Review Film Korea Feng Shui

05:31


Review Film Korea Feng Shui




Profile

Movie: Feng Shui / Propitious Site for Grave (literal title)
Revised romanization: Myungdang
Hangul: 명당
Director: Park Hee-Kon
Writer: Park Hee-Kon
Producer: Lee Kang-Jin
Cinematographer: Baek Yoon-Seok, Lee Ji-Hoon
Release Date: September 19, 2018
Runtime: 126 min.
Distributor: Megabox Plus M
Language: Korean
Country: South Korea

Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©

Set in Joseon, story depicts a battle to gain the propitious site for a grave which will produce 2 kings.
From AsianWiki.


Film saeguk rekomendasi kedua dari Kookie Noona yang aku tonton semalam. Jujur nonton film, bagiku agak berat. Nontonnya sambil mikir. Awal-awal nonton mikir, ini film maunya cerita tentang apa sih? Mana aku buta tentang fengshui. Jadi, awal-awal itu sempet nggak ngeh. Tapi, makin ditonton, mulai paham. Oh ternyata film ini ceritanya kayak gini. Hehehe. Dasar lu aja emang lemot, kura! Kekeke.
Feng Shui mengisahkan tentang pakar-pakar feng shui kerajaan. Film di buka dengan adegan putra mahkota yang sakit kepala dan tak kunjung hilang walau sudah minum ramuan obat. Suatu malam, tabib istana datang dengan membawa obat bagi putra mahkota. Putra mahkota sempat menolak dengan dalih walau minum obat sakit kepalanya nggak hilang. Tapi, tabib istana mengatakan obat itu efektif untuk membuat pikiran putra mahkota tenang, meredakan sakit kepala, dan membuat putra mahkota bisa tidur nyenyak. Akhirnya putra mahkota manut dan minun ramuan obat yang ternyata adalah racun. Putra mahkota beneran tidur untuk selamanya.
Dari kematian putra mahkota ini lah masalah bermula. Raja mencari makam untuk putra mahkota dengan bantuan ahli feng shui istana. Ahli feng shui senior mengatakan tanah yang dipilih adalah tanah terbaik. Tapi, ada ahli feng shui junior yang membantah. Raja sempat mendengar pendapat ahli feng shui junior itu, tapi karena bujukan para menteri dan ahli feng shui senior, raja mengabaikan protes ahli feng shui junior itu. Putra mahkota pun dimakamkan di tanah yang menurut ahli feng shui junior adalah tanah terkutuk.
Suatu malam Park Jae-Sang (Cho Seung Woo) mendapat kunjungan dari teman baiknya Koo Yong-Sik (Yoo Jae Myung) di rumahnya yang sederhana. Yong Sik mengolok Jae Sang yang seorang master feng shui, tapi hidupnya malah miris. Tinggal di rumah sederhana di tepi hutan. Bahkan rumah itu tidak memiliki WC. Pas Jae Sang dan Yong Sik pipis bareng di hutan, rumah Jae Sang diserang. Dibakar. Anak dan istrinya dibunuh. Yong Sik menahan Jae Sang yang hendak menolong istri dan anaknya. Keluarga Jae Sang dimusnahkan karena dia memprotes usulan makam untuk putra mahkota. Sampai pada bagian ini aku belum ngeh musuhnya siapa. Yang pasti tokoh utamanya adalah Park Jae Sang.
Ceritanya beberapa tahun kemudian Jae Sang dan Yong Sik sukses. Jae Sang menjadi master feng shui terkenal dan Yong Sik jadi asistennya. Mereka berdua berkelana bersama untuk membantu orang-orang menjual tanah dan sebagainya. Mereka sering cek-cok karena Jae Sang kalau nolong gunain perasaannya. Kalau ke orang miskin nggak mau dibayar. Sedang Yong Sik mata duitan. Tapi, walau gitu Yong Sik tetep setia ngintili Jae Sang kemanapun Jae Sang pergi.
Dari sini mulai paham siapa musuhnya. Ternyata dalam pengembaraannya, Jae Sang nggak sekedar bantu orang. Dia mencari-cari makam leluhur Klan Kim yang berada di bawah pimpinan Kim Jwa Geun (Baek Yoon Sik). Kim Jwa Geun dan anaknya Kim Byung Ki (Kim Syung Kyun) adalah penguasa terkuat. Bahkan, istana pun tunduk dibawah kakinya. Mereka pula yang menjadi dalang pembunuhan putra mahkota dan keluarga Jae Sang.
Jadi gini, menurut feng shui kalau memamkamkan leluhur di tanah yang tepat, maka akan bisa jadi keberkahan bagi keluarga yang masih hidup. Berkah kekayaan dan kekuasaan. Nah, Klan Kim ini hebat bener. Seluruh istana tunduk di bawah Kim Jwa Geun. Kalau bahasa sekarang tuh orang kaya mah bebas. Hehehe. Kalau Kim Jwa Geun mau tanah di lokasi A, ya bakal jadi milik dia. Termasuk tanah pemakaman milik keluarga kerajaan.
Waktu tanah makam keluarga raja dijual, Raja Heonjong marah. Namun, ketika ia ke balai pertemuan di sana malah kosong. Semua menteri berkumpul untuk merayakan ulang tahun Kim Jwa Geun. Hebat bener kan kakek pemimpin Klan Kim ini. Hehehe.
Di tengah pesta, ada bangsawan yang mengacau. Ia meracau karena tidak diundang dalam pesta ulang tahun Kim Jwa Geun. Bangsawan keturunan raja yang terkenal sebagai anjing istana bernama Heungseon (Jisung). Heungseon dipermalukan dan diperlakukan bak anjing di depan para menteri. Begonya itu orang nurut aja. Pas ketua gisaeng Cho-Sun (Moon Chae Won) lempar makanan ke tahan, dia makan itu makanan kayak anjing.
Heungseon ternyata adalah paman dari raja. Dia yang membantu raja untuk menggulingkan Klan Kim. Singkat cerita Heungseon menemui Jae Sang lalu mereka bekerja sama untuk menggulingkan Klan Kim.
Ternyata di film ini ada Tae Oh juga. Itu rekan satu grupnya Seo Kang Joon. Tae Oh berperan sebagai Won Kyung. Salah satu rekan Heungseon yang juga mendukung raja. Yang bikin aku kaget, Won Kyung itu orangnya gagap. Tae Oh bisa memerankan tokoh gagap dengan sempurna. Hehehe. Sayangnya Won Kyung mati demi melindungi timnya. Nonton saeguk tuh selalu dibikin nyeri sama adegan kesetiaan macem gini. Nyesek juga pas adegan Cho Sun memilih bunuh diri demi melindungi bangsawan yang dia bela.
Di film ini kita disuguhkan banyak kejutan. Benar kata Deok Man dari drama Queen Seon Deok, jadi raja dari suatu negeri itu nggak boleh percaya sama siapa pun baik orang terdekatnya. Dalam film ini pun sama. Banyak hal mengejutkan. Bahwa kekuasaan itu bisa membutakan hati seorang teman, bahkan seorang anak hingga tega membunuh bapaknya sendiri.
Jujur aku apa ya kagum sama tokoh Heungseon. Sampai ending dia nggak jadi tokoh seperti yang aku harapkan. Hehehe. Sampai pengen gampar dia. Wkwkwk.
Pada akhirnya emang ramalan Jae Sang tentang tanah super yang bisa merubah segalanya benar adanya. Yang mencuri tanah itu emang mendapatkan keinginannya pada awalnya. Tapi, hancur lebur pada akhirnya. Intinya ketamakan akan mengubur siapapun yang memujanya.

Tempurung kura-kura, 21 Januari 2019.
- shytUrtle -


 


You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews