Harusnya jam terakhir dibebasin aja ya. Biar bisa
dengerin Al dan Oi.
Eonni kan
udah kelas XII, nggak bisa apa bikin sekolah bebasin jam terakhir? Kekeke.
Kalau aku anak sultan bakalan aku liburin aja
sekolah. Hahaha.
Kaum minoritas, ayo bolos berjamaah aja!
Enak kelas XI-IPA2 tuh. Pak
Adim udah acc besok jam terakhir free. Biar bisa dengerin siaran Al dan
Oi.
Auto pengen balik jadi penghuni kelas XI-IPA2. Hiks…
hiks… hiks....
Ruang chat dalam grup WhatsApp
yang beranggotakan 17 orang itu ramai malam ini. Anggota sibuk mempersiapkan
rencana untuk hari esok agar bisa mendengar siaran langsung Al dan Oi. Bahkan,
ada yang sengaja membolos agar bisa mendengarkan siaran dengan bebas.
Walau berada di tempat yang berbeda,
Al dan Oi sama-sama menyimak obrolan dalam grup chat itu. Sari, siswi kelas XII-IPS2
yang membuat grup chat itu. Anggotanya murid SMA Wijaya Kusuma yang menyukai Kpop. Selain Al, dan Oi, Jia juga
bergabung di sana. Nurul dan Aning memilih keluar karena anggota grup pecinta Kpop dan K-drama. Aning dan Nurul cenderung menyukai Bollywood dibanding Hallyuwood.
Karenanya keduanya memilih keluar.
Al dan Oi merasa senang karena
teman-teman di grup memberinya dukungan. Keduanya pun melarang anggota yang
berencana membolos. Tapi, siswa kelas X itu kukuh akan membolos saja. Dari 17
anggota grup, ada dua anggota berjenis kelamin laki-laki. Keduanya siswa kelas
X. Besok, keduanya kompak akan membolos. Al dan Oi tidak bisa melarang
keduanya.
Walau kesulitan mencuri waktu untuk
mendengarkan siaran Al dan Oi, anggota grup tetap merasa beruntung karena besok
di kelas mereka tidak ada ulangan. Mereka berharap esok Tuhan berpihak pada
mereka, hingga mereka bisa mendengarkan siaran langsung Al dan Oi.
***
Rasa gugup itu ada. Tapi, antusiasme dalam diri Al dan Oi
pun sama besarnya. Keduanya tak sabar menunggu pukul dua belas siang. Karena
pada jam itu mereka akan izin pulang lebih awal dan Meyra akan menjemput
keduanya, lalu bersama-sama berangkat menuju Malang kota.
Di kelas, ketika luang, teman-temannya
terus menggoda Al dan Oi. Hal itu semakin membuat detub jantung Al dan Oi
bertalu-talu. Sikap teman-teman sekelas Al dan Oi itu membuat Eri memberengut
sepanjang hari karena kesal.
“Udah biasa di Indonesia. Yang viral
langsung deh diundang siaran di radio, atau tivi. Ntar bisa-bisa ngadain fan meet juga tuh si Al sama Oi. Kayak
yang viral dari Tic Toc itu.” Eri
mengomentari Neysa yang sedang mengutarakan rasa kagumnya pada Al dan Oi.
“Ini beda. Kalau di Tic Toc kan lip sync. Kalau Al dan Oi kan beneran nyanyi. Nurut aku, Al dan Oi
pantes viral. Penampilan mereka bagus.” Neysa tetap memberi dukungan pada Al
dan Oi.
Eri memutar kedua bola matanya.
Lalu, bangkit dari duduknya dan keluar kelas. “Na! Ayo!” Ia memanggil Diana
untuk mengikutinya.
Patuh, Diana pun bangkit dari
duduknya dan menyusul Eri.
“Eri marah tuh kayaknya.” Tiara yang
duduk sebangku dengan Neysa menegur.
“Aku ngomong tentang kenyataan,
kan?” Neysa membela diri.
“Tapi, kayaknya Eri nggak suka.”
“Berarti dia iri dong? Lagian nurut
aku penampilan Al dan Oi lebih bagus dari Eri.”
Tiara terkejut mendengar perkataan
Neysa. Ia kemudian menghela napas dan menggeleng.
“Makan yuk! Laper aku!” Neysa
bangkit dari duduknya.
Tiara pun mengikutinya. Berdua
keluar kelas dan menuju kantin.
“Aku sebenernya juga penasaran sama
siaran Al dan Oi.” Tiara mengungkap perasaannya saat berjalan berdampingan
dengan Neysa menuju kantin.
“Aku yakin Eri nggak bakalan di kelas.
Mungkin dia bakalan di UKS.”
“Kamu dengerin?”
“Iya. Aku penasaran.”
“Ya udah. Kita dengerin bareng ya.”
“Oke.”
Neysa dan Tiara saling melempar
senyum. Melanjutkan perjalanan menuju kantin.
***
Pukul setengah dua belas, Meyra, Gia, dan Linda sudah sampai
di depan gerbang SMA Wijaya Kusuma. Meyra meminta izin untuk masuk kepada
satpam. Setelah menjelaskan maksud kedatangannya, Meyra dan kedua rekannya pun
diizinkan masuk. Ketiganya duduk menunggu di dekat pos satpam. Karena Al tak
kunjung membalas pesannya, Meyra pun menelpon Al. Sedang Gia dan Linda meladeni
satpam yang mengajak keduanya mengobrol.
Al merasakan ponsel di sakunya
bergetar. Dengan hati-hati, ia memeriksanya. Kedua mata bulatnya melebar
melihat nama Meyra muncul di layar ponselnya. Ia pun menyikut Oi.
Oi yang sedang mengerjakan tugas
dari guru pun kaget ketika Al tiba-tiba menyikutnya. Ia menoleh ke kanan dan
mengikuti arah pandangan Al. Mey Eonni? Bibir Oi bergerak tanpa suara.
Al mengangguk.
“Ya udah. Kita izin sekarang.” Oi
berbisik. Lalu, perlahan merapikan perlengkapannya.
Al pun mengikuti Oi.
Setelah selesai, keduanya pamit pada
Lila dan Rina yang ada di depannya. Dan, pada Aning dan Yani yang ada di
belakangnya.
“Sekarang?” Arwan bertanya dengan
lirih.
Al dan Oi kompak menganggukkan
kepala.
“Sukses ya! Aku akan dengerin
kalian. Di sini.” Pandangan Arwan terfokus pada Al.
Al mengikuti Oi yang sudah berdiri.
Lalu, keduanya berjalan menuju meja guru. Oi yang menjadi juru bicara untuk
meminta izin.
Guru wanita itu langsung mengizinkan
Al dan Oi. Sepertinya beliau sudah mengetahui perihal Al dan Oi yang akan
siaran langsung di radio. Selesai berpamitan pada guru, Al dan Oi berpamitan
pada teman-teman sekelasnya. Lalu, keduanya keluar kelas. Bergegas menuju pos
satpam. Tempat Meyra menunggu.
Al dan Oi langsung menghampiri
Meyra. Meyra langsung membongkar isi ranselnya dan memberikannya pada Al dan
Oi. Setelah menerima pemberian Meyra, Al dan Oi pergi ke toilet untuk ganti
baju. Keduanya menuju ke toilet kelas XI yang posisinya paling dekat dengan
mereka.
Selesai berganti kostum, Al dan Oi
kembali pada Meyra. Kemudian, Linda melukis wajah keduanya dengan make up
minimalis. Al sempat menolak. Tapi, Meyra mendukung Linda yang ingin merias
wajah Al dan Oi. Meyra yakin, nanti pasti ada sesi foto bersama saat di studio.
Meyra tidak ingin Al dan Oi tampil kucel. Karena itu, Meyra mendukung Linda
untuk merias wajah Al dan Oi.
Selesai mempersiapkan diri, Al dan
rombongannya masih menunggu di pos satpam. Menunggu jemputan yang akan
mengantar mereka ke radio tempat Al dan Oi akan siaran bersama. Tak lama
kemudian, sebuah mobil tiba di depan gerbang. Linda yang pertama bangkit dari
duduknya.
Meyra meminta izin untuk duduk di
kursi depan, di samping sopir. Ia khawatir mabuk. Karena itu ia meminta izin
untuk duduk di depan. Al dan Oi duduk di kursi tengah. Sedang Linda dan Gia
duduk di kursi belakang. Mobil hitam itu pun melaju. Meniggalkan SMA Wijaya
Kusuma untuk membawa rombongan Al ke kota.
“Nih, makan dulu.” Linda menyerahkan
dua mika berisi gimbab pada Al dan
Oi. “Kata Mbak Mey, makan ini dulu.”
“Wah, makasih.” Al berterima kasih.
“Makasih, Linda Eonni.” Oi pun berterima kasih. “Mey Eonni nggak makan? Gia?”
“Kami udah dong.” Jawab Gia. “Moga
aja nggak macet ya. Malang kota macetnya minta ampun sekarang.”
“Walau macet, inshaa ALLOH nggak
akan telat kok. Karena kita udah berangkat lebih awal.” Linda menenangkan.
Perjalanan menuju radio tempat Al
dan Oi akan siaran itu diisi dengan keceriaan. Sesekali pak sopir ikut
ngimbrung. Mereka sempat terjebak macet. Namun, mereka berhasil sampai pada
pukul dua lebih lima belas menit.
Sebelum turun dari mobil, Meyra
berterima kasjh dan meninggalkan satu mika berisi gimbab untuk pak sopir. Meyra menjelaskan jika gimbab itu adalah GimbabAkang Niel dan memperkenalkan Linda
sebagai owner-nya.
Walau siaran I Love Asian sudah dimulai, Al dan Oi tidak terlambat. Mereka
dijadwalkan on air pada pukul tiga
sore. Kru I Love Asian menyambut
kedatangan rombongan Al dengan ramah. Setelah perkenalan, Linda memberikan satu
tas plastik berisi gimbab dalam mika
kepada salah satu kru I Love Asian.
Meyra memesan beberapa gimbab pada Linda untuk dibawa ke radio
sebagai buah tangan. Saat Linda menyerahkan tas plastik berisi gimbab itu pada salah satu kru, Meyra
mempersilahkan kru untuk menikmati gimbab
itu bersama-sama. Tak lupa ia meminta maaf karena jumlahnya yang sedikit—yang
tentunya tidak akan cukup untuk seluruh karyawan radio, tapi bisa dinikmati
oleh seluruh kru I Love Asian. Meyra
juga tak lupa mempromosikan Gimbab Akang
Niel, sekaligus membanggakan Linda sebagai owner sekaligus chef yang
memasak gimbab.
Sambil menunggu jadwal on air, rombongan Al menerima arahan
dari kru. Bahkan, kru membacakan pertanyaan yang akan diajukan pada Al dan Oi.
Mereka tidak keberatan menghapus pertanyaan yang tak ingin dijawab oleh Al dan
Oi. Namun, tidak ada pertanyaan yang mengganggu hingga membuat Al dan Oi tak
ingin menjawabnya. Bukan hanya Al dan Oi yang terkesima dengan gedung radio dan
studio tempat siaran. Tapi juga Meyra, Linda, dan Gia. Ketiganya mendadak ikut
gugup ketika jam semakin mendekati angka tiga.
Di dalam studio, penyiar laki-laki
bernama Tian Pratama menggoda pendengar dengan mengabarkan bahwa Al dan Oi
sudah berada di studio dan siap mengudara. Mendengar hal itu, ritme detub
jantung Al dan Oi spontan berubah semakin cepat. Pukul tiga kurang sepuluh
menit, mereka di undang masuk ke dalam studio. Meyra yang sudah mendapat izin
untuk ikut siaran juga ikut masuk.
Tian Pratama, penyiar berwajah
oriental itu menyambut kehadiran Al, Oi, dan Meyra dengan ramah. Ia menyalami
tiga gadis yang kemudian duduk di kursi yang sudah disediakan. Salah satu kru
membantu dan memandu Al, Oi, dan Meyra. Sembari menunggu lagu dan iklan selesai
diputar, Tian mengajak Al, Oi, dan Meyra ngobrol. Meyra yang lebih banyak
merespon, karena keduanya sudah sering ngobrol via WhatsApp sejak Tian menghubungi Meyra untuk mengundang Al dan Oi.
“Akhirnya yang ditunggu-tunggu
datang juga. Di studio sedang duduk bersama saya tiga gadis cantik. Mereka akan
menemani saya ngobrol sampai satu jam ke depan. Teman-teman ILA Lovers—sebutan untuk pendegar setia I Love Asian—pasti sudah tahu mereka
siapa. Yap! Bener banget! Ada Al dan Oi, plus bonus sang Manajer Eonni. Eh, saya harusnya manggil Manajer
Noona ya.” Tian bercuap-cuap menyapa
kembali penggemar usai satu lagu Jepang berakhir.
“Seperti yang kita tahu, video
penampilan Al dan Oi menjadi viral setelah diunggah di Facebook. Bukan hanya di Malang Raya, tapi se Indonesia. Saya
sendiri sudah menonton videonya dan, ah ini bagus sekali. Jadinya, saya bersama
kru I Love Asian sepakat untuk
mengajak Al dan Oi siaran bersama.
“Senang sekali Al dan Oi menerima
undangan kami daaan… hari ini datang ke studio untuk menemani siaran. Annyeong[2],
Al. Annyeong, Oi. Annyeong, Manajer Noona.” Tian menyapa Al, Oi, dan Meyra yang ada bersamanya di dalam
studio. Baru-baru ini Meyra mendapat julukan Manajer Eonni/Noona dari pendukung Al dan Oi.
“Annyeong.”
Al, Oi, dan Meyra menjawab dengan kompak. Detub jantung Al dan Oi semakin
kencang. Meyra yang sebelumnya terlihat santai pun merasakan hal yang sama.
“Wah! Suaranya lembut sekali ya.
Selamat datang di I Love Asian.
Silahkan perkenalkan diri kalian dan menyapa ILA Lovers.”
“Hai! Saya Al.” Al lebih dulu
memperkenalkan diri.
“Halo! Saya Oi.” Oi menyambung.
“Halo! Saya Mey yang barusan diberi
julukan baru, Manajer.” Merya menutup perkenalan.
“Nah, tiga gadis cantik yang menemani
saya sudah memperkenalkan diri. Kalian siap ngobrol sama mereka? Sabar ya. Kita
nikmati dulu satu lagu dari Wanna One
yang berjudul Energetic. Lagu untuk
menyambut kedatangan Al dan Oi ya.”
Al, Oi, dan Meyra merasa lega
setelah sesi perkenalan dimulai. Saat lagu Wanna
One - Energetic diputar, Al dan Oi bersenandung ikut bernyanyi. Sementara
Tian kembali mengajak ngobrol Meyra.
Setelah beberapa lagu diputar, sesi
ngobrol bersama Al dan Oi pun dimulai. Tian mulai mewawancarai Al dan Oi.
Secara bergantian Al dan Oi menjawab pertanyaan yang diajukan Tian. Obrolan
yang mengalir, membuat keduanya semakin rileks. Perlahan ritme detub jantung
keduanya pun menurun. Setelah bertanya tentang kesukaan Al dan Oi di dunia Kpop, Tian melontarkan pertanyaan
berhubungak dengan video penampilan Al dan Oi.
“Kami sekolah di SMA Wijaya Kusuma.
Setiap tahunnya ada audisi bernama SMA Wijaya Kusuma Mencari Bakat. Audisi ini
untuk mencari murid-murid berbakat dan yang dinilai sempurna untuk nantinya
tampil di pentas seni yang menjadi puncak perayaan ulang tahun sekolah.
“Jujur kami merasa kesal karena
sering dikatain pecinta plastik dan udel. Karena itu, Al mengajak saya untuk
ikutan audisi SMA Wijaya Kusuma Mencari Bakat. Awalnya saya ragu, tapi akhirnya
saya setuju. Lalu, kami curhat ke Mey Eonni.
Mey Eonni yang memilih lagu untuk
kami.” Oi menjawab salah satu pertanyaan yang diajukan Tian. Seperti saat
audisi, ia menjadi juru bicara duo Al and Oi.
“Kalau dari penilaian saya, juga
beberapa netizen yang komentar di postingan video, penampilan kalian itu bagus.
Kami menyayangkan kalian tidak lolos. Apakah kalian tidak memenuhi kriteria
atau bagaimana?” Tian melanjutkan pada pertanyaan berikutnya.
“Mengingat persiapan kami yang
minim, itu sangat kurang sekali. Jadi, sebenarnya kami tidak kaget kalau kami
tidak lolos.” Oi sedikit menertawakan ketidakberuntungannya. “Kalau Kak Tian
udah nonton video di Youtube, di sana
ada full video yang menampilkan
komentar dari dewan juri.”
“Nah itu saya juga udah nonton.
Komentar juri juga positif. Bikin heran kalian nggak lolos audisi.”
“Ada kriteria penilaian. Sepertinya kami
tidak memenuhi kriteria.” Al menjawab dengan hati-hati. Ia mengingat apa yang
dikatakan Arwan tentang metode lolosnya peserta. Tapi, ia tidak bisa
menjelaskan dengan gamblang seperti apa yang dijelaskan Arwan. Ia takut jika
terlalu terbuka menjelaskan, justru akan menjelekan sekolahnya. “Terlebih lagu
yang kami nyanyikan adalah lagu India dan Korea. Saya rasa dewan juri pun
kesulitan memahaminya.”
Tian terus mengajukan pertanyaan,
secara bergantian. Al dan Oi pun secara bergantian memberikan jawaban. Lalu,
ada jeda untuk iklan dan lagu. Setelah itu, Al dan Oi menyanyikan lagu yang
mereka bawakan saat audisi.
Meyra yang duduk di samping kanan Al
menyimak dan menikmati penampilan Al dan Oi. Dalam hati ia tak hentinya
memanjatkan doa agar Al dan Oi tak membuat kesalahan saat tampil on air di
radio. Di luar studio, Linda dan Gia pun sama. Sembari menikmati penampilan live Al dan Oi, keduanya terus
memanjatkan doa dalam hati agar Al dan Oi bisa tampil sempurna.
Ketika Al dan Oi menyelesaikan
penampilannya, Meyra, Linda, dan Gia bernapas lega. Seolah tali yang mengikat
leher mereka terlepas. Mereka lega karena Al dan Oi berhasil bernyanyi tanpa
membuat kesalahan.
Tian memuji penampilan Al dan Oi.
Lalu, membuka sesi tanya jawab bagi pendengar. Jalur telepon di buka. Sembari
menunggu pendengar bergabung. Tian bertanya pada Meyra tentang pembentukan duo
Al and Oi.
Mendapat kesempatan, Meyra pun
langsung menjelaskan tentang pondasi awal terbentuknya duo Al and Oi. Ia
menjelaskan tentang trio AOG di masa lalu. Mulai dari masa aktif hingga vakum.
“Jadi sebenarnya mereka trio ya? Al,
Oi, dan Gi. AOG. Keren ya. Jadi, postingan kamu itu bikin AOG bersatu lagi?” Tian
merespon penjelasan Meyra.
“Itu dampak yang paling saya
syukuri. Akhirnya AOG bersatu lagi setelah sempat putus komunikasi.”
“Menyambung silaturahmi ya. Aku
pikir AOG singkatan dari rangkaian kata yang mempunya arti khusus. Ternyata
singkatan nama ketiga member.”
“Beberapa waktu lalu Linda, pemilik
dan chef Gimbab Akang Niel yang lagi
duduk di luar studio dengerin kita, nyari artinya dalam bahasa Korea. Al berarti telur, Oi berarti timun, dan Gi
berarti jiwa. Baginya itu sangat random. Memang random ya. Tapi, saya pikir bisa diartikan awal mula sebuah
kehidupan yang segar.”
“Awal mula kehidupan yang segar?”
“Telur adalah awal mula sebuah
kehidupan. Jiwa adalah intisari dari kehidupan. Lalu, segar itu dari timun.
Jadinya, awal mula sebuah kehidupan yang segar. Segar dalam artian penuh semangat
dan kebahagiaan. Random, tapi cukup
masuk akal. Hehehe.”
“Manajer Noona ini lucu juga ya. Oh! Sudah ada yang bergabung. Halo! Dengan
siapa, dimana?”
“Halo. Dengan Yuri di Malang.”
“Oke, Yuri. Mau tanya apa ke Al dan
Oi?”
“Kalau tidak keberatan, tolong dijawab
tentang siapa yang menjuluki kalian pecinta plastik dan udel? Pertanyaan ini
bahkan tidak dijawab dalam komentar.”
“Yuri, mau dengerin lagu apa?”
“Lagu SNSD yang apa aja.”
“Oke. Terima kasih, Yuri.”
Sambungan telepon pun terputus. Al
dan Oi saling melempar pandangan. Saling bertanya, apakah harus dijawab dengan
jujur. Dan, juga saling menuding, kamu yang jawab, dalam diam.
“Nah, siapa yang mau jawab? Al? Oi?”
Tian bertanya pada Al dan Oi.
“Sebenarnya saling mengolok itu
wajar kan terjadi dalam dunia remaja. Kalau di zaman saya dulu, ada yang ngolok
temen saya dengan sebutan Manusia Sabun, karena namanya Lukman. Saya rasa
demikian juga pada Al dan Oi.” Meyra tiba-tiba menjawab.
“Benar sekali! Karena kami suka
Korea dan India, kami dikatain pecinta plastik dan udel. Itu merujuk pada
kebiasaan operasi plastik di Korea dan baju khas India yang selalu mamerkan
udel.
“Saya aja yang sensi dan merasa
sakit hati. Hingga akhirnya ingin ikut audisi untuk membuktikan bahwa apa yang
disebut plastik dan udel itu bisa menginspirasi kami untuk menghasilkan karya.
Selama ini kami hanya aktif bernyanyi di Smule.
Saya pikir, sudah saatnya bernyanyi di depan orang banyak.” Al menyambung
penjelasan Meyra. Walau ada emosi dalam setiap kata-katanya, ia tak menyebutkan
tentang siapa yang mengoloknya sebagai pecinta plastik dan udel.
“Saya tahu bagaimana rasanya jadi fangirl. Karena, saya sendiri juga fanboy. Udah pasti kalau idol yang kita idolakan dihina bakalan
sakit hati. Untungnya kalian bisa menunjukan perlawanan dengan hal yang positif
ya. Salut sama kalian berdua.” Tian memuji Al dan Oi.
“Di luar sana banyak fangirl yang lebih hebat dari kami.
Tapi, kami tidak akan berhenti sampai di sini. Ini baru permulaan. Kami akan
terus belajar dan berkarya.” Oi menyanggupi.
“Good!
Selama hal itu positif, lanjutkan!” Tian mendukung.
Sesi tanya jawab dengan pendengar
hanya menerima tiga orang pendengar saja yang menelpon. Ada yang bertanya
tentang rencana selanjutnya dari AOG. Ada pula yang bertanya bagaimana perasaan
Al dan Oi setelah menjadi viral dan terkenal.
Satu jam sesi on air berjalan dengan lancar. Walau tidak sempat menyanyikan cover song lagu Mirotic, Meyra tetap merasa bangga. Ia lega bisa mempromosikan AOG
dan juga Gimbab Akang Niel milik
Linda. Karena, di akhir siaran, Tian berterima kasih pada Linda yang membawa
banyak gimbab untuk kru I Love Asian. Siaran di hari Selasa sore
itu pun berakhir dengan penuh kehangatan.
***
[1]
Panggilan dari adik laki-laki untuk kakak perempuan dalam bahasa Korea.
0 comments