BLACK NOTE

04:08

BLACK NOTE

“Percayai mimpimu, ikuti petunjuknya dan temukan kebenaran.”

           Di dunia ini begitu banyak misteri. Hitam dan putih, maya dan nyata bersanding. Tentang kebenaran bukanlah hal mudah untuk di temukan. Saat alam sadar tak lagi bisa menuntunmu, akankah kau mempercayai mimpi-mimpimu dan meyakininya sebagai petunjuk?

***

NOTE #12


“Harpy-harpy itu mengejar kita!” Kenzie menoleh ke belakang dan melihat lima Harpy terbang mengejar.
“Kau bisa mengatasinya?”
“Eng… aku tak yakin. Aku tak pernah membidik obyek begerak dan dalam kondisi… terbang.”
“Hah… aku pikir kau bisa diandalkan Kenzie.”
“Ini terlalu tinggi. Tapi, tapi aku akan berusaha.”

Hazel menatap keluar jendela. Sepeda itu terbang. Richard mengayuhnya dan membawa sepeda itu terbang di udara dan membonceng Joe. Hazel mengerutkan muka dan terbang keluar menyusul Richard.
“Tidak bisakah kau menambah kecepatannya?”
“Ricky mengayuhnya sekuat tenaga, Tuan.”
Joe menghela nafas. Teman tidak tampaknya ini benar-benar payah. Menurutnya. Joe terkejut dan spontan memegang pinggang Richard. Richard menghentikan sepeda mendadak. Joe mengerutkan muka, marah. Richard meringis, menuding makhluk kecil yang tiba-tiba muncul menghadangnya. Hazel melipat tangan, menatap Richard dengan ekspresi marah.
“Minggir kau capung kecil.” Perintah Joe.
“CAPUNG KECIL?!!” Hazel makin marah mendengarnya.
“Winola sendirian melawan Ozora. Ini tidak akan mudah baginya. Aku harus membantunya.”
Richard tersenyum mendengarnya. Lain dengan Hazel. “Membantunya? Oh, Tuan Penghianat! Kau berani berkata demikian setelah apa yang kau lakukan pada murid-murid Parama Academy?” Hazel berkacak pinggang dan melotot pada Joe.
“Teruskan mengayuh!” Perintah Joe mengabaikan Hazel.
Richard melirik Hazel dan kembali mengayuh sepeda yang melayang di udara ini meninggalkan Hazel. Hazel masih berkacak pinggang dan kesal. Ia menghela nafas dan menggelengkan kepala. Hazel kemudian mengulurkan kedua tangannya membidik sepeda Richard. Cahaya putih itu muncul dari kedua tangan Hazel dan bergerak menuju sepeda Richard dan menghantam bagian belakang sepeda.
“Yuhu!!” Seru Richard penuh semangat ketika kecepatan sepedanya bertambah. Hazel tersenyum dan duduk di pundak Richard.

Anak panah yang Winola berhasil membunuh satu Harpy. Pertarungan di udara ini benar-benar melumpuhkan Kenzie. Gavin terbang menukik ke kanan dan ke kiri, berusaha mengacaukan kejaran empat Harpy yang tersisa. Kenzie berusaha mengalahkan rasa takutnya pada ketinggian. Ia kembali mengangkat busurnya dan membidik Harpy yang terbang gesit mengejar di belakang Gavin. Kenzie terlampau senang ketika berhasil membunuh satu Harpy dan kecerobohannya membuat Kenzie terjatuh. Beruntung Gavin bertindak gesit dan berhasil menangkap tubuh Kenzie dengan kedua kakinya.
“Bertahanlah Kenzie!” Seru Winola. “Gavin, tiga Harpy itu mengincar Kenzie.” Gavin paham dan kembali membuat gerakan tak beraturan untuk mengacaukan Harpy. Sementara Winola berusaha membantu Kenzie untuk bisa naik kembali ke atas punggung Gavin. Usaha yang tidak mudah.
Tiga Harpy yang tersisa bergantian akan menyambar tubuh Kenzie yang berada dalam cengkeraman kaki Gavin. Winola semakin dibuat kesal ketika beberapa anak panahnya meleset. Tiba-tiba muncul tiga monster rakasasa melayang di udara, menangkap tiga Harpy yang tersisa dan meremukan makhluk bersayap, bertubuh elang dan berkepala wanita ini. Winola berhasil meraih tangan Kenzie dan menariknya kembali ke atas punggung Gavin.
“Joe??” Bisik Kenzie.
“Kami harap kami tak terlambat.” Hazel beralih ke pundak Winola.
“Sepeda?” Komentar Winola.
“Ricky hanya menemukan ini.” Richard tersenyum lebar.
Joe tersenyum menatap Winola. Wajahnya kembali normal. Tato berbentuk akar berwarna hitam itu lenyap dari wajah Joe dan mata elang Joe kembali pada warna semula, tak merah lagi.

***


Peperangan masih berlangsung di halaman Parama Academy. Sherwin Otadan dan Jevera Lee juga beberapa staf yang ahli beladiri turut turun dalam perang. Pasukan Orea juga tiba. Tak hanya Ksatria Timur, ada pula kaum Haley yang turut dalam pasukan ini. Termasuk 8 kaum Haley sahabat Sunee.
Tubuh Edsel dan Leif terhempas. Walau bertiga melawan Vegard, ini membuat Alden, Leif dan Edsel kualahan. Tak mudah bagi mereka untuk melumpuhkan Panglima pasukan Ozora ini. Alden yang tersisa, masih berdiri di hadapan Vegard. Vegard menyeringai. Akan menjadi kebanggan tersendiri baginya jika ia bisa membunuh Pangeran Elsdon ini.
Lavina telah mendapatkan tongkatnya kembali. Tongkat yeng terbuat dari kayu yang diambil dari pohon oak tertua. Hadiah dari Sunee untuknya. Ia mengerutkan muka, melihat Vegard hendak menyerang Pangeran Alden. Lavina bergerak cepat, menyerang Vergard. Lavina benar-benar marah melihat kekacauan dalam Parama Academy dan melampiaskannya pada Vegard. Serangan bertubi-tubi penuh emosi yang dilancarkan Lavina berhasil mendaratkan banyak pukulan di tubuh Vegard. Alden tercengang. Leif kembali bangkit dan membantu sang adik, berdua menyerang Vegard.
Violin tiba di aula utama bersama 8 kaum Haley sahabat Winola. Handaru, Hedona, Taraka, Taksa, Layana, Kaibo, Kaipo dan Gantari, mereka terkejut melihat murid-murid Parama Academy diubah menjadi patung. Namun mereka bersyukur melihat adanya perisai pelindung di sana. Gantari menggoyang lengan Violin. Ia tersenyum ketika Violin menatapnya dan mengulurkan busur serta anak panah di tangannya.
“Seorang teman Elf menghadiahkannya padaku, akan tetapi aku tak bisa menggunakannya. Busur ini akan lebih berguna di tangan Nona.” Ucap Gantari.
Violin menatap Gantari. Violin seolah tak percaya jika pemimpin 8 kaum Haley ini memberikan busur indah ini padanya. Violin menerima busur dan anak panah itu, masih menatap Gantari. Gantari tersenyum dan mengangguk. Violin menarik nafas dan menghembuskannya cepat, kemudian mengangkat busurnya, membidik Vegard yang masih terlibat dalam pertarungan melawan Lavina dan Leif. Violin memejamkan mata sejenak, kemudian kembali fokus pada sasarannya. Setelah yakin pada sasarannya, Violin melepas pegangannya pada tali busur dan anak panah itu melesat.
Vegard tiba-tiba jatuh berlutut dan roboh bersimbah darah. Anak panah Violin tepat menembus leher Vegard. Edsel dan Alden tersenyum bangga, Lavina pun sama. Violin tersenyum puas namun membuang muka pada Leif.
“Hazel bekerja dengan baik. Sunee pasti bangga melihatnya.” Gantari berjalan memimpin kelompoknya melewati deretan patung yang terlindungi perisai. Alden dan Edsel terkejut melihat delapan manusia kerdil ini.
“Kaum Haley. Kalian biasa menyebut mereka kurcaci.” Terang Lavina.
“Oh. Lalu bagaimana cara untuk menurunkan Tuan Putri dan Neva serta membuat mereka kembali ke wujud semula?” Tanya Edsel.
“Andai Sunee masih bersama kita.” Sesal Gantari.
“Jadi tidak ada cara?” Sambung Violin.
“Nona Winola, hanya dia harapan kita.” Sahut Layana.
“Dia terbang ke istana, menyusul Ozora.” Jawab Lavina.
“Bagaimana kita bisa menyusul Winola ke istana?” Edsel dengan mimik khawatir.
“Sesuatu yang bisa membawamu terbang, Tuanku.” Jawab Gantari.
Edsel tertunduk lesu. Tak ada yang bisa membuatnya terbang di sini.

***


Ozora menumbangkan siapa saja yang berusaha menghalanginya masuk ke dalam istana. Tanpa mengotori tangannya, Ozora dengan tatapannya mampu membuat prajurit-prajurit biasa itu jatuh tersungkur dan mati. Ozora menendang pintu besar hingga kedua sisinya terbuka. Aula utama istana, tempat singgasana Raja berada. Raja Landry berada di sana, sendiri, menunggu Ozora.
“Sepertinya kedatanganku benar dinantikan. Senang melihatmu kembali Landry Carney. Kau tampak lebih hebat sekarang. Kau hanya sendirian?”
“Bukankah ini yang kau inginkan?”
“Kau gugup Yang Mulia.”
“Sampai kapanpun, kau tak akan bisa menguasai Elsdon!”
“Bermimpi mengalahkanku? Ini akan jadi sangat menarik. Aku menantangmu untuk duel, Yang Mulia.” Ozora menarik pedangnya.
“Dengan senang hati.” Raja Landry juga menarik pedangnya. “Demi Elsdon.”
“Kau bukanlah Leroy Casey, Yang Mulia. Satu tanganku harus dibayar mahal dengan nyawa Leroy Casey dan seluruh keluarganya. Kau tak sekuat kakakmu, Landry. Andai waktu itu kau menerima tawaranku. Kau tak akan hanya menjadi Raja bagi Elsdon, tapi kau akan menjadi orang terkuat di negeri ini.”
“Aku tak sudi berbagi Elsdon dengan monster sepertimu!”
“Kau lupa siapa yang membuatmu duduk di singgasana itu? Jika aku tak membunuh Leroy Casey, kau tak akan menjadi Raja negeri ini, Landry!”
Raja Landry mulai menyerang. “Raja Leroy Casey, Raja terdahulu Elsdon yang membuatku duduk diatas singgasana ini dan menjadi Raja Elsdon. Bukan kau, monster Ozora!” Raja Landry menegaskan.
Duel tak terelakan antara Raja Landry dan Ozora.
Winola dan teman-temannya sampai di istana. Gavin kembali berubah wujud menjadi burung wren biru. Hazel masih bertahan duduk di pundak Winola. Prajurit bergeletakan di sepanjang jalan menuju aula utama kerajaan. Raja Landry terjatuh dan Ozora siap menghunuskan pedang saat Winola dan yang lain sampai. Melihatnya, Kenzie langsung mengangkat busur dan membidik Ozora. Anak panah yang dilepaskan Kenzie terjatuh sebelum menyentuh tubuh Ozora. Ozora menyeringai, menoleh dan tubuh Kenzie terangkat lalu terhempas menghantam tembok. Kenzie jatuh tersungkur dan tak bergerak lagi. Ozora berbalik sepenuhnya membelakangi Raja Landry.
“Kau membawanya kemari, Joe Leverrett?” Tanya Ozora.
Joe beralih berdiri di depan Winola. “Maaf, aku tak bisa membiarkan Tuan menyentuhnya.”
Ozora terbahak mendengarnya. “Inilah bagian yang sangat aku benci. Ketika seseorang menjadi lemah karena cinta. Kau tak sepantasnya melakukan ini Joe Leverrett! Aku telah menjadikanmu kuat, tapi kau melemahkan dirimu sendiri dengan jatuh cinta pada mangsamu sendiri. Menggelikan. Penghianatan paling menggelikan yang harus aku terima dari anak ingusan lemah sepertimu.”
“Aku memiliki kekuatan itu! Dan aku melatihnya sendiri. Kau hanya memanfaatkan apa yang aku miliki!”
Ozora terdiam. Richard menyadari arti dibalik sikap itu. Ozora akan menyerang. Richard berusaha menghalau, namun satu gerakan tangan Ozora berakibat fatal. Ozora membekukan Richard. Mata Joe kembali memerah dan tato berbentuk akar berwarna hitam itu kembali muncul di wajah Joe. Belum sempat Joe melakukan perlawanan, Ozora menarik tubuh Joe mendekat padanya. Ozora mencekik leher Joe dan mengangkat tubuh Joe. Winola mengangkat busurnya dan membidik Ozora. Ozora kembali menyeringai.
“Lakukan.” Ozora menurunkan Joe tepat di hadapannya. “Kau pasti sangat membenci Ozora ini karena ia telah membantai seluruh keluargamu, Putri Belle Berly Casey.” Hasut Ozora.
Raja Landry terkejut mendengar nama itu disebut dan menatap Winola. Tangan Winola bergetar. Ozora menjadikan Joe sebagai tameng. Joe bergumam diantara cekikan Ozora. Ia meminta Winola melepaskan anak panahnya untuk membunuh dirinya dan Ozora sekaligus. Raja Landry mengambil kesempatan. Ia menusuk Ozora dari belakang dengan pedangnya. Raja Landry berjalan mundur, tercengang. Pedangnya menusuk punggung Ozora sangat dalam namun Ozora tak bergeming. Ia tetap berdiri tegap. Ozora berbalik, menatap kesal Raja Landry. Ozora melempar tubuh Joe pada Raja Landry membuat keduanya terhempas.
Menyadari kelengahan Ozora, Winola melepaskan anak panahnya dan berhasil melukai kaki kiri Ozora. Ozora meraung dan pedang yang menancap pada punggungnya terlepas, melesat ke arah Winola. Hazel bertnidak gesit. Ia membuat perisai dan mengahalau pedang itu. Hazel terjatuh seiring dengan jatuhnya pedang. Hazel kelelahan dan terjatuh tak sadarkan diri. Winola panik melihatnya hingga tak menyadari gerakan Ozora. Ozora menangkap Winola, mencekiknya.
“Kau bermimpi ingin mengalahkanku? Kau ingin balas dendam atas kematian ayah, ibu dan kedua kakakmu? Kau lemah Putri Belle Berly Casey, kau lemah. Kau tak akan mampu melawanku, apalagi membunuhku.” Ozora masih mencekik Winola. “Sampaikan salamku pada keluargamu yang lain di sana. Kaulah harga terakhir yang harus dibayar atas hilangnya satu tanganku.” Ozora menyeringai dan melemparkan tubuh Winola.
Tubuh Winola terhempas menabrak benda-benda yang berada di aula utama. Tubuh Winola berhenti ketika menabrak tembok. Ia tersungkur di lantai dan tak bergerak lagi. Tawa puas Ozora memenuhi seluruh aula utama bahkan terdengar sampai keluar istana. Burung-burung terbang menjauh mendengar tawa Ozora yang benar-benar mengerikan.

***


Pedang Ozora bergerak sendiri. Bergerak naik hingga sejajar dengan wajah Ozora. Ozora menyeringai dan pedang itu melesat menuju Winola. Gavin satu-satunya yang tersisa berubah menjadi elang besar dan menyambut pedang itu. Pedang itu menembus sisi kiri tubuh Gavin, menyeretnya dan berakhir menancap pada tembok.
Winola bisa mendengarnya. Pekik Gavin sebelum akhirnya kepakan sayap itu tak terdengar lagi. Lalu pertarungan itu. Joe dan Kenzie, mereka berdua bertarung melawan Ozora. Joe mengerahkan kemampuannya mengendalikan monster untuk melawan Ozora dan Kenzie menyerang dengan menggunakan pedangnya.
“Aku di sini Winola…” Bisikan itu berdesis dekat di telinga Winola. “Izinkan aku membantumu, gunakan aku dan kau akan menjadi lebih kuat.” Shira melayang mengitari Winola. “Kita pernah bersama sebelumnya, kembalilah padaku Winola… karena kita satu…”
Winola masih tergetak di lantai. Shira mengitarinya dan terus menghasut Winola agar meminjam kekuatan yang ia miliki. Ini sama artinya, jika Winola setuju maka ia akan berbagi raga dengan Shira. Seperti yang pernah terjadi sebelumnya. Hasutan Shira terdengar begitu merdu. Ia mengulurkan tangan pada Winola yang mulai rapuh. Tangan Winola bergerak, Shira tersenyum licik.
“Kau kuat anakku.” Suara Sunee muncul. Ia tak terlihat seperti sebelumnya, nenek tua yang jelek. Sunee terlihat muda dan cantik dalam balutan gaun serba putih itu. “Kau kuat anakku. Kami di sini, bersamamu.” Raja Leroy, Ratu Annora, Putri Adara dan Pangeran Huga muncul lalu berdiri di samping kanan dan kiri Sunee.
“Itu hanya ilusi. Kau tidak akan bertahan jika tetap seperti ini Winola. Gunakan aku dan kita akan melawan Ozora, bersama.” Shira kembali menghasut.
“Yakinlah pada apa yang kau miliki anakku. Kau kuat dan tangguh. Kau mampu melakukannya, anakku.” Sunee mengelus puncak kepala Winola.
Perlahan jari tangan Winola mulai bergerak. Shira masih melayang mengitari Winola dan menghasutnya. Winola membuka kedua matanya dan Shira berada tepat di hadapannya. “Kau tidak akan mampu melakukannya sendiri, Winola. Kau lemah tanpa aku.” Suara Shira berdesis pelan.
“Aku tidak membutuhkanmu!” Tegas Winola dan Shira terpental dibuatnya. Winola kembali bangkit menatap Sunee, Raja Leroy Casey, Ratu Annora, Putri Adara dan Pangeran Huga. Mereka tersenyum pada Winola. Winola tersenyum haru dan mengangguk pelan.
Winola kembali mengangkat busurnya. Membidik Ozora. Anak panah pertama mendarat di kaki kanan Ozora. Ozora kembali meraung dan menghempaskan Kenzie juga Joe. Ia jatuh berlutut. Tanpa ampun Winola melepaskan anak panah kedua dan tepat mendarat di bahu kiri Ozora. Raungan kesakitan Ozora semakin menjadi ketika anak panah berikutnya melukai bahu kanannya. Winola mendekat, menangkap tubuh Ozora dan menghunuskan pedangnya pada Ozora.
“Kau tak akan mampu membunuhku, tidak akan.” Ucap Ozora.
Winola menyincingkan senyum. Tangan kiri Winola meraih satu anak panah yang tersisa di punggungnya dan menancapkannya tepat di jantung Ozora. Ozora meraung lebih keras membuat dinding istana bergetar dan kaca-kaca pecah. Ozora sempat menarik cadar Winola dan melihat kalung yang di kenakan Winola sebelum ia hancur menjadi debu dan hilang tertiup angin.
Winola terduduk lemas di lantai. Wajah dan mata Joe kembali normal. Kenzie mengusap sisa darah dipojok bibirnya dan tersenyum lega. Es yang membekukan Richard perlahan meleleh. Joe membawa Gavin yang telah kembali menjadi wren kecil dalam telapak tangannya pada Winola. Burung biru itu tergeletak lemah saat Winola mengambil alihnya dari telapak tangan Joe.
“Jangan khawatir, dia masih hidup.” Kata Hazel yang duduk dalam telapak tangan Richard. “Saat kau pulih, Gavin pun akan membaik. Kau dan Gavin saling berhubungan Winola.” Winola tersenyum dan mengangguk. “Tapi makhluk itu tak akan selamanya pergi.” Hazel menatap langit-langit mencari keberadaan Shira. “Kau harus tetap waspada.”

***


Edsel menyadari akar yang mengikat tubuh Neva dan Yocelyn mulai merenggang. Edsel menangkap tubuh Neva dan Alden menangkap tubuh Yocelyn. Keduanya segera membantu melepas akar itu.
Violin terkejut melihat patung-patung itu meleleh. Ia kemudian tersenyum melihat patung-patung iru kembali ke wujudnya semula, murid-murid dan staf Parama Academy. Kutukan Ozora lenyap.
Seiring dengan terbitnya matahari, pasukan Ozora mulai hancur menjadi abu. Pasukan Elsdon bersorak atas kemenangan ini. Sherwin dan Jevera merasa lega. Pertarungan berakhir dan murid-murid selamat. Ini tak akan berhasil tanpa bantuan dari pasukan dari timur, para Pejuang Orea.
Untuk kedua kalinya, surga dunia, Elsdon berhasil diselamatkan.

***
 
-------TBC--------
 .shytUrtle.   

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews