Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
04:59
Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
Land #4
Seperti biasa keluarga Junho
menyambut hangat kehadiran Hyuri. Mereka kembali makan malam bersama.
“Hari ini pengumuman resminya
keluar bukan?” tanya Nyonya Lee.
Hyuri tersedak mendengarnya.
Tuan dan Nyonya Lee juga Junho menatap curiga pada Hyuri.
“Apa ada masalah? Ke sekolah
mana kau ditransfer?” Nyonya Lee kembali bertanya.
“Itu...” Hyuri ragu. Kemudian ia
menatap Tuan dan Nyonya Lee lalu Junho. Ketiga orang itu menatapnya penasaran.
“Hwaseong Academy.” lanjut Hyuri lirih.
“Mwo...? Hwaseong Academy...?
Daebak!” Junho berbinar. Tuan dan Nyonya Lee pun sama.
“Ini patut dirayakan. Aku senang
mendengarnya.” Tuan Lee terlihat amat senang. “Dulu Junho mencoba daftar
kesana, namun tak diterima. Ini peluang emas bagimu, Hyuri.” imbuhnya.
“Aku tak akan pergi.” Hyuri
tertunduk lesu.
“Mwo...?!” mulut Junho membulat.
“Wae...? Apa geng Chrysaor tak ditransfer ke sekolah yang sama denganmu? Hanya
karena itu? Babo!”
Hyuri diam menundukan kepala.
Tuan dan Nyonya Lee menatapnya lalu menghela napas.
“Yang lain ditransfer kemana?”
tanya Nyonya Lee lembut.
“Semua pergi ke Hyeseong
Highschool. Mereka akan tetap bersama, tanpa aku.” Hyuri lirih.
“Babo! Jinja baboya! Itu hanya
masalah teman. Selain dirimu pasti ada murid lain yang juga ditransfer ke Hwaseong
Academy kan? Sering aku katakan padamu, bergaulah dengan banyak orang, jangan
hanya monoton dengan gengmu. Sekarang apa kau paham maksudku?” Junho terlihat
emosi mendengar keputusan Hyuri. “Sadarlah, ini bukan akhir, tapi inilah
awalnya.”
Hyuri terdiam lalu teringat pada
kejadian siang tadi di pinggir lapangan sepak bola SMA Maehwa. Sosok Magi
kembali muncul dalam ingatan Hyuri.
“Song Hyuri.” panggil Tuan Lee
yang segera membuyarkan lamunan Hyuri.
Hyuri mengangkat kepala dan
menaruh perhatian –penuh pada Tuan Lee.
“Kami sebagai orang tua sangat
bahagia mendengar berita ini. Anak gadis kami terpilih masuk Hwaseong Academy.
Ini benar-benar membanggakan. Aku mohon, pikirkan kembali. Timbang ulang
keputusanmu. Apa kau benar-benar ingin mundur? Apakah ini pilihan yang benar?
Apa nanti kau tak akan menyesalinya? Ini tentang langkah awal bagi dirimu dan
masa depanmu. Selamanya apa kau ingin tetap bekerja pada Junho? Menjadi
pengantar susu dan koran setiap pagi? Kau tak ingin merubah nasibmu barang sedikit
saja? Coba pikirkan lebih dalam lagi, kenapa seorang gadis miskin, yatim piatu
yang kabur dari rumah orang tua asuhnya ini justeru yang terpilih ditransfer ke
sekolah terbaik nomer satu di Wisteria Land ini? Terlintaskah kau akana rencana
indah-Nya untukmu? Lalu kau akan mundur begitu saja sebelum maju? Begini apakah
pantas kau menyebut dirimu ksatria seperti Chrysaor dalam artian sebenarnya?”
Hening. Hyuri terdiam membalas
tatapan Tuan Lee. Nyonya Lee dan Junho menatapnya.
“Ini permintaan seorang ayah
kepada anak gadisnya. Tolong pertimbangkan kembali pilihanmu.” Tuan Lee
tersenyum. Senyuman yang selalu membuat Hyuri tenang dan seolah benar menjadi
putri dari keluarga Lee ini.
***
Sepanjang perjalanan pulang
kata-kata Tuan Lee terniang di telinga Hyuri. Ia terus memikirkannya. Hyuri di
rundung bimbang. Entah berapa kali ia mendesah. Membuang napas panjang.
“Terus mengehela napas sepert
itu tak akan membuat bimbangmu hilang.”
Hyuri mengangkat kepala. Sedikit
terkejut mendapati si gadis aneh Rosmary Magi berdiri di tepi jalan menuntun
sepeda. Hyuri mengamati Magi dari atas ke bawah. Kemudian ia teringat pada
gadis yang malam itu melintas, mengayuh sepedanya penuh semangat di jalan di
depan rooftop tempat Hyuri tinggal.
“Wae...? Merasa Deja Vu? Apa
kita pernah bertemu sebelumnya? Iya, kita pernah bertemu. Siang tadi di
lapangan sepak bola. Sebenarnya aku sering memperhatikanmu. Sayangnya kau
terlalu acuh pada sekitar.” cerocos Magi.
Hyuri bersikap cuek dan kembali
berjalan.
“Tolong pikirkan ulang!” Magi
sedikit berteriak.
Hyuri bersikap seolah tak
mendengar teriakan Magi. Ia tetap berjalan pergi.
“Ada hikmah dibalik setiap
peristiwa. Ada rencana indah bagi kita.” imbuh Magi dan masih tak digubris
Hyuri. “Aku tak akan berhenti mengganggumu sampai kau setuju untuk pergi!”
Hyuri menghentikan langkahnya.
Magi masih bertahan di tempat ia berdiri. Jarak beberapa langkah dari Hyuri
berhenti. Magi menelan ludah menatap punggung Hyuri. Hyuri membalikan badan,
kembali menghadap Magi.
“Kau pikir siapa dirimu?” tanya
Hyuri angkuh.
“Aku Rosmary Magi. Semua orang
yang bertemu denganku pasti akan mengingatku, tak terkecuali kau! Song-Hyu-Ri!”
Magi dengan nada menekan dan tanpa ragu membalas tatapan tajam Hyuri.
Hyuri masih menatap tajam Magi
selama beberapa detik. “Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan.” Hyuri kembali
membelakangi Magi.
“Pengecut!”
Hyuri batal melangkah. Ia
kembali menatap tajam Magi.
“Kau hanya seorang pengecut yang
takut menghadapi kenyataan! Kau hanya pengecut yang sombong dan merasa hebat.
Karena Chrysaor? Kau tidak bisa tanpa mereka? Begitukah sikap ksatria yang
sebenarnya? Ok! Aku salah menilaimu. Salah menilai seorang Silence Viscaria!
Baiklah. Lakukan apa saja yang ingin kau lakukan.” Magi menaiki sepedanya dan
meninggalkan Hyuri.
Hyuri berdiri tertegun di tengah
jalan yang sepi. “Hah!” Hyuri kembali menendang udara membuang kesalnya.
“Pengecut? Hash!” umpatnya kesal.
***
Hyuri berjalan menuruni tangga
pagi ini. Bersiap berangkat sekolah.
“Annyeong!” sapa Magi ramah
sambil melambaikan tangan kanannya. Ia sudah berdiri di ujung tangga terbawah
menyambut Hyuri.
Hyuri terkejut sampai hampir
terjatuh. Hyuri kembali bersikap angkuh menutupi keterkejutannya.
Magi menarik senyum lebarnya dan
menurunkan tangan kanannya.
Hyuri berjalan angkuh melewati
Magi yang berdiri memengan sepedanya
begitu saja.
“Mianhae! Soal semalam.” teriakan Magi ini pun diacuhkan Hyuri. Magi
menghela napas. Ia kemudian berjalan menuntun sepedanya di belakang Hyuri.
Hyuri tetap berjalan angkuh
mengacuhkan Magi yang membuntuti di belakangnya. Di ujung gang teman-teman
Hyuri, geng Chrysaor sudah menunggu. Hyuri berlari menghampiri Amber, JB, Kris
dan Rap Monster. Magi menghentikan langkahnya menatap geng Chrysaor berjalan
bersama. Magi kembali menuntun sepedanya setelah geng Chrysaor berjalan lumayan
jauh di depannya.
***
“Dia tidak hanya aneh, tapi juga
gila. Menurutku.” Junki menatap keluar jendela.
“Harusnya ini tugas Sonsaengnim
kan?” tanya Suri.
“Nee...?” Junki menoleh, melotot
menatap Suri.
Suri tersenyum geli lalu menatap
keluar jendela. “Hah! Anak itu.” keluh Suri melihat di luar sana Magi terus
mengekor di belakang Hyuri walau Hyuri mengabaikannya.
“Apa dia tak lelah melakukan
itu? Jika Song Hyuri tak mau bergabung ya biarkan saja. Itu haknya untuk
memilih bukan?”
“Aigo! Hanya sampai di sini
nyali Sonsaengnim? Harusnya Sonsaengnim yang membujuk Song Hyuri agar ia mau
bergabung. Bukan Magi.”
“Maju atau mundur, menolak atau
menerima keputusan transfer adalah hak asasi tiap murid.”
“Seorang guru tertampan dan
teladan di SMA Maehwa ini, pantaskah mengatakan hal itu?”
Junki terdiam. Ia tahu ia salah.
Ia menunduk. “Ini... juga membebaniku.” ucapnya lirih.
“Beban kita sama. Ditimbang dari
segi apapun tetap sama karena dari sinilah asal kita. SMA Maehwa. Karena itu
kemarin Bapak Kepala Sekolah mengumpulkan kita. Itu sama saja dengan, ayo
bergandengan tangan, kalian harus membentuk pondasi kuat, kekuatan yang harus
kalian bawa untuk memasuki Hwaseong Academy. Kekuatan dari SMA Maehwa.” Suri
tersenyum masih menatap keluar jendela. “Pondasi kita harus kuat karena kita
kaum minoritas yang akan memasuki kaum mayoritas. Ini tak akan mudah bagi
kita.”
Junki memperhatikan Suri yang
berdiri di samping kirinya. Kemudian Junki tersenyum. Ia salut pada tekad dan
rasa solidaritas yang dimiliki Suri.
“Ah! Betapa kerennya jika Hyuri
mau bergabung. Seperti Charlie’s Angels.” Suri tersenyum geli. “Maehwa’s
Angels.”
“Charlie’s Angels? Maehwa’s
Angels?”
“Nee. Aku, Magi dan Hyuri
sebagai Angels, Lee Junki Sonsaengnim Bosly dan Bapak Kepala Sekolah Charlie.
Misi kita di dalam Hwaseong Academy.”
Suri menoleh tersenyum pada Junki yang menatapnya.
Junki tersenyum menggelengkan
kepala.
***
Hyuri bersembunyi di antara
rak-rak yang berjajar ketika melihat Magi memasuki Swallow DVD’s Rental. Hyuri
perlahan mengintip, memperhatikan Magi yang sedang mengobrol bersama Junho yang
menjaga kasir. Magi terlihat memberikan sesuatu pada Junho lalu pamit pergi.
Hyuri masih mengamati dalam persembuyiannya. Memastikan Magi benar-benar pergi
meninggalkan Swallow DVD’s Rental. Hyuri bernapas lega dan keluar dari tempat
persembunyiannya.
“Tega sekali menghindarinya. Dia
gadis yang baik. Wae?” tanya Junho.
“Dia itu mengerikan. Seharian
ini mengikuti kemanapun aku pergi.”
“Hanya untuk membuatmu setuju
bergabung kan? Aku salut pada kegigihannya menakhlukanmu. Berani taruhan, kau
pasti kalah.”
“Ish! Whatever.”
“Dia mengatakan terlalu lelah
hari ini terus mengejarmu. Dia menitipkan ini, memintaku memberikannya padamu
langsung dan memastikan kau melihatnya dahulu sebelum membuangnya.”
“Mwo...?”
“Wajar jika dia berpikiran
begitu kan? Kau kenapa tega sekali bertindak demikian? Ha?”
“Setuju bergabung sama artinya
membuang setahun waktuku di SMA Maehwa.”
“Dan memilih mundur sama artinya
membuang kesempatan emas untuk perubahan nasib seumur hidupmu. Pikirkan. Lebih
untung mana?”
Hyuri terdiam.
Junho meraih tangan kanan Hyuri
dan meletakan brosur yang ditinggalkan Magi di atas telapak tangan Hyuri. “Tolong
pikirkan kembali pilihanmu, Song Hyuri. Ini permintaan seorang bos pada
bawahannya, permintaan seorang teman baik, permintaan seorang kakak pada
adiknya.” Junho menepuk pundak Hyuri sebelum pergi.
Hyuri duduk di belakang meja
kasir. Dibukanya brosur pemberian Magi. Brosur lengkap tentang Hwaseong
Academy. Hyuri membacanya. Detail Hwaseong Academy dijelaskan singkat dalam
brosur.
“Hwaseong tapi kenapa identik
dengan warna kuning? Bukan merah?” gumam Hyuri.
“Annyeong!”
Hyuri terhenyak. Mengangkat
kepala menatap pemuda yang tiba-tiba sudah berdiri di depan meja kasir.
“Jeosonghamnida. Aku mengejutkan
Nuna.” Pemuda tampan ini meminta maaf dengan sopan.
“Aniya.” Hyuri tersenyum. “Ada
yang bisa aku bantu?”
“Aku Jung Sungha, adik dari Jung
Daehyun. Hari ini Daehyun Hyung memintaku mengembalikan DVD yang ia sewa tempo
hari dan mengambil kembali kartu pelajar milik Daehyun Hyung.”
“Kau adik Jung Daehyun?” Hyuri
terlihat tak percaya.
“Nee. Wae, Nuna?” Sungha menatap
heran Hyuri.
“Aniya. Hehehe.” Hyuri kembali
tersenyum. “Setan itu memiliki adik malaikat. Dunia.” gumam Hyuri lirih. “Mohon
tunggu sebentar.” Hyuri memeriksa DVD yang dikembalikan Sungha. “Ok. Lengkap.
Tunggu sebentar.”Hyuri sambil kemudian mencari kartu pelajar milik Daehyun. Hyuri
menemukan kartu pelajar milik Daehyun dan membacanya.
“Jung Daehyun sekolah di
Hwaseong Academy...?” Hyuri dengan suara sedikit keras.
Sungha terkejut. “I-iye.”
jawabnya terbata. “Wae, Nuna?”
“Oh, anee. Hehehe. Mian.” Hyuri
benar terlihat bodoh di depan Sungha. “Terima kasih sudah menyewa di rental
kami. Jangan kapok untuk kembali.” Hyuri membungkukan badan.
Sungha membalas, membungkukkan
badan lalu buru-buru pergi.
“Huft...” Hyuri meniup poninya.
Ia merasakan panas di sekujur tubuhnya. Ini cukup memalukan bagi Hyuri.
“Jung Daehyun bersekolah juga di
Hwaseong Academy. Apa ini tak cukup juga untuk membuatmu setuju bergabung?”
Hyuri kembali dibuat terkejut
oleh kehadiran Magi yang muncul secara tiba-tiba. Hyuri melotot menatap Magi
yang sudah berdiri menyandarkan punggung di dekat pintu masuk rental.
“Iya, ini aku. Dari tadi aku di
sini, mengamatimu. Bahkan aku tahu keu bersembunyi dan menghindari aku.” kata
Magi menjawab semua pertanyaan yang ditunjukan oleh ekspresi Hyuri. “Kau
menyukai Jung Daehyun?”
“Mm-mwo...? Setan itu...?”
“Setan...?”
“Ini bukan urusanmu!”
“Tampaknya benci sekali. Kau tak
ingin balas dendam?”
“Mwo...? Kau!”
“Besok. Usai sekolah. Di kedai
ujung gang sekolah. Jika kau berubah pikiran.” Magi kemudian menuntun sepedanya
dan pergi.
Hyuri masih menatapnya dari
dalam Swallow DVD’s Rental.
***
Junki terlihat tak nyaman duduk
di dalam kedai yang hampir seluruh penghuninya adalah murid-murid SMA Maehwa.
Ia gusar mengamati sekitar. Junki tersentak kaget ketika posisinya kembali
lurus. Magi sudah duduk tepat di hadapannya dan menatapnya dengan tatapan
lurus, kosong.
“Sej-sejak kapan kau duduk di
sana?” tanya Junki masih dengan ekspresi terkejut.
“Baru saja.”
Junki menenangkan dirinya
kembali. “Kenapa memilih tempat ini? Apa ini tempat favoritmu?”
“Sonsaengnim antusias apa
penasaran? Datangnya awal sekali.”
“Mwo...? Eum, hanya tak ingin
kalian menunggu lama.”
“Ini bukan tempat favoritku.”
“Han Suri...?”
“Aku tak tahu.”
“Song Hyuri...?”
“Monster itu suka di duduk-duduk
di sini tanpa kerjaan...?”
Junki memendam rasa geramnya
yang memuncak menanggapi sikap Magi. “Lalu kenapa kau memilih tempat ini?
Banyak tempat yang lebih nyaman untuk ngobrol daripada ini.”
“Bukankah ini paling sesuai
dengan kantong pelajar? Eiy, Sonsaengnim merasa tua...?”
“Mm-mwo...?”
“Annyeong hasimnikka.” Suri
datang, memberi salam, menyela adu mulut Junki dan Magi. “Maaf terlambat.” Suri
kembali membungkuk meminta maaf.
“Sonsaengnim datang paling awal.
Entahlah. Sepertinya begitu antusias atau penasaran.” jawab Magi.
“Benarkah...?” Suri menatap
Junki. Ia menemukan ekspresi kesal di wajah tampan Junki. “Sonsaengnim
sepertinya bosan.”
“Duduklah! Mau pesan apa?” Magi
menatap Junki. “Eum... bagaimana kalau kita beradu makan tteubokki pedas? Level
tertinggi?”
“Mm-mwo...?” mulut Junki
membulat.
***
Magi tersenyum puas saat keluar
kedai. Suri yang menyusul di belakang Magi menunjukan ekspresi yang sama.
Paling belakang ada Junki, muncul sambil memegang perutnya. Wajahnya memerah
dan kedua matanya masih berair sisa tangisnya di dalam sana ketika harus beradu
makan tteuboki dengan level pedas tertinggi.
“Sonsaengnim baik-baik saja?”
tanya Suri khawatir menyambut Junki.
Junki melambaikan tangan
kanannya, memberi kode jika ia baik-baik saja sambil berusaha menghilangkan
rasa pedas yang masih mencekat erat dalam mulutnya.
“Minum banyak air putih saja.”
saran Magi menatap datar Junki.
“Kau ini manusia bukan?” tanya
Junki.
Suri menahan tawanya melihat
Junki dan Magi. Suri menarik senyumnya melihat Hyuri datang mendekat. Junki dan
Magi turut menatap Hyuri yang baru sampai setelah satu jam pertemuan berlalu.
Hyuri menghentikan langkahnya
jarak beberapa langkah dari tempat Junki, Magi dan Suri berada. Hyuri menatap
Junki, Magi dan Suri. Diam selama beberapa detik. Lalu Hyuri maju dua langkah.
“Jeosonghamnida.” Hyuri
membungkukkan badan.
“Kau berniat meledek?” Magi
kesal. “Pesta telah usai. Untuk apa kau datang?” imbuhnya ketus.
“Magi!” Junki menyela.
“Jadi kapan kita pergi ke
Hwaseong Academy?” Hyuri menunjukan senyum terbaiknya.
“Jadi kau setuju bergabung...?”
Suri sumringah. “Ini hebat! Kita akan benar-benar menjadi Maehwa’s Angels. Iya
kan Sonsaengnim?” Suri antusias.
“Aku pergi!” Magi mengambil
sepedanya yang terparkir di dekat kedai dan mengayuhnya pergi.
Hyuri menatapnya dan terlihat
merasa bersalah.
“Nanti dia juga akan kembali
seperti semula. Sangat tak bisa ditebak. Tak perlu kau khawatirkan.” Junki
menenangkan Hyuri.
Hyuri tersenyum lesu dan
mengangguk.
***
Hyuri dan Suri berjalan
beriringan. Sama-sama diam.
“Dia pasti sangat marah padaku.”
Hyuri memecah kebisuan.
“Magi...? Aku rasa tidak.”
“Kau cukup mengenalnya?”
“Tidak juga. Aku rasa dia
buru-buru menuju jalan Elder Flower.”
“Jalan Elder Flower...?”
“Em.” Suri mengangguk daan
menghentikan langkahnya. “Aku pun berencana ke sana. Kau mau ikut?”
“Un-tuk apa...?”
“Agar kau tahu apa yang
dilakukan Magi di sana. Ayo!” Suri menggandeng tangan Hyuri dan menuntunnya
pergi.
Sepanjang perjalanan Suri
menggandeng tangan Hyuri. Hyuri tiba-tiba tersenyum melihat bagaimana Suri yang
berjalan memimpin di depannya menuntunnya. Hyuri diam dan menurut saja. Jika
langkah Suri cepat bahkan sedikit berlari, Hyuri pun demikian. Langkah Suri
mulai pelan, Hyuri pun demikian. Suri masih menuntun Hyuri, berjalan pelan
mendekati kerumunan orang di taman di jalan Elder Flower.
“Oh, maaf.” Suri melepas
pegangannnya pada tangan kiri Hyuri ketika sadar Hyuri menatapnya sambil
tersenyum. “Kenapa kau menatapku demikian?”
“Kugjungma. Aku normal kok.”
jawab Hyuri santai.
Suri menertawakan dirinya
sendiri. “Mian. Jinja mianhaeyo. Otakku ini benar payah. Ayo ikuti aku!” Suri
memimpin menembus kerumunan. Hyuri mengekor di belakangnya.
“Ah, itu dia!” tuding Suri ke tengah
kerumunan.
Hyuri sampai dan berdiri di
samping kiri Suri. Ia menemukan Magi sedang bercerita di tengah kerumunan.
Hyuri memperhatikan Magi yang bergerak kesana-kemari sembari mendongeng pada
kerumunan massa yang mengerubutinya. Hyuri tersenyum kecil melihatnya.
Suri menoleh dan menemukan
senyum di wajah Hyuri. Suri turut tersenyum melihatnya. Suri mengalihkan
pandangan kembali menatap Magi.
Belakangan ini Suri rajin menonton pertunjukan Magi. Suri melayangkan
pandangannya pada para penonton. Lagi-lagi ia menemukan pemuda berambut blonde
itu;L.joe.
“Dia penggemar setianya ya?”
gumam Suri lirih.
“Nee...?” Hyuri menoleh, menatap
kaget pada Suri.
“Hehehe. Anee, anee.” Suri
kembali menatap ke arah Magi.
***
“Selalu sukses.” Suri berjalan
mendekati Magi yang berkemas. Hyuri mengikuti di belakangnya. “Kenapa tak
memakai nama panggung?” lanjut Suri penasaran.
“Namaku sudah bagus.” Magi
melirik sinis pada Hyuri. “Untuk apa merubah nama ketika menyebar ketenaran.”
Hyuri cemberut mendengarnya.
Suri serba salah menatap Hyuri
lalu Magi. “Eh, aku juga punya nama tenat di Cypress. Eglantine Suri. Nama
tenar atau nama julukan itu terkadang perlu juga kan? Dan siapapun sah-sah saja
menggunakannya.” Suri bermaksud menengahi.
“Aku juga.” Magi selesai berkemas,
menyangklet tas dan menuntun sepedanya.
Suri menyeret Hyuri untuk
bergegas mengikuti langkah Magi.
Sepanjang perjalanan lebih
banyak diam. Sesekali Suri bicara memecah kebisuan namun masih saja terasa
kaku.
“Jadi kita berpisah di sini?”
Suri masih menjadi pencair suasana. Ketiganya berhenti di perempatan.
“Sekolah akan dimulai Senin
nanti. Kalau besok kalian ingin melihat calon sekolah baru kita, di sini jam 7
pagi aku tunggu kalian.” Magi datar.
“Pagi sekali...” keluh Suri.
“Semakin siang semakin banyak
mata di sana. Sekolah itu tak pernah sepenuhnya libur dan kosong. Ada saja
kegiatan murid. Harusnya jam 7 pagi kita sudah di sana. Aku memberi kalian
tenggang waktu untuk menyelesaikan tugas pagi masing-masing.”
Hyuri mengangguk paham. Suri pun
sama.
“Aku pergi!” Magi pamit dan
pergi lebih dulu.
Suri tersenyum menatap Magi yang
berjalan menjauh lalu menaiki sepedanya. “Aku rasa ini akan sangat
menyenangkan. Kau mulai menikmatinya. Aku pergi.” pamit Suri pergi ke arah
berlawanan dari arah Magi pergi.
Hyuri tersenyum dan membalikan
badan lalu berjalan pergi meninggalkan perempatan.
***
Walau tak terlambat, tetap saja
Hyuri datang paling akhir. Magi berjalan memimpin membawa ketiga rekannya
menuju Hwaseong Academy. Setengah jam berjalan kaki dari perempatan, mereka pun
sampai di depan komplek bangunan Hwaseong Academy. Ketiganya berdiri tak jauh
dari gerbang utama dan menatap megahnya bangunan Hwaseong Academy.
“Kita... kita tidak sedang
bermimpi kan?” Suri terkesima. “Benar kita akan sekolah di sana mulai Senin
ini?” Suri masih menatap takjub bangunan megah di hadapannya. “Kita tidak
sedang main drama TV kan...?”
Hyuri tersenyum menatap Suri.
“Ini penjara.” celetuk Magi.
“Harus mencari tahu benar tentang penjara ini.” imbuhnya.
“Penjara...?” Suri keheranan
menatap Magi.
“Begitu rapat penutup di
sana-sini. Apalagi kalau bukan penjara? Seperti ketakutan murid-murid akan
kabur saja.”
“Ey, semua sekolah bagus dan
mahal memang begitu kan? Apalagi ini, Hwaseong Academy. Sekolah terbaik nomer
satu di Wisteria Land. Sekolah yang dipantau langsung oleh kerajaan.”
“Sama saja. Aku rasa kita
harus memegang si Kepala Sipir agar kita
mendapat sedikit kelonggaran di ikat pinggang seragam kita.”
“Ish! Anak ini! Kau mau sekolah
apa mau kudeta?”
“Dua-duanya.”
“Aku salut pada niatmu itu. Tapi
kita ini orang baru dan terlebih murid SMA Maehwa, yang ada pasti banyak
kesulitan yang kita akan hadapi di sana. Walau Lee Junki Sonsaengnim ada
bersama kita, kedudukan kita sama. Jadi jangan berharap lebih.”
“Siapa yang akan menggunakan
pria lemah itu.”
Suri dan Hyuri kompak melotot
mendengarnya.
“Belum maju pondasi kalian sudah
lemah begini, bagaimana menghadapi teror di dalam sana? Harusnya begini, apapun
yang terjadi, apapun kesulitannya, aku tak akan menyerah. Karena aku murid SMA
Maehwa, akulah yang terkuat. Aku kuat menghadapi semua ini. Tak terkecuali!”
Suri tersenyum kagum menatap
Magi. Hyuri pun tersenyum mendengarnya.
“Kau benar! Kita harus kuat!”
Suri merangkul Hyuri dan Magi yang berada di samping kanan dan kirinya. “Selama
kita bersama dan menopang satu sama lain, aku yakin sesulit apapun itu yang
menanti kita di dalam sana, kita pasti bisa menghadapinya.” Suri tersenyum
penuh keyakinan dan kebanggaan menatap megahnya bagunan Hwaseong Academy.
“Karena kita adalah Maehwa’s Angels.”
Hyuri menahan tawa mendengarnya.
“Wae...? Kenapa kau tertawa...?”
protes Suri.
“Sungguh itu menggelikan.” Hyuri
masih menahan tawanya.
“Tapi cocok kan...?”
“ASH.” celetuk Magi.
Suri dan Hyuri kompak menoleh
menatap Magi.
“Arrogant, Sanguine and Hazy.
Song Hyuri, Han Suri and Rosmary Magi. Arogan, Periang dan Aneh.”
“Woa! Keren! Daebak! Aku suka!
Jadi Hyuri leader kita..?” Suri antusias.
“Apa karena namanya disebut di
depan dia berhak jadi leader?” Magi baik bertanya membuat Suri serba salah.
“Aku juga tak ingin jadi leader!
Kau saja yang merasa hebat yang pantas menjadi leader!” Hyuri sedikit emosi.
“Aku tak merasa hebat. Apa aku
terlihat demikian? Bukankah itu kau? Song Hyuri? Kau merasa hebat karena
kedudukan dan pamormu dalam Chrysaor.”
“Sudah! Sudah! Kalian selalu
saja tak akur!” Suri menyela.
Magi dan Hyuri masih saling
menatap tajam. Tiba-tiba Magi tertawa geli membuat Suri dan Hyuri keheranan.
“Di dalam sana, mungkin lebih
kejam dari ini yang akan kita alami. Tetaplah kuat. Teman-temanku.” Kata Magi
tersenyum manis. “Mianhae.”
“Kau ini!” Suri kesal.
“Ayo kita pergi! Mulai
berdatangan dan kita akan menarik perhatian mereka. Ini tak akan menjadi
kejutan lagi nanti.”
Suri merangkul Hyuri menyusul
langkah Magi.
***
Hyuri dan Suri duduk
berdampingan di bangku taman menatap Magi yang asik bermain bersama anak-anak
di taman bermain. Gadis itu terlihat ceria, bercanda seolah tak ada beban dalam
hidupnya. Suri dan Hyuri sama-sama iri menatapnya.
Junki yang baru sampai di depan
Hyuri dan Suri duduk turut menatap Magi. Junki tersenyum melihat tingkah Magi.
“Jadi kalian sudah lama di sini?”
“Oh, Sonsaengnim.” Suri bangkit
dari duduknya diikuti Hyuri.
“Annyeong!” Magi kembali
bergabung.
Junki tersenyum menatap tiga
gadis cantik di hadapannya. Lalu ia mengulurkan kedua tangannya yang memegang
tiga buah tas plastik. “Ada nama masing-masing kalian di sana.”
Suri meraih tas plastik itu dan
membagikan sesuai nama. “Woa! Seragam Hwaseong Academy!” seru Suri riang
mengintip isi dalam tas plastik itu.
“Bapak Kepala Sekolah tak ingin
kalian terlihat berbeda dengan murid Hwaseong Academy yang lain, karenanya
beliau menghadiahkan ini untuk kalian.” terang Junki.
“Wah, kita harus berterima kasih
pada Bapak Kepala Sekolah karena telah
memberikan seragam baru ini untuk kita.” kata Suri.
“Jadi kalian siap untuk Senin
nanti?” tanya Junki.
“Siap!” jawab Hyuri, Magi dan
Suri kompak.
***
Kita akan jadi kuat bersama-sama. Melawannya.
-------TBC--------
Keep on Fighting
shytUrtle
0 comments