Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

04:19

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 
 
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.
 
 
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***

Land  #3

               
“Ya...” Suri berbisik ketika Hyuri maju selangkah.

                “Ish! Gadis kecil. Kau mau melawan kami, ha?! Sebaiknya kau pulang dan lupakan semua ini. Pura-pura saja tak melihat kami.” kata pria berjaket coklat.

                “Berikan padaku!” Hyuri mengulurkan tangan kanannya.

                “Mwo...?” kata pria berjaket coklat yang kemudian tertawa geli bersama rekannya. “Ya! Kau pikir kau siapa, ha?!” bentaknya pada Hyuri.

                “Kalian... tak tahu siapa aku?” Hyuri santai balik bertanya.

                “Aish! Anak ini! Ya, dengar! Aku sudah berbaik hati memberimu kesempatan untuk lari, tapi kau sendiri yang membenamkan diri di sini. Sekarang terima akibatnya!” ancam pria berjaket coklat.

                “Chingu... sebaiknya kita pergi.” bisik Suri yang berdiri ketakutan di belakang Hyuri.
               
                Hyuri mengabaikan bisikan Suri. “Aku benci pada pencuri buta yang salah tempat seperti kalian. Kembalikan padaku apa pun itu yang kalian ambil dari rumah Kakek Hwang!”

                “Aish! Anak ini! Ya, kau cari mati? Ha?! Pergi dari sini atau kau akan menyesalinya seumur hidupmu!” ancam pria berjaket coklat.

                “Kita lihat saja siapa yang akan menyesal seumur hidupnya.” Hyuri tak gentar sedikit pun.

                “Dasar keras kepala! Ok. Ayo kita mulai!” pria berjaket hitam memasang kuda-kuda bersiap menyerang. “Ayo anak ingusan. Maju lawan kami!”

                “Aku bukan anak ingusan. Dengar baik-baik! Aku Silence Viscaria. Silence Viscaria leader dari Chrysaor!” tegas Hyuri langsung maju menyerang dua pencuri itu.

                “Aish!” umpat Suri yang segera berlari meninggalkan lokasi perkelahian.
***
               
Suri berjalan terburu-buru dan kadang berlari kecil memimpin sembilan orang pria yang berhasil ia kumpulkan untuk dimintai bantuan.

                “Di sana. Di sana mereka berkelahi!” tuding Suri buru-buru lari mendekat. “Mwo...?” Suri tercengang ketika sampai. Ia menemukan dua pencuri itu sudah duduk terikat.

                Pria-pria yang datang bersama Suri ribut sendiri. Mereka penasaran pada siapakah yang telah menangkap dua pencuri ini. Suri celingukan mencari gadis yang juga mengenakan seragam SMA Maehwa itu. Namun nihil. Suri tak menemukan gadis itu.

                Polisi pun tiba usai salah satu dari pria-pria yang dibawa Suri menelfon jika ada pencurian di rumah Kakek Hwang. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan pada Suri, polisi membawa kedua pencuri ini pergi.

                “Jadi kau yang menangkap para pencuri itu?”

                Suri menoleh. “Kakek Hwang.” Suri segera memberi salam. “Animnida. Aku hanya memergoki mereka lalu kabur. Aku rasa gadis itulah yang meringkus dua pencuri itu.”

                “Gadis itu?”

                “Nee. Gadis yang mengenakan seragam yang sama denganku. Tak sengaja kami bertemu. Aku yakin dia yang meringkus dua pencuri itu. Silence Viscaria. Itu namanya.”

                “Temanmu kan? Aku sangat berterima kasih atas keberanian kalian. Semoga ini berguna untuk kalian.” Kakek Hwang meraih tangan Suri dan memberinya sebuah amplop coklat.

                “Kakek, ini apa...?”

                “Jangan menolaknya. Itu akan membuatku sakit hati. Ini uang jajan dari seorang kakek untuk cucunya. Kau tak keberatan kan?”

                Suri bungkam.

                “Seragammu... itu SMA Maehwa?”

                “Nee.”

                Kakek Hwang tersenyum. “Sampaikan salam dan rasa terima kasihku pada temanmu.”


                Sesampainya di rumah, Suri membuka amplop pemberian Kakek Hwang. Suri terbelalak melihat isi amplop kertas berwarna coklat itu. “Omo! Uang...?Sebanyak ini...?” Suri menghitung jumlahnya. “Ini bukan hakku. Aku harus mencarinya!”
***
                 Park Youngkyu, Kepala Sekolah SMA Maehwa kembali menggelar rapat bersama staf pengajar. Setelah rumor beredar deras, akhirnya keputusan tentang akhir SMA Maehwa di keluarkan oleh Departemen Pendidikan Kerajaan.

                Park Youngkyu menatap satu per satu staf pengajar SMA Maehwa yang telah lama bekerja menemaninya menjalankan sistem pendidikan dalam SMA Maehwa. Youngkyu menunjukan ekpresi penuh penyesalan. Ia tak bisa mempertahankan keberadaan SMA Maehwa.

                “Jeosonghamnida.” desah Youngkyu usai membacakan surat keputusan yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan.

                “Surat keputusan transfer para murid akan di bagikan esok?” tanya Kim Ha Kyoon, Wakil Kepala Sekolah SMA Maehwa.

                “Nee.” Youngkyu mengangguk. “Dan kita akan di pensiun dini.”

                “Pensiun dini...?”

                “Mianhae. Ini salahku.”

                “Ini bukan salah siapapun dari kita. Bapak Kepala Sekolah merasa bersalah karena Bapak mantan preman? Bukankah lebih baik mantan preman yang bertobat dari pada orang-orang yang terlihat baik dan suci namun tak punya sedikit pun rasa welas asih itu.”  Lee Myungran, guru bertubuh tambun ini meluapkan kekesalannya. “Kita semua sudah berusaha dengan baik di sini. Murid-murid pun menyanyangi kita. Jangan terus menyalahkan diri sendiri.” Myungran yang pernah jadi pegulat ini berubah sedih.

                “Demi Sang Naga, apa salah kami? Kami para penghuni SMA Maehwa ini.” Ha Kyoon menggelengkan kepala pelan.

                “Ini akan menimbulkan banyak kekacauan di kalangan  murid. Aku rasa akan banyak yang memilih mundur daripada di transfer dan menerima penghinaan.” Choi Kanghee, guru tercantik di SMA Maehwa ini pun redup.

                “Aku berusaha membujuk beberapa yang aku tahu, namun mereka kukuh pendirian untuk berhenti sekolah.” sesal Myungran.

                “Mendiang pendiri SMA Maehwa pasti sedih dan menangis di atas sana. Kita yang hidup dan dipercaya untuk mempertahankan impian mereka, telah gagal di tengah jalan.” sesal Park Youngkyu.

                “Tuan jangan menyalahkan diri Tuan terus. Tak ada yang bisa kita lakukan. Semua pembelaan yang kita ajukan di tolak. Kita tak punya kekuatan sebesar itu untuk melawan istana.”  Ha Kyoon makin sedih melihat ekspresi penuh sesal Youngkyu.

                “Tentang reputasi buruk, ini hanya karena ulah beberapa murid. Andai mereka mau melihat lebih dekat. Lebih mengenal SMA Maehwa.” Lee Junki, guru paling tampan di SMA Maehwa ini turut bicara.

                “Hah...” Youngkyu kembali menghela napas panjang. “Apa yang terjadi, biarkan terjadi. Mungkin beginilah takdirnya. Pesanku, pada kalian semua yang akan ditransfer, dampingilah anak-anak kita. Beri mereka kekuatan untuk melanjutkan perjuangan mereka. Bantu mereka untuk membuktikan pada dunia luar bahwa kita para penghuni SMA Maehwa tak seburuk seperti apa yang digambarkan di luar sana. Aku mohon pada Anda sekalian.” Youngkyu menundukan kepala di depan para stafnya.

                Suasana berubah hening dan haru dalam ruang rapat.
***
               
“Kakek Hwang memberikan ini pada kita. Semalam kau tiba-tiba menghilang. Kakek Hwang menyampaikan salam dan rasa terima kasihnya padamu.” Suri masih mengulurkan tangan kanannya.

Hyuri bersikap dingin. “Aku tak membutuhkannya.” tolaknya.

“Kakek Hwang akan sakit hati dan sedih jika kau menolaknya. Aku hanya menyampaikan amanah ini. Mohon diterima.” Suri meraih tangan Hyuri dan memberikan amplop coklat itu pada Hyuri. Suri tersenyum, menundukan kepala dan pergi.

Hyuri terdiam di tempat ia berdiri menatap amplop coklat di tangannya.
***

“Setelah ini kita akan berpisah. Aku tak bisa jauh darimu.” Myungran menyeka air mata di wajahnya.

“Kau pikir aku mau pergi? Tempat ini seperti rumah kedua bagiku. Memikirkan bagaimana nanti murid-murid yang di transfer. Kita pun akan menerima imbas yang sama.” Kanghee menunjukan ekspresi sendu.

“Kita bukan pengecut kan? Kalau kita rapuh, bagaimana anak-anak menajdi kuat?”

“Kenapa kerajaan melakukan hal ini? Terlebih tuduhan itu. Sama artinya, kita semua guru di sini dituduh mencetak para pemberontak dan penjahat setiap tahunnya.”

“Pemberontak? Penjahat?”

Myungran dan Kanghee terkejut. Keduanya perlahan menoleh.

“Ah! Magi! Kau mengejutkan saja.” Kanghee segera bernapas lega melihat Magi yang menyauti obrolan mereka.

Magi tersenyum dan berjalan mendekat. “Mianhamnida, Sonsaengnim.” Magi membungkukan badan di depan Kanghee dan Myungran. “Apa maksudnya mencetak pemberontak dan penjahat?” Magi duduk bergabung.

“Kau tahu jika sekolah kesayangan kita ini akan di tutup kan?” tanya Myungran.

Magi mengangguk.

“Kau pasti juga sudah tahu alasannya kan?” lanjut Myungran.

Magi mengangguk lagi.

“Lalu kenapa kau masih bertanya perihal pemberontak dan penjahat?” Myungran kesal. “Besok surat eksekusi untuk kalian turun.” imbuhnya masih bersungut-sungut.

“Oh...” Magi masih manggut-manggut. “Hidup memang tak pernah adil.”

Kanghee dan Myungran menatap Magi. Semua murid SMA Maehwa di rundung mendung setelah mendengar kepastian sekolah mereka akan di tutup. Tapi tidak dengan siswi beranama Rosmary Magi ini. Ia tetap saja seperti itu. Datar, tanpa ekspresi dan terkadang menunjukan respon yang aneh dengan senyuman lebarnya.

“Pada akhirnya, kita semua memenuhi nasib kita seperti ini. Tapi ini bukan takdir yang menjadi akhir dari SMA Maehwa. Justeru ini awalnya. Tetaplah ceria! Ini ujian bagi kita semua!” Magi tersenyum lebar pada Myungran dan Kanghee yang masih menatapnya keheranan. “Permisi.” Magi kemudian pergi begitu saja meninggalkan Myungran dan Kanghee yang bengong menatapnya.
***

Hyuri menatap amplop pemberian Suri yang ia letakan di atas kasur sejak ia pulang. Hampir setengah jam Hyuri menatapnya seperti ini. Hyuri kembali mendesah. Menghela napas panjang. Ia menyerah. Di raihnya amplop coklat itu dan segera ia tengok isinya. Hyuri ternganga melihat sejumlah uang dalam amplop itu. Hyuri diam sejenak dan berpikir. Kemudian ia bergegas bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan rooftop.

Wanita paruh baya ini menghitung uang dalam amplop yang baru diserahkan Hyuri padanya. Hyuri sabar menunggu di depan pintu yang terbuka.

“Jika tak segera kau lunasi kekurangannya, aku akan membuatmu benar-benar angkat kaki dari rooftop itu. Kau tahu banyak sekali yang berminat menyewanya dariku!” kata wanita itu lalu membanting pintu.

Hyuri terkejut. Masih berdiri di depan pintu rumah pemilik rooftop. Hyuri menelan ludah dan membalikan badan dan berjalan meninggalkan rumah pemilik rooftop. Ia berjalan pelan menaiki satu per satu tangga menuju rooftop tempat ia tinggal. Langkah Hyuri terhenti. Ia mendengar bunyi sepeda yang semakin mendekat. Hyuri menoleh ke samping kanan mengamati jalan. Dari kejauhan tampak seseorang sedang mengayuh sepedanya penuh semangat.

Magi mengayuh sepedanya penuh semangat dan melintas di jalan di depan hunian Hyuri. Hyuri menatapnya, ketika Magi melintas. Hyuri menangkap ekspresi Magi yang ceria sambil mengayuh sepedanya penuh semangat. Hyuri tersenyum menggelengkan kepala lalu kembali berjalan menaiki tangga.
***

Suri menghentikan langkahnya dan mengamati sebuah sepeda yang terparkir di tepi jalan yang sepi. Suri juga menemukan seorang gadis jongkok tak jauh dari sepeda yang terparkir itu. Gadis itu jongkok dan berbicara. Suri penasaran dan mengamatinya.

“Dia bicara sendiri?” gumam Suri lirih. “Oh! Dia kan...” Suri kembali memperhatikan gadis itu.

Magi beranjak dan memungut beberapa batu yang ia bawa dalam pelukannya. Setelah merasa cukup, Magi kembali dan jongkok di depan tanaman perdu di tepi jalan. Magi menata batu-batu yang ia kumpulkan untuk melindungi tanaman perdu itu. Magi tersenyum puas lalu bangkit dan menuntun sepedanya pergi.

Suri masih mengamatinya. Setelah yakin gadis yang ia amati tak akan menjangkaunya, Suri berajalan mendekati tempat dimana gadis tadi jongkok dan berbicara sendiri. Suri menemukan tanaman perdu yang di sekitarnya terdapat batu-batu yang tertata rapi sebagai benteng pelindung.

“Apa yang kau lakukan di sana?”

Suara itu mengejutkan Suri. Terhenyak Suri spontan menoleh ke samping kanan. Gadis yang tadi jongkok di tempat ini sudah berdiri menuntun sepedanya dan menatap tajam pada Suri. Suri bingung. Ia tak mendengar suara sepeda di kayuh namun tiba-tiba gadis ini sudah kembali di sini.

“Apa dia mengganggumu? Dia juga berhak hidup. Sebentar lagi musim semi tiba. Biarkan ia berpartisipasi mewarnai alam.” kata Magi menatap serius Suri.

“Ak-aku... aku tak bermaksud apa-apa. Hanya penasaran dan melihatnya.” Suri memberi penjelasan.

Magi mendekat. “Ini bunga daisy. Sepertinya ia berwarna putih. Tapi ciri fisik bisa saja menipu.” Magi tersenyum menatap tanaman perdu yang telah ia buatkan benteng batu.

Suri mengamati Magi dengan seksama. “Kau... kau gadis pencerita itu kan?” tuding Suri berbinar.

Magi menoleh. Balas mengamati Suri.

“Iya,benar! Kau gadis pencerita di jalan Elder Flower.” Suri yakin. “Beberapa waktu lalu aku menonton pertunjukanmu. Edisi Hocus Pocus Sanderson Sister.”

“Kau tahu?”

“Setelah melihat pertunjukanmu, aku berburu DVD dari film itu. Keren. Kau bisa menampilkan dengan apik parodi dari tiga bersaudara itu.” puji Suri.

“Dari ketiganya, siapa yang kau suka?” Magi turut antusias.

“Sarah Sanderson. Dia cantik dan bersuara indah, ahli hipnotis.”

“Tapi dia bodoh.”

Dua gadis ini kemudian tertawa bersama.

“Sampai jumpa lagi. Akan tiba saatnya nanti kita bertemu kembali.” Magi pamit.

Suri tersenyum. Setelah Magi pergi baru Suri sadar jika ia belum mengajak gadis pencerita itu berkenalan. “Sampai jumpa lagi. Akan tiba saatnya nanti kita bertemu kembali?” gumam Suri.
***

Geng Chrysaor, Rap Monster, JB, Hyuri, Amber dan Kris duduk di tepi lapangan sepak bola SMA Maehwa.

“Hah... sebenarnya apa salah dari sekolah nan damai ini?” JB memecah kebisuan. “Hari ini surat-surat itu akan dibagikan. Bagaimana jika kita di transfer ke sekolah yang berbeda? Keputusan itu datang dari Departemen Pendidikan Kerajaan. Pastilah dipilih acak. Tanpa pertimbangan.”

“Aku punya keyakinan kuat jika kita akan tetap sama-sama.” Amber yakin.

“Departemen Pendidikan menerima surat-surat itu dari Kementrian Pendidikan. Bukankah ini benar membuat khawatir? Aku pun takut jika kita di transfer ke sekolah berbeda. Tak bisa aku tanpa kalian.” Rap Monster mengungkap kegundahan di hatinya.

“Kita berdo’a saja.” Kris menenangkan. “Semoga kita tetap berada dalam satu sekolah yang sama.”

“Jika kenyataannya tidak, bagaimana?” tanya JB.

“Aku memilih berhenti sampai di sini saja.” jawab Hyuri.

“Mwo...?” mulut JB membulat diamini ekspresi terkejut Amber, Rap Monster dan Kris mendengar pernyataan Hyuri. “Ya! Kau bercanda kan? Bagaimana bisa kau menyerah semudah itu pada mereka?”

“Sejak SMP kita sama-sama. Susah, senang. Lalu aku harus berada di sekolah asing tanpa kalian? Itu sama saja bunuh diri. Aku tak mau. Itu mengerikan.” Hyuri kukuh.

“Bodoh. Sedangkal itukah kau menyikapi ini semua?” Amber kesal. “Jika kau tak sekolah, kau mau jadi apa? Hanya lulusan SMP apa yang bisa kau andalkan dari gelar itu? Setidaknya kau harus lulus SMA!”

“SMP atau SMA sama saja. Toh kemampuanku begini-begini saja. Hanya berkelahi yang tampaknya hebat. Itu pun pada orang yang lebih  lemah dariku. Membanyangkan bullying di sekolah baru, benar membuat kepalaku sakit.”

“Dasar!” Amber menjitak kepala Hyuri.

“Auw! Apayo!” protes Hyuri mengusuk kepalanya.

Suasana kembali hening. Hanya terdengar desiran angin diakhir musim dingin yang berada di sekitar lima anak muda yang sedang duduk menatap ke tengah lapangan ini.

“Di sini kalian rupanya.” Myungran memecah kesunyian.

“Sonsaengnim?” JB menoleh. Begitu juga Rap Monster, Hyuri, Amber dan Kris.

Myungran menghampiri lima murid ini. “Ini surat keputusan sekolah baru kalian. Dimanapun itu kalian akan ditransfer, aku mohon tetaplah kuat. Jangan berhenti sampai di sini. Ini baru awal.” Myungran tersenyum manis lalu meninggalkan lima muridnya.

Geng Chrysaor kembali terdiam. JB membagikan amplopm sesuai nama. Kelima member geng Chrysaor saling menatap satu sama lain.

“Huft! Kita buka di sini. Sama-sama.” JB menatap keempat temannya yang segera mengangguk. “Hana! Dul! Set!” JB memberi aba-aba. “Hyeseong Highschool.”

“Hyeseong Highschool.” Amber tersenyum lega.

“Yay! Hyeseong Highschool.” Rap Monster pun sama.

“Hyeseong Highschool.” Kris tersenyum lega merangkul Amber.

Semua menatap Hyuri yang tertunduk lesu menatap kertas isi dari amplop yang tertulis namanya.

“Ya! Hyuri. Bagaimana denganmu? Hyeseong Highschool juga kan? Kita akan tinggal sama-sama di asrama kan?” JB penasaran.

Hyuri masih bungkam. Tetap tertunduk seperti itu.

“Aish! Anak ini! berakting segala! Pasti Hyeseong Highschool juga kan?” JB merebut kertas di tangan Hyuri. JB menarik senyumnya.

Rap Monster yang turut mengintip juga berubah redup. Amber penasaran daan menyaut kertas di tangan JB. Kris turut melihatnya.

“Hwaseong Academy...? Amber membaca isi dari amplop yang bertuliskan nama Hyuri.

“Sama denganku.”

Suara itu membuat kelima member Chrysaor menoleh ke arah belakang.

Magi tersenyum manis dan lebar. Ia berlari kecil mendekti geng Chrysaor. “Annyeong. Aku Rosmary Magi. Aku juga di transfer ke Hwaseong Academy. Diantara kalian, siapa yang juga di transfer ke Hwaseong Academy?”

JB masih menatap heran Magi namun tangannya menuding Hyuri.

Magi mengikuti arah tangan JB. Mengamati Hyuri. “Song Hyu Ri...?” Magi membaca nama di seragam Hyuri.

Hyuri menghela napas kesal dan pergi.

“Ya! Hyuri-ya!” JB mengejar Hyuri.

Rap Monster menyusul Hyuri. Tersisa Magi, Amber dan Kris id tepi lapangan sepak bola. Magi segera tersenyum lebar pada Amber dan Kris yang menatapnya.
***

“Orenji Highschool!” Sulli dan Hara kompak kemudian berjingkrak bersama.

“Suri! Buka milikmu. Pasti sama. Orenji Highschool. Ayo buka!” pinta Hara.

Suri menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya cepat. Kemudian ia membuka amplop yang bertuliskan namanya. Pelan-pelan Suri mengintip lalu membuka seluruhnya. Sulli dan Hara menunggu dengan penasaran.

“Haaa.....” Suri menjerit seperti anak kecil yang menangis. “Mereka mengirimku ke Hwaseong Academy. Aku tak mau pergi ke sana. Aku mau pergi bersama kalian ke Orenji Highschool.” Suri benar seperti anak kecil yang menangis. “Aku akan mencari murid lain. Murid yang bertukar tempat denganku.”

“Ya! Baboya?!” bentak Hara membuat Suri kembali tenang. “Hwaseong Academy adalah sekolah nomer satu dan terbaik di Wisteria Land. Kau mau mundur memilih sekolah nomer tiga? Baboya?!”

“Hara benar. Ini kesempatan emas bagimu. Belajar yang benar di Hwaseong Academy, raih beasiswa sampai kau bisa masuk sekolah negara. Jika kau sukses, impianmu pada Cypress akan terwujud.” Sulli mendukung Hara.

“Apa gunanya sekolah di sekolah terbaik tapi tanpa kalian? Di sana, habislah aku.” Suri terduduk lemas.

“Babo! Memangnya hanya kau saja yang di transfer ke sana? Aku yakin ada yang lain. Temukan mereka dan bentuk kekuatan baru. Walau kita tak satu sekolah, tapi kita masih bisa berkomunikasi bukan? Kau kira tak beban juga bagi kami masuk ke sekolah terbaik ketiga?” Hara menyemangati.

“Ayo! Kita cari tahu, siapa murid lain yang juga di transfer ke Hwaseong Academy. Mumpung semua masih di sekolah.” Sulli antusias.

“Kaja! Kami akan membantumu!” Hara menarik Suri dan menyeretnya pergi bersama Sulli.
***

Sementara di luar murid-murid ribut dengan surat keputusan transfer masing-masing, di dalam ruang Kepala Sekolah Junki duduk berhadapan dengan Youngkyu.

“Apa Anda tahu alasan kenapa aku meminta Anda kemari?” tanya Youngkyu.

“Mianhamnida, saya tida tahu.”

“Seperti yang kita tahu, hari ini surat pengumuman transfer dibagikan. Aku tak menduga jika murid SMA Maehwa ada yang di transfer ke Hwaseong Academy.”

“Nee...? Benarkah...?”

“Nee. Ada tiga kursi kosong untuk tiga murid kita.”

“Ini berita bagus.” Junki tersenyum senang.

“Tapi ini bisa menjadi mimpi buruk bagi tiga murid kita.”

“Benar juga.” Junki kembali redup.

“Seperti titik hitam yang akan memasuki segelas susu putih. Tak akan mudah nbagi mereka. Hwaseong Academy yang dijunjung tinggi dan SMA Maehwa yang sangat di rendahkan.”

Junki bungkam menundukan kepala.

“Aku telah meminta Wakil Kepala Sekolah Lee Hakyoon membawa mereka kemari. Aku harap kalian bisa berunding setelah aku mempertemukan kalian. Setelah itu dampingilah mereka di sana.”

Junki masih terdiam mendengarnya selama beberapa detik. Kemudian Junki tersadar. “Mendampingi mereka di sana?” Junki mengangkat kepala menatap Youngkyu.

Youngkyu tersenyum dan mengangguk. “Aku lega karena kau lah, Lee Junki Sonsaengnim yang di transfer ke Hwaseong Academy.”

“Mm-mwo...?” Junki terkejut hingga mulutnya membulat.
***

Suri tiba di ruang Kepala Sekolah. 10 menit berjalan seperti ini, Suri duduk dan Junki yang berada di ruangan yang sama mengacuhkannya. Suri mulai gusar. Situasi ini benar membuatnya tak nyaman.

Pintu terbuka. Hakyoon muncul  bersama Magi. Suri tersenyum lebar melihat Magi.

“Aku tak menemukan satu murid lagi. Aku akan mencarinya.” kata Hakyoon.

“Sepertinya dia sudah pergi, Sonsaengnim.” kata Magi menghentikan langkah Hakyoon.

“Pergi...?” Hakyoon menaruh perhatian pada Magi.

“Em. Sepertinya ia marah dan tak terima dengan keputusan ini. Aku sudah bertemu dengannya tadi.”

“Ya sudah. Kalian silahkan berunding.” Hakyoon pergi.

Magi membalas senyuman Suri. “Jadi... Lee Junki Sonsaengnim yang juga di trasnfer ke Hwaseong Academy?” Magi memulai obrolan. “Tadinya kau pikir Choi Kanghee Sonsaengnim. Pasti keren kalau Beliau yang di transfer ke Hwaseong Academy.”

“Ehem!” Junki berdehem tanda keberatan.

Magi diam menarik senyumnya kembali.
***

“Tidak mau! Aku tidak mau menyerah!” tolak Magi.

“Aish! Lalu apa yang akan kau lakukan?” Junki kesal.

“Walau harus mengikat dan menyeretnya, aku akan membawanya ikut bersekolah di Hwaseong Academy!” Magi kukuh.

“Mwo...? Kau. Kau pikir kau siapa?”

“Rosmary Magi.”

Junki kesal kehabisan kata-kata. Suri, Youngkyu dan Hakyoon diam, memperhatikan Junki dan Magi yang berdebat.

“Dari kesemuanya hanya kita berempat, Anda tahu kenapa? Dia Sang Pencipta Wisteria Land ini punya rencana. Lalu Anda meminta aku diam saja atas sikap gadis itu? Aku tidak terima dia merusak kreasi-Nya. Rencana-Nya. Enak saja.” imbuh Magi bersungut0-sungut.

Junki menghela napas. “Lalu apa yang akan kau lakukan?”

“Entahlah.” jawab Magi enteng kembali menyulut emosi Junki.

Junki melotot pada Magi. “Sebenarnya, kau atau dia yang main-main dengan hal ini?!”

“Aku masih memikirkannya.” Magi tersenyum lebar. “Satu yang pasti, saya tak akan menyerah di sini saja. Saya akan berusaha membawa gadis itu pergi bersama kita. Karena kita adalah satu tim SMA Maehwa.”
Youngkyu dan Hakyoon tersenyum kagum melihat semangat Magi.

“Hagjangnim. Bersabarlah. Ini baru awal. Nantinya SMA Maehwa akan kembali. Saat itu Hagjangnim harus bersedia kembali menjadi Kepala Sekolah SMA Maehwa.” Magi menyanggupi.

Tawa Youngkyu pecah. “Nee. Belajarlah yang baik di Hwaseong Academy. Jadilah orang sukses dan berjuanglah untuk kaum lemah.” pesan Youngkyu.

Magi tersenyum manis dan mengangguk.
***

“Hagjangnim. Bersabarlah. Ini baru awal. Nantinya SMA Maehwa akan kembali. Saat itu Hagjangnim harus bersedia kembali menjadi Kepala Sekolah SMA Maehwa.” Gumam Junki saat berjalan meninggalkan kantor Kepala Sekolah. “Ish! Gadis itu bermulut besar sekali. Dia pikir dia siapa?”

“Hah! Tapi semangatnya itu...” Junki tersenyum menggelengkan kepala.

Langkah Junki terhenti melihat Magi dan Suri.

“Rosmary Magi. Panggil saja Magi.” Magi mengulurkan tangan.

“Han Suri.” Suri menjabat tangan Magi lalu kedua gadis ini tersenyum. Masih saling menatap dan berjabat tangan.

“Kau akan tetap maju dan pergi bersamaku?” tanya Magi.

“Nee.” jawab Suri mantab.

“Baiklah. Ayo kita sama-sama buat kekacauan dalam Hwaseong Academy.”

Dua gadis ini kembali tertawa bersama. Junki yang bersembunyi memperhatikan turut tersenyum lega.
***

Kepercayaan memudar dan mereka mencari keadilan dengan jalan yang menurut mereka masing-masing sebagai jalan yang benar. Tak seharusnya Yin dan Yang dijadikan simbol pada keadaan mereka kini. Dimana kebanyakan menyebutnya sebagai pertarungan hitam dan putih. Karena Yin dan Yang saling melengkapi bukan saling mengalahkan.


-------TBC--------

Keep on Fighting
-shytUrtle-

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews