Fly High! - Lima
05:05Fly High!
- Lima -
Al dan Oi menatap kertas di tangannya. Kertas berisi lirik
lagu yang dipilih Meyra untuk keduanya bernyanyi saat audisi.
Meyra mengangkat alisnya melihat
reaksi Al dan Oi. “Kenapa? Kalian nggak suka lagunya?”
“Nggak kok Eonni. Aku suka. Tapi, kenapa akustik gitu?” Oi yang pertama
merespon.
“Mm. Biar kalian lebih gampang
nyanyinya?”
“Eh?”
“Apa ya, kalau versi akustik nurut
aku lebih gampang buat nyanyinya. Lagian kalau pakek versi asli tapi tanpa dance…” Meyra diam sejenak. “Tapi, bisa
juga sih ya. Gimana sih? Kalian mau nyanyi versi akustik apa versi aslinya?”
“Aku versi apa aja ayo.” Oi menurut
saja pada pilihan Meyra.
“Al?” Meyra bertanya pada Al yang
diam sejak setelah mendengarkan musik instrumen yang dibuat Meyra.
“Kenapa pakek lagu India sih Mbak?” Al
balik bertanya.
“Kan pecinta plastik dan udel.
Jadinya aku bikinin instrumen lagu Korea dan India. Lagian itu semua lagu yang
pernah kita nyanyiin di Smule. Aku
udah cek file kita di Smule. Nurut aku suara kalian pas buat
tiga lagu itu.
“Badlapur
kita udah nonton filmnya. Keren, kan? Lalu, Jeena
Jeena yang jadi salah satu soundtrack-nya
easy listening banget lagunya. Spelling liriknya juga nggak susah-susah
amat. Kalian juga udah pernah duet lagu ini di Smule. Vokal kalian cocok kok.
“Trus, kenapa Black Pink? Karena Black Pink
dikenal sama non kpopers juga di
Indonesia. Kenapa Whistle, bukan Ddu Du Ddu Du yang sangat booming? Karena aku nggak nemuin versi
akustik dari Ddu Du Ddu Du. Kalau
disambungin sama Jeena Jeena, nurut
aku lebih masuk Whistle versi
akustik. Kalian juga pernah duet lagu itu kan di Smule? Rap Oi keren!
“Terakhir, kenapa Wanna One yang Energetic? Melihat dua lagu sebelumnya yang khas sama genjrengan
gitar, aku nemunya Energetic yang ada
guitar version. Jadi, aku nyambung
aja. Kenapa Wanna One? Karena Oi itu Wannable dan Al juga suka Wanna One, kan? Aku pikir kalian bakalan
enjoy kalau nyanyiin lagu dari idol yang kalian suka. Kebetulan di
Indonesia Wanna One juga terkenal. Duet
kalian di Smule nyanyi Energetic juga bagus. Rap Oi lagi-lagi keren! Jauh dari
sempurna emang, tapi bagus.”
Oi tersenyum mendengar pujian Meyra.
“Vokal Al juga bagus. Walau kalian
berdua jauh dari kata sempurna, tapi suara kalian bagus. Setelah men-download semua instrumennya, aku potong
dan gabungin lagunya. Oi nggak perlu nyanyiin semua rap di lagu Whistle
karena lagunya aku potong. Sama kayak Jeena
Jeena. Kalau Energetic, dari
sononya udah dipotong. Jadi, part rap
menjelang ending nggak ada.
“Itu alasan kenapa instrumen Energetic nggak aku potong. Jadi, kalian
nyanyiin sampai habis karena sebagai lagu penutup juga. Awalnya aku pengen
kalian nyanyiin Energetic dengan versi
aslinya. Nyanyi sambil diselipin dance
ala-ala kalian gitu deh. Niruin dikit aja koreografi asli Energetic. Tapi, itu nggak gampang. Vokal kalian bisa keganggu
karena kehabisan napas buat nyanyi sambil dance.
“Akhirnya aku pilih versi akustiknya
aja. Biar kalian bisa lebih fokus nyanyi. Biar vokal kalian lebih
menonjol. Mempertimbangkan ini itu, akhirnya aku pilih tiga lagu itu. Yang aku
rasa cocok untuk kalian. Maaf kalau kalian nggak suka. We have no time. But we also have no time to lose. Aku pikir, ini
akan membantu kalian.” Meyra menghela napas usai berbicara panjang lebar,
menjelaskan alasan ia memilih lagu untuk Al dan Oi.
“Jadi, instrumen itu modal download aja Eonni?” Tanya Oi.
“Yap. Kita nggak punya banyak waktu.
Download sana-sini, potong, gabungin.
Lumayan bagus kan hasilnya?”
“Iya. Trus, Eonni ngapain minta bantuan Ryo Oppa?”
“Cuman mau denger pendapat dia aja
sih.” Meyra nyengir. “Kalau adik-adikku bawain lagu ini buat audisi gimana?
Lalu, aku tunjukin file suara kalian
di Smule. Kata Ryo, oke kok. Ya udah
aku lanjut.”
“Kirain Ryo Oppa yang buatin instrumennya.”
“Kan udah aku bilang kita nggak
punya banyak waktu. Audisinya akhir bulan ini lho! Tapi, mungkin kalau kalian
lolos, Ryo bisa bantu. Waktu persiapannya hampir dua bulan kan?”
“Makasih ya. Eonni udah kerja keras demi kami. Aku setuju pakek lagu ini. Gimana
Al?” Oi bertanya pada Al.
Meyra turut menatap Al. “Oya, buat
acuan vokalnya, kalian bisa dengerin versi cover-nya
Jeena Jeena dari Aakash Gandhi featuring Shweta Subram. Kan yang nyanyi
cewek tuh. Untuk Energetic ada versi cover dari Ladies Code. Akustikan juga itu.”
“Oke.” Oi mengiyakan. Ia kembali
memeriksa kertas berisi cetakan lirik tiga lagu yang diberikan Meyra. Bahkan,
Meyra sudah membagi lirik yang harus dinyanyikan Al dan Oi.
“Untuk pembagian liriknya, ada yang
keberatan?” Melihat Oi serius memperhatikan kertas di tangannya, Meyra pun
bertanya. “Oi nggak papa kan nanyiin semua rap-nya?
Al kurang bagus kalau nyanyiin bagian rap.”
“Nggak papa Eonni. Aku masih bisa kok nyanyiin semua rap-nya.” Oi tersenyum.
“Kalau gitu, kita harus hafalin
liriknya nih.” Al akhirnya buka suara.
Meyra dan Oi kompak tersenyum
menatap Al.
“Makasih.” Al berterima kasih pada
Meyra.
“Hwaiting,
uri sarangeun dongsaeng![1]”
Meyra menyemangati Al dan Oi.
“Eonni,
spelling Jeena Jeena yang bener
gimana sih?” Oi bertanya bagaimana menyanyikan lagu Jeena Jeena yang berbahasa
India dengan benar.
“Ini kayak yang aku dengerin dari
penyanyinya ya.” Meyra pun mulai bernyanyi.
Al tersenyum menatap Meyra yang
bernyanyi. Kemudian, ia pun turut menyimak.
***
Al dan Oi setuju dengan lagu pilihan Meyra. Mereka pun mulai
berlatih dan menghafal lirik lagu sesuai bagian masing-masing.
Sebenarnya menyanyikan lagu-lagu
Korea bukanlah hal baru bagi Al dan Oi. Mengikuti Meyra, keduanya membuat akun
di Smule dan bergabung dalam agensi
yang dibuat oleh sesama pencinta kpop.
Bahkan, Al dan Oi tergabung dalam girl
group virtual di Smule. Dalam
grupnya, Al memegang posisi leader
dan main vocalist. Sedang Oi berada
dalam posisi lead rapper.
Selain bergabung dalam proyek grup
yang merupakan tugas dari agensi tempat Al dan Oi bergabung, kadang Al dan Oi
membuat proyek duet sendiri. Meyra pun sering membuat proyek kolaborasi bersama
Al dan Oi. Dalam proyek pribadi itu Al kadang menyanyikan bagian rap, pun sebaliknya. Oi kadang mengambil
bagian vokal. Tapi, seperti yang dikatakan Meyra, Al kurang bagus ketika
menyanyikan bagian rap.
Al memutar instrumen buatan Meyra
dalam ponselnya. Ia pun mulai bernyanyi. Karena belum hapal semua liriknya, ia
masih membawa kertas berisi cetakan lirik yang dibuat Meyra. Sesekali ia
melirik kertas itu untuk memastikan apakah lirik yang ia nyanyikan sudah benar.
Oi menyambung. Bernyanyi setelah Al
selesai dengan bagiannya. Lagu pembuka adalah Jeena Jeena. Lagu India yang merupakan salah satu original soundtrack film Badlapur. Lagu itu dipotong oleh Myera.
Selanjutnya terdengar instrumen dari lagu Black
Pink yang berjudul Whistle. Al
menyanyikan bagian vokal, dan Oi menyanyikan bagian rap dan sedikit bagian vokal. Meyra juga memotong lagu Whistle. Hanya dinyanyikan sampai reff bagian pertama saja.
Instrumen ketiga versi gitar akustik
dari lagu Wanna One yang berjudul Energetic. Oi bernyanyi lebih dulu untuk
membuka lagu. Lalu disambung Al. Keduanya bernyanyi secara bergantian. Oi
kembali menyanyikan bagian rap.
Aning, Jia, dan Nurul duduk di
hadapan Al dan Oi. Menonton Al dan Oi yang bernyanyi. Hari Sabtu itu mereka
berkumpul di rumah Aning. Usai mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, Al dan Oi
janjian berkumpul di rumah Aning bersama Jia dan Nurul. Al dan Oi sengaja
meminta ketiga temannya itu berkumpul untuk menilai penampilan mereka. Jia dan
Nurul bertepuk tangan setelah Al dan Oi menyelesaikan penampilannya. Sedang
Aning memberikan dua jempolnya untuk Al dan Oi.
“Yokpo?
Apik a?” Oi penasaran pada penailaian ketiga temannya.
“Bagus. Kamu bisa nge-rap dengan baik gitu.” Jia memuji
penampilan Oi.
“Tapi, masih belum hafal nih.” Oi
menggaruk kepalanya.
“Masih ada waktu seminggu. Kamu
pasti bisa. Oya, vokal Al juga bagus. Tapi, kurang lepas nyanyinya. Suaranya
jadi kayak diengkrek, ditahan gitu.
Los aja, bebasin kalau nyanyi. Tambah bagus pasti.”
“Setuju sama Jia. Anggep aja kalian
karaoke di Smule. Audisinya ntar lho
tertutup. Di aula. Yang nonton juri aja.” Nurul setuju dengan pendapat Jia. “Mbak
Mey bagus milih lagunya. Aku suka.”
“Iya tuh. Al kurang los kalau
nyanyi.” Aning tak mau kalah berkomentar. “Rileks aja kayak Oi.”
“Oke. Oke. Ntar aku perbaiki.” Al
menyanggupi.
“Sip!” Aning kembali memberikan dua
jempolnya.
“Tapi, sayang ya kalian nggak bisa
masuk buat nonton audisinya.” Keluh Al.
“Tapi, kami bakalan dateng kok.
Nemenin kamu sama Oi.” Nurul antusias.
“Bukan itu. Mbak Mey minta
penampilan kami di videoin saat audisi. Kalau kalian nggak bisa masuk, gimana
mau videoin?”
Aning, Jia, dan Nurul diam dan
berpikir. Begitu juga Oi.
“Bingung banget sih. Kan ada Arwan.
Kamu minta tolong aja ke dia. Pasti mau. Kalau Fuad kan MPK. Kayaknya bakalan
susah keluar masuk area audisi. Tapi, Arwan kan anggota OSIS. Anggota SEKBID 4.
Udah pasti dia jadi panitia audisi.” Jia teringat pada posisi Arwan dalam OSIS.
“Ah iya. SEKBID 4 itu kalau nggak
salah Seksi Pembinaan prestasi akademik, seni, dan/atau olahraga sesuai bakat
dan minat murid kan? Bener tuh Arwan pasti jadi panitia.” Nurul membenarkan.
“Ditambah yang minta tolong Al.
Pasti nggak nolak dia.” Aning mendukung. “Arwan kan naksir Al.”
“Moso?”
Nurul tak percaya dengan apa yang ia dengar. “Pantesan aku liat sering
perhatiin Al.”
“Iya ya. Sering liatin Al gitu dari
bangkunya.” Jia yang duduk sebangku dengan Nurul membenarkan apa yang dikatakan
Nurul.
“Ho’oh.”
“Udah minta tolong Arwan aja. Dia
pasti seneng dan mau bantuin kamu.” Aning mendukung. “Ntar aku bantuin ngomong
ke dia.”
“Tuh. Beres masalah video.” Oi
setuju dengan usulan Aning.
“Oke deh.” Al pun akhirnya setuju. “Tapi,
dia apa bisa pakek kamera Mbak Mey?”
“Ya ajarin dong!” Jia dan Nurul
kompak. Membuat Al sedikit terkejut. Lalu, keduanya kompak menertawakan reaksi
Al.
Kelima gadis itu pun kemudian
melanjutkan acara kumpul bersama dengan menonton film India Pink yang dijanjikan Al.
***
0 comments