Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
04:29
Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
Land #6
“Aa, yeppuda...” puji Nyonya Lee
berbinar ketika melihat Hyuri mengenakan seragam Hwaseong Academy. “Hey, tapi
kenapa rambutmu tak kau ikat yang rapi? Kau tak bisa? Sini biar aku rapikan.”
“Begini saja.” Hyuri menghindar.
“Lalu kapan kita makan bersama-sama?
Dengan dua teman dan gurumu?” tanya Tuan Lee.
“Aku harap secepatnya. Baiklah
Paman, Bibi, aku berangkat.” Hyuri membungkukan kepala dan berjalan pergi.
Tuan dan Nyonya Lee tersenyum
bangga melihat Hyuri.
“Hari pertama bagi mereka.
Semoga tak ada hal buruk dan semua lancar.” harapan Nyonya Lee.
“Amin.” Tuan Lee merangkul
istrinya.
“Appa dan Omma tak melepasku
seperti itu dahulu.” protes Junho.
“Aigo! Apa kau pantas iri pada
adikmu sendiri?” tanya Nyonya Lee kesal.
“Adik...? Omma, kenapa tak
mengajak Hyuri tinggal bersama kita saja? Pasti akan menyenangkan.” usul Junho
penuh semangat.
“Kami pernah merencanakan hal
itu, tapi apakah Hyuri akan setuju?” tanya Nyanya Lee.
“Iya juga sih. Gadis itu
gampang-gampang susah.”
Nyonya Lee dan Tuan Lee
sama-sama merangkul Junho. Putra semata wayang mereka.
***
Lagi-lagi Hyuri datang paling
akhir. Ia berlari kecil menghampiri Suri dan Magi yang sudah menunggu di
perempatan. Magi cemberut, menatap kesal Hyuri yang selalu saja datang paling
akhir. Sedang Suri, tetap saja ada senyum menghiasi wajahnya.
Sepanjang perjalanan menuju
sekolah Hyuri dan Suri bergantian bertanya pada Magi kenapa mereka harus
berangkat sepagi ini. Namun Magi tak memberi jawaban dan terus mengalihkan
topik pembicaraan.
Magi menghentikan langkahnya di
depan tembok tinggi menjulang itu. Tepatnya ini adalah bagian belakang dari
Hwaseong Academy.
“Kenapa kita kemari?” Suri
mengamati sekitar lalu mengusuk tengkuknya. Sangat sepi dan rimbun di
sana-sini.
“Entah siapa yang menatanya.”
Magi menuding batu bata yang tertata rapi menyerupai tangga dan menempel pada
tembok.
“Kalau bukan kau, siapa lagi?”
Hyuri menggeleng. “Atau mungkin benar jalan alternatif untuk murid yang
terlambat atau murid yang ingin membolos.”
“Di Hwaseong Academy...? Ada
murid seperti itu...?” Suri dengan ekspresi benar tak percaya.
“Mana 100% sempurna...? Itu
omong kosong belaka.”
“Kalian bisa masuk lewat jalan
ini?” tanya Magi. “Akan aku tunjukan caranya. Kemarin berhasil. Semoga hari ini
pun sama.”
“Apa pagar ini tak mengandung
sensor atau pengaman lainnya?” cegah Suri.
“Ish! Otak detektif ini
keterlaluan sekali. Ini hanya sekolah, bukan penjara.” jawab Magi santai.
“Aku takut tiba-tiba alarm
berdering saat kita memanjatnya.”
Magi mengabaikan Suri dan mulai
memasang kuda-kuda. Magi mengambil posisi, menatap lurus sasaran. Lalu ia
berlari dan menaiki tumpukan bata yang menyerupai tangga dan melompat indah
melewati tombok lalu menghilang di balik tembok.
“Wow!” Suri terkesima melihat
ketangkasan Magi.
Hyuri tersenyum lalu berlari dan
menaiki tangga dan melayang di udara melewati tembok dan menghilang di
baliknya.
Suri menelan ludah melihatnya.
Ia mengamati tembok tinggi di depannya hingga mendongak. Suri kembali menelan
ludah. “Kau bisa melakukannya Suri. Kau kan elang. Ayo! Kau bisa!” gumam Suri
menyemangati dirinya sendiri.
Magi dan Hyuri sudah berada di
dalam area Hwaseong Academy. Berdiri menatap tembok. Menunggu Suri.
“Dia lambat sekali.” Magi
berkacak pinggang menatap tembok.
“Bagaimana kalau Suri tak bisa
melewati tembok ini? Takut ketinggian mungkin?” Hyuri turut menatap tembok.
“Mustahil elang takut
ketinggian.”
“Itu hanya arti dari namanya
saja.”
Magi terbelalak menatap tembok
bagian atas. Hyuri turut menoleh, kembali menatap tembok. Dua tangan muncul di
sana.
“Hah...” kepala Suri muncul
seiring terdengarnya suara desahan itu.
Hyuri menyincing senyum, menahan
tawa melihat kepala Suri muncul. Suri tak melompati tembok namun memanjatnya.
Suri berhenti dan duduk di atas tembok.
“Ya! Kenapa kau malah duduk? Ayo
lekas turun!” panggil Magi.
Suri terengah-engah. Mengatur
napasnya sambil duduk di atas tembok. “Ini sulit sekali. Wah. Dari sini tampak
lebih tinggi dari di luar sana.”
“Ya! Ayo turun! Gawat kalau ada
yang melihatmu di atas sana!” panggil Magi lagi.
“Bagaimana ini?” tanya Suri
melihat ke bawah.
“Lompat saja!” perintah Magi.
“Lompat...? Setinggi ini...? Kau
gila ya...?”
“Aih! Kau ini! Anggap saja ini
atap rumahmu. Atap yang biasa kau panjat. Atap yang kau pernah melompat dari
atasnya saat kabur.” Magi menyurutkan rasa takut Magi.
“Eh...? Kau tahu tentang itu
semua...?”
“Kau ini lambat sekali!” sela
Hyuri kesal. “Jangan menjadi elang lembek seperti itu. Ingat! Han Suri! Seekor
elang!” imbuh Hyuri menyemangati.
“Eglantine Suri! Mana ada Angles
yang lemah?” Magi membumbui kalimat Hyuri.
“Han Suri. Seekor elang. Angles.
Pendiri dan pemimpin Cypress. Eglantine Suri.” gumam Suri masih duduk di atas
tembok. Kemudian Suri memejamkan mata. “Aaw!” terdengar pekik Suri seraya ia
melompat turun.
“Pendaratan yang sempurna!” puji
Magi tersenyum menatap Suri yang mendarat tepat di hadapannya dengan posisi
jongkok dan kedua tangan menutup telinganya.
“Apa dia mau berenang...?” gumam
Hyuri yang segera mendapat hadiah sikutan Magi.
“Hoh! Aku semalat!” Suri memeriksa
dirinya sendiri.
“Ayo!” Magi kembali berjalan
memimpin.
Hyuri membantu Suri berdiri lalu
berjalan menyusul Magi. Mata Hyuri dan Suri sama-sama melebar dan berjalan
sedikit gontai mendekati Magi. Tatapan keduanya penuh kekaguman. Danau buatan
terbentang luas di depan mereka. Taman yang luas dan indah. Mulut Suri sampai
dibuat ternganga menatapnya.
“Welcome to our new school
Hwaseong Academy.” sambut Magi pada Suri dan Hyuri yang baru sampai kemudian
berdiri di samping kanan dan kirinya.
Senyum terkembang di wajah Hyuri
dan Suri. Ketiganya berdiri berjajar menghadap danau buatan.
“Ini taman sekolah apa taman
hotel bintang lima...?” bisik Suri.
Magi tersenyum mendengarnya.
“Selanjutnya, ayo kita lihat kelas kita.”
“Tunggu. Aku sudah menulis semua
informasi dari Lee Junki Sonsaengnim. Denah menuju kelas kita.” Suri sibuk
membuka lipatan kertas di tangannya.
“Sepertinya tak perlu. Kita
punya peta hidup.” Hyuri menyusul Magi.
“Aa,,, aku mencintai kalian!”
Suri buru-buru menyusul.
***
Magi masih berjalan memimpin. Di
belakangnya Hyuri dan Suri mengekor. Berjalan sambil menatap kanan-kiri mereka.
Suri masih menunjukan ekspresi penuh kekaguman.
Ketiganya menyusuri koridor
lantai dasar. Melewati deretan kelas di sisi kiri. Sesekali Suri sedikit
melongokan kepala untuk bisa mengintip ke dalam kelas sambil terus berjalan.
Karena tak fokus, Suri pun menabrak Magi yang sudah berhenti di depannya,
“Eh, maaf.” Suri nyengir menatap
sungkan Magi lalu Hyuri.
“Inilah kelas kita. Kelas X-F.”
Magi memperkenalkan ruang kelas di depannya.
Suri semangat. Mendekati jendela
dan melongok ke dalam. Hyuri kemudian menyusulnya. Raung kelas yang luas,
bersih dan teratur.
“Sumpah demi para Dewa, ini surga.
Jauh sekali dari kelasku di SMA Maehwa.” puji Suri.
“Ya! Siapa di sana!” tiba-tiba
terdengar teriakan seorang pria.
Ekspresi Hyuri dan Suri berubah
tegang. Terlebih Suri. Hanya Magi yang berdiri tenang menatap ke arah sumber
suara.
“Magi! Bagaimana ini...? Kita
ketahuan...” Suri paling panik.
Magi diam, menatap pria yang
berjalan ke arahnya.
“Biar aku yang urus.” Hyuri
maju.
“Andwae!” tahan Magi. “Diam saja
di sini.” pintanya.
Pria paruh baya itu sampai di
depan Magi, Hyuri dan Suri. Pria berkacamata ini mengamati Magi, Hyuri dan
Suri. Menatap ketiganya dari atas ke bawah.
“Kalian masuk darimana?” tanya
pria paruh baya ini.
Hyuri diam. Suri menggigit
bibirnya. Magi balik mengamati pria paruh baya ini. Mata Magi berbinar
menemukan nama pria paruh baya ini di seragam petugas keamanan yang
dikenakannya.
“Annyeong hasimnika Ji Sukjin
Ajushi.” sapa Magi kemudian membungkukan badan.
Pria berkacamata ini terkejut
mendapati sambutan rileks Magi. “Kau... tahu aku...? Kau kenal aku...?”
“Nee. Setelah membaca nama di
seragam Ajushi.” jawab Magi jujur.
Hyuri membuang napas dan
menunjukan ekspresi kecewa pada jawaban Magi. Sedang Suri menepuk keningnya
sendiri. Sukjin menghela napas pelan dan menatap tegas pada Magi.
“Jeosonghamnida Ajushi.” Magi
kembali membungkukan badan. “Kami murid baru dan ingin melihat kelas kami. Jadi
bisakah Ajushi memaklumi ini semua dan melupakan ketidaksopanan kami masuk
kemari?”
“Melompati pagar...? Benar
dugaanku. Kalian pasti murid SMA Maehwa yang ditransfer ke sekolah ini.”
“Apa bau kami terlalu menusuk
hidung...?” Magi mencium aroma tubuhnya sendiri.
Hyuri tersenyum kecil menahan
tawa melihat tingkah Magi.
“Jika bukan karena bau kami yang
benar menusuk hidung, berarti Ajushi benar-benar hebat karena bisa menebaknya!”
puji Magi riang lengkap dengan senyum lebarnya.
“Ckckck!” Sukjin menggeleng
pelan. “Darimana kalian masuk?”
“Melompat tembok belakang
sekolah.” Magi jujur membuat Sukjin syok menatapnya.
Kali ini Hyuri dan Suri
sama-sama tersenyum menahan tawa melihat Sukjin.
“Ey! Ajushi berlebihan sekali.
Bukankah hal seperti wajar? Ini dinamakan usaha. Bagaimana murid berusaha untuk
bisa masuk sekolah. Harusnya ini patut mendapat penghargaan.”
“Wajar...? Pemghargaan...?
Baiklah. Kalian akan mendapatkan penghargaan itu. Ayo ikuti aku!”
“Itu hukuman kan...?”
“Ayo cepat!” bentak Sukjin.
***
Suri, Hyuri dan Magi ke dalam
ruangan yang bertuliskan “Ruang Tata Tertib” itu. Sukjin mengunci tiga gadis
Maehwa ini di dalamnya.
“Ah...” Magi merebahkan tubuh
berbaring pada satu-satunya sofa panjang di ruangan itu.
Suri mengamati ruangan berukuran
3x4 meter itu. Hanya ada satu meja dan satu sofa dimana Magi tiduran di
atasnya. Suri berbalik menemukan satu pigura besar dimana di dalamnya berisi
rincian tata tertib Hwaseong Academy.
“Matilah kita.” Suri masih
membaca tulisan dalam pigura yang tergantung di tembok itu.
“Aku mau tidur dulu.Sebelum
mati.” jawab Magi santai.
“Percayalah. Di sini lebih baik
untuk sementara waktu.” Hyuri mengamati keluar dari kaca kecil yang berada di
pintu yang terkunci. “Daripada di luar sana.”
Suri kembali mendesah.
***
Maret minggu pertama Hwaseong
Academy memulai tahun ajaran baru. Murid-murid mulai berdatangan. Nuansa kuning
abu-abu kembali menghiasi area Hwaseong Academy. Murid baru berdatangan membaur
dengan murid tingat II dan III.
Beberapa
murid laki-laki tampak bergerombol di dekat gerbang. Mereka antusias mengamati
siswi-siswi baru. Hampir setiap tahun ajaran baru dimulai, banyak siswa senior
melakukan hal ini. Di sini, di Hwaseong Academy jumlah murid perempuan lebih
sedikit dibanding murid laki-laki. Itulah kenapa murid laki-laki gemar
berkumpul di dekat gerbang dan mengamati siswi baru. Selanjutnya siswi yang
dianggap primadona akan segera menjadi rebutan. Bisa ditebak siswa-siswa yang
berkumpul di dekat gerbang ini adalah playboy sekolah yang gemar taruhan untuk
mendapatkan siswi yang benar langka di Hwaseong Academy.
Nymphs,
Nana, Bora, Hyerin dan Suzy berjalan bersama memasuki gerbang dengan langkah anggunnya.
Para pemuda yang berkumpul di dekat gerbang dibuat terpesona oleh
kecantikan empat gadis ini. Siswa-siswa
ini menatap penuh kagum pada geng Nymphs. Beberapa sampai roboh berjamaah
karena tak kuasa menahan pesona yang ditebarkan oleh Nymphs.
Para
siswa yang berkumpul di dekat gerbang segera membuang muka ketika melihat satu
siswi yang berjalan tak jauh di belakang geng Nymphs. Gadis cupu berponi yang
benar tak menarik bagi mereka. Park Sungrin berjalan cuek memasuki area
Hwaseong Academy.
Tiga
mobil sedan hitam berhenti di depan gerbang. Pria-pria berkostum rapi serba
hitam turun dari mobil sedan di depan dan belakang. Mereka segera merapat ke
mobil sedan yang berada di tengah. Dua wanita berpostur tegap dan berpenampilan
rapi senada dengan para pria yang sudah menjaga ketat mobil sedan hitam di
tengah ini keluar dari dalam mobil kemudian membuka pintu belakang dari mobil
sedan yang berada di tengah. Momen ini benar-benar menyita perhatian para
murid. Mereka memilih minggir namun tetap memperhatikan tiga mobil dan para
bodyguard itu. Setelah pintu belakang mobil sedan hitam yang berada di tengah
terbuka, seorang gadis cantik berambut pendek keluar. Ia tak lain adalah Song
Hami. Putri Wisteria Land. Para murid yang memperhatikan mulai ribut saling
berbisik sendir. Bodyguard Tuan Putri segera mengitari Tuan Putri dan
mengawalnya berjalan masuk sekolah.
Empat
siswa yang berdiri di depan Ruang Informasi ini memperhatikan setiap kejadian
yang lewat di depan mereka. Termasuk fenomena Nymphs dan Putri Wisteria Land.
“Merepotkan.”
komentar Niel.
“Kenapa
Tuan Putri memilih bersekolah di sini? Yang lain pasti merasa tak bebas.
Terlebih yang satu kelas dengannya.” sambung Sandeul.
“Nanti
akan berubah menjadi Tuan Putri dan Penyamun.” celetuk Onew.
“Tuan
Putri dan Penyamun...?” tanya Niel tak paham.
“Iya.
Ada Putri Wisteria Land dan murid SMA Maehwa di sini.”
“Wah
benar. The Good and The Bad.” Niel manggut-manggut.
“Tepat
sekali!” Onew membenarkan.
“Belum
tentu murid SMA Maehwa itu benar-benar buruk kan?” Hoya yang baru keluar dari
Ruang Informasi. “Sebaiknya tak menilai buku dari sampulnya.” Hoya tersenyum.
“Kaja!” ajaknya sambil berjalan mendahului.
***
Kim
Hyungbum berdehem usai membaca data dari tiga siswi yang berdiri di hadapannya.
Di ruang Tata Tertib. Kemudian ia mengamati tiga siswi itu dari kanan ke kiri.
“Han
Suri, Rosmary Magi dan Song Hyuri. Jadi kalian tiga murid SMA Maehwa yang
ditransfer ke Hwaseong Academy?” tanya Kim Hyungbum.
“Iye!
Sonsaengnim!” jawab Magi tegas. Seperti seorang prajurit menjawab pertanyaan
atasannya.
Hyungbum
tersentak kaget. Ia membetulkan letak kacamatanya lalu berdehem. “Pagi-pagi
menyelinap masuk dengan melompati pagar.” Hyungbum bergumam. “Sejauh ini apa
yang kalian ketahui tentang Hwaseong Academy? Hanya sekolah terbaik nomer satu
di Wisteria Land?”
“Animnida!
Sonsaengnim!” Magi mengulanginya. Berbicara seolah ia berada dalam camp
militer. “Hwaseong Academy berdiri pada 15 Juni 1962. Didirikan oleh Shin Min
Gi, aktifis wanita yang aktif di bidang sosial dan juga seorang Lady Royal
kerajaan. Seunglileul dalseonghagi wihae hamkke, together to achieve victory, bersama meraih
kemenangan adalah motto Hwaseong Academy.” Magi diam lalu
menyikut Hyuri yang berada di samping kanannya.
“Ada tiga tingkatan murid dalam
Hwaseong Academy. Di mulai dari kelas X sampai kelas XII. Setiap tahunnya Hwaseong menerima 570 murid
dimana murid laki-laki lebih banyak daripada murid perempuan. Hwaseong Academy
memiliki 24 kelas, 8 kelas biasa dan 6 kelas khusus. Tahun ajaran baru dimulai
pada Maret minggu pertama dan berakhir pada Desember minggu terakhir. Kelas
dimulai dari hari Senin sampai Jum’at pukul 09.00 pagi sampai pukul 05.00
sore.” Hyuri menjabarkan dengan lancar.
Suasana
mendadak hening. Hyungbum menatap Suri.
“Yellow chrysanthemum adalah bunga dari Hwaseong Academy. Lambang
optimisme. Sedang Teak Tree atau pohon Jati adalah pohon dari Hwaseong Academy.
Simbol kekuatan dan keunggulan. Lencana Hwaseong
Academy adalah gambar replika bunga plum dengan lima helai mahkota berwarna
kuning dengan lingkaran ditengah berwarna merah dan tulisan di dalam lingkaran
hangul Hwaseong “화성” dan “Korea 1962” berwarna hitam. Tulisan “Hwaseong Academy” berwarna hitam melingkar di luar
lingkran merah. Garis tepi dari replika bunga plum berwarna putih dan layar
dasar berwarna biru. Warna biru melambangkan intelligensi dan kepercayaan.
Warna putih melambangkan bersih dan murni. Warna kuning melambangkan jiwa muda,
cerdas dan optimis. Warna merah melambangkan semangat dan kekuatan. Hitam
melambangkan perlindungan dan kreatifitas. Seragam Hwaseong Academy berwarna
kuning cerah pada setelan atas baik pada seragam musim dingin atau musim panas.
Setelan bawah untuk siswa berwarna merah dan untuk siswi berwarna abu-abu
dengan polet kuning pada bagian bawah. Sedangkan untuk seragam olah raga
berwarna kuning dan hitam.” Suri paling lancar dan terdengar paling rileks.
Hyungbum menyincingkan senyum. “Lalu bagaimana dengan peraturan dalam
Hwaseong Academy?”
“Kami baru melihatnya pagi ini. Di sini. Jadi kami belum menghafalnya,
Sonsaengnim.” Magi tak lagi seperti anggota militer.
Hyungbum menghela napas panjang.
“Maaf, Sonsaengnim. Bukankah setelah ini semua murid baru diharuskan
berkumpul di aula utama bersama murid senior untuk mendengar pidato Kepala
Sekolah. Kenapa kami masih ditahan di sini?” sela Suri sopan.
“Kau pikir untuk apa kalian ditahan di sini ha..?!” Hyungbum dengan nada
meninggi.
Suri segera menundukan kepala.
“Menyelinap dan melompat pagar. Itu pelanggaran besar!”
“Tapi ini patut diacungi jempol. Usaha keras murid baru untuk mengenal
sekolah barunya.” sahut Magi.
“Kau!!!” Hyungbum kesal. Berusaha menekan emosinya.
Magi kembali menunduk.
***
Yoo
Seungho berlari sekencang ia bisa. Ia makin panik karena si penjaga gerbang
mulai mendorong gerbang, menutupnya. Seungho semakin mempercepat laju ia
berlari.
“Ajushi!
Ajushi! Ajushi! Tunggu!” teriak Seungho berusaha menghentikan penjaga gerbang.
“Ajushi!” Seungho berhenti jarak dua langkah dari gerbang. Seungho menekuk
lutut, mengatur kembali napasnya yang terengah-engah karena berlari. Setelah
kembali kuat, Seungho berjalan mendekati gerbang.
“Ajushi.
Ajushi aku mohon ijinkan aku masuk.” pinta Seungho memelas di depan Sukjin.
“Terlambat
di hari pertama, sial sekali kau anak muda. Aku selalu memberi tenggang sepuluh
menit. Kau melebihi batas waktu yang sudah aku undur.” Sukjin masih memegang pintu
gerbang yang hampir tertutup semua.
“Mobil
yang aku tumpangi mogok. Aku tak mendapatkan tumpangan dan berlari untuk
secepatnya sampai kemari. Aku mohon beri aku dispensasi, Ajushi.” Seungho
menunjukan ekspresinya yang paling melas. “Ajushi berhati baik, aku mohon bantu
aku. Kasihani aku yang datang dari jauh ini.”
“Mencoba
merayuku?”
Tiba-tiba
muncul seseorang yang melayang melompati gerbang dan mendarat indah di dalam
area Hwaseong Academy.
“Wow!”
Seungho terkesima. Ia masih menatap sosok yang mendarat dalam posisi jongkok
seperti posisi start saat seseorang akan memulai lomba lari. Seungho masih
memperhatikannya dan mengetahui jika murid yang melakukan lompatan indah itu
adalah murid perempuan.
Jung
Shin Ae mendarat sempurna di dalam area Hwaseong Academy usai ia melompati
gerbang. Shin Ae tersenyum puas lalu kembali berdiri dan berlari masuk.
“Ya!
Kau! Jangan lari!” panggil Sukjin mengejar Shin Ae. Melupakan gerbang yang
belum ia tutup sepenuhnya.
Seungho
tak menyia-nyiakan kesempatan. Ia pun mengendap-endap masuk.
“Aish!”
Sukjin teringat akan pintu gerbang yang belum ia tutup. Ia pun berbalik dan
menemukan Seungho sudah menyelinap masuk dan mengedap-endap hendak melarikan
diri. “Ya! Ya! Kau mau kemana!” Sukjin kembali berlari.
“Mau
kabur! Ha!” Sukjin berhasil menangkap Seungho dan menjewer telinga kanan
Seungho.
“Aa,
apa! Apa! Ajushi! Mian! Aa!” rintih Seungho.
“Kau
memilih masuk. Terima resikonya!” Sukjin menutup gerbang, masih menjewer
Seungho lalu membawa Seungho ke ruang Tata Tertib.
***
Hyungbum
menatap empat murid yang masih berdiri di hadapannya di ruang Tata Tertib.
Hyuri, Suri, Magi dan Seungho.
“Hah…
ada apa dengan tahun ini…? Apakah benar murid SMA Maehwa membawa kutukan sial?
Baru kali ini ada kekacauan seperti ini di hari pertama sekolah.” gumam
Hyungbum lirih.
“Baru
kali ini ada murid baru membuat onar di hari pertama sekolah. Kalian aku
maklum, karena asal kalian.” Hyungbum menatap trio Maehwa.
Hyuri
membalas tatapan Hyungbum. Ia tak terima pada pernyataan Hyungbum barusan.
“Wae…?
Benar bukan? Kalian berasal dari SMA Maehwa. SMA dengan reputasi terburuk di
Wisteria Land.”
“Tapi
sekolah kami mengajarkan hal baik pada
semua muridnya. Bisakah Anda berhenti mengolok asal sekolah kami?” Hyuri balik
bertanya.
Seungho
menoleh. Mengamati tiga gadis yang berdiri berjajar di samping kanannya. “Jadi
mereka murid SMA Maehwa itu?” gumam di hati Seungho.
“Ini
penyesuaian bagi kami. Harusnya kami tak di hokum, tapi di bombing. Bukankah
itu alasan kenapa kami di transfer? Atau hukuman ini diartikan sebagai
bimbingan?” imbuh Hyuri.
“Tapi
kau membuat kesalahan. Menyelinap masuk sekolah dengan melompati pagar.”
“Melompati
pagar…?” pekik Seungho.
Hyungbum
menoleh. Menatap Seungho. “Kau. Kenapa terlambat? Siapa namamu? Yoo… Yoo
Seungho…?” Hyungbum melotot kaget.
“Jeosonghamnida,
Sonsaengnim. Mobil yang aku tumpangi mogok di jalan. Aku tak menemukan
tumpangan dan berjalan bahkan berlari untuk sampai kemari. Namun tetap tak
terkejar.” terang Seungho sopan.
Trio
Maehwa, Hyuri, Suri dan Magi menatap pemuda yang berdiri di samping kiri mereka
itu. Seungho menoleh dan tersenyum lebar pada ketiganya.
***
Hyuri,
Magi, Suri dan Seungho berjalan bersama menuju kelas mereka. Senyum terkembang
di wajah Seungho mengenang kebetulan ini.
“Ya!
Kenapa kau senyum-senyum sendiri?” tanya Magi yang berjalan di samping Seungho.
“Apa yang lucu dan membuatmu tertawa?”
“Ini
hari pertama sekolah dan penuh kejutan.” jawab Seungho.
“Tak
takut sial bertemu dengan kami?”
“Aku
sudah sial sebelum bertemu kalian. Ya mungkin kesialan yang kalian bawa sudah
menyebar ke seluruh sekolah ini sekarang.”
“Ey.
Kau percaya akan hal itu? Kalau di sugesti bisa jadi nyata.”
“Sugesti..?
Ish! Tapi aku merasa beruntung. Jika aku tak terlambat, aku tak akan mengalami
ini semua dan bertemu kalian.”
“Terlambat
malah merasa beruntung.” Magi geleng-geleng.
“Kalian
banyak dibicarakan di Hwaseong Academy Community.”
“Apa
itu?” tanya Suri.
“Komunitas
di dunia maya khusus murid Hwaseong
Academy.” jawab Magi.
“Banyak
yang berpendapat murid SMA Maehwa yang ditransfer ke sekolah ini adalah
laki-laki. Ternyata ketiganya perempuan.” lanjut Seungho.
“Mereka
pasti kecewa.” sesal Magi.
“Aku
tidak. Bahkan kita juga sekelas. Ini menyenangkan. Bagaimana kalau kita
berteman saja?”
“Nanti
kau bakal menderita.”
“Kadang
menjadi berbeda itu memang sedikit menyiksa, membuat kita menderita. Tapi di
situlah seni keindahannya. Menjadi berbeda sama artinya menjadi menonjol. Pasti
terkenal nantinya.”
“Jadi
tujuanmu kemari menjadi terkenal saja?”
“Ey!
Tentu saja tidak.”
“Tunggu!”
tahan Hyuri saat keempatnya sampai di depan pintu kelas.
“Wae?”
tanya Suri.
“Itu.
Sonsaengnim datang.” Hyuri menunjuk wanita cantik yang berjalan ke arah mereka.
Keempat
murid ini segera memberi salam. Guru cantik ini tersenyum ramah lalu membuka
pintu.
Byur!
Air dalam kaleng itu mengguyur tubuh si Guru cantik. Suri ternganga, terkejut
melihatnya. Sedang di dalam kelas terdengar suara tawa beberapa murid. Hyuri
tersenyum kecil. Seungho melongo. Magi datar.
Ricky
dan Aron yang tertawa paling keras langsung diam menelan ludah ketika menyadari
siapakah yang terguyur air. Bukan murid transferan dari SMA Maehwa.
“Kalian!
Bersihkan kelas ini!” Guru cantik ini menunjuk dua siswi yang duduk di bangku
paling depan yang tadi juga menertawakannya. “Dan kau, Ricky! Aron! Ikut aku!”
Mau
tak mau Ricky dan Aron bangkit dari bangku dimana mereka duduk. Berjalan
melewati empat murid yang berdiri di dekat pintu dan mengikuti langkah Guru
cantik.
“Daebak!
Kau menyelamatkan kami.” bisik Seungho masih terlihat syok.
Hyuri
tersenyum kecil dan berjalan memimpin masuk ke dalam kelas X-F.
Suri, Magi dan Seungho menyusul. Seisi kelas menatap empat murid yang baru
masuk dan berdiri di depan kelas ini. Hyuri Cs pun sama, menatap bangku dan
murid-murid kelas X-F
yang duduk di hadapan mereka. Keempatnya mencari bangku kosong untuk duduk.
“Aku
tak mau terpisah.” bisik Suri, “tapi yang kosong berpencar.”
Magi
melayangkan pandangan lalu berjalan menuju deretan bangku dekat tembok dekat
pintu masuk. “Aku butuh empat bangku kosong.” kata Magi pada murid yang duduk
di bangku kedua dengan tatapan datar dan wajah tanpa ekspresi.
Murid
yang duduk di bangku kedua dan tiga murid di belakangnya segera bangkit dan
pindah tempat duduk.
“Di
sini.” panggil Magi pada ketiga rekannya.
Suri
duduk di bangku nomer dua. Magi di belakang Suri, Hyuri di belakang Magi dan
paling belakang Seungho. Suasana masih hening. Beberapa menatap kelompok ini
sambil saling berbisik dengan rekan. Beberapa memilih menundukan kepala tak berani
menatap kelompok Maehwa ini.
Magi
yang duduk di bangkunya kembali menoleh ke belakang. Sejak ia masuk, ia heran
melihat lima orang dengan kostum rapi serba hitam berdiri siaga di belakang
kelas. Magi berubah kesal.
“Apa
ini…?” tanya Magi dengan nada kesal memecah keheningan. “Ada bodyguard di dalam
kelas ini? Bodyguard milik siapa?”
“Magi!
Sudahlah!” panggil Seungho lirih.
Bukannya
tenang, Magi malah berdiri. “Bodyguard milik siapa mereka ini?” Magi bertanya
pada semua murid kelas X-F.
“Kenapa sampai membawa bodyguard ke dalam kelas?” buru Magi yang tak mendapat
jawaban.
Pemuda
yang duduk tepat di depan Suri bangkit dai duduknya hendak menghampiri Magi.
“Mwoya!”
spontan Suri berdiri menghadang. Suri menatap pemuda tampan ini dari atas ke
bawah lalu membaca tag name di seragam pemuda itu. “Jo Jonghwan..>?” batin
Suri.
Pemuda
ini; Jo Jonghwan berjalan melewati Suri dan berhenti di dekat Magi. “Sebaiknya
kau duduk dan tak ikut campur tentang itu.”
Magi
menatap Jonghwan. “Wae…? Mereka bodyguardmu? Wae? Membawa mereka sampai masuk
ke dalam kelas? Karena ada kami?”
“Mereka…
mereka…” Jonghwan terlihat ragu. Magi menunggu. “Mereka bodyguard Yang Mulia
Putri Mahkota.”
Suri
dan Hyuri terkejut mendengarnya. Magi masih saja datar.
***
Dan menemukan adik dari Raja Wisteria Land di
kelas ini. Apa ini rencana Sang Naga?
-------TBC--------
Keep on Fighting
shytUrtle
0 comments