Diikuti Hantu Wanita Berkaki Kuda

04:36


Diikuti Hantu Wanita Berkaki Kuda


Akhirnya, dapat bahan untuk membuat adonan creepy story. Baiklah, saya akan langsung mendongeng saja ya.
Peringatan! Cerita ini berdasarkan kisah nyata. Jadi, kalau takut mending ndak usah baca. Hehehe.
Kejadiannya fresh banget. Karena baru tadi malam. Walau bukan saya yang mengalami kejadian mengerikan ini, tapi sempat bikin markas geger.
Seperti tempo hari, semalam selepas maghrib bapak dan ibu pergi membeli kembang untuk nenek. Rutinitas yang hampir setiap hari beliau berdua lakukan. Ini bukan kembang hias macem buket ya. Tapi, kembang yang biasa digunakan untuk ziarah atau sesajen dan keperluan sejenisnya. Yap! Nenek saya profesinya bakul kembang.
Sepulang dari kulakan kembang, ibu cerita pas pulang lewat jalan sepi dan gelap yang berada di sebelah timur rumah bapak si penjual kembang, beliau dan bapak mendengar bunyi semacam bunyi kuda yang menarik andong mengikuti di belakang motor. Tahu kan gimana bunyinya? Kencring, kencring gitu lah.
Bapak penjual bunga selalu ngingetin saya—kalau pas saya yang kulakan kembang—agar saya nggak lewat jalan sepi yang berada di sebelah timur rumah beliau. Terlebih kalau sudah malam. Ketika saya tanya alasannya kenapa, si Bapak cuman jawab, “Pokoknya jangan. Bahaya. Kan sepi dan gelap.”
Saya sih nggak mikir aneh-aneh. Mikirnya cuman mungkin rawan begal. Walau rutenya pendek, tapi samping kanan dan kiri jalan itu sawah. Tidak ada rumah warga dan penerangan jalan sama sekali. Walau ada makam yang dikeramatkan di rute itu, saya nggak mikir sisi creepy-nya. Karena, begal sekarang lebih serem daripada hantu.
Saya pun manut. Lewat situ sore hari aja udah siak-siak alias berasa ngeri. Apalagi malem. Mana berani saya. Mending lewat jalan utama saja walau ramai kendaraan.
Anehnya, entah karena sengaja atau emang takdirnya udah gitu, semalam bapak saya pulang milih lewat jalan sepi itu. Jumat Legi, bawa kembang dedemenan dedemit lewat jalan sepi dan gelap. Mau uji nyali kali si bapak. Eh, beneran dah ada yang ngikutin.
Karena penasaran, saya pun langsung ceritain apa yang di alami ibu dan bapak ke Tunjung. “Aduh! Wujudnya serem banget!” Tunjung membalas pesan WhatsApp saya. Tunjung ini abnormal orangnya. Dia bisa lihat apa yang manusia normal nggak bisa lihat.
“Bilang ke Ibu, suruh cek duitnya ada yang ilang nggak.” Pesan berikutnya dari Tunjung masuk.
Langsung meminta ibu cek uangnya. Alhamdulillah aman. Tapi, tidak dengan uang kakak sulung saya. Uang yang disiapin buat pembayaran batu bata sejumlah Rp. 3.900.000,- yang diiket karet gelang tersisa Rp. 3.600.000,- Yap. Duitnya ilang Rp. 300.000,-
Kebetulan kakak sulung saya ada di markas karena ada janji sama Paklek buat bayar pembelian batu bata. Duitnya ada di dalam tas. Pas dicek, udah ilang tiga ratus ribu.
Saya penasaran dong. Apa hubungannya ibu diikuti suara gemerincing kayak suara andong sama hilangnya duit kakak. Langsung wawancara Tunjung.
Kata Tunjung, itu ulah hantu yang ikutan pulang ke markas. Walau nggak masuk ke dalam markas, cuman diem di bawah pohon mangga di depan markas. Itu emang ulah dia. Itu bukan hantu sih. Tapi, semacam pesugihan yang wujudnya wanita berkaki kuda. Itu kenapa terdengar suara gemerincing seperti suara andong.
Sialnya otak saya malah ngebayangin wujudnya pasti wanita cantik yang tubuhnya separuh kuda. Macem centaur gitu lah. Tapi kata Tunjung, nggak. Wujudnya sangat mengerikan. Seperti patung lilin yang meleleh. Kedua bola matanya hampir copot. Rambutnya pun jarang-jarang dan beberapa copot. Baunya pun amis, anyir, cenderung busuk. Dan, karena saya ngeyel nanya soal detail wujud penampakan makhluk yang ngikutin ibu dan bapak, saya kena marah si Tunjung. Heuheuheu...
Zaman udah maju masih ada ya pesugihan? Serem! Karena parno, saya pun cek uang renovasi toko yang kebetulan saya bawa. Alhamdulillah aman. Kata Tunjung sih biasanya targetnya satu orang saja dalam satu rumah. Kalau udah dapet ya pergi. Berarti, semalem kakak sulung saya yang ketiban sial. Duitnya diambil.
Saya pun penasaran dan iseng nanya ke Tunjung, “Gitu itu targetnya per hari berapa ya?”
“Biasanya sih satu juta. Tapi, ya gitu dibagi-bagi ambilnya,” jawab Tunjung.
“Uang merah semua lho yang ilang. Itu kenapa aku males simpen uang merah. Trauma juga. Dulu pas rame tuyul yang ilang juga yang merah. Btw, enak ya. Tiap hari dapet duit sejuta.”
“Iya. Tinggal ongkang-ongkang dapet duit.”
“Gitu itu ritual pemujaannya macem gimana ya? Kan kalau tuyul katanya yang punya kudu netekin tuyulnya. Kalau yang itu gimana?”
“Emboh, U!”
“Hehehe.”
Pelajaran yang bisa dipetik, kalau dilarang mending jangan. Daripada ngalamin kayak apa yang kami alami. Seseorang memberi larangan pasti ada alasannya. Walau kadang alasan itu tidak dijelaskan secara gamblang.
Sekian dan terima kasih. Maaf jika ada salah kata.

Tempurung kura-kura, 21 Juli 2018.
- shytUrtle -



You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews