Jihoon: “Saya sama sekali tidak melihatnya.” Menatap pemburu penuh seilidik. “Tahu kah Tuan kalau sebenarnya hewan di wilayah ini tidak boleh diburu?”

Pemburu: “Oya? Kata siapa? Ada aturannya?”

Jihoon: “Tidak boleh berburu ke wilayah dalam hutan ini. Katanya, itu berbahaya.”

Pemburu: “Berbahaya?”

Jihoon: “Mm!” Mengangguk mantab. “Ada yang bilang, para Dewa menggembalakan hewan-hewan milik mereka di bagian dalam hutan ini. Jika Tuan salah dan memburu salah satu dari mereka, bisa fatal kan akibatnya?”

Pemburu: “Wah! Begitu ya? Lalu, bagaimana denganmu?”

Jihoon: “Saya hanya seorang penebang kayu.”

Pemburu: “Kalau begitu, aku pergi saja.” Berjalan pergi dan turun dari panggung.

Daehwi: “Pemburu pun akhirnya pergi. Membuat penebang kayu merasa lega. Setelah yakin pemburu telah pergi jauh, penebang kayu pun membantu rusa keluar dari persembunyiannya.”

Jihoon membantu Jaehwan keluar dari tumpukan daun.

Jaehwan: “Terima kasih sudah membantuku. Aku tidak akan melupakan kebaikanmu.”

Jihoon: “Kakimu terluka. Sini aku bantu mengobatinya.”

Jaehwan dan Jihoon duduk berdampingan. Jihoon merawat kaki kiri Jaehwan.

Jihoon: “Selanjutnya tolong lebih berhati-hati. Pemburu sekarang sering melanggar batas izin perburuan.” Selesai merawat luka di kaki rusa.

Jaehwan: “Karena kau telah menyelamatkan hidupku, aku ingin membalas kebaikanmu.”

Jihoon: “Tidak perlu merasa berhutang budi. Aku melakukannya karena aku ingin. Jadi, kau tak harus bermurah hati seperti itu padaku.”

Jaehwan: “Kau memang tampak baik-baik saja dan tidak membutuhkan bantuan.”

Jihoon: “Begitulah. Aku dan ibuku hidup dengan baik. Hanya saja, belakangan ibuku selalu mendesak agar aku lekas menikah. Ibu cemas karena beliau semakin tua dan aku belum menikah.”

Jaehwan: “Masalah jodoh ya? Masa kamu yang tampan ini nggak ada yang naksir?”

Jihoon: “Gimana mau ada yang naksir? Tiap hari kerjaanku di hutan. Ketemunya kalau nggak sama pohon ya sama hewan liar.”

Jaehwan: “Hm… kalau begitu malam ini datanglah ke air terjun di tengah hutan. Kau tahu kan kalau di hutan ini ada air terjun? Malam ini adalah malam bulan purnama. Akan banyak bidadari yang turun untuk mandi di air terjun itu.”

Jihoon: “Bidadari?”

Jaehwan: “Iya. Peri kahayangan. Saat bidadari itu mandi, curi dan sembunyikan bajunya. Maka, mereka tidak akan bisa kembali ke kahyangan.”

Jihoon: “Mencuri dan menyembunyikan pakaian peri?”

Jaehwan: “Iya. Karena peri itu tidak akan bisa kembali ke kahyangan, kau bisa menikahinya. Menikahlah dengan peri itu hingga ia melahirkan tiga anak untukmu. Tapi, pastikan kau menyembunyikan bajunya dengan baik. Jangan sampai baju itu kembali padanya.”

Jihoon: “Begitu ya? Apa tidak apa-apa?”

Jaehwan: “Kau ingin menikah tidak?”

Jihoon: “Tentu saja ingin. Apalagi jika itu bisa membuat ibuku bahagia.”

Jaehwan: “Kalau begitu lakukan saja. Nah, selamat berjuang temanku!”

Daehwi: “Rusa pun pergi meninggalkan penebang kayu. Penebang kayu duduk termangu, merenungi kata-kata rusa. Akhirnya ia pun memantabkan pilihan. Malam nanti ia akan pergi ke ari terjun dan mencuri baju bidadari.”

Jihoon bangkit dari duduknya dan turun dari panggung.



Babak II


Daehwi: “Malam pun tiba. Penebang kayu pergi menuju air terjun dan segera mencari tempat untuk bersembunyi.”

Terdengar suara air mengalir sebagai latar musik. Jihoon kembali naik ke atas panggung. Ia pun bersembunyi di balik anggota yang menjadi pohon.

Daehwi: “Malam semakin larut. Bulan terlihat begitu besar di langit. Penebang kayu tetap menunggu dalam tempat persembunyiannya. Tak lama kemudian terdengar suara tawa gadis-gadis. Seperti yang dikatakan rusa padanya, turunlah tujuh bidadari dari kahyangan. Mereka terbang menuruni langit lalu berkumpul di air terjun.”

(Musik Fairy Dance - Peterpan (2003) OST)

Luna yang mengenakan kebaya warna pink dilengkapi selendang dengan warna senada naik ke atas panggung bersama enam gadis lainnya. Tiga gadis memakai hanbok, satu memakai kimono, baju tradisional Cina, dan saree. Tujuh bidadari itu pun melakukan gerakan tari diiringi musik Fairy Dance - OST Peterpan 2003. Merka menari dengan gerakan anggun.

Daehwi: “Penebang kayu yang sedang bersembunyi terkesima melihat kecantikan para bidadari. Ia jatuh hati pada pandangan pertama pada salah satu bidadari yang sedang menari di sekitar air terjun. Ia menghafalkan kostum yang dikenakan bidadari itu dan telah memutuskan untuk mencuri pakaian bidadari yang telah membuatnya jatuh hati itu.”

Selesai menari, tujuh bidadari meletakkan selendang mereka di atas properti yang bentuknya mirip batu. Kemudian mereka duduk berkumpul di atas panggung, saling bercanda seolah-olah sedang mandi bersama di bawah air terjun.

Daehwi: “Penebang kayu terus mengamati ketika tujuh bidadari sedang asik bercanda sambil membersihkan diri di bawah air terjun.  Setelah memastikan situasinya aman, penebang kayu pun mengendap-endap. Mendekati batu tempat bidadari meletakan pakaian mereka. Penebang kayu bersiap mencuri pakaian bidadari incarannya.”

(Musik Rooftop Prince OST - 07쫄쫄이 4인방 Return of Gang 4)

Jihoon mengendap-endap. Mendekati batu tempat selendang para bidadari ditumpuk begitu saja. Kemudian ia mengambil selendang berwarna pink, mengendap-endap dan kembali ke tempat persembunyiaannya.

Daehwi: “Penebang kayu berhasil mencuri baju dari bidadari yang membuatnya jatuh hati. Ia pun menyembunyikan baju itu dan kembali menunggu. Para bidadari yang puas mandi pun bersiap kembali ke kahyangan. Namun, salah satu dari mereka kehilangan selendang yang merupakan alat bagi mereka untuk bisa terbang kembali ke kahyangan.”

Luna: “Aku kehilangan selendangku.” Panik.

Bidadari yang memakai saree (India): “Yang benar? Tadi kamu taruh mana?”

Luna: “Ya di sini. Di atas batu ini. Sama kayak punya kalian. Tapi, aku cari-cari nggak ada.”

Bidadari yang memakai kimono (Jepang): “Jangan panik dulu. Coba kita cari. Siapa tahu terjatuh.”

Bidadari yang memakai baju Cina: “Coba aku cari di sana.” Menjauh dan memeriksa di sekitar pohon tempat Jihoon bersembunyi.

Keenam bidadari membantu mencari selendang di sekitar air terjun. Lalu, mereka kembali berkumpul.

Bidadari hanbok merah: “Aku tidak menemukannya.”

Bidadari hanbok kuning: “Aku juga tidak menemukannya.”

Bidadari hanbok oranye: “Aku juga tidak menemukan apa-apa. Kau yakin menaruhnya di atas batu ini juga?”

Luna: “Iya. Sama seperti kalian.”

Bidadari Jepang: “Masa iya selendangmu terjatuh dan terbawa arus?”

Bidadari India: “Wah! Gawat kalau begitu!”

Bidadari Cina: “Teman-teman, sebentar lagi pagi tiba. Kita harus segera kembali ke kahyangan.”

Bidadari India: “Tapi, bagaimana dengan teman kita? Tanpa selendangnya, ia tidak bisa kembali ke kahyangan.”

Luna: “Kalian pergilah.”

Keenam bidadari: “Apa?!!”

Luna: “Akan sangat berbahaya kalau ada manusia yang menemukan kita. Jadi, kalian lekaskah kembali.”

Bidadari hanbok merah: “Lalu, bagaimana denganmu?”

Luna: “Tanpa selendangku, aku tidak bisa kembali. Aku akan mencarinya. Setelah ketemu, aku akan segera kembali menyusul kalian.”

Bidadari India: “Kau yakin kau akan baik-baik saja tanpa kami?”

Luna: “Mm.” Mengangguk mantab. “Segera setelah menemukan selendangku, aku akan kembali menyusul kalian.”

Bidadari Jepang: “Coba kita cari sekali lagi.”

Bidadari Cina: “Tapi, kita harus segera kembali.”

Bidadari India: “Maafkan kami. Kami harus segera kembali.”

Daehwi: “Keenam bidadari pun akhirnya kembali ke kahyangan. Meninggalkan bidadari yang kehilangan selendangnya. Setelah keenam temannya pergi, bidadari yang kehilangan selendangnya kembali mencari-cari selendangnya. Ia bertanya pada pepohonan, rumput, dan kunang-kunang. Namun, tak satu pun dari mereka yang memberi petunjuk. Bidadari itu pun putus asa. Ia duduk dan menangis di pinggir batu tempat ia meletakan selendangnya.”

Luna berkeliling di atas panggung, berpura-pura mencari selendangnya. Ia bertanya pada pohon, rumput, dan kerlap-kerlip cahaya sebagai wujud visualisasi kunang-kunang. Terakhir, ia menghadap pada penonton.
Luna: “Wahai makhluk-makhluk malam ciptaan Sang Penguasa Alam, apa kalian melihat selendangku?”

Penonton: Berseru. “Tidak!”

Luna: Duduk bersimpuh di dekat properti yang bentuknya seperti batu. “Di mana selendangku. Heuheuheu.” Menutup wajah dengan kedua tangan. Pura-pura menangis.

Daehwi: “Bidadari yang kehilangan selendangnya pun menangis. Karena ia tak bisa menemukan selendangnya, ia pun tidak akan bisa kembali ke kahyangan. Penebang kayu yang mengamati dari tempat persembunyiaanya pun merasa iba. Perlahan ia pun keluar dari tempat persembunyiaannya dan mendekati sang bidadari.”

(Musik Coboy Junior - Eeeaa)

Jihoon keluar dari tempat persembunyiaannya. Ditemani beberapa anggota teater, ia bernyanyi dan menari diiring lagu Coboy Junior - Eeeaa.

Hey kamu!
Hatiku dag dig dug saat aku melihatmu
Jatuh dihadapanku, buat aku buru-buru mendekatimu
Langsung kutanyakan apa kau baik baik saja
(Kau bingung)
Memangnya aku jatuh dari mana?
Kau bidadari jatuh dari surga dihadapanku Eeaaa
Kau bidadari jatuh dari surga tepat dihatiku Eeaaa
So baby please be mine
Please be mine
Oh mine
Eeaaa
Karna hanya aku sang pangeran impianmu
Eeaaa eeaaa eeaaa eeaaa

Daehwi: “Bidadari pun bangkit dari duduknya dan ketakutan karena tiba-tiba saja muncul seorang manusia. Penebang kayu pun menenangkannya. Penebang kayu itu mengajak bidadari mengobrol.”

Luna: “Bagaimana kau bisa tahu kalau aku bidadari?”

Jihoon: Tersenyum dan mendekati Luna. “Jadi, benar kau bidadari yang jatuh dari surga di hadapanku?” Sambil bernyanyi.

Luna: Memasang ekspresi bingung, lalu mengangguk.

Jihoon: “Kenapa malam-malam begini kau duduk dan menangis di sini?”

Luna: “Aku kehilangan selendangku.”

Jihoon: “Selendang?”

Luna: “Mm.” Mengangguk. “Aku adalah bidadari yang turun dari kahyangan. Aku tidak bisa kembali ke kahyangan bersama teman-temanku, karena aku tak menemukan selendangku. Sepertinya hilang saat aku mandi.”

Jihoon: “Wah, hilang ya? Sayang sekali.”

Luna: “Kau, apakah mau menolongku?”

Jihoon: “Tentu saja. Tapi, ini sudah sangat larut. Akan sangat sulit mencari selendangmu di tengah gelap malam seperti ini. Ikutlah denganku, ke gubukku. Nanti aku akan bantu kamu mencari selendangmu. Bagaimana? Di sini kau pasti tidak punya tempat tujuan, kan? Akan sangat berbahaya berada di tengah hutan sendirian.”

Luna: “Baiklah.”

Jihoon: “Kalau begitu ayo!” Berdiri dan mengulurkan tangan.

Luna: Meraih uluran tangan Jihoon dan berdiri.

Luna dan Jihoon pun berjalan menuruni panggung.



Babak III

Daehwi: “Penebang kayu mengajak bidadari pulang ke rumahnya yang letaknya berada di tepi hutan. Ia mempersilahkan bidadari beristirahat di kamarnya. Esok pagi, ia hendak mempertemukan bidadari dengan ibunya. Karena berada di tempat asing, semalaman bidadari tak bisa tidur. Ketika pagi tiba, ia masih terjaga. Ia duduk di teras rumah sederhana milik penebang kayu.”

(Musik Final FantasyIn The Morning Light)

Luna kembali naik ke atas panggung. Ia duduk bersimpuh di atas panggung. Kemudian, Jisung yang mengenakan hanbok perempuan naik ke atas panggung. Berakting seolah bangun tidur, lalu terkejut melihat Luna. Jisung naik ke atas panggung. Ia menggeliat dan menguap, lalu terkejut melihat Luna yang sedang duduk melamun di teras rumahnya.

Jisung: “Omo! Omo! Siapa dia?” Bertanya pada penonton. “Kenapa dia duduk di teras rumahku? Sepagi ini?”

Jihoon: Naik ke atas panggung. “Oh! Omoni sudah bangun?”

Jisung: “Ssh! Lihat! Ada bidadari di teras rumah kita!”

Jihoon: Tersenyum. “Bagaimana Omoni bisa tahu kalau dia bidadari?”

Jisung: “Eh? Iya? Lihat lah! Ini pertama kalinya aku melihat gadis cantik di rumah kita. Kalau bukan bidadari, apa? Hantu? Hantu tidak akan berpenampilan secantik itu. Eh? Tapi, kenapa bajunya aneh? Dia benar bidadari?”

Jihoon: “Iya. Aku yang membawanya pulang semalam.”

Jisung: “Eh? Bagaimana bisa kamu bawa bidadari pulang?”

Jihoon: “Panjang ceritanya. Yang penting sekarang ada anak gadis di rumah ini. Kalau lancar, aku akan menikahinya.” Berbisik saat berkata akan menikahi bidadari.

Jisung: “Menikah? Wah! Akhirnya. Tapi, apa dia bakalan mau nikah sama kamu, Nak?”

Jihoon: “Pasti mau! Nah, ayo sapa dia. Omoni pasti pengen kenalan, kan?”

Jihoon dan Jisung mendekati Luna.

Jihoon: “Selamat pagi.”

Luna: Tersadar dari lamunan. “Oh! Selamat pagi.” Hendak berdiri.

Jisung: “Sudah duduk saja.” Duduk di samping Luna.

Jihoon: Ikut duduk di atas lantai panggung. “Beliau ini, ibuku.” Memperkenalkan Jisung pada Luna. “Omoni, dia adalah bidadari malang yang kehilangan selendangnya hingga tidak bisa kembali ke kahyangan. Karena kasihan, semalam aku membawanya pulang.”

Jisung: “Wah. Malang sekali. Bagaimana bisa kamu kehilangan selendangmu?”

Luna: “Entahlah. Saya menaruhnya di atas batu, lalu mandi bersama teman-teman bidadari yang lain. Tapi, hanya selendang saya yang tidak ada. Tuan muda ini berjanji akan membantu selendang saya.”

Jisung: “Kau tidak perlu takut. Anakku ini pemuda yang baik. Dia pasti akan membantumu. Tapi, bagaimana jika kita tidak bisa menemukan selendangmu?”

Jihoon dan Luna saling memandang dalam diam.

Jihoon: “Kalau begitu, biarkan bidadari tinggal bersama kita. Di bumi, dia tidak punya siapa-siapa. Jadi, izinkan dia tinggal bersama kita.”

Jisung: “Tentu saja boleh. Omoni sudah tua. Pasti menyenangkan jika ada anak gadis yang bisa menemani omoni di sini. Jika selendangmu tidak ketemu, tinggalah di sini, bersama omoni, mm?”

Luna: “Terima kasih. Tapi, saya berharap saya bisa menemukan selendang saya.”

Jisung: “Tentu saja. Nanti, anakku akan membantumu mencarinya. Boleh aku bertanya sesuatu?”

Luna: “Iya. Silahkan.”

Jisung: “Kenapa pakaianmu aneh sekali? Tidak seperti kami.”

Luna: “Saya bidadari dari Indonesia. Kami sedang dalam kunjungan ke istana langit Korea. Lalu, kami turun untuk mandi di air terjun saat bulan purnama. Sayangnya saya kehilangan selendang dan tidak bisa kembali ke kahyangan.”

Jisung: “Oh, bidadari dari Indonesia. Pantesan beda.”

Luna mengenakan kebaya lengan pendek warna pink dipadu dengan jarik selutut. Sebagai pelengkap, ia mengenakan sendal gladiator.

Jisung: “Ya sudah. Omoni akan buat sarapan untuk kalian. Setelah sarapan, kalian pergilah ke hutan untuk mencari selendang.”



Babak IV

Daehwi: “Penebang kayu dan bidadari pun kembali ke hutan untuk mencari selendang milik bidadari yang hilang. Setiap hari, bidadari menemai penebang kayu ke hutan. Setelah menebang kayu, penebang kayu pasti menyempatkan diri untuk membantu bidadari mencari selendangnya. Namun, selendang itu tidak pernah ditemukan. Hari pun berganti minggu, dan minggu berganti bulan. Penebang kayu dan bidadari yang sering menghabiskan waktu bersama pun mulai saling jatuh hati.”

Luna berada di atas panggung. Berjalan riang seolah menikmati indahnya hutan nan asri.

(Musik Infinite - Man In Love)

Jihoon naik ke atas panggung, lalu menari bersama beberapa anggota teater diiringi lagu Man In Love - Infinite. Selesai menari, Jihoon memberikan beberapa ikat bunga lily putih pada Luna.

Luna: “Wah! Cantik sekali. Terima kasih.” Mencium aroma bunga lily pemberian Jihoon.

Jihoon: “Bunga lily adalah bunga musim panas. Bunga simbol bagi orang-orang yang lahir di bulan Mei. Aku lahir di bulan Mei.”

Luna: Tersenyum.

Jihoon: “Dalam sejarah Yunani kuno, bunga lily dipercaya sebagai bunga yang tercipta dari air dewa. Kau tahu? Menurut legenda Yunani, bunga lily berasal dari susu yang ditumpahkan Dewi Hera. Konon katanya, pada saat Dewi Hera menyusui putranya, Hercules, ia secara tidak sengaja menumpahkan air susunya ke bumi. Dan itulah awal tumbuhnya bunga lily di bumi. Bunga lily juga dijuluki sebagai ratu taman. Sangat cocok untukmu bukan? Bidadari, ratu di taman hatiku. Bunga ini adalah simbol dari hatiku yang tulus dan murni mencintaimu. Jadi, mau kah kau menerima hatiku yang sedang disesaki oleh rasa cinta padamu ini?”

(Musik Koi Mil Gaya - Koi Mil Gaya)

Jihoon dan Luna menari diiringi lagu Koi Mil Gaya - OST Koi Mil Gaya. Selesai menari bersama, terdengar alunan musik Super Junior - Marry U. Jihoon pun menyanyi untuk melamar Luna.

Love oh baby my girl
Geudaen naui juhnbu nunbushige areumdawoon
Naui shinbu shini jushin suhnmul
Haengbokhangayo geudaeui ggaman nunesuh nunmuri heureujyo
Ggaman muhri pappuri dwel ddaeggajido
Naui sarang naui geudae saranghal guhseul na maengsehalgeyo
Geudaereul saranghandaneun mal pyuhngsaeng maeil haejugo shipuh
Would you marry me? Nuhl saranghago akkimyuh saragago shipuh
Geudaega jami deul ddaemada nae pare jaewuhjugo shipuh
Would you marry me? Iruhn naui maeum huhrakhaejullae?
Pyuhngsaeng gyuhte isseulge (I do) Nuhl saranghaneun guhl (I do)
Nungwa biga wado akkyuhjumyuhnsuh (I do)
Nuhreul jikyuhjulge (My love)

Jihoon: Berlutut di depan Luna. “Would you marry me?”

Luna: “I do!”

Jihoon: “Hore! Omoni! Aku akan menikah!” Bangkit dan memeluk Luna.


Babak V

Daehwi: “Karena tak kunjung menemukan selendang bidadari, penebang kayu yang sudah jatuh hati sejak pertama kali melihat bidadari pun memberanikan diri untuk melamar bidadari. Betapa senangnya ia ketika bidadari menerima lamarannya. Penebang kayu pun membawa berita bahagia itu pada ibunya.”

Jisung duduk di atas lantai panggung. Jihoon dan Luna datang menghampirinya.

Jihoon: “Omoni, kami akan menikah!”

Jisung: Menatap Jihoon, lalu Luna. “Menikah??”

Jihoon: “Iya. Hari ini aku melamar Nona Bidadari dan dia menerima lamaranku. Kami akan menikah!”

Jisung: Tiba-tiba menangis tersedu-sedu.

Jihoon: “Omoni. Omoni kenapa menangis?”

Jisung: “Ibu bahagia, Nak. Akhirnya kamu laku juga. Akhirnya kamu akan menikah.”

Jihoon: “Sudah kukatakan sebelumnya, kan? Dia pasti mau menikah denganku.”

Jisung: “Kau memang hebat anakku. Tunggu sebentar!” Mengambil dua buah kotak berwarna pink dan memberikannya satu kepada Jihoon dan satu pada Luna.

Jihoon: “Omoni, apa ini?”

Jisung: “Buka saja.”

Jihoon dan Luna membuka kotak di pangkuan masing-masing. Kotak yang ternyata berisi hanbok berwarna pink.

Jihoon: “Wah! Ini??”

Jisung: “Baju pernikahan untuk kalian. Ibu membuatnya dengan kedua tangan ibu sendiri.”

Jihoon: “Terima kasih, Omoni.”

Jisung: “Pakai ini ya, Nak. Agar kau tak tampak seperti orang asing lagi di rumah ini. Karena, setelah ini kita akan menjadi sebuah keluarga.”

Luna: “Baik, Omoni.”

Jisung: “Senangnya mendengarmu memanggilku omoni. Baiklah! Kita akan siapkan pesta pernikahan untuk kalian.”

(Musik Sungkyunkwan Scandal OST Main title)

Jihoon dan Luna turun panggung untuk berganti baju. Menggunakan hanbok berwarna pink. Jisung yang berada di atas panggung sibuk menyiapkan pesta pernikahan untuk Jihoon dan Luna. Beberapa anggota teater naik ke atas panggung. Bertingkah sibuk seperti yang di lakukan Jisung. Bunga-bunga pun ditata di atas panggung.
Jihoon dan Luna kembali ke atas panggung. Sudah mengenakan hanbok dengan warna pink. Jisung meletakan mahkota dari bunga di atas kepala Luna. Daehwi muncul sebagai Dewa Cinta yang menikahkan penebang kayu dan bidadari. Jihoon dan Luna berdiri berhadapan di depan Daehwi.

Daehwi: “Saya satukan engkau penebang kayu dan bidadari dalam satu ikatan suci bernama pernikahan. Wahai penebang kayu, bersediakah kau menerima bidadari sebagai istrimu? Bersediakah kau menerima segala kelebihan dan kekurangannya? Bersediakah kau merawatnya, menjaganya, menemaninya di saat suka maupun duka?”

Jihoon: “Saya bersedia.”

Daehwi: “Wahai bidadari, bersediakah kau menerima penebang kayu sebagai suamimu? Bersediakah kau menerima segala kelebihan dan kekurangannya? Bersediakah kau merawatnya, menjaganya, menemaninya di saat suka maupun duka?”

Luna: “Saya bersedia.”

Daehwi: “Baiklah. Silahkan cium pasangan Anda.”

Jihoon mencium kening Luna.

(Musik Final Fantasy - Waltz For The Moon)

Jihoon dan Luna berdansa. Beberapa anggota teater naik ke atas panggung dan turut berdansa berpasangan. Jaehwan yang mengenakan kostum rusa pun ikut naik ke atas panggung. Ia berdansa bersama Jisung.



Babak VI

Daehwi: “Tahun demi tahun pun berlalu. Penebang kayu dan bidadari dikaruniai dua orang anak. Mereka hidup bahagia. Tetapi, kadang bidadari merasa rindu pada tempat tinggalnya di langit. Suatu hari, bidadari yang sedang menemani penebang kayu pun membuat permohonan kepada penebang kayu.”

Jihoon dan Luna masih memakai hanbok yang mereka gunakan untuk pernikahan. Dua orang anggota teater yang memerankan anak penebang kayu dan bidadari berakting sedang bermain bersama. Jihoon dan Luna duduk di atas lantai panggung sembari memperhatikan keduanya.

Jihoon: Tertawa melihat tingkah kedua anaknya. Lalu, ia menatap Luna yang terlihat murung. “Ada apa istriku? Kau terlihat murung hari ini.”

Luna: Menghela napas. “Aku hanya merasa rindu pada selendangku.”

Jihoon: “Selendang?”

Luna: “Iya. Selendang yang hilang saat aku mandi di air terjun.”

Jihoon: “Selendang yang mempertemukan kita?”

Luna: “Iya. Apa benar kau tidak pernah melihatnya?”

Jihoon: “Ak-aku…”

Luna: “Jika kau melihatnya, aku hanya ingin memakainya sekali saja.”

Jihoon: “Aku tidak pernah melihatnya.”

Luna: “Aku hanya ingin memakainya sekali saja. Sebagai pengobat rasa rinduku. Hiks... hiks... hiks.”

Daehwi: “Melihat istrinya menangis, penebang kayu pun merasa iba. Ia tak tega melihat istrinya bersedih. Ia pun berpikir untuk memberikan selendang yang telah lama ia simpan. Tapi, ia takut bidadari akan meninggalkannya ketika mendapatkan kembali selendang sutra itu. Namun, ia tak bisa menolak permohonan istrinya.”

Jihoon: “Istriku, kau benar-benar hanya ingin memakainya sekali saja?”

Luna: “Iya. Aku hanya rindu pada selendang pemberian ibuku itu.”

Jihoon: “Aku melihatnya dan aku menyimpannya.”

Luna: “Apa?? Jadi, jadi kau benar menyimpannya??”

Jihoon: “Aku jatuh hati padamu dan aku tidak mau kehilanganmu. Karena itu, aku menyimpan selendangmu yang berhasil aku temukan. Maafkan aku.”

Luna: Menatap Jihoon dalam diam dan menangis.

Jihoon: “Aku akan memberikannya padamu agar kau bisa memakainya kembali. Tapi, berjanjilah untuk tetap di sisiku.”

Luna: Masih diam.

Jihoon: Mendesah. Bangkit dari duduknya, mengambil selendang sutra pink yang ia sembunyikan. Ia kembali duduk dan menyerahkan selendang itu pada Luna.

Luna: “Selendangku.” Menciumi selendang di tangannya. Bangkit berdiri, meletakan selendang di pundaknya, lalu berjalan mendekati kedua anaknya yang sedang bermain.

Jihoon: “Istriku, apa yang kau lakukan?”

Luna: “Maafkan aku suamiku. Aku akan pergi. Aku sudah berjanji, segera setelah menemukan selendangku, aku akan kembali ke kahyangan.”

Jihoon: “Apa?? Istriku! Aku mohon jangan pergi! Istriku!”

Daehwi: “Setelah mendapatkan selendangnya kembali, bidadari pun membawa kedua anaknya terbang ke langit. Meninggalkan penebang kayu sendirian di rumah di tepi hutan.”

(Musik Ailee - Goodbye My Love)

Luna dan dua anggota teater yang memerankan sebagai anak mengelilingi panggung lalu turun dari panggung. Jihoon jatuh berlutut dan menangis. Meratapi kepergiaan bidadari.

(Musik Joel Adams - Please Don't Go)

Nobody ever knows 
Nobody ever sees 
I left my soul 
Back there now I'm too weak 
Most nights I pray for you to come home 
Praying to the Lord 
Praying for my soul

Now please don't go 
Most nights I hardly sleep when I'm alone 
Now please don't go, oh no 
I think of you whenever I'm alone 
So please don't go

Daehwi: “Penebang kayu pun menyesal karena telah memberikan selendang kepada bidadari. Hingga bidadari terbang kembali ke langit dengan membawa kedua anaknya. Meninggalkan dirinya sendiri di gubuknya. Penebang kayu pun teringat ucapan rusa beberapa tahun yang lalu.”

Jaehwan: Naik ke atas panggung dan berjalan sambil berkata, “Menikahlah dengan bidadari itu hingga dia melahirkan tiga anak untukmu. Dan, jangan sampai kau mengembalikan selendang kau curi padanya.” Turun panggung.

Daehwi: “Penebang kayu hanya bisa meratapi nasibnya. Menyesal karena telah memberikan selendang yang telah lama ia sembunyikan kepada bidadari. Sekarang bidadari telah kembali ke langit. Meninggalkan dirinya sendiri dalam penyesalan.”

Daehwi: “Penebang kayu berusaha bangkit. Tegar demi melanjutkan hidup. Namun, ia tidak bisa melupakan bidadari dan kedua anaknya. Ia merindukan istrinya. Di langit, bidadari pun merasakan hal yang sama. Ia tidak bisa melupakan suaminya si penebang kayu.”

(Musik Hugh Grant & Haley Bennett - Way Back into Love)

Luna kembali naik ke atas panggung. Alunan musik intro Hugh Grant & Haley Bennett - Way Back into Love mulai terdengar. Jihoon dan Luna berduet, menyanyikan lagu Hugh Grant & Haley Bennett - Way Back into Love. Walau mereka berada di panggung yang sama, keduanya tak saling berinteraksi seolah bernyanyi di tempat yang berbeda.


Babak VII

Daehwi: “Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Penebang kayu mengisi kesendiriannya dengan kembali menebang kayu di hutan. Suatu hari, ia kembali bertemu dengan rusa. Ia pun menceritakan apa yang ia alami pada rusa.”

Jihoon naik ke atas panggung. Sibuk menebang pohon. Jaehwan naik ke atas panggung dan menghampiri Jihoon yang sibuk menebang kayu.

Jaehwan: “Hi! Whatsup, Bro! Apa kabarmu?”

Jihoon: Mendesah.

Jaehwan: “Kenapa kau murung? Bukan kah kau sudah menikah dengan bidadari? Bahkan, kudengar kalian sudah dikaruniai dua anak.”

Jihoon: “Itu benar. Tapi, aku tidak bisa menolak keinginan istriku yang mengatakan merindukan selendangnya. Aku memberikan selendang itu padanya. Lalu, ia terbang kembali ke langit dengan membawa kedua anak kami.”

Jaehwan: “Wah. Sayang sekali.”

Jihoon: “Maafkan aku karena tidak menuruti ucapanmu.”

Jaehwan: “Tidak perlu meminta maaf. Lalu, apakah kau masih ingin bertemu dengan istri dan anakmu?”

Jihoon: “Tentu saja. Aku sangat mencintai istriku dan juga anak-anakku. Jika ada kesempatan, aku ingin bertemu dan berkumpul dengan mereka lagi.”

Jaehwan: “Kalau begitu, nanti malam saat bulan purnama datanglah ke air terjun. Jika kau melihat ada ember jatuh dari langit, naik lah ke atas ember itu.”

Jihoon: “Ember jatuh dari langit?”

Jaehwan: “Iya. Jika kau dan istrimu masih berjodoh, maka kalian pasti akan dipersatukan kembali. Selamat berjuang. Fighting, Bro!” Buru-buru menuruni panggung.

Jihoon: “Hey! Tunggu! Ember jatuh dari langit?”

Daehwi: “Penebang kayu tidak bisa memahami kata-kata rusa. Namun, malam harinya ia kembali pergi ke air terjun. Ia duduk dan menunggu ember jatuh dari langit yang disebutkan rusa.”

Jihoon duduk di pinggir properti berbentuk batu dan menunggu.

Daehwi: “Penebang kayu menunggu dengan sabar. Lewat tengah malam, tiba-tiba sebuah ember jatuh ke sungai. Penebang kayu pun terkejut. Buru-buru ia mengambil ember besar itu.”

Ketika Jihoon sedang duduk dan berakting terkantuk-kantuk, Jaehwan melemparkan bak plastik besar ke atas panggung. Jihoon terkejut dan bangkit dari duduknya. Segera mengambil bak plastik. Jihoon mengamati langit-langit panggung.

Jihoon: “Ember ini benar-benar jatuh dari langit. Jadi, aku harus naik ke atasnya?” Buru-buru naik ke dalam bak.

Daehwi: “Penebang kayu pun naik ke atas ember yang jatuh dari langit. Perlahan ember itu bergerak dan terbang. Ember itu terbang, membawa penebang kayu naik ke atas langit. Penebang kayu berharap bisa bertemu dengan anak dan istrinya di langit.”

(Musik Flying - Peterpan (2003) OST)

Jihoon yang duduk di dalam bak berakting seolah-olah ember itu terbang, membawanya menuju langit. Di saat Jihoon masih duduk di atas ember, keenam pemeran bidadari naik ke atas panggung. Mereka berakting seolah sedang bermain di taman langit.

Daehwi: “Penebang kayu akhirnya sampai di taman langit. Ia melihat bidadari-bidadari sedang bermain di taman langit. Penebang kayu pun turun dari ember dan mendekati para bidadari yang sedang asik bermain.”

Jihoon: “Permisi. Apa benar ini taman langit?”

Bidadari hanbok merah: “Eh? Bagaimana manusia bisa sampai ke taman langit?”

Jihoon: “Saya datang kemari untuk mencari istri dan anak saya.”

Para bidadari saling berbisik sambil mengamati Jihoon.

Bidadari hanbok kuning: “Istrimu? Di sini?”

Jihoon: “Iya. Beberapa tahun yang lalu salah satu dari bidadari yang turun ke bumi tidak bisa kembali karena kehilangan selendangnya. Lalu, kami menikah. Saya adalah penebang kayu yang tinggal di pinggir hutan. Istri saya, bidadari dari Indonesia.”

Bidadari India: “Oh, Dewi Nawang Wulan? Kamu suaminya Dewi Nawang Wulan?”

Jihoon: “Iya. Saya suaminya.”

Bidadari Cina: “Bukannya Dewi Nawang Wulan sudah pulang ke Indonesia ya?”

Bidadari Jepang: “Sudah balik kok. Mudik ke Indonesia cuman sebentar.”

Jihoon: “Kalau boleh tahu, di mana istri saya? Saya ingin ketemu sama istri dan anak saya.”

Bidadari hanbok oranye: “Tunggu saja. Sebentar lagi juga pasti ke sini.”

Jihoon: “Baiklah. Saya akan menunggu.”

Daehwi: “Penebang kayu pun menunggu dengan sabar. Ia duduk di dekat ember, memperhatikan para bidadari yang kembali sibuk bermain. Tak lama kemudian, bidadari yang merupakan istri dari penebang kayu pun muncul. Penebang kayu terkejut. Walau telah kembali ke taman langit, istrinya masih mengenakan hanbok pemberian ibunya. Tak lagi mengenakan kebaya yang dahulu menjadi ciri khas bidadari asal Indonesia itu.”

Luna naik ke atas panggung. Bergabung dengan enam bidadari yang lain. Jihoon pun bangkit dari duduknya dan mendekati Luna.

Jihoon: “Istriku.”

Luna: Terkejut. “Suamiku? Bagaimana kau bisa sampai ke taman langit?”

Jihoon: “Demi bertemu denganmu. Takdir telah membuka jalan untukku untuk kembali bertemu denganmu. Aku benar-benar meminta maaf untuk selendangmu. Aku jatuh cinta ketika pertama kali melihatmu. Karenanya aku tidak ingin kau pergi dan menyembunyikan selendang milikmu. Aku mohon maaf padamu. Aku memang egois. Tapi, aku melakukannya karena aku sangat mencintaimu.”

Luna: “Aku juga minta maaf. Aku pun egois. Meninggalkanmu sendirian di bumi. Tapi, aku tidak bisa kembali ke bumi. Di sini lah tempatku.”

Bidadari hanbok merah: “Kalau begitu, tinggalah di sini bersama istri dan anakmu wahai penebang kayu. Kau sudah sampai di taman langit. Itu karena takdir. Jadi, tinggalah di taman langit dan hidup bahagia bersama istri dan anakmu.”

Jihoon: “Boleh kah? Saya sungguh sangat ingin hidup bersama istri dan anak saya.”

Bidadari hanbok kuning: “Tentu saja boleh. Kau sudah sampai di sini, jadi tinggalah dengan damai bersama istri dan anakmu di sini.”

Jihoon: Meraih kedua tangan Luna. “Bagaimana istriku? Apa kau mau menerimaku? Apa kau mau tinggal bersamaku? Jika kau tidak bisa kembali ke bumi, maka aku yang akan tinggal dan menemanimu di sini.”

Luna: “Tentu saja aku mau suamiku. Tinggalah di taman langit. Hiduplah bersamaku dan anak-anak kita.”

Jihoon: “Karena kita saling mencintai, bersama selamanya. Aku harap kita memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Aku benar-benar bersyukur dan aku selalu mencintaimu.”

Jihoon dan Luna pun berpelukan.

Daehwi: “Akhirnya penebang kayu bertemu kembali dengan istrinya, bidadari asal Indonesia bernama Dewi Nawang Wulan. Penebang kayu pun tinggal di taman langit. Hidup bahagia bersama istri dan anak-anaknya di taman langit. Ingatlah, kisah cinta tidak akan pernah mati. Karena cinta, kehidupan kita menjadi penuh warna. Jangan menolak cinta ketika ia datang dalam kehidupanmu. Biarkanlah cinta mengisi ruang hatimu, dan menuliskan kisah dalam hidupmu. Cintailah cinta. Karena cinta akan selalu mencintaimu.”

(Musik Happy Ending - OST Tees Maar Khan)

Semua pemain naik ke atas panggung dan menari bersama diiringi lagu Happy Ending - OST Tees Maar Khan.


------- THE END --------













You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews