BLACK NOTE
04:53
BLACK NOTE
“Percayai mimpimu, ikuti petunjuknya dan
temukan kebenaran.”
Di dunia ini begitu banyak misteri. Hitam dan
putih, maya dan nyata bersanding. Tentang kebenaran bukanlah hal mudah untuk di
temukan. Saat alam sadar tak lagi bisa menuntunmu, akankah kau mempercayai
mimpi-mimpimu dan meyakininya sebagai petunjuk?
***
BLACK
NOTE – LAST PART
Parama
Academy mengalami kerusakan cukup parah. Murid-murid enggan di titipkan ke
sekolah lain selama renovasi berlangsung. Mereka sepakat belajar dengan
fasilitas seadanya asalkan tetap berada dalam Parama Academy.
Para
Pejuang Orea telah kembali pulang. Raja Landry sangat senang mandapati
kenyataan bahwa Putri Belle Berly Casey masih hidup. Apa yang ia yakini selama
ini tidaklah salah. 17 tahun yang lalu, ranjang Putri Belle kecil terbakar
hangus adalah ulah Sunee. Ia menyusup masuk dan menyelamatkan Putri Belle dari
kekejaman Ozora. Sunee merawat bayi mungil berumur satu tahun itu dalam hutan
Orea dan memberinya nama Amabel Winola. Kalung yang dikenakan Winola adalah
satu-satunya bukti bahwa ia adalah Putri Belle Berly Casey, putri bungsu Raja
Leroy Casey dan Ratu Annora. Kalung hasta karya seniman ternama Elsdon,
Alexander Hector yang tak lain adalah kakak dari Ratu Annora. Kalung dengan
liontin berbentuk angka delapan dengan mata batu onyx hitam yang berarti kasih
tak akan putus walau tak ada di tempat yang sama lagi dan kekuatan yang akan
selalu melindungi. Devin Dolores mengungkap fakta ini di depan Winola dan
Keluarga Raja. Bersamaan dengan hal itu, Winola meminta agar statusnya tetap di
rahasiakan. Ia tak mau pejabat istana dan rakyat tahu jika ia adalah Putri
Belle Berly Casey. Satu-satunya keturunan Raja Leroy Casey yang tersisa.
***
Di
temani Keluarga Raja dan sahabat, Winola menggelar upacara penghormatan di
depan makam Raja Leroy Casey dan keluarganya. Winola menatap lukisan besar yang
tergantung dalam kuil yang sengaja di bangun di dekat area makam. Lukisan Raja
Leroy Casey, Ratu Annora, Putri Adara dan Pangeran Huga juga Putri Belle kecil
yang berada dalam pangkuan Ratu Annora. Lukisan ini dibuat tiga hari usai ulang
tahun pertama Putri Belle. Winola tersenyum getir melihatnya.
Winola
masih bertahan dalam kuil, sendiri. Ia kemudian berjalan-jalan di sekitar kuil.
Ia berhenti di bawah pohon dan menatap pemandangan di depannya. Edsel menemukan
Winola. Ia tampak ragu namun akhirnya memberanikan diri mendekat. Winola
tersenyum menyambutnya. Keduanya terdiam selama beberapa detik.
“Tolong
maafkan hamba Yang Mulia. Selama ini hamba bersikap tak sopan pada Yang Mulia.”
Edsel memulai.
“Itu
karena kau tak tahu tentangku. Maaf harus berbohong padamu juga Neva dan yang
lain. Tolong jangan memanggilku dengan sebutan Yang Mulia, itu terdengar sangat
aneh. Aku tetaplah Winola, Amabel Winola gadis dari Orea.” Keduanya kemudian
tersenyum bersama.
“Yang
Mulia, ups. Maksudku, kau, Winola, tak akan tinggal di sini? Bersama kami?”
“Aku
merasa tak nyaman di sini. Tempatku adalah Orea, hutan Orea.”
Edsel
menunduk lesu. Jauh didasar hatinya, ia ingin Winola tetap tinggal.
***
Neva,
Yocelyn dan Violin menemui Winola di kamarnya. Dibantu Lavina, Winola sibuk
berkemas.
“Kau
sungguh tak akan tinggal, Kakak?” Tanya Yocelyn. “Kakak akan benar-benar pergi
meninggalkan istana?”
Winola
tersenyum memeluk Yocelyn. “Tempatku bukan di sini, maaf.”
“Sekali
lagi maaf atas semua sikapku, padamu.”
“Kau
melakukan banyak hal terbaik untukku. Terima kasih.”
Berganti
Violin meminta maaf. Winola pun memeluknya. Giliran Neva. Ia tertunduk di depan
Winola. “Maaf. Aku banyak berbohong padamu, Neva.”
“Aku
yang seharusnya minta maaf pada Yang Mulia. Tak seharusnya aku meragukan Yang
Mulia yang telah berbuat baik padaku sejak awal kita bertemu.”
Winola
tersenyum lalu memeluk Neva. “Oya, aku punya sesuatu untukmu.” Winola bergegas
mengambil barang yang ingin ia berikan pada Neva sejak awal ia bertemu gadis
itu. Winola mengulurkan buku berwarna coklat usang itu pada Neva. “Ini adalah
jurnal yang aku buat selama… hampir selama perjalananku. Kau suka menulis,
semoga ini berguna untuk melengkapi beberapa pertanyaanmu.”
Neva
seolah tak percaya mendapat kepercayaan ini. “Terima kasih Yang Mulia.”
“Ayolah.
Aku ini Amabel Winola, teman sekamarmu. Yang Mulia? Itu terdengar sangat tak
nyaman di telingaku.” Semua yang ada dalam kamar itu tertawa.
Alden
datang berkunjung di temani Edsel. Sama seperti yang lain, ia ingin mengucapkan
salam perpisahan pada Winola.
“Ah,
Lavina. Aku punya sesuatu untukmu, tapi tetinggal di kamarku. Bisakah kau ikut
denganku sebentar?” Ajak Yocelyn.
Lavina
paham. Ia menurut dan pergi bersama Yocelyn, Neva dan Violin. Edsel menatap
Winola sejenak, sebelum pamit pergi. Hanya tersisa Alden dan Winola dalam kamar
itu. Keduanya berdiri berhadapan namun saling terdiam.
“Maafkan
aku, Kakak.” Ucap Alden setelah terdiam cukup lama.
“Jika
kita bukan saudara, pasti aku sudah benar-benar jatuh hati padamu. Pangeran
yang tidak hanya tampan secara fisik, namun juga tampan dari hati. Aku yakin,
Elsdon akan semakin maju di tangan kalian.”
“Tinggallah
di sini, bersama kami. Bagaimanapun juga, Kakak adalah pewaris tahta yang
sesungguhnya.”
“Tempatku
bukan di sini. Pemerintahan Elsdon adalah tanggung jawabmu dan Yocelyn.
Tempatku adalah hutan Orea. Ada orang-orang hebat di sini. Paman Landry, Bibi
Eleanor, kau, Yocelyn. Di tambah lagi Neva. Violin dan Edsel. Elsdon pasti akan
baik-baik saja.”
“Jangan
melepas kami sepenuhnya. Bagaimanapun juga, kami juga Elsdon masih
membutuhkanmu.”
Winola
tersenyum dan mengangguk.
***
Malam
perpisahan pun tiba. Alden, Yocelyn, Neva, Violin dan Edsel mengantar Winola,
Leif, Lavina dan Kenzie sampai ke gerbang terluar kerajaan. Winola dan
rombongannya akan meninggalkan Elsdon dan kembali ke Orea.
“Kunjungi
kami sesekali.” Pinta Yocelyn.
“Saya
rasa, sesekali juga Putri dan Pangeran juga yang lain harus bertandang ke Orea.
Desa kami memiliki banyak tempat yang indah. Hutan Orea, banyak hal menarik di
sana.” Jawab Lavina.
“Semoga,
suatu hari nanti.” Yocelyn kembali memeluk Lavina. “Jangan lupa menulis surat
untuk kami.” Yocelyn kemudian mengusap air matanya.
“Kau menangis?”
Tanya Alden.
“Mataku
pedas dan berair.” Elak Yocelyn.
Alden
tersenyum dan merangkul Yocelyn masih menatap rombongan Winola yang berjalan
semakin menjauh. “Selamat jalan, cinta pertamaku.” Batin Alden yang kemudian
kembali tersenyum.
Neva
menggenggam kalung pemberian Winola yang tergantung di lehernya. “Kau bungkam
walau kau banyak tahu. Andai semua orang sepertimu, pasti orang bodoh seperti
kami akan menjadi pintar karena banyak belajar. Terima kasih, Winola.” Neva
bergumam dalam hati dan tersenyum kemudian.
Edsel
terus menatap Winola yang semakin jauh meninggalkannya. “Andai memiliki lebih
banyak waktu untuk bersama.” Sesalnya dalam hati.
***
Winola
menghentikan langkahnya ketika sampai di perbatasan. Tampak Joe berdiri
menyandarkan punggung pada sebuah pohon. Lavina, Leif dan Kenzie berjalan
mendahului, menjauh dari Winola dan Joe.
“Hai,
Hazel!” Sapa Richard.
“Hai,
Ricky. Semoga kita bisa bekerja bersama-sama lagi.”
“Dengan
senang hati.” Hazel melambaikan tangan, terbang melewati Richard. “Semoga perjalananmu
menyenangkan, Peri Capung!” Canda Richard.
“Untukmu
juga, Hantu Sepeda!” Balas Hazel.
Joe
berdiri tepat di depan Winola. Joe memberikan seruling di tangannya pada
Winola. “Mainkan untukku, seperti saat pertama kali aku melihatmu di Orea.
Tunggulah aku di sana. Mau kah kau, Winola?” Pinta Joe.
“Jika
kau penuhi janjimu untuk datang.”
Joe
tersenyum dan mengusuk tengkuknya. Ia salah tingkah di depan Winola.
“Berikan
pelukan selamat tinggal untuk Nona Winola, Tuan.” Bisik Richard yang masih
bertahan duduk diatas pohon. “Atau Ricky yang akan melakukannya.” Ancamnya
kemudian.
Winola
berbalik, membelakangi Joe dan selangkah berjalan. Sebelum terlambat, Joe
meraih tangan Winola, menarik gadis itu dalam pelukannya. Masih ragu, Joe
kembali tersenyum kemudian benar-benar mendekap Winola dalam pelukannya.
Richard tersenyum lebar.
“Sangat
manis…” Hazel tiba-tiba sudah duduk di pundak Richard.
***
Banyak teka-teki yang terlahir dari sebuah
mimpi. Antara hanya bunga tidur dan petunjuk, perbedaannya sangat tipis.
Terombang-ambing dalam luasnya lautan pikiran. Ragu-ragu, mengikis keyakinan.
Perjalanan panjang yang melelahkan. Namun ini hanyalah awal. Ia tidaklah
sepenuhnya mati. Kekuatannya luar biasa, tak mungkin ia padam dengan begitu
mudah. Menjadi lebih waspada dan lebih kuat. Bukan hanya untuk diri sendiri,
tapi juga untuk surga dunia, Elsdon dan seluruh rakyatnya. Aku hanya kumpulan
lembar demi lembar ‘catatan hitam’ Negeri Elsdon. Gambaran kecil peristiwa 17
tahun yang lalu dan 17 tahun kemudian. Permulaan dan sebuah langkah berikutnya.
Neva
tersenyum menutup buku dalam pangkuannya. Ia duduk menatap keluar jendela
kamarnya. Neva berjalan keluar kamarnya. Mendongak menatap langit. Salju
pertama turun di musim dingin tahun ini. Neva menenggadahkan tangannya,
menangkap butiran salju yang jatuh menyapa bumi Elsdon, kemudian tersenyum,
kembali menatap langit.
---THE
END---
well, akhirnya sampai ending part dari cerita gaje ini. sangat kurang banget ini cerita. kasarnya cacat benget lah. ending yang kurang gereget. tapi bagaimanapun juga tetep sayanglah sama anak saya ini walau cacat kekeke~
thanks buat temen-temen yang udah pinjemin nama terutama trio yocelyn, hazel dan winola.
lavina, neva, violin juga edsel. makasih benget lah.
sebenernya tetep berbau kpop lhoh. soalnya pas nulis ngebayanginnya juga ma kpop idol yaks :v
clue: Joe Leverret -> L.Joe. Alden Jason -> Jang Hanbyul Led Apple. Kenzie Choi -> Changjo. Leif Riordan -> L Kim. sapa lagi ya...? eum, gitu deh :D
btw makasih buat yang udah baca tulisan gaje ini. muga nggak kecewa :)
matur suwun
.shytUrtle.
0 comments