Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
04:51
Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
Land #1
Tengah hari. Matahari berada
tepat di garis sejajar dengan bumi. Lurus di atas bumi. Orang-orang keluar
ruangan dan mendongakan kepala menatap langit. Ada ekspresi kagum, ada ekspresi
datar dan ada yang menunjukan ekspresi khawatir, takut. Tak sedikit mulut yang
bergumam melengkapi ekspresi-ekspresi itu. Banyak pula yang mengabadikan
fenomena ini. Memotretnya bahkan merekamnya sebagai video. Para pemburu berita
pun beraksi. Tak hanya meliput tentang fenomena alam ini, mereka juga
mengekspos pendapat orang-orang yang menyaksikan fenomena ini.
Empat orang murid SMA Maehwa
duduk di tepi lapangan. Mereka pun sama. Mendongak menatap langit siang ini.
Langit siang di musim dingin akhir.
“Kakek pernah bercerita padaku,
lengkungan warna-warni itu adalah jelmaan sang Naga. Naga yang selalu mengawasi
dan menjaga Wisteria Land.” sekilas jika melihat murid ini pastilah kita
berpikir dia laki-laki. Pemuda yang cantik berambut pirang pendek. Amber Liu,
duduk mendongakan kepala dan tersenyum mengenang dongeng sang Kakek. “Setiap
malam Kakek selalu berdongeng tentang Naga ini sebagai pengantarku tidur.
Hah... aku jadi rindu padanya.”
“Kakekmu sudah tenang di surga.
Jangan mengusiknya.” komentar JB. “Dulu Nenek juga pernah cerita. Katanya
lengkungan warna-warni ini adalah Naga yang datang dari Utara dan minum di laut
Selatan.”
“Iya! Kakek pun sama. Sampai
sebesar ini aku masih berharap bisa melihat kepala Naga Pelangi itu. Pasti dia
sangat cantik.” Amber antusias menimpali.
“Tapi setelah besar aku jadi
bingung. Dari yang aku tahu, di semua game yang aku mainkan, tak ada Naga
warna-warni.”
“Tentang Naga ini hanyalah
kepercayaan masyarakat kita. Jika di logika, mana ada Naga dengan warna seperti
itu? Kepercayaan dan logika tidak akan pernah menemukan titik temu. Mereka bisa
berjalan beriringan, tapi tak jarang bertabrakan. Tak akan pernah menemukan
titik temu. Itu yang pasti.” sela Kris.
“Anak ini!” Jbmengulurkan
tangannya melewati Amber mencolek lengan Kris.
“Tapi kali ini tak di ufuk Barat
atau ufuk Timur, melainkan melilit matahari. Melingkari matahari seperti cincin
pada Saturnus.” Rap Monster yang sedari tadi diam turut berkomentar. Ia
terlihat nyaman dalam posisi ini. Sedikit rebahan menatap langit dengan
menggunakan kacamata hitam dan lebar.
Amber, JB dan Kris kembali
mendongak menatap langit.
“Ini pertama kalinya aku melihat
pelangi muncul mengitari matahari seperti ini.” imbuh Rap Monster.
“Itu Halo.” sahut gadis berambut
coklat kemerahan sebahu ini ketus. Ia berdiri menatap keempat murid yang duduk
di pinggir lapangan dan mendongak menatap langit.
“Ya! Kau menghalangi pandangan
kami!” JB menggerakan tangannya meminta gadis itu bergeser.
Gadis ini diam. Tetap berdiri di
posisinya.
“Es! Song Hyuri!” JB benar
kesal.
“Aku tahu itu Halo. Fenomena alam
unik yang terjadi di tengah hari dimana matahari berada di titik lurus sejajar
dengan bumi. Saat matahari berada tepat di atas bumi. Cahaya matahari
dipantulkan oleh uap air di udara yang naik ke atmosfer. Cahaya yang
dipancarkan itu terlihat seperti cincin matahari. Cincin warna-warni seperti
pelangi. Namun jika diperhatikan lagi, warnanya tak selengkap pelangi. Seperti
siang ini hanya ada warna merah, jingga, kuning dan hijau.” terang Amber.
“Wow!” komentar Rap Monster
mendengar penjabaran Amber.
“Keberanian, kepedulian,
kesatuan dan perdamaian.” Kris bergumam.
“Yap! Kau mengartikan empat
warna itu?” Amber tersenyum bangga.
“Daebak. Kalian berdua seperti
logika dan kepercayaan yang saling melengkapi. Haha.” JB terkagum-kagum. “Lalu
apa ini juga bisa diartikan sebagai Naga?”
“Hahg! Omong kosong itu.” respon
Hyuri sedikit mencibir.
“Ya! Song Hyuri. Reaksimu itu!
Kau pikir kau hidup dimana saat ini, ha?!” Amber tak terima.
Amber dan Hyuri beradu pandang.
Saling menatap tajam satu sama lain.
“Hagh! Semoga para Dewa di
langit sana serta para Leluhur Wisteria Land mengampuni sikapmu ini. Aku kecewa
pada seseorang yang tak menghargai kepercayaan dari negerinya sendiri.” Amber
masih sinis menatap Hyuri.
“Jika pelangi itu benar adalah
Naga pelindung Wisteria Land, kenapa ia biarkan negeri ini seperti ini? Makin
terpuruk dan rakyat makin menderita. Beginikah caranya ia menjaga Wisteria Land
dan rakyatnya?” Hyuri pun sama, sinis membalas tatapan Amber. “Jika ia benar
Naga pelindung Wisteria Land, tak seharusnya ia membiarkan hal ini
berlarut-larut.”
“Dia tak lalai pada tugasnya. Ia
selalu mengingatkan manusia, membisikan peringatan dalam hati masing-masing
kita. Tapi seringnya, kitalah, para manusia yang lalai. Sebelum menyalahkan
sang Naga, bukankah lebih baik jika kita intropeksi diri dahulu?”
Hening. Hyuri terdiam. Amber
masih menatapnya. JB, Kris dan Rap Monster hanya bisa diam. Hyuri menghela
napas panjang lalu berjalan pergi.
“Hyu-Hyuri!” JB berlari mengejar
Hyuri.
Amber menghembuskan napas
panjang. Kris dan Rap Monster tetap bertahan menemani Amber.
***
“Halo...” Go Hara menatap langit
sambil mengangguk-anggukan kepalanya pelan.
“Halo...” Sulli pun sama.
Menatap langit dan turut menganggukan kepala pelan.
“Halo...” Han Suri, gadis
berambut oranye panjang yang ia biarkan terurai ini juga menatap langit. Ia tak
menganggukan kepala seperti dua rekannya. Wajahnya lesu. “Hah... baru
melihatnya lagi. Terakhir melihatnya saat aku berumur empat tahun. Tapi itu
pelangi, bukan halo.”
“Lesu sekali. Ayo
bersemangatlah!” Sulli merangkul Suri.
“Cypress... ah, andai aku kaya
raya.” keluh Suri.
“Kita hrus kuat!” Hara turut
merangkul Suri. “Suatu hari nanti Cypress pasti akan maju dan berkembang
sebagai organisasi sosial yang terkenal seperti yang kita harapkan. Kita hanya
perlu bersabar, ulet dan bekerja keras.”
“Ah! Bagaimana kalau kita
membuat pengharapan? Siapa tahu fenomena halo ini membawa keberuntungan bagi
kita.” usul Sulli.
Hara dan Suri mengangguk. Ketiga
gadis ini kemudian menutup mata dan mengucap do’a juga harapan masing-masing di
bawah langit terbuka dimana fenomena halo sedang berlangsung.
***
Dua tangan yang memegang ponsel
terangkat tinggi. Kepala gadis berkepang dua tak rapi ini tak mendongak. Hanya
mengangkat kedua tangannya dan mengambil beberapa gambar dari kamera ponselnya
mengabadikan fenomena halo siang ini. Setelah merasa cukup, ia menurunkan
tangannya. Gadis bermata bulat lebar dan berwajah pucat ini mengamati sekitar.
Ia tersenyum lebar dan menuntun sepedenya menuju teras sebuah toko yang sedang
tutup. Setelah memarkir sepedanya, gadis ini pun duduk di tangga di teras toko.
Ia melihat-lihat hasil jepretannya dalam ponsel. Ia mengerutkan dahi. Tampaknya
tak ada yang bagus dari hasil jepretannya sendiri. Gadis ini menyimpan ponselnya dan beralih merogoh isi
tasnya. Ia mengeluarkan buku agenda bersampul kulit berwarna coklat.
Seperti angka 8 yang tak
terputus, halo. Pelangi muncul mengelilingi matahari seperti cincin planet
Saturnus yang tak terputus. Cincin pelangi matahari. Pertama kali aku
melihatnya. Ini akan jadi sejarah dalam hidupku. Sejarah yang ke... (-_-)? Ah,
entahlah. Yang pasti akan menjadi sejarah dalam hidupku v(^_^)v
Indah. Persis seperti dalam
dongeng sebelum tidur yang dirapalkan para orang tua sebagai mantra agar
anak-anak mereka lekas terlelap. Sedikit silau, aku perhatikan warnanya tak
lengkap tujuh. Hanya kulihat ada warna merah-jingga-kuning-hijau. Kau tahu ini
apa artinya? Tiga warna lainnya entah kemana.
Tik-tok-tik-tok-tik-tok!
BOOM!!!!! (>o<) Yah! Tak ada yang berubah. Padahal aku berharap aku akan
berubah secantik pelangi (o,o)//
Hanya menghubungkannya. Aku
berpikir jika halo hari ini sama artinya dengan angka 8 yang tak terputus.
Warna yang muncul adalah hasil dari angka 8 dibagi 2 yaitu 4.
Merah-jingga-kuning-hijau itu keberanian-kepedulian-kesatuan-perdamaian. Cincin
pelangi matahari, empat musim, empat penjuru, merah-jingga-kuning-hijau.
Bawalah keberanian untuk menciptakan
kepedulian dan kesatuan demi perdamaian. Negeri ini membutuhkan itu. Wisteria
Land membutuhkan itu.
Hanya pendapatku.
Di teras
sebuah toko yang tutup pada penghubungan angka 8 dengan fenomena halo by
Rosmary Magi.
***
Gadis kalem ini berdiri di
gazebo taman depan rumah mewahnya. Rambut panjang berwarna coklat tua ia
biarkan terurai. Kedua alisnya bertemu ketika ia mendongak menatap langit.
“Sang Naga...” bisiknya.
“Hyerin!”
Lee Hyerin menoleh. “Appa.”
Pria paruh baya ini berjalan
mendekat sambil merapikan bajunya. “Di sini kau rupanya.” Lee Moonsik sampai di
hadapan putri semata wayangnya.
“Di istana pasti sangat ribut
kini.” kata Hyerin lembut.
“Nee. Karenanya Appa harus
pergi. Perdana Menteri meminta seluruh anggota Dewan Rowan berkumpul.”
Hyerin merapikan baju Moonsik.
“Kenapa Appa tak mencari Omma baru saja?”
Moonsik tertegun menatap Hyerin.
Serius menatap putri kesayangannya.
“Aku bercanda Appa.” Hyerin
tertawa geli. “Ekspresi Appa serius sekali.”
“Kau lihat itu?! Appa sudah
cukup pusing dibuatnya!”
“Maafkan aku, Appa. Maafkan
aku.”
“Kalau kau kangen pada Ommamu,
akhir pekan ini kau bisa menginap di rumahnya.”
“Anee. Aku lebih tenang dan
kerasan di sini. Appa tak suka?”
Moonsik tersenyum. “Jangan bercanda
seperti itu lagi, em?”
“Nee, Appa. Mianhae.” Hyerin
memelas.
Moonsik kembali tersenyum. “Hah!
Rowan dan Holly akan bertemu. Sepertinya ini akan sedikit lama. Jangan menunggu
Appa untuk makan malam. Jika pertemuannya cepat selesai, Appa akan segera pulang
dan kita makan malam bersama.”
“Nee, Appa.”
“Appa pergi.”
Hyerin tersenyum dan mengangguk.
Moonsik pun pergi.
Hyerin masih menatap Moonsik
yang berjalan meninggalkannya. “Aku takut, Appa. Semoga ini bukan pertanda
buruk.” bisik Hyerin. “Amin.”
***
Tak jauh beda istana pun dibuat
ribut oleh adanya fenomena halo siang ini. Para pelayan istana sibuk
mempersiapkan pertemuan para anaggota dewan. Di sela-sela itu mereka
menyempatkan diri melihat fenomena halo dan tak lupa merumpikan perihal kejadian
unik ini.
Menjelang musim dingin berakhir
tiba-tiba muncul pelangi namun bukan di ufuk Timur atau ufuk Barat, melainkan
melingkar, mengelilingi matahari. Dewan Holly, pihak yang bertanggung jawab
atas urusan keagamaan dan astronomi kerajaan bertindak cepat. Ketua Holly lebih
dulu mengumpulkan para Holly-nim di kuil istana. Mereka segera berunding
mengartikan dan meramalakan firasat yang dibawa oleh munculnya fenomena halo
ini. Para wanita dengan kemampuan di atas manusia normal ini pun berkumpul di bawah
pimpinan Jung Hyeyoung yang menjabat sebagai ketua Holly. Mereka berunding dan
berdiskusi tentang hasil prediksi masing-masing.
Di
salah satu balkon lantai dua istana, seorang gadis berambut pendek berwarna
hitam kecoklatan ini duduk tenang dan melukis. Tangannya menari indah di atas
kanvas. Sesekali ia mendongakan kepala menatap langit.
“Yang
Mulia!” seorang Dayang buru-buru mrngahmpirinya. “Yang Mulia. Bagaimana bisa
Yang Mulia duduk tenang dan melukis di balkon seperti ini?” Dayang ini tampak
khawatir.
Song
Hami, adik dari Raja Wisteria Land ini menghentikan gerak tangannya dan menoleh
menatap dayang pengasuhnya Dayang Choi. “Kenapa Dayang Choi begitu panik? Apa
terjadi sesuatu?” tanya Hami lembut.
“Istana
dibuat panik dan meributkan perihal munculnya Naga yang melingkari matahari,
akan tetapi Yang Mulia...”
“Duduk
manis di balkon dan melukis?” potong Hami.
“Nee.
Maafkan hamba Yang Mulia, akan tetapi...”
“Senyumku
ketika menatap Naga itu?” lagi-lagi Hami memotong.
“Mohon
maafkan hamba, Yang Mulia.” Dayang Choi tertunduk dalam.
“Itu
halo.” Hami kembali menatap langit. “Cincin pelangi matahari. Mungkin juga
jelmaan Sang Naga penjaga negeri ini. Indah sekali. Cantik.” Hami tersenyum
kagum. “Dan hari ini pertama kalinya aku melihat Naga indah ini dalam hidupku.
Aku tak ingin menyia-nyiakannya.” Hami kembali melukis.
“Akan
tetapi Yang Mulia harus turut menghadiri pertemuan seluruh Dewan Kerajaan.
Keluarga Raja harus turt hadir dalam pertemuan ini.”
Hami
menghela napas. “Tunggu sedikit lagi. Siapkan semua. Aku akan segera masuk.”
“Baik,
Yang Mulia.” Dayang Choi undur diri.”
“Oh,
nasibku...” keluh Hami lirih.
***
Keributan
tentang fenomena halo dan juga persiapan pertemuan akbar seluruh Dewan Kerajaan
dan Keluarga Raja dengan cepat menyebar luas keseluruh penjuru istana. Dari
pelayan kelas terendah hingga pejabat tinggi sudah meributkan hal ini.
dayang-dayang dan parjurit pun tak luput membicarakan fenomena ini. begitu juga
di camp Reed, para prajurit muda istana.
Gadis
berambut sebahu lurus dan berwarna hitam legam ini berdiri di dekat salah satu
pilar bangunan dalam camp Reed. Sorot mata tajam dan datar itu fokus menatap
langit siang yang masih menyajikan fenomena halo.
“Aku
pikir kau tak tertarik.” Jung Ilwoo menghampiri gadis ini. Ia berdiri di
samping kanan gadis cantik ini. “ Setelah 15 tahun tak pernah muncul pelangi di
negeri ini, hari ini ia yang dipercaya sebagai Sang Naga tiba-tiba muncul
dengan posisi tak lazim. Melingkari matahari. Apa firasatmu?”
Jung
Shin Ae menghela napas. “Pihak Holly-nim lebih bertanggungjawab akan hal ini.”
“Eiy!
Aku bertanya apa firasatmu? Bukan hasil ramalan para Holly-nim.”
“Bukankah
itu halo?”
“Ck!
Kau ini pelit sekali.”
“Apa
pun itu, kita hanya bisa menunggu hasil ramalan para Holly-nim. Bukankah begitu,
Hyung?” Shin Ae menoleh menatap Ilwoo.
“Ya.”
jawab Ilwoo dengan nada malas. Lebih tepatnya nada kesal.
Shin
Ae tersenyum mendengarnya.
***
Jika
di dalam istana ribut dan sibuk mempersiapkan pertemuan akbar, di luar istana
rakyat kebanyakan masih memilih berkumpul di luar ruangan dan menyaksikan
fenomena halo sambil menunggu pengumuman dari pihak istana. Pres dan media pun
sama. Mereka meliput terus tentang setiap perkembangan dari fenomena akbar hari
ini sambil menunggu keputusan resmi keluar dari istana.
Gadis
berwajah melankolis ini berjalan melewati kerumunan orang-orang yang berkumpul.
Rambut coklat kopi panjangnya ia biarkan terurai dengan dihiasi dua buah jepit
rambut di sisi kanan dan sisi kiri. Terdapat tiga buah buku lumayan tebal dalam
dekapannya. Langkah gadis ini konstan. Tak cepat juga tak pelan. Sedang
ekspresinya acuh pada keributan kerumunan orang di pinggir-pinggir jalan yang
sibuk membicarakan halo.
“Ya!
Sungrin-aa! Park Sungrin!” teriakan seorang pemuda yang mengayuh cepat
sepedanya. “Ya! Park Sungrin!”
“Oppa?”
gadis berwajah melankolis ini menoleh menghentikan langkahnya.
Cho
Kyuhyun menghentikan sepedanya di tepi trotoar tepat di samping Sungrin.
“Oppa
kemari?” tanya Park Sungrin pada Kyuhyun.
“Ish!
Sudah kukatakan jangan pergi sebelum aku menjemputmu!” Kyuhyun terlihat kesal.
“Nee...?”
Sungrin terlihat bingung.
“Ck!
Kau tak menerima pesanku?”
Sungrin
mengerjapkan kedua matanya. “SMS Oppa?”
Kyuhyun
mengangguk.
“Oh.
Mianhae. Aku pikir Oppa tak akan datang karena semua orang sibuk dengan halo.”
“Ih!
Kau ini! Lekas naik!” perintah Kyuhyun.
“Mianhae.”
Sungrin menurut dan duduk dalam boncengan Kyuhyun.
“Pegangan
yang erat. Let’s go!” seru Kyuhyun kembali mengayuh sepedanya.
***
Ratu
Lee Kyeongmi duduk di samping kanan Raja Song Joongki sedang Putri Song Hami
duduk di samping kiri Raja. Pertemuan akbar digelar di Balai Agung Istana. Di
sisi kanan duduk berkumpul orang-orang dari pihak Holly. Di sisi kiri duduk
berkumpul orang-orang dari pihak Rowan. Badan Keagamaan dan Badan Politik
Kerajaan duduk satu forum bersama
Keluarga Raja. Semua diam mendengarkan ulasan Ketua Holly Jung Hye Young
perihal fenomena halo.
“Demikian
hasil perundingan kami.” Ketua Holly Jung Hyeyoung usai membacakan hasil
perundingan para Holly-nim.
“Maafkan
kelancangan hamba Yang Mulia.” seorang Rowan-nim angkat bicara. “Setelah 15
tahun tak muncul pelangi di negeri ini, hari ini pelangi muncul secara tak
wajar dan hal ini mengingatkan kita pada peristiwa 19 tahun yang lalu ketika
Putri Mahkota dari mendiang Raja terdahulu lahir. Putri Mahkota Lee Ahreum
lahir ketika fenomena yang sama seperti hari ini terjadi. Ketua Holly-nim yang
terhormat, apakah hasil ramalan itu benar adanya? Apakah fenomena kali ini
bukan pertanda buruk?”
Jung
Hyeyoung menarik napas dan menghembuskannya pelan. Prediksinya benar adanya.
Pertanyaan ini akhirnya muncul juga dari salah satu anggota Rowan-nim.
“Saat
itu Ratu Maesil meramalkan jika kelahiran Yang Mulia Putri Mahkota akan membawa
malapetaka. Terbukti dengan meninggalnya Raja dan Ratu dalam kecelakaan tragis.
Lalu hari ini pelangi muncul dalam posisi yang sama, melingkari, melilit
matahari. Apakah ini bukan pertanda buruk?” imbuh Rowan-nim itu.
“Apakah
negeri ini sudah mengalami kemajuan setelah
Putri Mahkota pergi? Nyatanya kita masih merasakan perih yang sama.
Benar adanya apa yang terjadi hari ini atau yang akan terjadi nanti adalah
berhubungan dengan apa yang terjadi sebelumnya. Hingga kini keberadaan Putri
Mahkota masih misteri, bahkan beberapa dari kita meyakini jika Putri Mahkota
sudah meninggal dalam kecelakaan maut itu. Ini semua...”
Pintu
Balai Agung Istana terbuka. Jung Hyeyoung tak melanjutkan perkataannya dan
menatap pintu. Begitu juga seluruh peserta pertemuan. Ratu Maesil sudah berdiri
di ambang itu. Wajah ayu nan bengis itu menyincingkan senyum. Ratu Maesil
berjalan memasuki Balai Agung Istana. Semua berdiri dan menundukan kepala
ketika Ratu Maesil lewat.
“Salam
Yang Mulia Raja.” Ratu Maesil berhenti di tengah-tengah forum dan menghadap
Raja. “Apakah aku terlambat untuk mendengar hasil ramalan dari fenomena hari
ini?” Maesil melirik Hyeyoung.
“Yang
Mulia datang jauh-jauh ke istana dan
kami tak memberi sambutan. Maafkan atas kelalaian kami.” Song Joongki dengan
sopan.
“Ayo
kita dengarkan hasil ramalan para Holly-nim ini.” Ratu Maesil duduk di kursi
kosong yang memang disediakan untuknya.
Lagi-lagi
prediksi Hyeyoung benar. Ia meminta pelayan isatana menyiapkan satu kursi
kosong untuk Ratu Maesil dan terbuki Ratu Maesil datang menyela pertemuan akbar
sore ini.
“Silahkan
lanjutkan ulasan Anda, Ketua Holly-nim.” pinta Perdana Menteri Istana.
Hyeyoung
menunduk sopan, mengiyakan permintaan Perdana Menteri Istana. “Berdasarkan
perhitungan hari dan perbintangan serta penilaian lainnya, kami menyimpulkan
fenomena hari ini adalah pertanda akan adanya sebuah peristiwa besar.
Pergolakan yang cukup besar dalam Wisteria Land. Ksatria baru akan muncul dan
menebarkan welas asih, menyatukan semua golongan dan membawa perdamaian untuk
Wisteria Land.”
“Ow! Apakah ini pembacaan dongeng atau ramalan?”
Ratu Maesil kembali bicara.
Hyeyoung
menatapnya tajam.
“Apakah
Yang Mulia memiliki prediksi dan cara pandang lain?” tanya Joongki sopan.
Ratu
Maesil menatap Joongki, lalu Hami dan Ratu Kyeongmi. “Tak sama persis seperti
19 tahun yang lalu saat Putri Lee Ahreum dilahirkan. Negeri ini menjadi tekutuk
karenanya.”
“Yang
Mulia!” protes Hyeyoung keberatan.
Ratu
Maesil menyincingkan senyum sinis. “Aku tahu kau masih meyakini jika Putri
pembawa sial itu masih hidup. Kenapa tak kau katakan jika Putri pembawa sial
itu akan kembali dan membawa petaka lagi bagi negeri ini? Dan peristiwa siang
ini adalah titik awal tanda kemunculannya?” Ratu Maesil dengan suara lantang.
Hyeyoung
diam, menatap geram Ratu Maesil.
“Kau
takut rakyat menjadi ketakutan lagi? Inilah kenyataannya bukan? Masyarakat
menjadi panik dan ketakutan bukankah itu hal biasa? Karena hanya itu yang bisa
mereka lakukan.” Ratu Maesil dengan cara pandang merendahkan.
“Yang
Mulia. Anda tak bermaksud menyebarkan pernyataan yang kembali membuat rakyat
resah bukan?” sela Ratu Kyeongmi.
“Kau
yang tak sengaja naik tahta berani angkat bicara?” Ratu Kyeongmi menatap sinis
Ratu Kyeongmi.
“Bagaimanapun
juga, negeri ini adalah juga tanggung jawabku, Yang Mulia.”
“Karena
semua menentangku. Tak setuju aku naik tahta.” Ratu Maesil menunjukan ekspresi
memelas membuat Ratu Kyeongmi kembali merasa bersalah.
“Ini
karena wasiat mendiang Raja-raja terdahulu.” Hyeyoung kembali angkat bicara.
“Memiliki banyak pendukung belum tentu bisa mengangkat Yang Mulia untuk naik
tahta memimpin negeri ini karena wasiat mendiang Raja terdahululah yang lebih
diutamakan.”
“Tapi
Putri Mahkota Lee Ahreum raif bak ditelan bumi! Dan kau memberikan dukungan
pada darah kedua ini!”
“Hal
itu berdasarkan acuan pada wasiat mendiang Raja terdalu yang telah memberi
wasiat agar Putri Maesil tak naik tahta.” Hyeyoung terlihat tenang.
Berganti
Ratu Maesil yang terlihat emosi. “Dan pada kenyataannya negeri ini terkutuk.
Terpuruk. Para pengikut Raja terdahulu satu per satu mati mengenaskan. Miris.
Dan peristiwa itu akan terulang lagi. Fenomena hari ini adalah titik awalnya.
Ough!” Ratu Maesil menunjukan ekspresi muram. Penuh penyesalan dan
kekhawatiran. “Tak ada yang bisa dilakukan oleh penerus tahta adikku dan
pemegang tahta saat ini. Ough!”
“Yang
Mulia!” protes Ratu Kyeongmi. “Tidak sepantasnya Yang Mulia berbicara demikian
di depan forum.”
“Hahaha!”
tawa Ratu Maesil meledak memenuhi Balai Agung Istana. “Aku benci pada
orang-orang yang meragukan kemampuanku termasuk ayah dan adikku sendiri.
Imbalannya, kini mereka menangis di neraka. Camkan baik-baik! Fenomena hari ini
akan jadi awal yang buruk bagi kalian semua. Wisteria Land.” Ratu Maesil
kembali menanamkan sugesti menakutkan itu.
“Bagaimana
jika ini awal dari kehancuran Anda, Yang Mulia?” tanya Hyeyoung masih dengan
ekspresi tenang.
Ratu
Maesil menatapnya tajam.
“Bagaimana
jika benar adanya ini adalah pertanda jika keturunan dan penerus tahta sah akan
kembali dan menjadi titik awal kehancuran Anda, Yang Mulia?”
Semakin
tegang di dalam Balai Agung Istana. Semua tak menyangka jika Ketua Holly Jung
Hyeyoung begitu berani menentang Ratu Maesil.
“Bagaimanapun
juga saya bertanggungjawab atas Holly dan segala pernyataan yang akan
dikeluarkan Holly atas nama istana. Jika Anda menyebarkan isu-isu yang
meresahkan rakyat berhubungan dengan fenomena hari ini, maka saya orang pertama
yang akan memberi pernyataan menentang.” imbuh Hyeyoung penuh keyakinan.
“Aku
masih saja menyukai keyakinan dan keberanianmu Jung Hyeyoung. Aku harap kau tak
sia-sia hidup hingga 19 tahun ini sehingga teman-temanmu yang telah mati
mendahuluimu tak mengorbankan nyawa sia-sia.”
Hyeyoung
sedikit terpancing emosi mendengarnya. “ Kita duduk saja dan melihatnya, Yang
Mulia.”
Ratu
Maesil tersenyum sinis.
***
Ratu
Kyeongmi dan Putri Hami menemani Raja Song Joongki duduk menikmati teh di
gazebo taman istana. Hari sudah mulai gelap namun ketegangan sore tadi di Balai
Agung Istana masih terasa. Putri Hami menuangkan teh untuk Ratu Kyeongmi dan
Raja Joongki. Tak lama kemudian Jung Hyeyoung datang memenuhi panggilan Ratu
Kyeongmi. Ratu Kyeongmi mempersilahkan Ketua Holly itu duduk bergabung.
“Yang
Mulia harus kuat. Ini baru permulaan. Perang yang sebenarnya baru saja
dimulai.” Hyeyoung memberi dukungan pada Raja Joongki. “Ratu Maesil akan
berbuat apa pun untuk membuktikan bahwa apa yang ia ramalkan benar adanya.
Beliau telah terjebak dalam lingkaran kegelapan yang membutakan hatinya. Beliau
gemar menyerang pikiran kita, karena itu akan melumpuhkan kita seluruhnya. Karena
itu Yang Mulia harus kuat menghadapi ini semua.”
“Aku
tidak becus mengurus negeri ini. Sangat tidak becus.” sesal Raja Joongki.
“Yang
Mulia hanya membutuhkan tambahan keberanian. Itu saja.”
“Andai
aku memiliki keberanian seperti yang Ketua Holly-nim miliki.”
“Yang
Mulia Raja memilikinya. Hanya saja Yang Mulia ragu untuk memunculkannya ke
permukaan.”
“Aku
ingin dengar semua. Tentang peristiwa 19 tahun yang lalu dan tentang ramalan
hari ini.”
“Hampir
sama. Fenomena 19 tahun yang lalu ketika Putri Ahreum dilahirkan dan fenomena
hari ini. Semua lebih kuat mengacu pada kebaikan. Hati Ratu Maesil telah
diselimuti kegelapan. Beliau tak akan tinggal diam. Setelah ini pasti akan
banyak kekacauan yang kembali ia buat seperti 15 tahun yang lalu untuk membuktikan
ramalannya benar. Putri Ahreum akan kembali disebut-sebut sebagai pembawa sial
yang menyebabkan negeri ini terkutuk. Satu fakta yang harusnya aku ungkapkan
sejak dulu. Mendiang ratu Dayoon meninggal dalam keadaan hamil.”
Ratu
Kyeongmi terkejut mendengarnya.
“Jika
kala itu aku menyetujui usul ketiga rekanku, mungkin pendapat rakyat akan
berbeda tentang Putri Ahreum. Besar kemungkinan Raja dan Ratu terdahulu
memiliki keturunan laki-laki. Namun sayang kecelakaan itu merenggut nyawa
keduanya. Dan hingga kini, keberadaan Putri Ahreum tak diketahui. Bahkan hamba
kehilangan jejak orang kepercayaan hamba yang hambaa tugaskan untuk mencari
keberadaan Putri Ahreum. Dibanding Anda Yang Mulia, hamba lebih merasa
tersiksa. Ratu Maesil membiarkan hamba
hidup untuk melihat semua ini. Kekacauan yang ia buat, rakyat menderita.
Pemerintahan lumpuh.”
Ratu
Kyeongmi, Raja Joongki dan Putri Hami turut sedih mendengarnya.
“Anda
mengatakan benar adanya jika ini pertanda Putri Ahreum akan kembali. Apakah itu
benar adanya?” tanya Hami.
Hyeyoung
tersenyum. “Semua ini telah tertulis dalam kitab kuno. Wisteria Land akan
mengalami krisis ini. Ksatria penebar welas asih yang menyatukan rakyat, bisa
jadi itu Yang Mulia Raja sendiri. Yang Mulia juga keturunan sah Raja negeri
ini. Hamba hanya ingin menolak sugesti Ratu Maesil. Jangan rapuh karenanya.
Yang Mulia Raja Song Joongki adalah keturunan sah Raja ngegeri ini Wisteria
Land. Karenanya Yang Mulia harus kuat. Demi mendiang Raja Song Joongkok dan demi rakyat. Jika kita bersama-sama
melawannya, hamba yakin Ratu Maesil akan tumbang dan negeri ini kembali damai.”
Raja
Song Joongki diam merenungi kata-kata Hyeyoung.
***
“Akhirnya
kau datang.” sambut Lee Junho pada Hyuri. “Aku pikir sama seperti yang lain.
Sibuk membicarakan halo siang ini. Istana juga telah mengumumkan ramalan para
Holly-nim.”
Hyuri
selesai bersiap. “Oppa percaya pada ramalan-ramalan itu? Hagh! Tak ada gunanya
jika tak ada perubahan. Sepanjang aku hidup di negeri ini, miris sekali. Ini
kutukan atau hipnotis massal atau apalah.”
“Bicaramu
kacau, Song Hyuri.”
“Hanya
sedikit kesal.”
“OK,
ok. Nona Pejuang! Aku tak akan membahasnya lagi. Bagaimana di sekolah hari
ini?”
“Semua
bubar saat halo itu muncul. Naga pelangi itu membuat sekolah kacau.”
“Bukankah
selalu kacau di sekolahmu, em?”
“Tadi
parah.”
“Tapi
itu tak akan mempengaruhi kinerjamu kan?”
“Tenang
saja Tuan Lee Junho. Swallow DVD’s Rental pasti aman bersamaku.”
“Hahaha.
Aku percaya itu. Aku pergi. Hari ini jangan tutup terlalu larut. Aku sedikit
khawatir.”
“Nee.”
“Aku
pergi.”
Salah
satu pekerjaan yang dilakoni Hyuri sepulang sekolah adalah bekerja part time di
Swallow DVD’s Rental milik Lee Junho. Rental DVD paling lengkap di kota
Artemisia. Dua tahun sudah Hyuri bekerja di rental ini. Junho begitu mempercayai
Hyuri. Ia tak segan meninggalkan rental dan mempercayakannya pada Hyuri. Karena
sejak Hyuri bekerja di sini, preman-preman pengacau tak pernah lagi menyatroni
rental DVD ini dan mengganggu para pelanggan.
“Terima
kasih sudah datang. Jangan sungkan untuk komplain jika ada keluahan.” Hyuri
membungkukan badan dan tersenyum manis pada pengunjung terakhir rental malam
ini.
Pemuda
ini; Jung Daehyun tak memberikan respon. Langsung pergi begitu saja usai
menerima DVD yang ia pesan.
“Huft!
Dasar orang kaya!” gerutu Hyuri. “Kenapa mereka selalu tampan dan sombong?”
Hyuri
selesai menutup rental. Namun hujan turun dengan lebatnya. Hyuri mendengus
kesal karena harus menunggu hujan reda. Hyuri merasa ada orang lain di teras
rental. Ia terkejut saat menoleh ke arah kiri. Pengunjung terakhir rental; Jung
Daehyun masih berdiri di sana. Sama-sama tertahan oleh hujan yang deras. Hyuri
tersenyum sendiri.
“Kalau
begini ia tampak sama miskinnya denganku. Orang kaya tak bisa menggunakan
uangnya untuk menyuap hujan agar reda.” batin Hyuri yang segera tertawa geli
sendiri.
Daehyun
kesal melihat tingkah Hyuri. Ia yakin jika Hyuri sedang menertawakannya kini.
“Anda
terjebak hujan juga?” Hyuri berusaha mengakrabi. Bukan sekali ini Daehyun
datang ke rental milik Junho ini. Hyuri merasa Daehyun akan memberi respon
hangat seperti pelanggan rental ini yang lain.
“Sudah
tahu kenyataannya. Basa-basi sekali.” respon Daehyun ketus.
Mimik
Hyuri berubah kesal. “Song Hyuri! Bodohnya dirimu! Untuk apa beramah-tamah
padanya?!” gerutu Hyuri dalam hati.
“Seragammu.”
kata Daehyun.
“Nee?”
“Kau
murid SMA Maehwa?”
“Nee.”
Hyuri mengangguk.
“Ah,
pantas saja aku sial!”
“Mwo...?”
“Aku
rasa benar rumor itu, kau akan mendapat sial jika bertemu murid SMA Maehwa.”
“Mwo...?”
“Hah!
Hari ini aku mengalaminya. Ck!”
“Mwo...?
Ya!”
Mobil
sedan hitam mewah itu datang. “Hah... akhirnya kesialanku berakhir.” Daehyun
lega. Seseorang turun membawa payung dan menjemputnya. Daehyun pergi
meninggalkan Hyuri sendirian terjebak hujan di teras rental.
“Sial...?
Hagh! Dialah pembawa sial itu! Pengunjung terakhir yang membuatku telat tutup
lalu terjebak hujan di sini. Ish! Bisa-bisanya ia menjadikanku kambing hitam
kesialan seperti itu?” Hyuri meluapkan kekesalannya. “Hah! Kenapa hujan datang
lebih awal di akhir musim dingin...?”
-------TBC--------
Keep on Fighting
-shytUrtle-
0 comments