My 4D’s Seonbae - Episode #42 “Festival SMA Hak Kun Hari Kedua.”
05:11
Episode #42 “Festival SMA Hak Kun Hari Kedua.”
Daniel berencana pulang bersama
Luna, tapi gadis itu masih harus berkumpul dengan anggota Klub Teater untuk
persiapan pertunjukan di hari kedua festival sekolah esok. Ia sedikit merasa
kecewa, tapi tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali pulang lebih dulu. Karena,
ia pun ada jadwal dengan Spring Breeze
Dance Crew.
Rania pulang bersama Linda usai
berkumpul dengan anggota Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun. Mereka merayakan
kesuksesan yang mereka raih di hari pertama festival. Berkat ide Mark Lee, stan
Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun mendapat perhatian dari pengunjung. Faktor
utamanya bukanlah barang yang mereka jajakan, melainkan kostum beragam yang
mereka kenakan.
Sebagai pencetus ide, Mark Lee juga
tak lelah mempromosikan stan milik Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun kepada
pengunjung. Ia mengumumkan jika pengunjung bisa berfoto dengan murid asing yang
mengenakan kostum berupa pakaian tradisional negara asal masing-masing. Setelah
foto bersama, tak lupa ia menggiring pengunjung untuk melihat barang yang
dijajakan di stan bazar. Dengan cara itu, barang laku lumayan banyak di hari
pertama festival. Walau lelah, anggota tetap bersemangat untuk menjalani hari
kedua esok.
Selesai kumpul singkat dengan
anggota Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun, Luna bergegas menuju basecamp Klub Teater. Ia menghentikan
langkahnya ketika Kim Ji Yoon, Bang Yoon He, dan Jang Ki Bang tiba-tiba muncul.
Ia menduga, tiga murid senior itu sengaja menunggunya.
Sungwoon yang hendak menuju basecamp Klub Vokal tidak sengaja
melihat Luna berdiri di tengah koridor. Ia menyipitkan mata, mengamati Luna. Ia
pun tersenyum, lalu bergegas mendekati Luna. Ketika melihat Kim Ji Yoon dan
kedua rekannya dari arah berlawanan, Sungwoon pun berlari dan berhenti di
samping kanan Luna.
“Kamu baik-baik aja?” Sungwoon
mengatur napasnya yang sedikit terengah-engah karena berlari.
Luna menoleh sekilas dan bergumam
sambil menganggukkan kepala.
Sungwoon menyipitkan mata. Walau
sudah tahu ada dia di sisi Luna, langkah Kim Ji Yoon tak surut. Ia pun maju
selangkah di depan Luna. Bermaksud melindungi Luna jika tiba-tiba saja Kim Ji
Yoon dan kedua temannya melakukan suatu hal yang buruk.
Kim Ji Yoon berhenti jarak satu
langkah di depan Sungwoon. Jang Ki Bang dan Bang Yoon He berhenti di samping
kanan dan kirinya. “Apa-apaan sih kamu. Segitunya jagain Luna.” Kim Ji Yoon
menegur Sungwoon.
“Seonbae,
mau ngapain?” Tanya Sungwoon dengan hati-hati. “Luna sedang sendirian lho! Jadi,
wajar kan kalau saya curiga.”
Luna yang berada di balik punggung
Sungwoon hanya diam dan menatap Kim Ji Yoon dengan was-was.
“Hari ini Luna terlihat cantik
dengan pakaian tradisional dari Indonesia. Aku... aku hanya ingin mengajaknya
foto bersama.” Kim Ji Yoon tersenyum malu-malu. Rona merah menghiasi wajahnya.
Sungwoon ternganga mendengar
pengakuan Kim Ji Yoon. Sedang Luna yang berada di belakangnya mengerutkan
kening.
“Luna, boleh kita foto bersama?” Kim
Ji Yoon kembali mengutarakan permintaannya dengan malu-malu.
Jang Ki Bang dan Bang Yoon He turut
menatap Luna dengan ekspresi penuh harap. Memberi dukungan Kim Ji Yoon dalam
diam.
Luna menatap Kim Ji Yoon sejenak,
lalu beralih pada Jang Ki Bang dan Bang Yoon He. Melihat mereka dengan ekspresi
seperti itu, hatinya yang rapuh mulai goyah.
“Maaf! Sesi fotonya sudah selesai.” Tiba-tiba
terdengar suara laki-laki.
Kim Ji Yoon, Jang Ki Bang, dan Bang
Yoon He kompak menoleh. Park Jihoon sudah berdiri di belakang mereka. Sungwoon
dan Luna turut menatap Jihoon yang tiba-tiba saja muncul.
Jihoon tersenyum dan berjalan menuju
Luna. Sungwoon yang berdiri di depan Luna pun minggir. Ia cukup tahu diri
dan memberi ruang untuk Jihoon. Sungwoon pun mundur dan berdiri di samping kiri
Luna.
Jihoon berhenti di samping kanan
Luna. Ia menatap Kim Ji Yoon, Jang Ki Bang, dan Bang Yoon He. “Bazar sudah
selesai, jadi sesi foto pun sudah berakhir.” Jihoon menundukan kepala di depan
Kim Ji Yoon. Sebagai wujud sopan santun junior kepada senior. Kemudian, ia
meraih tangan kanan Luna dan menggenggamnya erat.
“Permisi. Kami harus bergabung
dengan Klub Teater.” Jihoon pamit dan membawa Luna pergi bersamanya.
Kim Ji Yoon hanya bisa melongo saat
Jihoon membawa Luna pergi. Begitu juga Jang Ki Bang dan Bang Yoon He.
Sungwoon tersenyum melihat reaksi
tiga senior itu. Saat ia menatap Jihoon yang menuntun Luna, senyum di wajahnya
sirna. Ia menghela napas dan membalikan badan. Berjalan ke arah berlawanan
untuk menuju basecamp Klub Vokal.
***
Jihoon mengantar Luna pulang dengan
mobilnya. Mungkin karena terlalu lelah, Luna yang duduk di sampingnya jatuh
tertidur. Jihoon menggeser posisi duduknya untuk lebih dekat pada Luna.
Perlahan ia menyentuh kepala Luna. Ia menyediakan bahunya sebagai sandaran bagi
Luna.
Jihoon terkejut. Karena Luna
tiba-tiba bergerak saat ia memindahkan posisi kepala gadis itu. Ia sudah siap
jika Luna marah. Tapi, gadis itu kembali diam dengan kepala bersandar di
bahunya. Jihoon menghela napas lega dan menatap spion tengah. Ia menemukan
sopirnya sedang memperhatikannya. Kemudian sopir pribadinya itu tersenyum dan
memberinya satu jempol membuat Jihoon tersipu.
Jihoon tersenyum dan menghela napas
panjang. Ia menyandarkan kepala ke punggung kursi, lalu memiringkan kepalanya
hingga bersentuhan dengan kepala Luna yang bersandar di bahunya. Damai. Itu lah
yang ia rasakan. Ia pun tersenyum dan menghela napas. Lalu, turut memejamkan
kedua matanya.
Luna menaiki tangga dengan langkah
pelan. Jihoon mengikuti di belakangnya. Luna berhenti di depan pintu rooftop-nya.
“Terima kasih. Maaf aku tertidur.
Bahumu pasti sakit karena menahan kepalaku yang berat ini.” Luna berterima
kasih sekaligus meminta maaf.
“Aku juga ketiduran kan tadi.” Jihoon
tak merasa terbebani.
“Besok pasti lebih melelahkan.”
“Semangat ya! Aku nggak sabar liat
kamu pakek hanbok dan menari Tari Buchaechum. Kudengar dari Joohee,
kostumnya warna pink ya?” Jihoon tersenyum menggoda Luna.
“Begitu lah. Kata pemilik kostum,
pink adalah warna muda yang cocok untuk kami. Anehnya teman-teman setuju. Aku
kalah telak. Padahal lebih bagus kostum yang merah putih.”
“Indonesia banget dong.”
Luna meringis. Menunjukkan barisan
giginya yang rapi.
“Sudah masuk dan istirahat sana.
Besok kita berjuang lagi. Jujur aku sangat gugup.”
“Kamu aja yang public figure gugup. Bagaimana denganku? Harusnya aku ini hanya
orang belakang panggung.”
“Tadi bisa mengatasi rasa gugup
dengan baik, kan? Bukan hanya kamu yang berjuang. Tadi, aku juga mati-matian
melawan rasa cemburu saat kamu tampil sama Daniel.”
“Eh?” Luna terkejut mendengar
pengakuan Jihoon. Ia tak menduga jika Jihoon cemburu melihat pertunjukannya
bersama Daniel. Rasa bersalah itu kembali muncul.
“Nggak papa. Aku tahan kok. Kalau
nggak, pasti aku udah memilih pergi.”
Hati Luna semakin merasa sakit. Ia
tidak bisa berkata apa-apa termasuk kata maaf.
“Masuk sana! Buruan istirahat. Besok
aku jemput ya. Kita berangkat sama-sama. Bertiga.”
Tak mampu menahan rasa sakit yang
menghujam jantungnya, Luna pun menunduk. Ia merasa bersalah sekaligus benci
pada Jihoon yang memanfaatkan situasi dan mempermainkan perasaannya seperti
ini. Luna terkejut saat Jihoon tiba-tiba memeluknya. Ia merasa hangat dan
nyaman. Ia memejamkan mata, membenamkan wajah dalam pelukan Jihoon.
***
Mungkin karena terlalu lelah,
semalam Luna bisa tidur dengan lelap. Ia pun terbangun beberapa detik sebelum
alarm dalam ponselnya berbunyi. Hari ini isi ranselnya lebih padat dari
kemarin. Kostum dan perlengkapan yang ia bawa hari ini lebih banyak dari
kemarin. Ia merasa beruntung karena Jihoon menjemputnya. Dengan begitu ia tak
perlu membawa ransel berat itu sambil berjalan kaki menuju halte bus. Sangat
menghemat energinya.
Karena Daniel tak kunjung muncul,
Jihoon dan Luna pun memutuskan untuk berangkat. Sebelum memutuskan untuk pergi,
Jihoon meminta Luna mencoba menghubungi Daniel, namun ponsel pemuda itu tidak
aktif. Karena alasan itu, Jihoon akhirnya benar-benar meminta sopir pribadinya
untuk berangkat.
Sepanjang perjalanan menuju sekolah,
Jihoon dan Luna terus mempraktekan dialog dalam drama yang akan mereka
pentaskan. Sopir pribadi Jihoon mengemudi sambil menyimak. Pria itu kadang
dibuat tertawa oleh dialog Jihoon dan Luna. Tak lupa ia memuji dan memberi
dukungan untuk Jihoon dan Luna.
Sesampainya di sekolah, Jihoon dan
Luna langsung menuju basecamp Klub
Teater. Mereka berada di sana hingga upacara pembukaan festival hari kedua digelar.
Setelah mengikuti upacara pembukaan, Luna kembali ke basecamp untuk mengambil perlengkapan untuk pertunjukan Tari Buchaechum.
Penampilan perwakilan Persatuan
Murid Asing SMA Hak Kun masuk dalam special
stage pada jadwal pertunjukan sebelum jam makan siang. Karenanya, usai
mengikuti upacara pembukaan, Luna langsung mengambil perlengkapan dan bergegas
bergabung dengan timnya. Bersama timnya, ia pun menuju gedung olah raga untuk
bersiap.
Luna berjalan bersama Rania dan
Linda. Di barisan paling depan dari tim perwakilan Persatuan Murid Asing SMA
Hak Kun saat berjalan menuju gedung olah raga. Di tengah perjalanan, ia kembali
bertemu dengan Kim Ji Yoon dan kedua temannya. Ji Yoon terlihat hendak menyapa,
tapi Luna pura-pura tidak tahu. Bukannya takut, ia hanya tidak bisa mempercayai
Ji Yoon. Menurutnya, jika Ji Yoon tiba-tiba berubah baik, tentu saja punya
maksud tertentu. Ia yakin itu berhubungan dengan perangkap yang berhasil
menjebak seniornya itu.
Hari ini Amber pun tiba-tiba sudah
berada di dalam gedung olah raga. Gadis tomboy itu ditemani Mark Lee dan
Guanlin. Saat Luna dan rombongannya tiba, Amber pun menyapa. Ia tak canggung
karena semua murid asing SMA Hak Kun ia kenal karena sama-sama menjadi anggota
Klub Anak Rantau.
Luna, Rania, dan Linda mendapat giliran
paling akhir berganti pakaian. Ketika melihat Luna keluar dengan menggunakan hanbok berwarna pink, Amber langsung
menertawakannya. Karena cukup dekat dengan Luna, tentu saja Amber tahu jika
Luna tidak menyukai warna pink.
“Tunggu kejutan selanjutnya dari
Kucing saat liburan musim panas nanti.” Rania menyanggupi Amber. Membuat Luna
mengerucutkan bibirnya. Luna tahu apa yang dijanjikan Rania tentu saja foto
bersama memakai dress pemberian
Cheryl.
Selesai berganti baju, mengikuti
gadis lainnya, Luna pun sibuk melukis make
up di wajahnya. Tim Tari Buchaechum
menyeragamkan penampilan mereka. Selesai dengan make up, setiap anggota mengoreksi penampilan satu sama lain.
Setelah itu mereka keluar gedung olah raga untuk berfoto bersama anggota
Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun yang berada di gedung olah raga. Saat foto
bersama, beberapa murid menghampiri untuk minta foto bersama dengan murid asing
yang memakai hanbok.
Minhyun pun menghampiri lalu foto
bersama Luna, Rania, dan Linda. Ada foto berdua saja dengan Luna, juga berdua
saja dengan Rania. Lalu, bertiga bersama Luna dan Rania, dan berempat bersama
Luna, Rania, dan Linda. Walau teman-teman Luna menggoda, Minhyun
mengabaikannya.
“Kalian cantik dalam balutan hanbok.” Minhyun memuji.
“Aku apa Cue yang cantik?” Luna
menggoda.
“Kalian berdua lah.”
“Cie… cie….” Luna dan Linda kompak
menggoda.
“Minhyun Seonbae cocok lho sama Rania Seonbae.”
Linda melanjutkan menggoda Minhyun.
“Jadi, kalau mereka pacaran nggak
papa ya?” Luna menyambung.
“Nggak papa dong!”
“Kalian apaan sih!” Rania tersipu.
“Ayo kita ke tenda!” Dio berseru.
Obrolan tiga gadis asal Indonesia
dengan Minhyun pun harus diakhiri. Mereka pergi menuju tenda yang menjadi ruang
tunggu di belakang panggung utama.
Tak sampai duduk di tenda, tim Tari Buchaechum langsung dipanggil untuk
tampil. Tim Luna diumumkan sebagai tim perwakilan Persatuan Murid Asing yang
akan membawakan Tari Buchaechum. MC
pun menjelaskan jika Tari Buchaechum
yang dibawakan tim Luna berdasarkan gerakan dari BKK UI yang sedikit
dimodifikasi. Dio yang pertama naik panggung. Disusul Linda, Jae, Nath, Luna,
Esya, Sasha, Rania, dan Ira. Kesembilan gadis itu mengenakan hanbok berwarna pink.
Penonton bertepuk tangan menyambut.
Teriakan Daehwi yang memberi semangat pada Luna terdengar lantang membuat Luna
tersenyum. Luna sekilas saja menatap kursi penonton saat sudah siap di
posisinya. Saat lagu Onara diputar,
Luna dan timnya mulai menari. Tim Luna membawakan Tari Buchaechum diiringi lagu Onara
yang merupakan original soundtrack
dari drama Jewel In The Palace.
Tim Luna membawakan Tari Buchaechum dengan apik dan mendapat
sambutan meriah. Selesai menari, tim Luna tak langsung turun panggung. Setelah
memberikan kipas pada Mark Lee yang menunggu di samping panggung, tim Luna
mendapat mic masing-masing satu.
Mereka kembali berdiri di atas panggung dengan posisi Ira, Rania, Sasha, Esya,
Luna, Nath, Jae, Linda, dan Dio.
Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun
hanya mengeluarkan satu tim perwakilan untuk tampil dalam pentas seni. Merasa
sayang jika hanya menampilkan Tari Buchaechum,
anggota meminta tim perwakilan menambah satu penampilan. Setelah berunding,
akhirnya kesembilan gadis yang menjadi perwakilan akhirnya sepakat untuk
bernyanyi usai menampilkan Tari Buchaechum.
Lagu yang mereka pilih adalah Magic
Castle milik DBSK.
Walau bukan anggota Klub Vokal,
kedelapan gadis perwakilan Persatuan Murid Asing berusaha menyanyikan lagu
dengan baik. Bagi Rania yang merupakan anggota Klub Vokal, ini adalah
kesempatannya menunjukkan kemampuan vokalnya. Karena, di dalam klub ia tidak
dilibatkan dalam pertunjukan. Penampilan tim perwakilan Persatuan Murid Asing
SMA Hak Kun pun mendapat sambutan meriah.
***
Usai ganti baju, Linda tetap tinggal
di gedung olah raga untuk menemani Rania. Sedang Luna, bergegas kembali ke basecamp Klub Teater. Amber mengikuti
Luna, karena tujuannya datang ke Festival SMA Hak Kun adalah untuk membantu
Luna membuat video.
“Mana hanbok-mu?” Jaehwan menyambut saat Luna tiba di basecamp. “Wah, padahal aku pengen foto
sama kamu pakek hanbok lho!”
“Nanti kan dia juga pakai.” Sahut
seorang anggota perempuan. “Luna, coba sini cek hanbok-mu.” Gadis asal India itu memanggil Luna.
Selesai memasukan kostumnya ke dalam
ransel, Luna pun menghampiri gadis yang memanggilnya untuk memeriksa hanbok yang akan ia kenakan saat
pertunjukan. Ia mendesah setelah melihat hanbok
yang terlipat rapi di dalam kotak.
“Pink?” Bibir Luna bergerak namun
tak mengeluarkan suara.
Siswi asal India itu menarik Luna
hingga Luna ikut duduk di atas lantai. “Ini Jihoon sendiri yang membelinya.
Sepasang, untukmu dan untuknya. Ini kostum pernikahan kalian, kan?” Gadis itu
dengan lirih.
“Sepasang? Pink semua?”
Gadis asal India itu mengangguk. “Ini
cantik. Beneran. Kalau yang kamu pakai buat menari tadi kan pink tua, eum merah
jambu? Nah, ini pink soft. Cantik
sekali.”
Luna cemberut.
“Dia bilang padaku, tolong berikan ini pada Luna Seonbae.
Untuknya. Tidak usah dikembalikan setelah pertunjukan.”
Kedua mata bulat Luna melebar
mendengarnya.
“Aku tanya, kenapa tidak kau berikan
langsung padanya? Kata Jihoon, Luna
Seonbae sangat sibuk, lagi pula Seonbae yang mengatur urusan kostum. Jadi aku
serahkan pada Seonbae saja.”
Luna mengedipkan kedua matanya.
Tiba-tiba ia merasa seolah ada bunga-bunga bermekaran di hatinya.
“Kau sangat beruntung mendapatkan
cowok kayak Jihoon. Aku harap hubungan kalian awet.” Gadis India itu menepuk
punggung tangan kanan Luna.
Luna merasa hangat dan ia tidak bisa
menahan diri untuk tidak tersenyum.
“Ayo kita beri dukungan untuk Rania Seonbae.” Jihoon menyela. Tiba-tiba saja
ia berdiri di samping kanan Luna yang duduk bersimpuh di atas lantai.
Luna mendongak. Menatap Jihoon yang
menjulang di sampingnya. Tiba-tiba ia merasakan panas di wajahnya.
“Rania mau tampil lagi?” Tanya siswi
asal India yang duduk di samping kiri Luna.
Jihoon tersenyum dan mengulurkan
tangan kanannya. Luna membalas senyum dan meraih uluran tangan Jihoon yang
kemudian menariknya untuk berdiri.
“Hey! Rania mau tampil apa?” Siswi
India menuntut jawaban.
“Lekas ke panggung utama. Ini kejutan!”
Luna tersenyum manis lalu meninggalkan basecamp
bersama Jihoon.
Jihoon tahu perihal special stage Rania dan Minhyun dari
Luna. Sore itu tak sengaja ia berkunjung ke rooftop
Luna. Di sana ada Minhyun dan Rania. Walau sudah tahu Minhyun sudah berbaikan
dengan Luna, itu pertama kalinya Jihoon melihat Minhyun berada di rooftop Luna. Ternyata Minhyun dan Rania
ke sana untuk membahas kostum untuk special
stage mereka. Merasa tak paham, Jihoon pun bertanya pada Luna. Dengan riang
Luna menjelaskan bagaimana Minhyun dan Rania terpilih sebagai pasangan special stage. Jihoon ternganga. Tak
menyangka Minhyun dan Rania dipersatuan oleh sebuah undian yang dibuat atas ide
Taemin.
Luna dan Jihoon sampai di depan
panggung utama. Luna baru menyadari Amber sudah berada di sana. Ia tak tahu
kapan rekannya itu meninggalkan basecamp
Klub Teater. Linda yang sudah ganti kostum memakai seragam musim panas SMA Hak
Kun menghampiri Luna. Ia mengaku sendirian usai membantu Rania mempersiapkan
penampilannya.
Luna diam dan berpikir. Linda
biasanya ditemani Guanlin dan Daniel. Sesaat tadi Guanlin sibuk membantu
penampilan perwakilan Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun. Mungkin pemuda itu
masih sibuk. Sedang Daniel, jika pemuda itu tidak bersama Linda, mungkin saja
pemuda itu tak ke sekolah. Setelah menyimpulkan hal itu, Luna mengamati
sekelilingnya. Begitu ramai. Ada murid SMA Hak Kun yang membaur dengan murid
SMA lain dan pengunjung umum. Pasti sangat sulit menemukan Daniel jika pemuda
itu ada di antara kerumunan.
MC mengumumkan special stage yang dipersembahkan khusus oleh anggota OSIS.
Mendengarnya, Luna pun kembali menatap panggung. Ia kembali memperhatikan
panggung. Karena kursi sudah penuh, Luna, Linda, dan Jihoon berdiri di sisi
kiri tak jauh di depan panggung. Walau Rania yang akan tampil, Luna ikut merasakan
gugup. Jika tadi mereka tampil secara bersama-sama, kali ini Rania akan tampil
berdua saja dengan Minhyun. Tapi, Luna yakin Rania bisa tampil dengan apik.
Saat perpisahan SD, sahabatnya itu pun tampil menyanyi solo.
MC menjelaskan tentang proyek
rahasia yang dikerjakan OSIS bersama murid terpilih. Siswi dan siswa di atas
panggung itu menjelaskan bagaimana proyek itu dikerjakan mulai dari awal.
Selesai menjelaskan, dua MC langsung mengundang dua murid yang terpilih dalam
proyek yang sebelumnya sudah disebutkan satu murid asing dan satu anggota OSIS.
Ketika Minhyun dan Rania naik ke atas panggung, terdengar suara kaget berjamaah
dari penonton. Jihoon dan Luna kompak tersenyum ketika mendengarnya.
Minhyun dan Rania naik ke atas
panggung. Keduanya terlihat canggung. MC memawawancarai keduanya yang terpilih
melalui proses undian. Minhyun dan Rania mengungkap perasaan masing-masing
dengan jujur. Ungkapan yang membuat penonton tertawa, tapi kemudian tersentuh.
Sudah menjadi rahasia umum jika sebelumnya Minhyun dan Luna perang dingin.
Rania yang sahabat Luna tentunya mengalami masa sulit ketika terpilih dan harus
menjadi patner Minhyun. Penonton bertepuk tangan demi memberi dukungan pada
Minhyun dan Rania. Dari bawah panggung, Jaehwan tak sungkan berteriak demi memberi
dukungan pada Minhyun dan Rania.
MC mempersilahkan Minhyun dan Rania
untuk menampilkan proyek rahasia mereka. Siang itu, Minhyun mengenakan kostum
berwarna hitam, sedang Rania memakai dress
selutut warna merah. Kostum itu usul Luna. Menurut Luna merah dan hitam
adalah warna yang seksi yang cocok untuk penampilan keduanya. Ketika lagu Trouble Maker (HyunA & Hyunseung)
mulai terdengar, penonton pun bersorak. Minhyun dan Rania pun mulai menari.
Taemin yang duduk di barisan kursi
paling depan tersenyum lebar dan bertepuk tangan. Proyeknya sukses. Berkat
usahanya pula dance Trouble Maker
yang dibawakan Minhyun dan Rania tak terkesan vulgar. Ia merasa puas walau
bukan dirinya dan Luna yang membawakan tarian itu.
Penonton menyambut antusias
penampilan duet Minhyun dan Rania. Special
stage ditutup dengan penampilan Jisung, Minhyun, dan Sungwoon. Ketiganya,
sebagai ketua klub menyumbang penampilan. Menyanyikan lagu Lean on Me - Forever And A Day. Penonton terbius oleh kemampuan
vokal tiga ketua klub itu. Luna, Rania, dan Linda yang menonton bersama dibuat
merinding ketika mendengarkan vokal Sungwoon, Minhyun, dan Jisung. Setelah
penampilan Jisung, Sungwoon, dan Minhyun, panggung diisi acara bebas dari
panitia karena telah tiba waktu istirahat makan siang.
***
- Mezzaluna:
Detik-detik Pementasan Klub Teater -
Kemarin dan pagi tadi aku bisa
menampilkan pertunjukan semaksimal yang aku bisa. Tapi, siang ini rasanya
berbeda. Walau sudah berlatih dengan baik dan teman-teman meyakinkan bahwa
penampilanku sudah bagus, aku masih merasa kurang percaya diri. Rasa gugup yang
membuat detub jantungku bertalu-talu pun tak kunjung reda.
Huft… bagaimana ini? Kami sudah di
sini, di dalam gedung olah raga. Semua keperluan pementasan sudah kami bawa
kemari. Teman-teman sesama anggota Klub Teater pun sibuk mempersiapkan diri.
Kami makan siang dengan cepat, lalu bersama-sama memboyong segala keperluan
pementasan ke gedung olah raga. Saat ini, teman-teman pun sibuk mempersiapkan
diri. Tapi, aku malah duduk saja seperti ini. Aku merasa gugup dan tidak
percaya diri.
Tahun lalu, naskah yang aku tulis
yang terpilih untuk dipentaskan. Menurut ketua terdahulu naskah itu unik. Semua
anggota menyetujui keputusan ketua. Tahun ini pun pemilihan naskah dilakukan
sebelum pergantian ketua. Ketua sebelumnya dan Jisung yang menjabat posisi
ketua saat ini secara pribadi memintaku menulis naskah untuk pertunjukan tahun
ini. Jujur aku merasa tersanjung. Anggota pun kembali setuju. Tapi, aku merasa
sial karena peran utama justru jatuh padaku.
Aku suka berada di Klub Teater ini,
tapi untuk tampil di depan layar, jujur aku tidak pernah mengharapkannya. Aku
lebih suka menulis naskah untuk menuangkan ide gila di kepalaku. Aku lebih suka
teman-teman yang menjadi pemeran di atas panggung. Kalau boleh, aku lebih suka
menjadi sutradara daripada pemain. Seperti tahun lalu, aku menjadi penulis
naskah dan asisten sutradara. Membantu ketua mengatur para pemain. Tapi, kenapa
tahun ini mereka malah memilihku menjadi pemeran utama? Sebenarnya, aku tidak
suka ini!
Selain itu, karena lawan mainku
adalah Park Jihoon. Memang selama ini kami sudah berakting dengan baik menjadi
sepasang kekasih. Tapi, berakting di atas panggung sangat berbeda dengan yang
kami lakukan. Terlebih belakangan ini perasaanku sering dibuat tak karuan ketika
bersamanya. Apa aku mulai menyukainya? Jatuh hati padanya? Tapi, perasaanku pun
kadang tak karuan saat aku berada di dekat Daniel. Ah! Kenapa pikiran ini
muncul di saat seperti ini? Membuat detak jantungku makin nggak karuan.
Aku merasakan ponsel yang sedang aku
genggam bergetar. Segera kuperiksa, ternyata sebuah pesan dari Daniel. Daniel?
Buru-buru aku membukanya dan membaca pesan itu.
Aku tidak melewatkan pertunjukanmu. Itu keren sekali.
Kau juga terlihat cantik dalam balutan Hanbok. Warna pink sangat cocok untukmu.
“Cocok apaan!” Duh! Kenapa wajahku
jadi panas begini?
Tadi pagi aku sedikit terlambat. Tapi, aku di sini. Sekarang
kami sedang makan siang. Menunggu pertunjukan puncak dari Mezzaluna. Aku sangat
menantikannya. Luna, fighting!
Aku tidak bisa menahan diri. Wajahku
terasa panas dan aku tersenyum. Pesan singkat itu sukses membuatku merasa lebih
baik. Tapi, apa ini? Ya ampun!
“Kenapa kau senyum-senyum gitu?”
Serta merta aku mendongakan kepala.
Aku menghela napas lega karena Jaehwan yang menangkapku sedang tersipu-sipu
karena pesan Daniel.
“Oppa-ku
memberi dukungan. Wajar kan kalau aku bahagia!” Aku beralasan.
“Hyung
yang waktu itu ya?” Jaehwan memiringkan kepalanya. “Bukannya dia janji mau ke
Korea saat festival?”
Aku mengedikkan bahu. Kuamati,
Jaehwan sudah berganti kostum. Ia menggunakan kostum rusa. “Secepat ini ganti
kostumnya. Apa kamu nggak kepanasan?”
“Lumayan. Tapi, aku baik-baik saja.
Kau tahu? Aku sangat antusias!”
Aku bisa memahami perasaan Jaehwan.
Tahun kemarin, dalam pertunjukan ia menjadi pohon. Tahun ini, walau tidak
mendapatkan peran utama, tapi sosok rusa cukup penting dalam kisah Peri dan Penebang Kayu yang akan kami
pentaskan. Wajar jika ia jadi sangat antusias.
“Bagaimana penampilanku?” Jisung
menghampiri kami. Ia memakai hanbok
untuk perempuan. Wajahnya pun telah disulap menjadi wanita tua.
Selain bisa menuangkan ide di
kepala, satu hal yang aku sukai dari bergabung Klub Teater adalah kami diajari make up untuk berdandan sesuai karakter
yang akan kami pentaskan. Saat ini, make
up artist terbaik kami adalah satu senior laki-laki. Wajah Jisung yang
berubah bak wanita tua itu adalah karyanya. Sampai sekarang aku masih belajar
padanya.
“Wah! Kau benar terlihat seperti
nenek-nenek.” Jaehwan terkagum-kagum.
“Aiden Kim Seonbaenim yang terbaik.” Jisung memuji kemampuan senior kami.
Memang hanya dia yang terbaik hingga saat ini.
“Luna! Kenapa kamu masih duduk di
sini? Belum ganti baju, belum merias wajah juga. Gimana sih?” Jisung menegurku.
“Aku kan tinggal ganti baju aja.”
“Tapi, make up mu itu perlu diperbaiki. Semua udah ganti kostum lho! Cepat
ganti!” Jisung meraih tangan kananku. Memaksaku untuk berdiri.
“Yo! Ini tokoh ibu?” Amber datang
menghampiri kami dengan membawa kamera di tangannya. Ia menyorot Jisung.
“Iya. Dia ibu penebang kayu dan aku
rusa.” Jaehwan yang menjawab.
“Rusa? Ibu peri?”
“Ya seperti itu lah. Omo!” Jaehwan kaget. Kami pun mengikuti
arah pandangannya.
Aku tahu itu Daehwi. Kami sudah
membicarakan kostum yang akan ia pakai saar pertunjukan.
“Seonbae,
ini aku!” Daehwi memprotes kekagetan Jaehwan.
“Kostummu kenapa begini?” Jaehwan
mengamati penampilan Daehwi dari atas ke bawah. “Ini… apa? Kamu kan jadi
narator. Tapi, kenapa dandananmu kayak gini?”
Aku tersenyum, turut memperhatikan
Daehwi. Ia mengenakan hanbok. Memakai
wig dan jenggot putih panjang. Ia membawa gulungan kertas dan membawa tongkat
kayu.
“Iya, aku narator. Aku berdiskusi
dengan Luna Seonbae, kostum apa yang
cocok untuk kukenakan saat pertunjukan. Luna Seonbae mengusulkan kostum hitam ala penyihir atau kostum putih ala
malaikat. Menurut Luna Seonbae,
narator itu bagai sang waktu yang mengetahui keseluruhan cerita. Yang
menggiring imajinasi penonton untuk turut masuk ke dalam cerita.
“Sang waktu bisa digambarkan seperti
penyihir tua atau malaikat yang abadi. Lalu, kami berpikir lebih keras lagi.
Karena pada dasarnya yang akan kita tampilkan adalah kisah cinta, menurut kami
alangkah baiknya kalau narator menggunakan kostum dewa cinta dalam mitologi
kuno. Tapi, setelah kami mencari informasi, kebanyakan simbol dewa cinta justru
perempuan. Yang paling terkenal adalah Dewi
Aphrodite dalam mitologi Yunani. Masa iya aku pakek kostum cewek?
“Lainnya, ada Eros, Cupid dari
Yunani. Aku merasa kurang pas. Sampai akhirnya kami menemukan Yue Lao, dewa cinta dari Cina. Jadilah
ini. Karena tidak bisa menemukan kostum yang mirip dengan Dewa Yue Lao, aku memakai hanbok.
Hanya rambut dan jenggot putih, tongkat kayu dan gulungan kertas ini yang
mewakili beliau.” Daehwi menunjuk dirinya sendiri.
“Bukankah kostum Cupid lebih nyaman untuk
pertunjukan musim panas?” Amber bertanya dari balik kamera yang menyorot
Daehwi.
“Bertelanjang dada? Tidak! Tidak!
Luna Seonbae mengusulkan kostum putih
ala Yunani, lalu memakai sayap. Tapi, menurutku itu terlalu umum. Kostum Dewa Yue Lao ini lah yang unik. Aku
baik-baik aja kok.”
“Memang unik sih! Jadi, ini Dewa Yue Lao versi Korea?” Amber
memberikan satu jempolnya untuk Daehwi.
“Tadinya aku mau usul dia pakek baju
dalang aja. Tapi, ntar aku yang kerepotan.” Aku menyela, menggunakan bahasa
Inggris.
“Wah! Itu kan juga unik.” Amber
mengomentari ucapanku.
Jihoon muncul dan menghampiri kami.
Ia pun sudah berganti kostum. Menggunakan kostum rakyat jelata Korea di masa
lampau berwarna coklat. Aiden Kim Seonbaenim
juga merias wajahnya. Tapi, sangat natural. Sosok penebang kayu itu tergambar
jelas dari penampilan Jihoon.
Sial! Wajahku memanas ketika kami
bertemu pandang. Jihoon berubah menjadi penebang kayu Korea masa lampau dalam
versi tampan.
“Wah! Ini dia tokoh utamanya.” Amber
menyambut Jihoon. Ia menyorot Jihoon dengan kamera di tangannya. “Penebang kayu
yang tampan.”
Jihoon tersipu ketika Amber
memujinya tampan. Melihat senyum malu-malu di wajah Jihoon, aku turut
tersenyum.
“Kau merasa deja vu? Sudah tidak asing dengan kostum seperti ini kan?” Amber
melanjutkan.
“Iye.”
Jihoon menjawab dengan sopan.
“Semasa aktif jadi aktor cilik, Park
Jihoon banyak mendapat peran di drama kolosal, kan? Saeguk.” Amber melanjutkan. “Makanya kubilang apa kau merasa déjà vu.”
“Anakku sangat tampan, kan?” Jisung
berdiri di samping kiri Jihoon dan merangkulnya. “Tunggu dan saksikan
penampilan kami ya.” Ia tersenyum manis pada kamera.
“Ya! Kau! Bidadari dari Indonesia!
Kenapa kau masih duduk di situ? Lekas ganti baju!” Tiba-tiba saja Jisung
memarahiku.
Usai menyerahkan ponsel pada Amber,
aku pun bangkit dari dudukku. Amber menyorotku dengan kamera di tangannya.
“Bidadari dari Indonesia? Wah!
Sepertinya pertunjukan kali ini akan sangat berbeda ya? Katakan sesuatu Nona
Bidadari dari Indonesia.” Amber ganti mewawancaraiku. “Kostum seperti apa yang
akan kau pakai? Melihat yang hadir di sini, semuanya unik.”
Mulutku sudah terbuka, hendak
menjawab pertanyaan Amber. Tapi, Devi tiba-tiba muncul. Dia teman seangkatanku.
Sesama murid asing yang juga menjadi anggota Klub Teater. Dia gadis asal India
yang ceria dan manis. Ia memegang tangan kananku, tanpa ragu menariknya.
“Di sini kau rupanya! Aiden Kim Seonbaenim mencarimu. Aduh! Kenapa kamu
belum ganti kostum? Kau ini kan peran utama!” Sambil mengomel, Devi menyeretku.
“Tunggu sebentar.” Aku melepas
tangan Devi. Gadis India itu terlihat semakin manis dalam balutan saree, baju tradisional asal India
berwarna hijau. Aku menyukai warnanya. Kapan-kapan, aku ingin mencoba memakai
sari.
Aku kembali ke tempat semula aku
duduk dan menyambar tas ranselku. Lalu, aku kembali pada Devi. Mengikutinya
yang berjalan menuju ruang ganti khusus untuk murid perempuan. Di dalam ruang
ganti, aku bertemu dengan Yuki, murid asal Jepang yang juga menjadi anggota
Klub Teater. Ia sudah mengenakan Kimono
berwarna ungu dengan motif bunga-bunga. Yuki menyanggul rambutnya dengan gaya
simpel. Membuatnya terlihat cantik dan anggun.
Selain Yuki, aku juga bertemu Fei.
Anggota Klub Teater, murid asal Cina. Ia mengenakan baju Cina klasik berwarna
biru. Fei menata rambutnya bak gadis Cina di masa lampau. Sama seperti Yuki ia
juga terlihat anggun dan cantik.
Devi, Yuki, dan Fei adalah tiga
murid asing anggota Klub Teater yang menjadi bidadari bersamaku. Karena adanya
murid asing selain diriku dalam Klub Teater, aku sengaja membuat drama kali ini
berbeda. Keempat anggota yang merupakan murid asing berperan sebagai bidadari
bersama tiga anggota lainnya.
Yuki dan Fei menyapaku. Bersama Devi
mereka menemaniku menunggu ruang kosong untuk berganti kostum. Lalu, tiga
anggota yang juga menjadi bidadari keluar dari bilik ganti dan menghampiri
kami. Mereka mengenakan hanbok warna
kuning, oranye, dan merah. Jadi, tujuh bidadari sedang mengobrol di ruang
ganti. Aku tersenyum karenanya.
Eh? Ngomong-ngomong sebentar lagi Queen akan tampil bersama Klub Vokal,
kan? Aku ingin nonton, tapi bagaimana ya? Aku belum ganti kostum. Lagi pula,
kalau aku keluar dengan memakai kostumku, tidak akan seru. Hmm maafkan aku, Queen. Aku mendukungmu dari sini saja
ya.
Aku terkejut karena Devi tiba-tiba
mendorongku. Oh, ternyata ada bilik ganti yang kosong. Baiklah! Mari kita mulai
pertunjukkanya!
***
Setelah istirahat makan siang, satu
siswi dan satu siswa naik ke atas panggung. Mereka adalah MC untuk sesi kedua
di hari kedua festival. Kedunya membuka acara untuk melanjutkan pentas seni di
hari kedua. Usai berbasa-basi sejenak, MC menyebutkan penampilan pertama untuk
sesi kedua. Sebuah pertunjukan pantomim dari anggota OSIS dan perwalilan kelas.
Klub Vokal menjadi pengisi panggung
ketiga pada sesi kedua. Daerin dan Sungwoon turut tampil. Klub Vokal
menampilkan nyanyian akapela. Penampilan apik yang sukses memukau penonton.
Anggota Klub Teater mulai mengusung
properti yang akan mereka gunakan untuk pertunjukan ke dekat panggung. Mereka
akan menjadi pengisi panggung kelima. Karenanya, saat Klub Vokal sedang tampil,
mereka sudah mempersiapkan diri.
Setelah MC mengundang Klub Teater
untuk tampil, anggota klub mulai melakunan persiapan di atas panggung. Sebagai
salah satu dari tiga klub terbesar di SMA Hak Kun, Klub Teater memiliki banyak
anggota. Mereka pun terkenal sebagai klub dengan anggota paling kompak. Karena image itu, Klub Teater punya daya tarik
tersendiri hingga penampilan mereka selalu dinanti.
Terlebih pada angkatan sekarang ada
Park Jihoon yang seorang aktor yang sedang hiatus yang menjadi anggota Klub
Teater. Daya tarik Klub Teater pun semakin besar. Ketika MC mengumumkan mereka
yang akan mengisi panggung berikutnya, pengunjung berduyun-duyun mendekati
panggung utama. Karena kursi sudah penuh, banyak murid yang memilih duduk di
atas tanah lapang tepat di depan panggung.
Setelah persiapan panggung selesai,
musik instrumen mulai terdengar. Daehwi naik ke atas panggung. Sebagai narator,
ia menyapa penonton. Memperkenalkan dirinya serta pertunjukan yang akan
dibawakan klubnya. Penampilan Daehwi mendapat sambutan meriah. Joohee yang
duduk di antara penonton sempat dibuat terkejut melihat penampilan kekasihnya
itu. Joohee pun dibuat terpesona karena Daehwi menjalankan tugasnya sebagai
narator dengan baik. Daehwi sangat komunikatif dengan penonton. Selesai
berbasa-basi, Daehwi berubah serius dan mulai menjadi narator untuk pertunjukan
Fairy and Wood Cutter.
Setelah Daehwi membacakan narasi,
Jaehwan yang mengenakan kostum rusa naik ke atas panggung. Ia berlari dan di
belakangnya ada anggota yang berperan sebagai pemburu mengejar. Pemburu itu
berhasil melukai kaki rusa. Namun rusa terus berlari. Jaehwan berlari-lari
mengitari panggung. Sementara pemburu berakting seolah-olah mencari rusa.
Jaehwan dan pemburu menepi, lalu suara
Daehwi yang membacakan narasi terdengar. Jihoon pun naik ke atas panggung.
Penonton yang didominasi pendukungnya pun bersorak menyambut. Jaehwan kembali
muncul dan meminta tolong pada Jihoon. Jihoon pun membantunya. Lalu, pemburu
menemui Jihoon. Bertanya apakah Jihoon melihat rusa. Jihoon berhasil mengelabui
pemburu. Melihat rusa terluka, ia pun membawa rusa itu pulang. Jihoon
mengendong Jaehwan di punggungnya dan menepi di dekat tangga masuk panggung.
Suara Daehwi kembali terdengar.
Kemudian Jisung yang berdandan ala wanita naik ke atas panggung. Jisung pun
mendapat sambutan meriah. Linda yang duduk di antara penonton dibuat ternganga
melihat penampilan Jisung. Jihoon yang menggendong Jaehwan di punggungnya
kembali muncul. Jisung menyambut Jihoon, lalu mengobati rusa yang terluka.
Jisung merawat luka rusa dengan baik.
Rusa mendengar obrolan ibu dan
penebang kayu. Ibu mendesak penebang kayu untuk segera menikah. Setelah ibu
pergi, rusa berkata pada penebang kayu. Karena nanti malam adalah malam bulan
purnama, rusa berjanji akan mengajak penebang kayu ke air terjun. Rusa
mengatakan, setiap bulan purnama akan ada bidadari yang mandi di sana. Rusa
berpesan agar penebang kayu mencuri baju bidadari agar bidadari tak bisa
kembali ke kahyangan.
Setelah Daehwi membacakan narasi,
Jihoon dan Jaehwan bersembunyi. Lalu, ketujuh bidadari naik ke atas panggung.
Munculnya tujuh bidadari membuat penonton riuh. Hanya tiga bidadari yang
mengenakan hanbok. Sedang empat lainnya
ada yang memakai kimono, saree, dan baju tradisional Cina. Yang
paling menarik perhatian adalah penampilan Luna.
“Dia itu memang selalu nggak bisa
ditebak.” Rania menggeleng, lalu tersenyum melihat penampilan Luna.
“Itu baju tradisional Indonesia juga
ya? Mirip yang dipakai Linda kemarin.” Sungwoon yang berdiri di samping kirinya
bertanya.
“Iya. Itu kebaya. Tapi versi modern. Kalau aslinya jaritnya, anu maksudku
roknya panjang. Mungkin Luna sengaja menampilkan seperti itu agar unik. Dan
mungkin karena ini musim panas. Jadi, dia memilih kebaya lengan pendek. Tapi, kenapa warna pink? Apa itu kesepakatan
anggota klub?”
“Kenapa memangnya?” Giliran Jinyoung
yang berdiri di samping kanan Rania yang bertanya.
“Luna kan nggak suka warna pink.”
Secara diam-diam, Jihoon mencuri
selendang berwarna pink. Lalu, kembali bersembunyi. Ketika semua bidadari
selesai mandi, hanya Luna yang tidak menemukan selendangnya. Ia pun terpaksa
tinggal. Sementara keenam rekannya kembali ke kahyangan. Jihoon pun keluar dari
persembunyiian dan menghampiri Luna.
Selain menampilkan konsep tujuh
bidadari yang berbeda dari versi aslinya karena ada bidadari berasal dari
Jepang, India, Cina, dan Indonesia. Luna juga menggunakan lagu Jepang, India,
Cina, dan Indonesia dalam pertunjukan. Bahkan pertunjukan ditutup dengan lagu Happy Ending dari film India Tees Maar Khan. Semua pemeran drama naik
ke atas panggung dan menari sebagai penutup dari pertunjukan Klub Teater.
Pertunjukan Klub Teater ditutup dengan kemeriahan. Penonton turut berbahagia
dengan para pemain yang berjoged di atas panggung.
Anggota Klub Teater masih merasakan
kemeriahan panggung yang sudah berlalu satu jam yang lalu. Basecamp Klub Teater masih dipenuhi keceriaan. Anggota terlihat tak
lelah berberes properti usai pertunjukan. Luna yang baru saja kembali tersenyum
melihat antusiasme teman-temannya. Ia telah mengganti kostum. Kembali memakai
seragam musim panas SMA Hak Kun.
Luna berjalan mendekati Jihoon yang
duduk di atas lantai. Membereskan properti bersama Jaehwan, Daehwi, dan Jisung.
Luna membawa kotak berisi hanbok
bersama.
“Devi bilang hanbok ini kamu yang beli.” Suara Luna menarik perhatian empat
pemuda yang sebelumnya membereskan properti sambil mengobrol.
“Oh iya. Benar. Itu buat kamu.” Jihoon
tersenyum manis pada Luna yang sudah duduk di samping kirinya.
“Woo…” Jaehwan dan Daehwi kompak
menggoda.
“Jihoon, tadi waktu kamu rap dan
nyanyiin Marry U dari Super Junior, keren lho! Aku sampai
merinding.” Daehwi memuji penampilan Jihoon.
“Aku juga merinding waktu mereka
duet Way Back To Love.” Jisung ikut
memuji duet Jihoon dan Luna.
“Paling seru tarian bersama kita ya.
Ini pertama kalinya aku mendengar lagu India. Enak juga lagunya.” Jaehwan tak
mau kalah berbagi kesan.
“Luna pasti bekerja keras untuk
itu.” Jisung merasa bersalah karena tak banyak membantu Luna.
“Google
yang bekerja keras untuk kita.” Luna tersenyum manis.
“Luna! Ada yang cari kamu tuh!” Devi
berseru.
Bukan hanya Luna, tapi Jisung,
Jihoon, Daehwi, dan Jaehwan ikut menoleh ke arah suara. Luna terkejut melihat
Daniel muncul di basecamp Klub Teater
yang sedang ramai. Jihoon mengerutkan kening melihat kemunculan Daniel. Sedang
Daehwi, Jisung, dan Jaehwan saling melempar pandangan. Mulut mereka bergerak
namun tak mengeluarkan suara.
Luna bangkit dari duduknya dan
bergegas mendekati Daniel. Entah sengaja atau tidak, Jihoon pun ikut bangkit
dari duduknya. Ia hanya berdiri diam mengamati Luna yang berjalan mendekati
Daniel.
“Tumben ke sini.” Luna menyapa
Daniel. Ia merasa sungkan karena anggota Klub Teater curi-curi pandang di
tengah kesibukan mereka.
“Mengantarkan paket untukmu.” Daniel
tersenyum lebar.
“Paket??” Luna bingung.
“Tunggu sebentar.” Daniel berbisik.
Kemudian ia berdehem dan berkata, “Silahkan masuk!”
Luna mengerutkan kening. Menatap
pintu basecamp yang terbuka separuh.
Mata bulat Luna melebar ketika ia melihat Dinar masuk ke dalam basecamp. Disusul Aro dan Bunda. Luna
tersenyum sekaligus menangis. Ia berlari mendekati sang bunda, lalu menghambur
memeluknya.
Daniel tersenyum puas melihatnya. Di
belakangnya, Jihoon turut tersenyum melihat Luna yang sedang memeluk ibunya.
***
Usai festival, Luna makan malam
bersama keluarganya; Bunda, Aro, dan Dinar. Rania dan ibunya pun ikut. Daniel,
Jihoon, Minhyun, dan Linda pun turut serta. Mereka berkumpul di sebuah restoran
keluarga untuk merayakan kesuksesan hari ini.
Pagi tadi Daniel terlambat. Ketika
ia melintas di depan rumah Ibu Kecil, ia melihat Dinar di sana bersama dua
orang wanita dan satu pemuda. Daniel pun menyapa Dinar. Dinar memperkenalkan
ibunya, kakaknya, dan Ibu Rania pada Daniel. Dinar dan rombongannya bermaksud
mengunjungi Ibu Kecil. Dinar pun mengatakan akan pergi ke sekolah untuk
menonton pertunjukan Luna. Daniel pun menawarkan diri menjadi pemandu. Dinar
setuju. Ia meminta nomer ponsel Daniel agar bisa menghubungi pemuda itu saat
tiba di sekolah.
Dinar yang menceritakan kronologi
itu saat makan malam. Sayangnya Ibu Kecil tidak bisa bergabung untuk menonton
pertunjukan Luna. Padahal beliau menyumbang ide untuk pertunjukan Tari Buchaechum. Rania sendiri tak tahu jika
ibunya akan pergi menonton. Baik Luna dan Rania tak menduga jika keluarganya
berada di sekolah dan menonton semua pertunjukan mereka.
Ibu Luna senang melihat Luna dan
Minhyun kembali baikan. Ia pun senang bisa bertemu dengan Linda, Jihoon, dan
Daniel. Ia berpesan agar Luna, Rania, dan Linda rukun. Karena hanya mereka
bertigalah murid asal Indonesia di SMA Hak Kun. Suasana makan malam bersama itu
sangat akrab dan hangat.
Aro menghampiri Luna yang berdiri di
teras ruang VIP yang mereka sewa untuk makan malam. Ia tersenyum menatap adik
bungsunya yang sedang menatap gemerlap lampu kota.
“Lega?” Tanya Aro.
“Banget. Makasih ya Mas.”
Aro tersenyum dan mengelus puncak
kepala Luna.
“Oya, ritual mandi tujuh jenis buah
jeruk waktu itu untuk apa sih?”
“Buang sial. Kamu kebanyakan
pikiran. Jeruk bikin rileks, kan?”
“Buang sial apa bikin rileks?”
“Dua-duanya.”
Jihoon tersenyum menatap Aro dan
Luna.
“Oppa
tertua Luna. Sekaligus oppa
kesayangan Luna.” Rania berdiri di samping kiri Jihoon. Turut menatap Luna dan
Aro di teras.
“Oppa
yang tahu semua rahasia Luna.” Rania menghela napas panjang. “Luna bisa
berbohong pada kita semua, termasuk pada ibunya. Tapi, dia nggak pernah bohong
di depan Mas Aro.”
Jihoon tak berkomentar. Hanya diam
memperhatikan Aro.
“Mas Aro itu punya kelebihan. Apa
ya, indera keenam gitu lah. Jadi, dia bisa nerawang seseorang. Makanya kamu
hati-hati kalau di depan dia.”
“Mwo?”
Jihoon menoleh, menatap Rania.
Rania tersenyum. “Serius itu. Tapi,
aku tahu kamu nggak jahat sama Luna. Makasih ya buat semuanya. Sampai detik
ini.”
Jihoon tersenyum dan mengangguk.
Daniel duduk di dalam ruang makan.
Ia menatap keluar jendela kaca. Jihoon dan Rania berdiri di dekat pintu. Sedang
di teras sana, ada Aro dan Luna. Daniel menelan sisa makanan di dalam mulutnya.
Lalu, mengehela napas pelan.
Linda yang duduk di samping kirinya
menyikut Daniel. Membuat perhatiannya teralihkan. Linda menunjuk ponsel di
tangannya. Memberi kode agar Daniel memeriksa ponselnya.
Daniel pun meraih ponselnya. Ada
pesan masuk dari Linda. Ia mengerutkan kening dan kembali menatap Linda. Tapi, gadis
itu kembali menuding ponsel. Daniel pun membuka pesan dari Linda.
Tenang saja, kalau jodoh nggak akan kemana. Fakta bahwa kamu
diundang makan bersama malam ini oleh keluarga Luna Seonbae, aku yakin mereka welcome
padamu. Mereka menerimamu. Kita tahu Jihoon dan Luna Seonbae hanya pura-pura pacaran. Jadi, kamu masih punya kesempatan.
Kang Daniel, Fighting!
Daniel tersenyum usai membaca pesan
Linda. Ia menoleh, kembali menatap Linda. Gadis itu tersenyum padanya, lalu
kembali melanjutkan makan. Daniel menghela napas. Kembali menatap ke teras.
Rania dan Jihoon sudah bergabung bersama Aro dan Luna. Minhyun juga ada di
sana.
Ketika menoleh, Daniel mendapati
Dinar yang duduk di hadapannya sedang menatapnya. Daniel terkejut selama
beberapa detik, lalu tersenyum canggung, dan kembali melanjutkan makan.
***
DBSK - Magic
Castle cover by: Perwakilan Persatuan Murid Asing SMA Hak Kun (Luna, Rania,
Linda, Dio, Esya, Ira, Jae, Nath, Sasha)
(Luna) 믿을 수 있나요 나의 꿈속에서
mideul su innayo na-ye kkumsogeso
너는 마법에 빠진 공주란 걸
noneun mabobe ppajin gongjuran gol
(Dio) 언제나 너를 향한 몸짓엔
onjena noreul hyanghan momjisen
수많은 어려움뿐이지만
sumaneun oryoumppunijiman
(Esya) 그러나 언제나 굳은 다짐뿐이죠
geurona onjena gudeun dajimppunijyo
다시 너를 구하고 말거라고
dasi noreul guhago malgorago
(Linda) 두 손을 모아 기도 했죠
du soneul moa gido hetjyo
끝없는 용기와 지혤 달라고
kkeut-omneun yonggiwa jihyel dallago
(Nath) 마법의 성을 지나 늪을 건너
mabob-eui songeul jina neupeul gonno
어둠의 동굴 속 멀리 그대가 보여
odum-eui donggul sok molli geudega boyo
이제 나의 손을 잡아보아요
(Ira) ije na-ye soneul jababoayo
우리의 몸이 떠오르는 것을 느끼죠
uri-ye momi tto-oreuneun goseul neukkijyo
(Luna) 자유롭게 저 하늘을 날아가도
jayuropge jo haneureul naragado
놀라지 말아요
nollaji marayo
(Rania) 우리 앞에 펼쳐질 세상이
uri ape pyolchyojil sesangi
너무나 소중해 함께라면
nomuna sojunghe hamkkeramyon
(Sasha) 마법의 성을 지나 늪을 건너
mabob-eui songeul jina neupeul gonno
어둠의 동굴 속 멀리 그대가 보여
odum-eui donggul sok molli geudega boyo
이제 나의 손을 잡아보아요
(Jae) ije na-ye soneul jababoayo
우리의 몸이 떠오르는 것을 느끼죠
uri-ye momi tto-oreuneun goseul neukkijyo
(Rania) 자유롭게 저 하늘을 날아가도
jayuropge jo haneureul naragado
놀라지 말아요
nollaji marayo
(Dio) 우리 앞에 펼쳐질 세상이
uri ape pyolchyojil sesangi
(Luna) 너무나 소중해 함께있다면
nomuna sojunghe hamkkeitdamyon
Credit
Hangul :: Melon Music
Romanization :: Chichan-Onew
INDONESIAN TRANSLATION
Dapatkah kau percaya?
Dalam mimpiku kau adalah putri yang terperangkap dalam sihir
Meskipun banyak rintangan selalu menghadangku menuju
tempatmu
Namun aku selalu berjanji pada diriku sendiri
Bahwa aku akan menyelamatkanmu lagi
Aku menengadahkan kedua tangan untuk berdoa
Memohonkan kekuatan dan kearifan yang abadi
Melewati kastil sihir dan menyebrangi rawa
Terlihat dirimu jauh di dalam gua yang gelap
Sekarang genggamlah tanganku
Dan rasakanlah tubuh kita melayang ke udara
Meskipun kita terbang bebas di langit sana
Kau jangan terkejut
Dunia yang terbentang di depan kita
Sangatlah berharga ketika kita bersama
Melewati kastil sihir dan menyebrangi rawa
Terlihat dirimu jauh di dalam gua yang gelap
Sekarang genggamlah tanganku
Dan rasakanlah tubuh kita melayang ke udara
Meskipun kita terbang bebas di langit sana
Kau jangan terkejut
Dunia yang terbentang di depan kita
Sangatlah berharga ketika kita bersama
Indonesian translation: http://haerajjang.wordpress.com
0 comments