Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
Land #9
“Hyuri-ya...” bisik Suri
khawatir. Masih mengamati dari tempat persembunyiaannya. Suri menangis. Merasa
bodoh karena tak mampu berbuat apa-apa di saat seperti ini. Hanya bisa patuh
pada perintah Hyuri yang memintanya lari menyelamatkan diri.
Hyuri tetap siaga. Napasnya
masih terengah-engah berada dalam kepungan enam pria berbadan tegap ini. Ada
rasa takut menyelimuti Hyuri. Takut berdiri dalam kepungan ini sendiri tanpa
adanya Amber, JB, Rap Monster dan Kris. Jauh di dasar hatinya Hyuri menjerit.
Meneriakan nama keempat rekannya dalam Chrysaor dan berharap mereka muncul
secara tiba-tiba dan membantu. Tetap melakukannya walau Hyuri sadar keajaiban
ini tak mungkin terjadi. Menepis ketakutannya dan mengumpulkan sisa kekuatan,
Hyuri mengangkat kedua tangan bersiap menghalau serangan dadakan.
Perkelahian kembali terjadi.
Dengan sisa tenaga dan keberaniannya Hyuri emlawan enam preman yang berniat
balas dendam ini. Saat berjalan bersama Suri, tak sengaja Hyuri berpapasan
dengan geng preman berjumlah enam orang yang dulu pernah ia kalahkan bersama
empat member geng Chrysaor. Mengetahui tentang SMA Maehwa dan menemukan Hyuri
sendiri, preman-preman ini berniat balas dendam. Merasa tak mampu melindungi
Suri, secepat kilat Hyuri mendorong Suri dan memintanya segera berlari menjauh.
Menyelamatkan diri. Sedang Hyuri yang tak mau disebut pengecut berusaha
bertahan. Menghalau preman yang bisa saja mengejar Suri. Sempat mencoba lari,
namun Hyuri kembali terkepung.
Melihat perkelahian itu Suri
ketakutan. Ia kembali merangkak ke dalam persembunyiaannya. Namun di tengah
ketakutan itu Suri benar mengkhawatirkan keselamatan Hyuri. Enam pria itu bisa
saja membunuh Hyuri. Takut dan khawatir, Suri merangkak mencari benda apa saja
yang bisa ia jadikan sebagai senjata. Suri menemukan dua buah botol kosong.
Suri menelan ludah menatap dua botol kosong itu. Setelah menatapnya selama
beberapa detik, Suri meraih cepat dua botol itu dan kembali berdiri. Suri
memantabkan langkahnya keluar dari tempat persembunyiannya.
“Song Hyuri!!!” Suri berteriak
keluar dari tempat persembunyiannya sambil mengangkat kedua tangannya yang
membawa botol. “Mwo...?!” langkah Suri terhenti. Ia berdiri bengong dengan dua
tangan membawa botol masih terangkat. Suri menemukan enam pria itu tumbang dan
terkapar kesakitan di atas aspal. Hyuri masih berdiri di tengah-tenngah dimana
ia tadi di kepung.
“Song Hyuri!” Suri sadar dari
ketertegunannnya dan berlari menghampiri Hyuri. “Hyuri! Gwaenchannayo...?” Suri
melewati dua preman yang terkapar tak sadarkan diri dan menghampiri Hyuri.
“Omo! Bibirmu terluka.”
“Ya. Untuk apa dua botol itu?”
tanya Hyuri di sela napasnya yang terengah-engah.
“Untuk memukul kepala mereka.”
Suri kembali mengamati enam preman yang terkapar di sekelilingnya. Suri kembali
menelan ludah melihatnya. “Hyuri-ya... ini semua... ulahmu...?”
“Chingu! Chingu!” terdengar
teriakan Magi.
Suri dan Hyuri kompak menoleh.
Terlihat sepeda Magi meluncur cepat mendekati keduanya.
***
Magi kembali dengan membawa satu
kantung plastik belanjaan. Ia memberikan satu botol minuman kaleng dingin pada
Suri.
“Ya, ini masih musim akhir
dingin dan kau membelikan minuman kaleng dingin ini...?” protes Suri.
“Kompres luka di bibir Hyuri.”
pinta Magi.
“Oh. Untuk itu..? Hehehe. Hyuri
ini.” Suri memberikan minuman kaleng dingin di tangannya pada Hyuri.
“Mianhae. Aku terlambat. Mereka
pasti datang untuk balas dendam kan?” Magi menatap Hyuri yang mengompres
bibirnya.
“Tak sengaja bertemu dan kau
benar, mereka berniat balas dendam.” jawab Hyuri. “Maafkan aku Suri. Aku
benar-benar membuatmu ketakutan.”
“Kurae. Tadi aku tak bisa
berpikir jernih. Yang ada dipikiranku hanyalah kematian. Belakangan ini marak
kasus pemerkosaan dan pembunuhan kan. Aku benar-benar ketakutan. Tapi ketika
melihat enam preman itu terkapar, aku lega. Kau benar-benar hebat Silence
Viscaria Song Hyuri.” puji Suri. “Enam lawan satu gadis dan mereka terkapar.
Daebak. Jinja daebak.”
“Itu... bukan ulahku.” Hyuri
lirih.
“Mwo...? Lalu ulah siapa...?
Jangan merendah. Aku melihat hanya ada kau dan mereka di sana.”
“Ada seseorang yang tiba-tiba
muncul membantuku. Dia yang melumpuhkan keenam preman itu. Aku hanya berdiri
menonton.”
“Black Knight...?”
“Entah siapa dia. Aku berhutang
budi padanya. Gerakan bela diri yang sempurna.”
“Yang penting kalian selamat.”
sela Magi. “Lalu apa yang sebenarnya kalian lakukan malam-malam berdua dan
membawa begini banyak barang?”
Hyuri menghela napas
panjang.“Aku diusir dari rooftop yang aku sewa. Terlalu banyak hutang di sana.”
“Dan aku kabur dari rumah. Aku
tak tahan berada dalam rumah yang lebih pantas disebut sebagai neraka itu.”
sambung Suri.
Mendengar penjelasan dua
temannya reaksi Magi tetap datar. Ia menatap Hyuri lalu Suri. Sedang dua gadis
itu justeru heran meliaht reaksi Magi yang datar-datar saja.
“Aku tahu ini semua akan
terjadi.” Magi menjawab tatapan Hyuri dan Suri. “Bukan karena aku bisa melihat
apa yang akan terjadi, tapi hanya analisis dari keadaan dan situasi yang kalian
hadapi. Bersyukur ternyata analisisku benar dan terjadilah. Pengusiran dan
pelarian ini.”
“Bersyukur...?” pekik Suri.
“Lalu kalian akan kemana malam
ini?” Magi mengabaikan protes Suri.
“Entahlah.” Hyuri tertunduk.
“Tadinya aku ingin menumpang di
rooftop milih Hyuri, tapi sekarang... entahlah.” Suri turut tertunduk.
***
Hyuri meletakan tas miliknya dan
milik Suri pada sepeda yang ia tuntun. Suri berjalan di samping kiri Hyuri
sambil menyeret kopernya. Sedang Magi berjalan memimpin di depan. Tak ada
obrolan sedikitpun sejak Magi memutuskan mengajak kedua rekannya ini untuk
menginap sementara di rumahnya.
Hyuri dan Suri masih bungkam
mengikuti langkah Magi. Semakin jauh ke tepian yang sepi. Mereka menemukan
sebuah ujung yang gelap diselimuti kabut. Jalanan yang asing bagi keduanya.
Magi menghentikan langkahnya. Hyuri
dan Suri turut berhenti. Keduanya mengamati sekitar. Suasana yang sepi
diselimuti kabut benar-benar membuat merinding.
“Magi... ini dimana?” tanya Suri
benar-benar dibuat merinding oleh suasana di sekitarnya.
“Kita sampai. Di rumahku.” Magi
tersenyum lebar.
“Rumahmu...?” pekik Suri.
“Inilah tempat aku tinggal.”
Magi menghadap ke arah kiri ia berdiri.
Suri dan Hyuri turut menghadap
ke sisi kiri mereka berdiri. Menirukan Magi.
“Inilah rumahku. Istanaku.” Magi
lirih.
Perlahan kabut yang menutupi
pandangan ketiga gadis ini membelah. Menyingkir dari hadapan tiga gadis ini.
Samar-samar mulai terlihat pintu gerbang yang menjulang tinggi. Suri ternganga
memandang pintu gerbang yang sangat tinggi itu. Sedang Hyuri terfokus pada apa
yang berada dibalik gerbang ini. Masih tertutup kabut tebal di dalam sana.
“Magi-ya... ige mwoya...?” bisik
Suri masih mendongak menatap gerbang yang menjulang tinggi di hadapannya.
“Rumahku.” jawab Magi.
“Kau tidak bercanda kan? Aku tak
bisa melihat apa-apa di dalam sana kecuali kabut.” kata Hyuri.
“Animnida. Di sinilah aku
tinggal.” Magi meyakinkan.
Magi
maju selangkah dan mengulurkan tangan kanannya pada gagang pintu gerbang yang
terkunci. Perlahan kunci terbuka dan gagang pintu bergerak sendiri dan gerbang
terbuka. Lagi-lagi Suri dibuat ternganga.
“Ayo,
masuk!” ajak Magi sambil berjalan memimpin memasuki gerbang lebih dulu.
Hyuri
dan Suri saling memandang kemudian menyusul langkah Magi. Ketika keduanya
melangkah masuk melewati gerbang, tiba-tiba pintu besi yang menjulang tinggi
itu kembali tertutup dan terkunci. Hyuri dan Suri terkejut.
“Kugjungma.
Sistimnya memang otomatis seperti itu. Kakekku yang merancangnya.” Magi
menenangkan.
Hyuri
dan Suri kembali menaruh perhatian pada Magi usai menoleh kembali pada gerbang
yang tiba-tiba tertutup dan terkunci sendiri. Masih di selimuti kabut tipis
namun perlahan kabut itu membelah. Menyingkir dari sekitar Hyuri dan Suri juga
Magi. Usai terlihat samar, akhirnya bangunan megah itu terlihat juga. Mulut
Suri ternganga melihat bangunan megah bak istana di hadapannya itu. Hyuri pun
tak kalah takjub menatapnya.
Suri
tersadar dari buaian bangunan indah di depannya. “Tunggu! Bukankah ini Kastil
Asphodel?” tanyanya tegas.
“Kau
tahu?” Magi balik bertanya dengan nada santai.
“Kau
tinggal di dalam sana?”
“Nee.”
“Ya!
Siapa kau ini sebenarnya?”
“Aku
Rosamary Magi.”
“Ada
apa?” sela Hyuri bingung.
“Menurut
yang aku dengar, Kastil Asphodel adalah kastil yang terkena kutukan. Itulah
kenapa ia selalu diselimuti kabut. Setahuku hanya orang tersesat yang secara
tak beruntung bisa melihat tempat ini. Kastil Asphodel juga dikenal berhantu.”
Hyuri
tercekat kaget mendengar penjelasan Suri. Ia segera menatap tajam Magi.
“Kau
mengatakan kau tinggal di sana. Siapa kau ini sebenarnya?” tanya Suri lagi.
“Berhantu?
Lebih baik kita pergi.” Hyuri membalikan badan.
“Jadi
kau memilih tidur dijalanan daripada menginap di sini?” tanya Magi menghentikan
langkah Hyuri.
Hyuri
berhenti namun masih membelakangi Magi. Suri diam di tempat ia berdiri dan
menatap Magi.
“Semua
cerita itu benar. Kakekku yang membuatnya. Hanya tak ingin tempat ini di jamah
oleh orang-orang serakah yang tak beliau sukai.” terang Magi.
Hening.
Hanya terdengar suara desiran angin dan hawa dingin yang menusuk tulang.
“Aku
bukan siapa-siapa, hanya cucu dari pemilik kastil tua ini. Aku datang karena
kalian memintaku datang dan aku memberikan tawaran ini karena kalian meminta
bantuan. Aku tak memiliki tujuan apapun. Dengan melakukan ini, aku telah
melanggar aturan keras yang dibuat oleh Kakekku sendiri. Membawa orang asing ke
dalam kastil ini. Aku hanya ingin membantu kalian. Teman-temanku yang baru aku
dapatkan.” imbuh Magi.
Suri
sedikit redam mendengarnya. Melihat ekspresi Magi, ia pun menyesal telah
bertanya sedemikian rupa pada gadis lugu yang telah menolongnya malam ini.
“Mianhae.” bisik Suri.
“Gwaenchannayo.
Jika kau jadi kalian, pasti aku menunjukan reaksi yang sama. Lalu apakah kalian
memilih pergi atau tetap tinggal?”
***
Hyuri
dan Suri kembali mengikuti langkah Magi. Ketiganya sampai di sebuah jalan yang
menyerupai terowongan namun terbuat dari tanaman Wisteria.
“Apa
ini?” tanya Suri.
“Wisteria
Tunnel.” jawab Magi.
“Wisteria
Tunnel?” tanya Hyuri.
“Terowongan
ini dibentuk dari tanaman Wisteria.” terang Suri. “Saat terang hari pasti
sangat indah.”
“Kaja!”
Magi kembali memimpin Hyuri dan Suri melewaati Wisteria Tunnel.
Hyuri
merapat pada Suri. Ia merasa ngeri melewati terowongan bunga Wisteria ini.
Dalam keadaan sedikit gelap tentulah terowongan ini terlihat ngeri. Ditambah
dengan wangi bunga Wisteria. Semakin membuat merinding Hyuri yang berajalan
melewatinya. Suri tersenyum melihat reaksi Hyuri. Jagoan ini ternyata takut
pada hantu.
“Welcome
to my house.” Magi menghentikan langkahnya ketika sampai di ujung Wisteria
Tunnel.
Langkah
Suri terhenti. Ekspresinya penuh takjub menatap apa yang ada di hadapannya.
Ketakutan Hyuri pun berubah kagum ketika sampai di ujung Wisteria Tunnel.
Pemandangan di depannya benar-benar memakau kedua mata Hyuri.
Kesan
seram dan angker itu hilang seketika. Kabut yang menyelimuti tak ada di sekitar
mereka. Di depan sana berdiri megah sebuah bangunan kastil yang lebih pantas
disebut istana kecil. Tak gelap di sana-sini seperti sebelumnya. Lampu-lampu
taman menyala terang di halaman luas dan di kanan-kiri jalan utama menuju
kastil.
“Inikah
tampilan Kastil Asphodel yang sebenarnya...?” bisik Suri masih dengan tatapan
penuh kekaguman.
“Ini...
istana kah...?” Hyuri pun menunjukan ekpresi yang sama.
Magi
tersenyum melihat ekspresi kedua temannya. “Ini gubukku. Ayo.”
***
Pintu
kayu besar dan tinggi ini terbuka pada sisi kiri. Magi masuk lebih dulu. Suri
dan Hyuri masih berdiri di depannya terlihat ragu. Magi tersenyum lebar
mempersilahkan kedua temannya untuk masuk.
“Inilah
gubukku!” Magi menyambut Hyuri dan Suri yang ragu-ragu berjalan memasuki
kastil.
“Woa...
tempat semegah ini kau sebut gubuk...?” Suri sambil mengamati sekeliling
ruangan luas itu. “Daebak! Bagaimana ini bisa terjadi? Di luar sana dan di
dalam sini, sangat berbeda.”
“Ini
keajaiban.” bisik Hyuri.
Magi
tersenyum saja menanggapi ocehan dua rekannya.
“Kau
sudah pulang?” suara itu mengejutkan ketiganya.
Magi,
Hyuri dan Suri kompak menoleh menatap tangga besar yang berada di tengah-tengah
ruangan luas ini. Pria tampan berkacamata ini berdiri di tangga teratas dengan
membawa buku yang terbuka di tangan kanannya. Tatapannya datar. Hyuri dan Suri
paham jika itu karena keberadaan mereka.
“Hah,
akhirnya kau pulang.” sosok cantik ini muncul dari sisi kiri. “Omo! Apa ini?”
ia terkejut melihat Magi tak sendiri.
Suri
dan Hyuri beralih menatap sosok berpenampilan cantik namun memiliki suara
laki-laki itu. Pria cantik itu menunjukan ekspresi yang sama. Tak suka pada
keberadaan Hyuri dan Suri yang ada bersama Magi.
Pyor!
Terdengar suara benda pecah. Magi, Hyuri dan Suri menoleh ke arah kanan. Pemuda
dengan wajah dan seluruh tubuhnya dipenuhi bulu itu berdiri tercengang menatap
dua orang asing yang ada bersama Magi. Hyuri dan Suri lebih syok menatap pemuda
ini.
“Mereka...
keluargaku.” Magi memecah keheningan yang sedikit tegang ini. “Perkenalkan,
yang di atas tangga itu Nickhun Oppa, lalu pria cantik itu Lee Sungjeong dan
dia Baro.” terakhir Magi menunjuk pemuda yang seluruh tubuhnya tumbuh bulu
seperti serigala. “Ada satu lagi, namun ia tak ada di sini, Kim Myungsoo atau
biasa dipaggil L Kim.” imbuh Magi. “Dan mereka ini teman baruku, Song Hyuri dan
Han Suri.” gantian Magi memperkenalkan kedua temannya.
Nichkhun berjalan menuruni tangga, Sungjeong dan Baro
turut mendekat. Ketiganya berhenti dihadapan Magi dan ketiga temannya.
“Annyeong...”
sapa Suri dengan senyum terpaksa. Ia benar sungkan juga takut melihat ekspresi
ketiga anggota keluarga Magi ini.
“Aku
membawa mereka untuk tinggal bersama kita malam ini.” terang Magi.
“Apa...?
Tinggal bersama...? Nona, sadarkah Nona akan tindakan Nona ini?!” Sungjeong tak
sungkan memprotes Magi di depan Hyuri dan Suri.
“Apa
kau lupa pada pesan Kakek?” tanya Nichkun.
“Animnida.
Aku ingat semua. Aku tahu aku salah membawa mereka kemari. Aku tahu aku melanggar
peraturan. Tapi aku tak bisa membiarkan mereka tidur di jalanan. Tadi hampir
saja mereka dihabisi preman.”
“Preman...?
Jadi hari ini Nona pergi berkelahi?” Sungjeong panik menatap Magi.
“Aniyo.”
“Kita
dilarang membawa orang asing masuk, Nona.” kata Baro sedikit terbata. Ia gugup.
“Aku
yang memberi ruang bagi mereka untuk tinggal.”
“Walau
kau punya kuasa, apa itu juga berarti kau boleh melanggar peraturan yang ada?”
Nichkhun geram.
“Jika
itu memang perlu, iya! Aku melanggar peraturan bukan untuk hal yang buruk.”
“Pada
awalnya tak buruk, namun selanjutnya apa kita tahu?” sahut Sungjeong.
“Mereka
akan tinggal bersama kita sampai mereka menemukan tempat tinggal yang baru.”
“Mwo...?
Nona...?” Sungjeong keberatan.
Nichkhun
menatap geram pada Magi.
“Baro,
tolong angkat barang mereka masuk.” perintah Magi.
“I-iye...”
Baro bergegas keluar.
Suri
menyusul Baro. Hyuri menyusul Suri.
“Tolong
siapkan kamar untuk mereka. Satu kamar untuk mereka berdua.” pinta Magi pada
Sungjeong.
“Nona...
Nona serius mau menampung mereka?” Sungjeong masih protes.
“Aku
mohon.” Magi memelas.
Nichkhun
menghela napas melihatnya.
***
Baro
mengantar Suri dan Hyuri menuju kamarnya. Saat sampai Sungjeong sudah menunggu
di dalam kamar itu.
“Selamat
datang di Kastil Asphodel. Aku Lee Sungjeong, orang yang bertanggung jawab pada
segala urusan rumah tangga daalam kastil ini. Ini adalah kamar untuk kalian
berdua. Ada dua ranjang dan satu kamar mandi di sini. Tolong dengar baik-baik
selama kalian tinggal di sini. Kami tak akan menyediakan daging dalam setiap
menu makanan di sini karena kami semua di sini adalah vegetarian. Dan ikat
erat-erat rasa ingin tahu kalian. Jangan sampai rasa penasaran kalian membuat
kalian menjadi bertindak tak sopan dengan diam-diam menyelidiki apapun itu yang
ada di sini. Satu hal yang terpenting dan harus kalian ingat selalu juga kalian
pegang teguh selama kalian tinggal di sini. Janga sekali-kali mencoba menyentuh
sayap kanan dari tangga. Kalian boleh melakukan apapun di sayap kiri ini namun
jangan sampai menyentuh sayap kanan. Akan sangat fatal akibatnya. Kami tak akan
mentolelir untuk itu.”
Hyuri
dan Suri diam menelan ludah mendengarkannya.
“Jongmal
kamsahamnida.” Suri membungkuk hingga 90© di depan Sungjeong. “Maaf kami
merepotkan.”
Sungjeong
menghela napas. “Jika kalian membutuhkan sesuatu, katakan padaku. Di sini itu
semua menjadi tanggung jawabku. Satu lagi, aku harap kalian tak diam-diam
berkeliling kastil di malam hari. Kastil ini sangat luas dan beberapa sudut
dibiarkan gelap. Kalian bisa tersesat. Bersihkan diri kalian. Aku akan menyiapkan makan malam.”
“Makan
malam...? Selarut ini?” tanya Hyuri.
Sungjeong
diam menatapnya lalu pergi begitu saja.
“Woa!
Lihat kamar ini! Dua kali lebih luas dari kamarku.” Suri tersenyum lebar
melihat kamar barunya. Kamar yang luas dan megah. Suri segera berkeliling
memeriksa seluruh sudut kamar.
“Kau
tahu. Kamar mandinya keren! Semua keperluan mandi ada di sana.” Suri usai
memeriksa kamar mandi. Ia menemukan Hyuri masih dalam posisi yang sama dimana
Hyuri berdiri. “Kau kenapa?”
“Tidakkah
ini membuatmu bertanya-tanya?”
Suri
duduk di tepi ranjang di sisi kiri. “Eum, tentu saja. Aku tak menduga di tempat
inilah dia tinggal. Bagaimana kastil ini bisa begitu berbeda dari luar dan dari
dalam? Aku rasa masalahnya pada Wisteria Tunnel itu. Mungkin di sanalah sihir
itu berpusat. Tapi aku tak ingin jadi penasaran lebih. Magi berbaik hati
memberi tumpangan, aku tak mau menyia-nyiakan kebaikan ini.”
“Kau
pikir aku mau apa?” Hyuri ikut duduk menghadap Suri di tepi ranjang di sisi
kanan. “Kastil yang terkena kutukan... keluarga Magi... apa mereka semua
terkena kutukan?”
“Pria
seperti wanita Lee Sungjeong dan pria berbulu itu... Baro, apa dia menderita
Werewolf Syndrome?”
“Werewolf
Syndrome...?”
“Nee.
Penyakit langka dimana tubuh penderitanya ditumbuhi bulu seperti serigala. Kau
lihat bagaimana dia kan?”
Hyuri
mengangguk.
“Kepala
pelayan itu, Lee Sungjeong, tadi aku mengira dia benar-benar perempuan. Dia
sangat cantik. Hagh! Ini seperti dalam film Beauty and The Beast saja, jangan
menyentuh sayap kanan. Apa di sana tinggal pangeran buruk rupa...?”
Hyuri
diam. Berpikir. “Bukankah Magi mengatakan ia tinggal berlima? Ia memiliki empat
saudara laki-laki.”
“Nee.
Dan tadi yang menyambut kita hanya tiga orang.”
Hening
selama beberapa detik. Lalu Suri dan Hyuri saling memandang dengan kedua mata
melebar.
“Apakah
L Kim itu si pangeran buruk rupa dan tempramen yang tinggal di sayap kanan...?”
pekik Suri.
“Ssh!
Pelankan suaramu! Hati-hati!”
“Mian.”
bisik Suri.
“Bisa
jadi demikian. Hah... sebenarnya siapa gadis bernama Magi ini...?”
“Entahlah.
Ketika pertama kali melihatnya, aku merasakan ada getaran yang berbeda. Hatiku
kecilku mengatakan dia bukan orang biasa. Aku rasa inilah jawabannya.”
“Menurutmu...
kita meminta bantuan pada orang yang tepat?”
“Entahlah.”
“Aku
rasa sebaiknya kita lekas keluar dari tempat ini.”
Suri
diam memandang Hyuri.
“Begitu
banyak hal terjadi di luar sana. Aku hanya takut tempat ini adalah salah
satunya.”
Suri
masih diam. Merenungi kata-kata Hyuri.
***
Sungjeong
menyusul Hyuri dan Suri dan membawa keduanya untuk makan malam bersama. Di atas
meja makan besar itu terhidang berbagai macam hidangan yang menggugah selera.
Hyuri dan Suri kompak menelan ludah melihatnya. Sungjeong mempersilahkan keduanya
untuk duduk. Nichkhun dan Baro yang sudah duduk bersikap datar pada Hyuri dan
Suri.
Hyuri
dan Suri duduk berdampingan berhadapan dengan Sungjoeng dan Baro. Ada satu
kursi kosong di samping kanan Sungjeong. Nichkhun duduk di ujung, berhadapan
dengan kursi kosong di ujung lainnya. Total ada tujuh kursi di ruang makan ini.
“Susunannya
berganti karena mulai malam ini kalian akan makan malam bersama di sini.”
Sungjeong menjawab tatapan Hyuri dan Suri.
“Mianhamnida.
Kami jadi begini merepotkan. Kami akan segera mencari tempat tinggal yang
baru.” Suri sopan.
“Secepatnya?”
tanya Nichkhun.
“Nee.
Kami usahakan secepatnya.” Suri membenarkan.
“Hidup
di luar sana, pastilah sangat mahal dan aku perhatikan kalian tak punya banyak
harapan untuk membayar mahal itu semua.”
Hyuri
mengangkat kepala menatap tajam Nichkhun.
“Aku
tahu kau seorang pekerja keras.” Nichkhun balik menatap Hyuri. “Aku harap benar
secepatnya.”
“Sebentar
lagi Nona turun.” sela Sungjoeng.
“Nona...?”
pekik Suri.
Sungjeong,
Baro dan Nichkhun kompak menatap dingin pada Suri. Suri segera menunduk
dibuatnya sedang Hyuri diam menatap kesal pada ketiga saudara Magi ini.
Kemudian terdengar derap langkah kaki menuju ruang makan di dekat dapur utama.
Semua mata tertuju pada jalan masuk menuju ruangan ini. Hyuri dan Suri sama-sama menunjukan ekspresi
terkejut ketika sosok itu muncul. Gadis cantik dengan rambut ikal coklat yang
terikat sebagian. Gadis yang tak asing bagi keduanya.
“Magi...?”
bisik Suri masih menatap gadis yang berjalan dengan senyum diwajahnya itu.
Hyuri
diam namun tatapannya mengikuti gadis berambut ikal coklat itu hingga gadis itu
duduk di bangku kosong yang berhadapan dengan Nichkhun.
“Maaf
membuat kalian menunggu.” suara Magi begitu lembut. Tak terdengar manja dan
sedikit mengesalkan seperti tempo hari.
“Magi...?
Ini kau...? Benar ini kau...? Rosmary Magi...?” buru Suri masih menatap tak
percaya pada Magi.
“Ehem!”
Nichkhun berdehem.
Suri
sadar itu teguran untuknya. Suri pun segera menunduk.
Magi
tersenyum melihat Suri. “Nee, ini aku, Magi. Jangan menundukan kepala seperti
itu.” Magi lalu menatap Hyuri dan kembali tersenyum. “Maaf jika Oppa-oppaku ini
membuat kalian tak nyaman. Mereka hanya terlalu over melindungi aku,
satu-satunya gadis dalam keluarga ini. Malam ini kita berkumpul untuk makan
malam, bukan untuk tanya jawab, jadi
mohon nikmati makan malam sederhana ini. Setelah makan malam, baru akan ada
sesi tanya jawab.” Magi kembali tersenyum manis.
***
Usai
makan malam, Hyuri dan Suri turut duduk bersama dalam ruang keluarga. Ruangan
yang nyaman dengan televisi besar, sofa dan pelengkap khas ruang keluarga pada
umumnya. Khas kastil-kastil western pada umumnya. Magi tersenyum melihat Hyuri
dan Suri yang sibuk mengamati sekitar mereka.
“Kakekku
seorang ahli botani. Kastil ini adalah peninggalan beliau. Tapi baru empat
tahun aku tinggal di sini.” Magi memulai penjelasannya. “Karena terlalu larut,
dimulai dari tempat ini dahulu, lain waktu aku ajak kalian berkeliling.”
“Kau
benar-benar penuh kejutan. Nona Besar.” Suri menatap Magi. “Kau di luar sana dan di dalam sini. Kenapa
kau menyamar?”
Magi
tersenyum saja lalu menatap Hyuri. “Bagaimana lukamu?”
“Lee
Sungjeong Sunbaenim sudah memberiku obat. Terasa lebih baik kini.”
“Syukurlah.”
“Kenapa
kau menyamar?” sela Suri.
“Aku
tak menyamar.” bantah Magi.
“Tapi
ini, jauh berbeda dari keseharianmu.”
“Hanya
ingin tampil seperti itu untuk beberapa waktu ini. Sejak masuk SMA Maehwa. Lain
kali kalau bosan, aku pun bisa berubah lagi.”
“Ish!
Kau ini.”
“Karena
kalian orang asing yang pertama kali memasuki area privasi kami ini, mungkin
kalian akan sangat diawasi oleh saudaraku yang lain. Aku mohon maaf tentang
ini.”
“Kami
yang pertama...?” Suri memastikan.
Magi
mengangguk. “Sebaiknya kita istirahat. Bersiaplah untuk esok. Pagi di Kastil
Asphodel yang terindah.”
Suri
tersenyum dan mengangguk. Hyuri hanya tersenyum kecil.
***
Suri
dan Hyuri terbaring di ranjang masing-masing. Gelap di dalam kamar ini, namun
Hyuri dan Suri masih terjaga. Terbaring menatap langit-langit kamar yang gelap.
“Kau
masih membuka mata Somg Hyuri?” tanya Suri.
“Em.”
“Kasur
ini empuk dan hangat, tapi sulit sekali bagiku untuk memejamkan mata. Aku
teringat video klip dari Backstreet Boys-Everybody, mereka menginap di kastil
tua lalu hal-hal aneh terjadi.”
“Ish!
Setelah Beauty and The Beast sekarang Backstreet Boys? Lalu nanti vampire?”
“Kau
kenapa belum tidur?”
“Bibirku
yang terluka mulai terasa sakit.”
“Ada
keraguan. Padahal jika kau tak ragu, aku yakin kau bisa mengalahkan mereka. Ah,
aku jadi penasaran siapa orang yang menolong kita.”
“Enam
pria kekar itu? Aku tak sehebat itu. Dulu kami mengalahkan mereka bersama-sama.
Kami mempermalukan mereka di depan umum, mungkin itulah yang membuat mereka
begitu dendam. Aku juga penasaran pada pria misterius itu.”
“Jadi
laki-laki ya?”
“Em.”
“Kita
benar-benar harus bersyukur hari ini.”
“Nee.”
“Lalu
tentang Magi, apa pendapatmu?”
“Entahlah.
Semakin memikirkanya dan menerka-nerka membuatku semakin bingung.”
“Aku
pun sama.”
Suasana
kembali hening.
“Akan
sangat tak nyaman karena diawasi. Walau mematuhi Magi namun keberatan mereka
lebih dominan.” imbuh Suri.
“Kita
terlalu banyak mengeluarkan energi untuk berpikir hari ini. Sebaiknya kita
istirahat dan memikirkannya lagi esok.” Hyuri membenahi posisi kepalanya pada bantal
dan berusaha memejamkan mata.
“Kau
benar.” Suri tersenyum kemudian menghela napas dan memejamkan matanya.
***
Alarm
ponsel Hyuri nyaring memenuhi kamar di pagi buta ini dan mengusik tidur Suri.
Hyuri dan Suri pun terbangun.
“Ya!
Kenapa kau menyalakan alarm sepagi ini?” protes Suri yang sudah duduk di atas
ranjangnya dengan mata masih terpejam.
“Miahae.
Aku terbiasa bangun sepagi ini untuk bekerja.” Hyuri buru-buru mematikan alarm
ponselnya.
Suri
menguap. “Kau lupa ini dimana? Sepertinya pagi ini kau harus bolos mengantar
susu dan koran. Kita tak bisa keluar masuk seenaknya.”
“Aish!”
Hyuri baru menyadari dimana ia berada.
Suri
kembali menguap. Lalu hidungnya bergerak mengendus sesuatu. “Ya, kau menicum
bau ini tidak?”
“Bau...?”
Suri
masih menggerak-gerakan hidungnya mengendus bau. “Harum...” kata Suri sembari
menuruni ranjang dan berjalan keluar.
“Suri!
Tunggu aku!” Hyuri melompat turun menyusul langkah Suri.
Hyuri
berjalan di belakang Suri yang berjalan sambil terus menggerakan hidungnya untuk
mencari sumber bau wewangian ini berasal. Keduanya keluar kamar dan menyusuri
koridor.
“Selamat
pagi!” sapa Magi mengejutkan Suri dan Hyuri saat keduanya sampai di ujung
koridor.
Suri
dan Hhyuri berhenti mendadak dan melotot kaget menatap Magi yang membawa
beberapa dupa di tangannya.
“Maaf
jika ini mengganggu. Ini ritual setiap pagi dan sore di sini.” Magi menunjukan
dupa di tangannya. “Kalian tak suka?”
“Anee,
aniya! Bukan begitu. Hanya merasa asing dengan wewangian ini karena itu aku
keluar mencari sumbernya.” Suri meringis.
“Wah,
kemampuan penciuman yang hebat. Seperti Maria Sanderson.” canda Magi.
“Eiy!
Tapi aku tak suka makan daging anak-anak!” protes Suri.
“Kau
penganut Budha?” sela Hyuri. “Vegetarian dan dupa-dupa ini.”
“Identik
ya? Anee. Aroma ini membantu mengatur mood ku di pagi hari. Membantuku
menenangkanku agar siap menghadapi apapun diluar sana. Tentang vegetarian,
memakan sesuatu yang tak bernyawa efektif membantu kita mengendalikan diri dan
nafsu. Sesuatu yang bernyawa dikatakan sering kali mendukung kita untuk sulit
menguasai nafsu kita sendiri. Itu saja. Kakek yang mewariskan ajaran ini
padaku.”
“Jadi
setiap pagi dan sore kau menyalakan dupa-dupa itu?” sela Suri.
“Aku
kembali pulang kala hari gelap, saat itu aku hanya menyalakannya di kamarku.
Terkadang sore hari Sungjeong Oppa yang melakukannya.”
“Oh.”
Suri mengangguk.
“Kalian
siap menyambut pagi pertama di Kastil Asphodel?” tanya Magi.
***
Sungjeong
menghela napas panjang mengamati dari balik jendela memperhatikan Magi yang sedang
berada di taman depan bersama dua teman barunya. Nichkhun menghampiri Sungjeong
dan turut mengamati Magi dan kedua temannya.
“Melihat
senyumnya, aku semakin takut.” kata Sungjeong.
“Aku
pun sama.”
“Kita
berusaha menjaganya, namun tentang takdir, sekeras apapun kita berusaha, kita
tak akan bisa mengelaknya.”
“Hyung.”
Baro datang menghampiri Nichkhun dan Sungjeong. Nichkhun menoleh. “Ini data
yang Hyung inginkan. Ini semua yang berhasil aku kumpulkan tentang Song Hyuri
dan Han Suri.” Baro memberikan kertas di tangannya pada Nichkun.
“Banyak
kejanggalan kah?” tanya Nichkhun.
“Song
Hyuri dahulunya anak yang diadopsi dari sebuah panti asuhan. Ia memutuskan
kabur saat kelas 3 SMP dan tinggal di luar sendiri. Menurut informasi yang aku
dengar karena kedua orang tua adopsinya sering berlaku kasar padanya. Sedang
Han Suri gadis dengan latar belakang keluarga tak harmonis. Ibu kandungnya
meninggal dan ayahnya menikah lagi. Sering terjadi pertengkaran dalam keluarga
ini. Aku rasa itu alasan Suri kabur. Semalam keduanya mengalami penyerangan
oleh preman yang dendam pada Song Hyuri, pada geng Chrysaor tepatnya. Geng
Hyuri di SMA Maehwa.”
“Geng...?”
Sungjeong menoleh menatap heran pada Baro.
“Nee.
Tapi geng ini dikenal baik. Mereka gemar membela kaum lemah.” terang Baro.
“Memilih
SMA Maehwa memang membawa Nona pada kekacauan ini.” Sungjeong menggelengkan
kepala.
Nichkhun
menghela napas. “Semoga semua ini bukan awal yang buruk. Lalu apakah L Kim
sudah tahu tentang ini?”
“Myungsoo...?
Aku belum bertemu dengannya.” jawab Baro.
“Aku
pun sama. Tapi sepertinya semalam ia berbincang dengan Nona. Semoga Nona sudah
meberitahunya perihal ini.” Sungjeong kembali menatap keluar jendela.
Baro
dan Nichkhun turut kembali menatap keluar jendela memperhatikan Magi dan kedua teman
barunya.
***
Babak baru telah dimulai. Pertarungan nasib yang
akan membawamu pada akhir yang disebut sebagai takdirmu.
-------TBC--------
Keep on Fighting
- shytUrtle