Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

04:51

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 


 
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.
 
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***

Land  #1

                Tengah hari. Matahari berada tepat di garis sejajar dengan bumi. Lurus di atas bumi. Orang-orang keluar ruangan dan mendongakan kepala menatap langit. Ada ekspresi kagum, ada ekspresi datar dan ada yang menunjukan ekspresi khawatir, takut. Tak sedikit mulut yang bergumam melengkapi ekspresi-ekspresi itu. Banyak pula yang mengabadikan fenomena ini. Memotretnya bahkan merekamnya sebagai video. Para pemburu berita pun beraksi. Tak hanya meliput tentang fenomena alam ini, mereka juga mengekspos pendapat orang-orang yang menyaksikan fenomena ini.

                Empat orang murid SMA Maehwa duduk di tepi lapangan. Mereka pun sama. Mendongak menatap langit siang ini. Langit siang di musim dingin akhir.

                “Kakek pernah bercerita padaku, lengkungan warna-warni itu adalah jelmaan sang Naga. Naga yang selalu mengawasi dan menjaga Wisteria Land.” sekilas jika melihat murid ini pastilah kita berpikir dia laki-laki. Pemuda yang cantik berambut pirang pendek. Amber Liu, duduk mendongakan kepala dan tersenyum mengenang dongeng sang Kakek. “Setiap malam Kakek selalu berdongeng tentang Naga ini sebagai pengantarku tidur. Hah... aku jadi rindu padanya.”

                “Kakekmu sudah tenang di surga. Jangan mengusiknya.” komentar JB. “Dulu Nenek juga pernah cerita. Katanya lengkungan warna-warni ini adalah Naga yang datang dari Utara dan minum di laut Selatan.”

                “Iya! Kakek pun sama. Sampai sebesar ini aku masih berharap bisa melihat kepala Naga Pelangi itu. Pasti dia sangat cantik.” Amber antusias menimpali.

                “Tapi setelah besar aku jadi bingung. Dari yang aku tahu, di semua game yang aku mainkan, tak ada Naga warna-warni.”

                “Tentang Naga ini hanyalah kepercayaan masyarakat kita. Jika di logika, mana ada Naga dengan warna seperti itu? Kepercayaan dan logika tidak akan pernah menemukan titik temu. Mereka bisa berjalan beriringan, tapi tak jarang bertabrakan. Tak akan pernah menemukan titik temu. Itu yang pasti.” sela Kris.

                “Anak ini!” Jbmengulurkan tangannya melewati Amber mencolek lengan Kris.

                “Tapi kali ini tak di ufuk Barat atau ufuk Timur, melainkan melilit matahari. Melingkari matahari seperti cincin pada Saturnus.” Rap Monster yang sedari tadi diam turut berkomentar. Ia terlihat nyaman dalam posisi ini. Sedikit rebahan menatap langit dengan menggunakan kacamata hitam dan lebar.

                Amber, JB dan Kris kembali mendongak menatap langit.

                “Ini pertama kalinya aku melihat pelangi muncul mengitari matahari seperti ini.” imbuh Rap Monster.

                “Itu Halo.” sahut gadis berambut coklat kemerahan sebahu ini ketus. Ia berdiri menatap keempat murid yang duduk di pinggir lapangan dan mendongak menatap langit.

                “Ya! Kau menghalangi pandangan kami!” JB menggerakan tangannya meminta gadis itu bergeser.

                Gadis ini diam. Tetap berdiri di posisinya.

                “Es! Song Hyuri!” JB benar kesal.

                “Aku tahu itu Halo. Fenomena alam unik yang terjadi di tengah hari dimana matahari berada di titik lurus sejajar dengan bumi. Saat matahari berada tepat di atas bumi. Cahaya matahari dipantulkan oleh uap air di udara yang naik ke atmosfer. Cahaya yang dipancarkan itu terlihat seperti cincin matahari. Cincin warna-warni seperti pelangi. Namun jika diperhatikan lagi, warnanya tak selengkap pelangi. Seperti siang ini hanya ada warna merah, jingga, kuning dan hijau.” terang Amber.

                “Wow!” komentar Rap Monster mendengar penjabaran Amber.

                “Keberanian, kepedulian, kesatuan dan perdamaian.” Kris bergumam.

                “Yap! Kau mengartikan empat warna itu?” Amber tersenyum bangga.

                “Daebak. Kalian berdua seperti logika dan kepercayaan yang saling melengkapi. Haha.” JB terkagum-kagum. “Lalu apa ini juga bisa diartikan sebagai Naga?”

                “Hahg! Omong kosong itu.” respon Hyuri sedikit mencibir.

                “Ya! Song Hyuri. Reaksimu itu! Kau pikir kau hidup dimana saat ini, ha?!” Amber tak terima.

                Amber dan Hyuri beradu pandang. Saling menatap tajam satu sama lain.

                “Hagh! Semoga para Dewa di langit sana serta para Leluhur Wisteria Land mengampuni sikapmu ini. Aku kecewa pada seseorang yang tak menghargai kepercayaan dari negerinya sendiri.” Amber masih sinis menatap Hyuri.

                “Jika pelangi itu benar adalah Naga pelindung Wisteria Land, kenapa ia biarkan negeri ini seperti ini? Makin terpuruk dan rakyat makin menderita. Beginikah caranya ia menjaga Wisteria Land dan rakyatnya?” Hyuri pun sama, sinis membalas tatapan Amber. “Jika ia benar Naga pelindung Wisteria Land, tak seharusnya ia membiarkan hal ini berlarut-larut.”

                “Dia tak lalai pada tugasnya. Ia selalu mengingatkan manusia, membisikan peringatan dalam hati masing-masing kita. Tapi seringnya, kitalah, para manusia yang lalai. Sebelum menyalahkan sang Naga, bukankah lebih baik jika kita intropeksi diri dahulu?”

                Hening. Hyuri terdiam. Amber masih menatapnya. JB, Kris dan Rap Monster hanya bisa diam. Hyuri menghela napas panjang lalu berjalan pergi.

                “Hyu-Hyuri!” JB berlari mengejar Hyuri.

                Amber menghembuskan napas panjang. Kris dan Rap Monster tetap bertahan menemani Amber.
***

                “Halo...” Go Hara menatap langit sambil mengangguk-anggukan kepalanya pelan.

                “Halo...” Sulli pun sama. Menatap langit dan turut menganggukan kepala pelan.

                “Halo...” Han Suri, gadis berambut oranye panjang yang ia biarkan terurai ini juga menatap langit. Ia tak menganggukan kepala seperti dua rekannya. Wajahnya lesu. “Hah... baru melihatnya lagi. Terakhir melihatnya saat aku berumur empat tahun. Tapi itu pelangi, bukan halo.”

                “Lesu sekali. Ayo bersemangatlah!” Sulli merangkul Suri.

                “Cypress... ah, andai aku kaya raya.” keluh Suri.

                “Kita hrus kuat!” Hara turut merangkul Suri. “Suatu hari nanti Cypress pasti akan maju dan berkembang sebagai organisasi sosial yang terkenal seperti yang kita harapkan. Kita hanya perlu bersabar, ulet dan bekerja keras.”

                “Ah! Bagaimana kalau kita membuat pengharapan? Siapa tahu fenomena halo ini membawa keberuntungan bagi kita.” usul Sulli.

                Hara dan Suri mengangguk. Ketiga gadis ini kemudian menutup mata dan mengucap do’a juga harapan masing-masing di bawah langit terbuka dimana fenomena halo sedang berlangsung.
***

                Dua tangan yang memegang ponsel terangkat tinggi. Kepala gadis berkepang dua tak rapi ini tak mendongak. Hanya mengangkat kedua tangannya dan mengambil beberapa gambar dari kamera ponselnya mengabadikan fenomena halo siang ini. Setelah merasa cukup, ia menurunkan tangannya. Gadis bermata bulat lebar dan berwajah pucat ini mengamati sekitar. Ia tersenyum lebar dan menuntun sepedenya menuju teras sebuah toko yang sedang tutup. Setelah memarkir sepedanya, gadis ini pun duduk di tangga di teras toko. Ia melihat-lihat hasil jepretannya dalam ponsel. Ia mengerutkan dahi. Tampaknya tak ada yang bagus dari hasil jepretannya sendiri. Gadis ini  menyimpan ponselnya dan beralih merogoh isi tasnya. Ia mengeluarkan buku agenda bersampul kulit berwarna coklat.

                Seperti angka 8 yang tak terputus, halo. Pelangi muncul mengelilingi matahari seperti cincin planet Saturnus yang tak terputus. Cincin pelangi matahari. Pertama kali aku melihatnya. Ini akan jadi sejarah dalam hidupku. Sejarah yang ke... (-_-)? Ah, entahlah. Yang pasti akan menjadi sejarah dalam hidupku v(^_^)v
                Indah. Persis seperti dalam dongeng sebelum tidur yang dirapalkan para orang tua sebagai mantra agar anak-anak mereka lekas terlelap. Sedikit silau, aku perhatikan warnanya tak lengkap tujuh. Hanya kulihat ada warna merah-jingga-kuning-hijau. Kau tahu ini apa artinya? Tiga warna lainnya entah kemana.
                Tik-tok-tik-tok-tik-tok! BOOM!!!!! (>o<) Yah! Tak ada yang berubah. Padahal aku berharap aku akan berubah secantik pelangi (o,o)//
                Hanya menghubungkannya. Aku berpikir jika halo hari ini sama artinya dengan angka 8 yang tak terputus. Warna yang muncul adalah hasil dari angka 8 dibagi 2 yaitu 4. Merah-jingga-kuning-hijau itu keberanian-kepedulian-kesatuan-perdamaian. Cincin pelangi matahari, empat musim, empat penjuru, merah-jingga-kuning-hijau. Bawalah keberanian untuk  menciptakan kepedulian dan kesatuan demi perdamaian. Negeri ini membutuhkan itu. Wisteria Land membutuhkan itu.
                Hanya pendapatku.
                                                                                                  Di teras sebuah toko yang tutup pada penghubungan angka 8 dengan fenomena halo by Rosmary Magi.
***

                Gadis kalem ini berdiri di gazebo taman depan rumah mewahnya. Rambut panjang berwarna coklat tua ia biarkan terurai. Kedua alisnya bertemu ketika ia mendongak menatap langit.

                “Sang Naga...” bisiknya.

                “Hyerin!”

                Lee Hyerin menoleh. “Appa.”
               
                Pria paruh baya ini berjalan mendekat sambil merapikan bajunya. “Di sini kau rupanya.” Lee Moonsik sampai di hadapan putri semata wayangnya.

                “Di istana pasti sangat ribut kini.” kata Hyerin lembut.

                “Nee. Karenanya Appa harus pergi. Perdana Menteri meminta seluruh anggota Dewan Rowan berkumpul.”

                Hyerin merapikan baju Moonsik. “Kenapa Appa tak mencari Omma baru saja?”

                Moonsik tertegun menatap Hyerin. Serius menatap putri kesayangannya.

                “Aku bercanda Appa.” Hyerin tertawa geli. “Ekspresi Appa serius sekali.”

                “Kau lihat itu?! Appa sudah cukup pusing dibuatnya!”

                “Maafkan aku, Appa. Maafkan aku.”

                “Kalau kau kangen pada Ommamu, akhir pekan ini kau bisa menginap di rumahnya.”

                “Anee. Aku lebih tenang dan kerasan di sini. Appa tak suka?”

                Moonsik tersenyum. “Jangan bercanda seperti itu lagi, em?”

                “Nee, Appa. Mianhae.” Hyerin memelas.

                Moonsik kembali tersenyum. “Hah! Rowan dan Holly akan bertemu. Sepertinya ini akan sedikit lama. Jangan menunggu Appa untuk makan malam. Jika pertemuannya cepat selesai, Appa akan segera pulang dan kita makan malam bersama.”

                “Nee, Appa.”

                “Appa pergi.”

                Hyerin tersenyum dan mengangguk.

                Moonsik pun pergi.

                Hyerin masih menatap Moonsik yang berjalan meninggalkannya. “Aku takut, Appa. Semoga ini bukan pertanda buruk.” bisik Hyerin. “Amin.”
***

                Tak jauh beda istana pun dibuat ribut oleh adanya fenomena halo siang ini. Para pelayan istana sibuk mempersiapkan pertemuan para anaggota dewan. Di sela-sela itu mereka menyempatkan diri melihat fenomena halo dan tak lupa merumpikan perihal kejadian unik ini.

                Menjelang musim dingin berakhir tiba-tiba muncul pelangi namun bukan di ufuk Timur atau ufuk Barat, melainkan melingkar, mengelilingi matahari. Dewan Holly, pihak yang bertanggung jawab atas urusan keagamaan dan astronomi kerajaan bertindak cepat. Ketua Holly lebih dulu mengumpulkan para Holly-nim di kuil istana. Mereka segera berunding mengartikan dan meramalakan firasat yang dibawa oleh munculnya fenomena halo ini. Para wanita dengan kemampuan di atas manusia normal ini pun berkumpul di bawah pimpinan Jung Hyeyoung yang menjabat sebagai ketua Holly. Mereka berunding dan berdiskusi tentang hasil prediksi masing-masing.


Di salah satu balkon lantai dua istana, seorang gadis berambut pendek berwarna hitam kecoklatan ini duduk tenang dan melukis. Tangannya menari indah di atas kanvas. Sesekali ia mendongakan kepala menatap langit.

“Yang Mulia!” seorang Dayang buru-buru mrngahmpirinya. “Yang Mulia. Bagaimana bisa Yang Mulia duduk tenang dan melukis di balkon seperti ini?” Dayang ini tampak khawatir.

Song Hami, adik dari Raja Wisteria Land ini menghentikan gerak tangannya dan menoleh menatap dayang pengasuhnya Dayang Choi. “Kenapa Dayang Choi begitu panik? Apa terjadi sesuatu?” tanya Hami lembut.

“Istana dibuat panik dan meributkan perihal munculnya Naga yang melingkari matahari, akan tetapi Yang Mulia...”

“Duduk manis di balkon dan melukis?” potong Hami.

“Nee. Maafkan hamba Yang Mulia, akan tetapi...”

“Senyumku ketika menatap Naga itu?” lagi-lagi Hami memotong.

“Mohon maafkan hamba, Yang Mulia.” Dayang Choi tertunduk dalam.

“Itu halo.” Hami kembali menatap langit. “Cincin pelangi matahari. Mungkin juga jelmaan Sang Naga penjaga negeri ini. Indah sekali. Cantik.” Hami tersenyum kagum. “Dan hari ini pertama kalinya aku melihat Naga indah ini dalam hidupku. Aku tak ingin menyia-nyiakannya.” Hami kembali melukis.

“Akan tetapi Yang Mulia harus turut menghadiri pertemuan seluruh Dewan Kerajaan. Keluarga Raja harus turt hadir dalam pertemuan ini.”

Hami menghela napas. “Tunggu sedikit lagi. Siapkan semua. Aku akan segera masuk.”

“Baik, Yang Mulia.” Dayang Choi undur diri.”

“Oh, nasibku...” keluh Hami lirih.
***

Keributan tentang fenomena halo dan juga persiapan pertemuan akbar seluruh Dewan Kerajaan dan Keluarga Raja dengan cepat menyebar luas keseluruh penjuru istana. Dari pelayan kelas terendah hingga pejabat tinggi sudah meributkan hal ini. dayang-dayang dan parjurit pun tak luput membicarakan fenomena ini. begitu juga di camp Reed, para prajurit muda istana.

Gadis berambut sebahu lurus dan berwarna hitam legam ini berdiri di dekat salah satu pilar bangunan dalam camp Reed. Sorot mata tajam dan datar itu fokus menatap langit siang yang masih menyajikan fenomena halo.

“Aku pikir kau tak tertarik.” Jung Ilwoo menghampiri gadis ini. Ia berdiri di samping kanan gadis cantik ini. “ Setelah 15 tahun tak pernah muncul pelangi di negeri ini, hari ini ia yang dipercaya sebagai Sang Naga tiba-tiba muncul dengan posisi tak lazim. Melingkari matahari. Apa firasatmu?”

Jung Shin Ae menghela napas. “Pihak Holly-nim lebih bertanggungjawab akan hal ini.”

“Eiy! Aku bertanya apa firasatmu? Bukan hasil ramalan para Holly-nim.”

“Bukankah itu halo?”

“Ck! Kau ini pelit sekali.”

“Apa pun itu, kita hanya bisa menunggu hasil ramalan para Holly-nim. Bukankah begitu, Hyung?” Shin Ae menoleh menatap Ilwoo.

“Ya.” jawab Ilwoo dengan nada malas. Lebih tepatnya nada kesal.

Shin Ae tersenyum mendengarnya.
***

Jika di dalam istana ribut dan sibuk mempersiapkan pertemuan akbar, di luar istana rakyat kebanyakan masih memilih berkumpul di luar ruangan dan menyaksikan fenomena halo sambil menunggu pengumuman dari pihak istana. Pres dan media pun sama. Mereka meliput terus tentang setiap perkembangan dari fenomena akbar hari ini sambil menunggu keputusan resmi keluar dari istana.

Gadis berwajah melankolis ini berjalan melewati kerumunan orang-orang yang berkumpul. Rambut coklat kopi panjangnya ia biarkan terurai dengan dihiasi dua buah jepit rambut di sisi kanan dan sisi kiri. Terdapat tiga buah buku lumayan tebal dalam dekapannya. Langkah gadis ini konstan. Tak cepat juga tak pelan. Sedang ekspresinya acuh pada keributan kerumunan orang di pinggir-pinggir jalan yang sibuk membicarakan halo.

“Ya! Sungrin-aa! Park Sungrin!” teriakan seorang pemuda yang mengayuh cepat sepedanya. “Ya! Park Sungrin!”

“Oppa?” gadis berwajah melankolis ini menoleh menghentikan langkahnya.

Cho Kyuhyun menghentikan sepedanya di tepi trotoar tepat di samping Sungrin.

“Oppa kemari?” tanya Park Sungrin pada Kyuhyun.

“Ish! Sudah kukatakan jangan pergi sebelum aku menjemputmu!” Kyuhyun terlihat kesal.

“Nee...?” Sungrin terlihat bingung.

“Ck! Kau tak menerima pesanku?”

Sungrin mengerjapkan kedua matanya. “SMS Oppa?”

Kyuhyun mengangguk.

“Oh. Mianhae. Aku pikir Oppa tak akan datang karena semua orang sibuk dengan halo.”

“Ih! Kau ini! Lekas naik!” perintah Kyuhyun.

“Mianhae.” Sungrin menurut dan duduk dalam boncengan Kyuhyun.

“Pegangan yang erat. Let’s go!” seru Kyuhyun kembali mengayuh sepedanya.
***

Ratu Lee Kyeongmi duduk di samping kanan Raja Song Joongki sedang Putri Song Hami duduk di samping kiri Raja. Pertemuan akbar digelar di Balai Agung Istana. Di sisi kanan duduk berkumpul orang-orang dari pihak Holly. Di sisi kiri duduk berkumpul orang-orang dari pihak Rowan. Badan Keagamaan dan Badan Politik Kerajaan duduk  satu forum bersama Keluarga Raja. Semua diam mendengarkan ulasan Ketua Holly Jung Hye Young perihal fenomena halo.

“Demikian hasil perundingan kami.” Ketua Holly Jung Hyeyoung usai membacakan hasil perundingan para Holly-nim.

“Maafkan kelancangan hamba Yang Mulia.” seorang Rowan-nim angkat bicara. “Setelah 15 tahun tak muncul pelangi di negeri ini, hari ini pelangi muncul secara tak wajar dan hal ini mengingatkan kita pada peristiwa 19 tahun yang lalu ketika Putri Mahkota dari mendiang Raja terdahulu lahir. Putri Mahkota Lee Ahreum lahir ketika fenomena yang sama seperti hari ini terjadi. Ketua Holly-nim yang terhormat, apakah hasil ramalan itu benar adanya? Apakah fenomena kali ini bukan pertanda buruk?”

Jung Hyeyoung menarik napas dan menghembuskannya pelan. Prediksinya benar adanya. Pertanyaan ini akhirnya muncul juga dari salah satu anggota Rowan-nim.

“Saat itu Ratu Maesil meramalkan jika kelahiran Yang Mulia Putri Mahkota akan membawa malapetaka. Terbukti dengan meninggalnya Raja dan Ratu dalam kecelakaan tragis. Lalu hari ini pelangi muncul dalam posisi yang sama, melingkari, melilit matahari. Apakah ini bukan pertanda buruk?” imbuh Rowan-nim itu.

“Apakah negeri ini sudah mengalami kemajuan setelah  Putri Mahkota pergi? Nyatanya kita masih merasakan perih yang sama. Benar adanya apa yang terjadi hari ini atau yang akan terjadi nanti adalah berhubungan dengan apa yang terjadi sebelumnya. Hingga kini keberadaan Putri Mahkota masih misteri, bahkan beberapa dari kita meyakini jika Putri Mahkota sudah meninggal dalam kecelakaan maut itu. Ini semua...”

Pintu Balai Agung Istana terbuka. Jung Hyeyoung tak melanjutkan perkataannya dan menatap pintu. Begitu juga seluruh peserta pertemuan. Ratu Maesil sudah berdiri di ambang itu. Wajah ayu nan bengis itu menyincingkan senyum. Ratu Maesil berjalan memasuki Balai Agung Istana. Semua berdiri dan menundukan kepala ketika Ratu Maesil lewat.

“Salam Yang Mulia Raja.” Ratu Maesil berhenti di tengah-tengah forum dan menghadap Raja. “Apakah aku terlambat untuk mendengar hasil ramalan dari fenomena hari ini?” Maesil melirik Hyeyoung.

“Yang Mulia datang jauh-jauh  ke istana dan kami tak memberi sambutan. Maafkan atas kelalaian kami.” Song Joongki dengan sopan.

“Ayo kita dengarkan hasil ramalan para Holly-nim ini.” Ratu Maesil duduk di kursi kosong yang memang disediakan untuknya.

Lagi-lagi prediksi Hyeyoung benar. Ia meminta pelayan isatana menyiapkan satu kursi kosong untuk Ratu Maesil dan terbuki Ratu Maesil datang menyela pertemuan akbar sore ini.

“Silahkan lanjutkan ulasan Anda, Ketua Holly-nim.” pinta Perdana Menteri Istana.

Hyeyoung menunduk sopan, mengiyakan permintaan Perdana Menteri Istana. “Berdasarkan perhitungan hari dan perbintangan serta penilaian lainnya, kami menyimpulkan fenomena hari ini adalah pertanda akan adanya sebuah peristiwa besar. Pergolakan yang cukup besar dalam Wisteria Land. Ksatria baru akan muncul dan menebarkan welas asih, menyatukan semua golongan dan membawa perdamaian untuk Wisteria Land.”

“Ow!  Apakah ini pembacaan dongeng atau ramalan?” Ratu Maesil kembali bicara.

Hyeyoung menatapnya tajam.

“Apakah Yang Mulia memiliki prediksi dan cara pandang lain?” tanya Joongki sopan.

Ratu Maesil menatap Joongki, lalu Hami dan Ratu Kyeongmi. “Tak sama persis seperti 19 tahun yang lalu saat Putri Lee Ahreum dilahirkan. Negeri ini menjadi tekutuk karenanya.”

“Yang Mulia!” protes Hyeyoung keberatan.

Ratu Maesil menyincingkan senyum sinis. “Aku tahu kau masih meyakini jika Putri pembawa sial itu masih hidup. Kenapa tak kau katakan jika Putri pembawa sial itu akan kembali dan membawa petaka lagi bagi negeri ini? Dan peristiwa siang ini adalah titik awal tanda kemunculannya?” Ratu Maesil dengan suara lantang.

Hyeyoung diam, menatap geram Ratu Maesil.

“Kau takut rakyat menjadi ketakutan lagi? Inilah kenyataannya bukan? Masyarakat menjadi panik dan ketakutan bukankah itu hal biasa? Karena hanya itu yang bisa mereka lakukan.” Ratu Maesil dengan cara pandang merendahkan.

“Yang Mulia. Anda tak bermaksud menyebarkan pernyataan yang kembali membuat rakyat resah bukan?” sela Ratu Kyeongmi.

“Kau yang tak sengaja naik tahta berani angkat bicara?” Ratu Kyeongmi menatap sinis Ratu Kyeongmi.

“Bagaimanapun juga, negeri ini adalah juga tanggung jawabku, Yang Mulia.”

“Karena semua menentangku. Tak setuju aku naik tahta.” Ratu Maesil menunjukan ekspresi memelas membuat Ratu Kyeongmi kembali merasa bersalah.

“Ini karena wasiat mendiang Raja-raja terdahulu.” Hyeyoung kembali angkat bicara. “Memiliki banyak pendukung belum tentu bisa mengangkat Yang Mulia untuk naik tahta memimpin negeri ini karena wasiat mendiang Raja terdahululah yang lebih diutamakan.”

“Tapi Putri Mahkota Lee Ahreum raif bak ditelan bumi! Dan kau memberikan dukungan pada darah kedua ini!”

“Hal itu berdasarkan acuan pada wasiat mendiang Raja terdalu yang telah memberi wasiat agar Putri Maesil tak naik tahta.” Hyeyoung terlihat tenang.

Berganti Ratu Maesil yang terlihat emosi. “Dan pada kenyataannya negeri ini terkutuk. Terpuruk. Para pengikut Raja terdahulu satu per satu mati mengenaskan. Miris. Dan peristiwa itu akan terulang lagi. Fenomena hari ini adalah titik awalnya. Ough!” Ratu Maesil menunjukan ekspresi muram. Penuh penyesalan dan kekhawatiran. “Tak ada yang bisa dilakukan oleh penerus tahta adikku dan pemegang tahta saat ini. Ough!”

“Yang Mulia!” protes Ratu Kyeongmi. “Tidak sepantasnya Yang Mulia berbicara demikian di depan forum.”

“Hahaha!” tawa Ratu Maesil meledak memenuhi Balai Agung Istana. “Aku benci pada orang-orang yang meragukan kemampuanku termasuk ayah dan adikku sendiri. Imbalannya, kini mereka menangis di neraka. Camkan baik-baik! Fenomena hari ini akan jadi awal yang buruk bagi kalian semua. Wisteria Land.” Ratu Maesil kembali menanamkan sugesti menakutkan itu.

“Bagaimana jika ini awal dari kehancuran Anda, Yang Mulia?” tanya Hyeyoung masih dengan ekspresi tenang.

Ratu Maesil menatapnya tajam.

“Bagaimana jika benar adanya ini adalah pertanda jika keturunan dan penerus tahta sah akan kembali dan menjadi titik awal kehancuran Anda, Yang Mulia?”

Semakin tegang di dalam Balai Agung Istana. Semua tak menyangka jika Ketua Holly Jung Hyeyoung begitu berani menentang Ratu Maesil.

“Bagaimanapun juga saya bertanggungjawab atas Holly dan segala pernyataan yang akan dikeluarkan Holly atas nama istana. Jika Anda menyebarkan isu-isu yang meresahkan rakyat berhubungan dengan fenomena hari ini, maka saya orang pertama yang akan memberi pernyataan menentang.” imbuh Hyeyoung penuh keyakinan.

“Aku masih saja menyukai keyakinan dan keberanianmu Jung Hyeyoung. Aku harap kau tak sia-sia hidup hingga 19 tahun ini sehingga teman-temanmu yang telah mati mendahuluimu tak mengorbankan nyawa sia-sia.”

Hyeyoung sedikit terpancing emosi mendengarnya. “ Kita duduk saja dan melihatnya, Yang Mulia.”

Ratu Maesil tersenyum sinis.
***

Ratu Kyeongmi dan Putri Hami menemani Raja Song Joongki duduk menikmati teh di gazebo taman istana. Hari sudah mulai gelap namun ketegangan sore tadi di Balai Agung Istana masih terasa. Putri Hami menuangkan teh untuk Ratu Kyeongmi dan Raja Joongki. Tak lama kemudian Jung Hyeyoung datang memenuhi panggilan Ratu Kyeongmi. Ratu Kyeongmi mempersilahkan Ketua Holly itu duduk bergabung.

“Yang Mulia harus kuat. Ini baru permulaan. Perang yang sebenarnya baru saja dimulai.” Hyeyoung memberi dukungan pada Raja Joongki. “Ratu Maesil akan berbuat apa pun untuk membuktikan bahwa apa yang ia ramalkan benar adanya. Beliau telah terjebak dalam lingkaran kegelapan yang membutakan hatinya. Beliau gemar menyerang pikiran kita, karena itu akan melumpuhkan kita seluruhnya. Karena itu Yang Mulia harus kuat menghadapi ini semua.”

“Aku tidak becus mengurus negeri ini. Sangat tidak becus.” sesal Raja Joongki.

“Yang Mulia hanya membutuhkan tambahan keberanian. Itu saja.”

“Andai aku memiliki keberanian seperti yang Ketua Holly-nim miliki.”

“Yang Mulia Raja memilikinya. Hanya saja Yang Mulia ragu untuk memunculkannya ke permukaan.”

“Aku ingin dengar semua. Tentang peristiwa 19 tahun yang lalu dan tentang ramalan hari ini.”

“Hampir sama. Fenomena 19 tahun yang lalu ketika Putri Ahreum dilahirkan dan fenomena hari ini. Semua lebih kuat mengacu pada kebaikan. Hati Ratu Maesil telah diselimuti kegelapan. Beliau tak akan tinggal diam. Setelah ini pasti akan banyak kekacauan yang kembali ia buat seperti 15 tahun yang lalu untuk membuktikan ramalannya benar. Putri Ahreum akan kembali disebut-sebut sebagai pembawa sial yang menyebabkan negeri ini terkutuk. Satu fakta yang harusnya aku ungkapkan sejak dulu. Mendiang ratu Dayoon meninggal dalam keadaan hamil.”

Ratu Kyeongmi terkejut mendengarnya.

“Jika kala itu aku menyetujui usul ketiga rekanku, mungkin pendapat rakyat akan berbeda tentang Putri Ahreum. Besar kemungkinan Raja dan Ratu terdahulu memiliki keturunan laki-laki. Namun sayang kecelakaan itu merenggut nyawa keduanya. Dan hingga kini, keberadaan Putri Ahreum tak diketahui. Bahkan hamba kehilangan jejak orang kepercayaan hamba yang hambaa tugaskan untuk mencari keberadaan Putri Ahreum. Dibanding Anda Yang Mulia, hamba lebih merasa tersiksa. Ratu Maesil  membiarkan hamba hidup untuk melihat semua ini. Kekacauan yang ia buat, rakyat menderita. Pemerintahan lumpuh.”

Ratu Kyeongmi, Raja Joongki dan Putri Hami turut sedih mendengarnya.

“Anda mengatakan benar adanya jika ini pertanda Putri Ahreum akan kembali. Apakah itu benar adanya?” tanya Hami.

Hyeyoung tersenyum. “Semua ini telah tertulis dalam kitab kuno. Wisteria Land akan mengalami krisis ini. Ksatria penebar welas asih yang menyatukan rakyat, bisa jadi itu Yang Mulia Raja sendiri. Yang Mulia juga keturunan sah Raja negeri ini. Hamba hanya ingin menolak sugesti Ratu Maesil. Jangan rapuh karenanya. Yang Mulia Raja Song Joongki adalah keturunan sah Raja ngegeri ini Wisteria Land. Karenanya Yang Mulia harus kuat. Demi mendiang Raja Song Joongkok  dan demi rakyat. Jika kita bersama-sama melawannya, hamba yakin Ratu Maesil akan tumbang dan negeri ini kembali damai.”

Raja Song Joongki diam merenungi kata-kata Hyeyoung.
***

“Akhirnya kau datang.” sambut Lee Junho pada Hyuri. “Aku pikir sama seperti yang lain. Sibuk membicarakan halo siang ini. Istana juga telah mengumumkan ramalan para Holly-nim.”

Hyuri selesai bersiap. “Oppa percaya pada ramalan-ramalan itu? Hagh! Tak ada gunanya jika tak ada perubahan. Sepanjang aku hidup di negeri ini, miris sekali. Ini kutukan atau hipnotis massal atau apalah.”

“Bicaramu kacau, Song Hyuri.”

“Hanya sedikit kesal.”

“OK, ok. Nona Pejuang! Aku tak akan membahasnya lagi. Bagaimana di sekolah hari ini?”

“Semua bubar saat halo itu muncul. Naga pelangi itu membuat sekolah kacau.”

“Bukankah selalu kacau di sekolahmu, em?”

“Tadi parah.”

“Tapi itu tak akan mempengaruhi kinerjamu kan?”

“Tenang saja Tuan Lee Junho. Swallow DVD’s Rental pasti aman bersamaku.”

“Hahaha. Aku percaya itu. Aku pergi. Hari ini jangan tutup terlalu larut. Aku sedikit khawatir.”

“Nee.”

“Aku pergi.”

Salah satu pekerjaan yang dilakoni Hyuri sepulang sekolah adalah bekerja part time di Swallow DVD’s Rental milik Lee Junho. Rental DVD paling lengkap di kota Artemisia. Dua tahun sudah Hyuri bekerja di rental ini. Junho begitu mempercayai Hyuri. Ia tak segan meninggalkan rental dan mempercayakannya pada Hyuri. Karena sejak Hyuri bekerja di sini, preman-preman pengacau tak pernah lagi menyatroni rental DVD ini dan mengganggu para pelanggan.


“Terima kasih sudah datang. Jangan sungkan untuk komplain jika ada keluahan.” Hyuri membungkukan badan dan tersenyum manis pada pengunjung terakhir rental malam ini.

Pemuda ini; Jung Daehyun tak memberikan respon. Langsung pergi begitu saja usai menerima DVD yang ia pesan.

“Huft! Dasar orang kaya!” gerutu Hyuri. “Kenapa mereka selalu tampan dan sombong?”


Hyuri selesai menutup rental. Namun hujan turun dengan lebatnya. Hyuri mendengus kesal karena harus menunggu hujan reda. Hyuri merasa ada orang lain di teras rental. Ia terkejut saat menoleh ke arah kiri. Pengunjung terakhir rental; Jung Daehyun masih berdiri di sana. Sama-sama tertahan oleh hujan yang deras. Hyuri tersenyum sendiri.

“Kalau begini ia tampak sama miskinnya denganku. Orang kaya tak bisa menggunakan uangnya untuk menyuap hujan agar reda.” batin Hyuri yang segera tertawa geli sendiri.

Daehyun kesal melihat tingkah Hyuri. Ia yakin jika Hyuri sedang menertawakannya kini.

“Anda terjebak hujan juga?” Hyuri berusaha mengakrabi. Bukan sekali ini Daehyun datang ke rental milik Junho ini. Hyuri merasa Daehyun akan memberi respon hangat seperti pelanggan rental ini yang lain.

“Sudah tahu kenyataannya. Basa-basi sekali.” respon Daehyun ketus.

Mimik Hyuri berubah kesal. “Song Hyuri! Bodohnya dirimu! Untuk apa beramah-tamah padanya?!” gerutu Hyuri dalam hati.

“Seragammu.” kata Daehyun.

“Nee?”

“Kau murid SMA Maehwa?”

“Nee.” Hyuri mengangguk.

“Ah, pantas saja aku sial!”

“Mwo...?”

“Aku rasa benar rumor itu, kau akan mendapat sial jika bertemu murid SMA Maehwa.”

“Mwo...?”

“Hah! Hari ini aku mengalaminya. Ck!”

“Mwo...? Ya!”

Mobil sedan hitam mewah itu datang. “Hah... akhirnya kesialanku berakhir.” Daehyun lega. Seseorang turun membawa payung dan menjemputnya. Daehyun pergi meninggalkan Hyuri sendirian terjebak hujan di teras rental.

“Sial...? Hagh! Dialah pembawa sial itu! Pengunjung terakhir yang membuatku telat tutup lalu terjebak hujan di sini. Ish! Bisa-bisanya ia menjadikanku kambing hitam kesialan seperti itu?” Hyuri meluapkan kekesalannya. “Hah! Kenapa hujan datang lebih awal di akhir musim dingin...?”

-------TBC--------

Keep on Fighting
-shytUrtle-
 
 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews