BLACK NOTE

05:21

BLACK NOTE

“Percayai mimpimu, ikuti petunjuknya dan temukan kebenaran.”

           Di dunia ini begitu banyak misteri. Hitam dan putih, maya dan nyata bersanding. Tentang kebenaran bukanlah hal mudah untuk di temukan. Saat alam sadar tak lagi bisa menuntunmu, akankah kau mempercayai mimpi-mimpimu dan meyakininya sebagai petunjuk?

***

NOTE #9


Neva, Yocelyn, Lavina dan Winola berkumpul di ruang belajar bersama. Mereka membahas mimpi yang dialami Neva semalam. Mencari arti dari mimpi itu. Kenapa mereka bertujuh? Alden, Violin, Edsel, Yocelyn, Neva, Lavina dan Winola. Kenapa murid-murid yang usai berendam berubah menjadi patung batu?


“Andai Edsel di sini. Dia sangat sibuk untuk pesta esok.” Sesal Yocelyn.
“Dia!” Kata Neva tiba-tiba. “Dia ada dalam mimpiku!” Tudingnya pada siswa berwajah oriental yang baru saja memasuki ruang belajar bersama.
“Itu Kenzie Choi. Dia perwakilan kelas I-C dalam kompetisi panahan.” Terang Lavina.
“Entah itu tatapan apa. Benci? Ah, tidak. tatapan yang… aku sendiri tak bisa mengartikannya. Menatap Winola tanpa berkedip dan dengan ekspresi datar.” Terang Neva.
“Untuk apa ia membenci Winola?” Gumam Yocelyn.

***


Alden dan Violin juga beberapa anak pajabat negara bertemu dengan prajurit muda yang di kirim ke Parama Academy. Sherwin Otadan menemui mereka dan turut berunding untuk pengamanan pesta. Gerakan ini dilakukan diam-diam agar tak menimbulkan kepanikan bagi murid yang lain. Pagi ini sebuah anak panah mendarat di kuil kerajaan dan berisi ancaman jika Ozora akan kembali menyerang Elsdon. Menerima surat peringatan itu, pihak kerajaan langsung mengirim pesan pada Parama Academy tempat dimana Pangeran dan Putri berada. Meskipun tak yakin akan kebenarannya, pihak istana memperketat penjagaan dan siaga. Ozora dan pasukannya yang berupa Orc terkenal sangat kejam. Dalam penyerangan 17 tahun yang lalu banyak rakyat yang menjadi korban. Walau selama dua tahun terakhir Elsdon gencar melakukan persiapan militer, namun ini tetap tak menjadi jaminan bisa memukul telak Ozora seperti 17 tahun yang lalu.
“Tuan.” Seorang prajurit muda menyapa Edsel. “Tuan Devin menitipkan ini untuk disampaikan kepada Tuan.”


Edsel membawa pergi origami berbentuk burung itu bersamanya. Setelah yakin aman, Edsel membukanya. Edsel tampak terkejut menerima pesan yang tertulis untuknya. Ia segera menyimpan origami itu saat Alden dan Violin mendekat. Saat ketiganya berjalan bersama, dari arah berlawanan tampak Winola sedang berjalan sendiri. Edsel mengerutkan dahi, sedang Alden tersenyum lebar.
“Winola.” Sapa Alden. Winola menghentikan langkahnya, tersenyum menyapa Alden, Violin dan Edsel. “Tak bersama yang lain?”
“Mereka di ruang belajar bersama.”
“Ah, Edsel. Aku lupa. Kau harus membantuku. Ayo!” Violin menyeret Edsel yang terlihat enggan beranjak.
Alden kembali dibuat salah tingkah di depan Winola. Joe menghentikan langkahnya, mengamati Alden dan Winola dari jauh.
“Maaf atas ulah Yocelyn. Aku tahu dialah yang membuat persetujuan itu, bukan kau. Jika kau tak berkenan pergi denganku, tak mengapa. Mungkin kau sudah punya pasangan. Maafkan aku. Jangan merasa sungkan.”
“Aku akan pergi bersama Pangeran.” Alden seolah tak percaya mendengarnya. Winola tersenyum melihat ekspresi itu. “Ini suatu kehormatan, bagaimana mungkin aku menolaknya. Terima kasih atas kesempatan yang Pangeran berikan untukku.”
Joe mengerutkan dahi memperhatikan Alden dan Winola yang terlihat begitu akrab.

***


Edsel duduk memainkan secarik kertas di tangannya. Neva baru sampai dan Edsel segera menyambut. “Syukurlah kau datang.”
“Kau menerima pesanku?”
“Em. Tapi ada hal lain yang lebih penting daripada mimpimu.” Neva menatap penasaran dan Edsel memberikan secarik kertas di tangannya.
Neva terbelalak membaca pesan singkat dalam kertas itu. “Ini artinya, kita harus mengawasi Winola?”
“Kau mengirim gambar liontin itu ke istana, lalu Paman Devin menulis perintah ini tanpa ada penjelasan terperinci. Menjalankannya, hanya itu yang bisa kita lakukan.”
“Apakah Winola bagian dari Ozora?” Gumam Neva lirih.

***


Neva duduk dalam ayunan yang tergantung pada sebuah pohon besar. Di depannya terdapat hamparan bunga yang sedang bermekaran indah. Kupu-kupu menari diatas bunga-bunga. Semerbak wanginya terbawa hembusan angin. Damai. Neva bermain ayunan di temani nyanyian burung-burung.
Neva menghentikan gerak ayunannya ketika gadis bekerudung ungu itu muncul. Ia membawa keranjang berisi buah-buahan. Gadis itu berhenti dan memetik beberapa bunga lili. Kupu-kupu mengerumuni gadis itu seolah menyapa dan mengajaknya menari. Gadis itu berputar, menggerakan tubuhnya diiringi gerakan beberapa kupu-kupu yang mengitarinya. Seekor burung wren biru terbang menghampiri lalu hinggap di jari telunjuk gadis itu. Terdengar tawa riangnya yang kemudian kembali menjinjing keranjangnya dan berjalan pergi.
Neva membuntuti gadis itu. Sepanjang perjalanan, pohon-pohon bergoyang memberi salam pada gadis itu. Gadis itu tak lupa membalas salam mereka sambil terus berjalan. Delapan kaum Haley menghentikan langkah gadis itu. Ia membuka keranjangnya dan membagikan beberapa apel merah ranum pada delapan kurcaci ini. Delapan kurcaci itu tersenyum dan menatap gadis berkerudung ungu yang berjalan pergi.
Gadis berkerudung ungu ini sampai pada pohon yew yang sangat besar. Neva sampai terpesona melihatnya. Pohon yew yang memiliki pintu dan jendela. Neva bergegas mengikuti gadis itu masuk. Lagi-lagi Neva dibuat terkesima. Ruangan di dalam batang pohon yew ini ternyata sangat luas, lebih dari yang ia bayangkan. Benar-benar rumah yang nyaman. Seorang nenek mengaduk-aduk kuali. Gadis itu menyapanya, mencium hangat pipi sang nenek. Ia kemudian menata bunga yang baru di petiknya dalam vas. Kemudian menata buah apel merah ranum dalam keranjang. Peri kecil itu masuk dari celah jendela yang terbuka. Neva tahu itu Hazel. Peri kecil itu melipat tangan, melayang di udara dan menggelengkan kepala. Gadis itu tersenyum dan membuka kerudungnya. Ia tak lain adalah Winola. Winola mengajak si nenek duduk dan mengupas apel untuknya. Hazel duduk diatas kuntum bunga lili putih yang baru di petik Winola. Neva tersenyum melihat kebersamaan ini.
Neva menoleh dan terkejut melihat Hazel sudah melayang tepat di hadapannya. “Kau harus memilih salah satu saja Neva Fredelina. Mempercayainya atau tak mempercayainya. Keragu-raguan hanya akan membawamu pada kesesatan.”
“Amabel Winola, siapa sebenarnya gadis itu?”
“Kau harus memilih salah satu saja Neva Fredelina. Mempercayainya atau tak mempercayainya. Keragu-raguan hanya akan membawamu pada kesesatan.” Terdengar Hazel mengulangi perkatakaannya hingga tiga kali.
Neva terbangun. Hening dalam bilik 505. Semua terlelap. Bunga tulip pun terkuncup rapat. Tanda jika Hazel juga terlelap dalam tidurnya.

***
 
-------TBC--------
 .shytUrtle. 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews