[171015] My Curious Way: Road To Situs Purbakala Patirtaan Ngawonggo.
06:01
[171015]
My Curious Way: Road To Situs Purbakala Patirtaan Ngawonggo.
Alhamdulillah, akhirnya
bisa sowan ke situs purbakala di Nanasan.
Situs purbakala di desa
Nanasan ini memang sempat viral di grup Komunitas Peduli Malang, di Facebook.
Setelah postingannya viral, banyak yang berbondong-bondong datang ke lokasi
untuk melihat langsung situs purbakala yang baru ditemukan itu. Alhamdulillah
akhirnya dari pemerintah pun ada turun tangan.
Dari viralnya postingan
situs ini, aku tahu Sam Azka Wolupitu yang seorang trail rider. Lalu, aku berteman dengan beliau di Facebook. Dari Sam Azka pula aku banyak
tanya info tentang situs purbakala yang baru ditemukan itu. Sam Azka termasuk
orang yang aktif meng-update tentang
situs di desa Nanasan itu. Mulai dari situs awal ditemukan dan di angkat ke
ranah publik. Sampai proses pembersihan situs.
Info sudah dikantongi.
Rencana keberangkatan sudah disusun. Tapi, Tuhan berkata lain. Di hari kami
berencana mengunjungi situs, almarhum Mbah Paklek masuk UGD dan kemudian
dirujuk ke RSSA. Mbah masuk ICU selama beberapa hari, lalu meninggal dunia.
Rencana berkunjung ke
situs purbakala terus tertunda. Sampai akhirnya aku cerita ke temenku, si
Tunjung, kalau aku mau berkunjung ke situs purbakala di Nanasan. Tunjung minta
foto situsnya. Aku kasih. Hasil dari nyimpen foto di postingan Sam Azka.
"Wah! Kok keren
gini, U!" Ujar Tunjung usai melihat foto situs purbakala di Nanasan.
"Bagus, kan?
Makanya aku penasaran. Pengen ke sana."
"Tapi, ini menurut
yang aku lihat lho ya! Di sana masih wingit, U. Kira-kira, umak kuat a?"
"Masih
sakral?"
"Iya. Kalau umak
kuat sih nggak papa. Mbois-mbois yang tinggal di sana. Nek atimu pas, ya nggak
papa ladub o. Tapi, ojo pencilakan di sana."
"Kapan se aku
pernah pencilakan? Apa lagi di situs sejarah macem gitu!"
"Hahaha. Be'e umak
khilaf."
Setelah obrolan itu,
rencana ke situs purbakala di desa Nanasan terus tertunda. Awalnya aku udah
kenceng aja niat pengen main ke sana. Tapi, gara-gara Tunjung bilang tempatnya
masih wingit dan pakek nyelipin kalimat "Kalau kamu kuat, ya nggak
papa." Aku jadi meragu. Penasaran, tapi gimana ya. Berangkat apa tidak.
Yang udah sering baca
tulisanku dari awal. Atau yang udah baca buku AWAKE - It's Sarang Clover Creepy Story pasti udah tahu alasan
kenapa Tunjung bertanya seperti itu.
Tiba-tiba usai renang
bersama di Umbulan Ngadireso tanggal 21 September 2017 lalu. Tunjung
menyampaikan pesan dari Nyai.
"Kata Nyai, kamu
disuruh ke situs di Nanasan." Ujar Tunjung.
"Eh? Udah nggak
papa aku ke sana?"
"Lha dari dulu kan
emang nggak papa. Nggak dilarang juga kan? Cuman dipeseni kalau atimu pas ya
ladub o. Yang sopan di sana. Jangan pencilakan. Nggak pernah dilarang kan buat
pergi."
"Iya juga se.
Hehehe." "Kapan umak ladub?" "Tanggal 1 aku ada kopdar sama
temen-temen MAG. Tanggal 8 ada acara ke Hawai. Gimana kalau tanggal 15
aja?"
“Yowes. Ndak papa. Ladub
o."
"Aku kalau Nyai dah
kasih ijin gini, makin manteb dah buat ladub. Umak ikut a?"
"Aku ada
acara."
Kayak biasanya dah. Si
Tunjung kalau diajak pergi bersama, alasannya segudang. Ups! Jadi curcol. Hahaha.
Back to bahasan awal, ya.
Deal berangkat tanggal
15 Oktober 2017. Melakukan segala persiapan sebelum berangkat. Terutama di H-1.
Jaga makan buat fisik. Aku pergi sama Mbak Siti Maimun. Itu artinya aku bakal
jadi joki alias nyetir motor kemanapun kami pergi. Jadi, fisik harus
benar-benar fit.
Karena menurut Tunjung
tempatnya masih sakral dan aku harus benar-benar menjaga sopan santun di sana.
Sehari sebelum pergi yaitu di hari Sabtu. Aku yang biasanya sehabis membabu ria
hanya mandi saja, tanpa keramas. Keramasnya menunggu di hari Minggu. Hari Sabtu
kemarin, usai membabu ria langsung adus keramas.
Aku mikirnya gini sih.
Kan pas habis membabu ria itu keringetan hebat. Udah pasti rambut bau kecut
kan. Nah, misal kita pergi ke rumah seseorang, trus badan kita bau kan kesannya
nggak sopan banget. Terlebih bertamu pada orang yang dituakan dan dihormati.
Misal kita lagi salim, nyium tangan, trus beliaunya nyium aroma dari kita yang
nggak enak. Aku aja nggak suka sama yang kayak gitu. Orang lain pun pasti sama.
Kenapa? Aneh? Biarin!
Dari awal aku emang aneh. Hehehe. Aku mikirnya gitu sih. Jadi, I do my best lah.
Best yang aku bisa pastinya.
Janjian berangkat pukul
delapan pagi. Tapi, aku yang biasa on time jadi kena virus "jam
karet". Bukan tanpa alasan sih. Bantuin Memes dulu. Memes dapat pesanan
katering. Jadi, bantuin dulu. Setelah katering diambil, langsung dah berangkat.
Pukul sembilan, berdua
saja, kami berangkat. Lewat Wajak sesuai petunjuk yang dikasih tahu Sam Azka.
Sam Azka nggak bisa nemenin buat jadi pemandu karena ada event trail di Wajak.
Karena itu dalam perjalanan kami bolak-bolik ketemu kawanan trail rider. Apa
Lexi ada di antara mereka? Hahaha.
Tapi, walau Sam Azka
nggak bisa nemenin ke situs. Beliau nitip pesan ke aku. "Nanti kalau udah
nyampek situs, sampean cari Sam Yasin ya." Bahkan, aku dikasih akun
Facebook Sam Yasin, biar bisa menghubungi beliaunya pas udah nyampek di situs
nanti.
Sebelum berangkat udah
kirim PM ke Sam Yasin. Tapi, kayake beliaunya ndak aktif. Ya udah, ladub aja.
Ntar kan bisa nanya-nanya pas di lokasi.
Perjalanan dimulai. Kami
lewat Wajak. Katanya lewat Tajinan juga bisa. Tapi, aku belum pernah main ke
daerah Tajinan. Jadi, lebih milih lewat Wajak.
Di pasar Wajak itu belok
ke kanan. Jalan terus sampai ketemu Kantor Desa Kidangbang. Deket situ kan ada
pertigaan yang ada lampu rambu-rambunya. Nah, itu belok kanan. Karena sama-sama
nggak tahu, kami pun terus melaju. Pedoman kami adalah jembata. Karena pernah
lihat postingan foto orang lagi ngumpul di jembatan. Dan lagi, katanya lokasi
situs deket sama sungai.
Setelah melewati makam,
ada jalan menurun. Di situlah jembatan berada. Ada yang bilang lokasinya deket
masjid juga. Jadi, pikirku setelah jembatan clue kedua adalah masjid. Tapi,
sebelumnya udah melewati masjid. Jembatan udah. Jadi, udah dekat sama lokasi.
Usai jembatan, ada jalan
naik. Agak menikuk. Kami lanjut. Tapi, kok rasa-rasanya nyasar ya? Akhirnya aku
berhenti dan nyuruh Mbak Siti Maimun nanya ke mbak-mbak yang lagi nyapu teras
rumah.
Kata mbaknya kami kejauhan.
Lalu kami dikasih petunjuk arah. Katanya ada tulisannya gede di pinggir jalan.
Setelah berterima kasih, kami pun putar balik.
Ternyata... lokasi nggak
jauh dari jembatan tadi. Dari jembatan itu, di jalan naik itu belok kiri. Ada
tulisannya emang. Tapi, aku nggak lihat pas lewat. Hahaha. Payah. Petunjuknya,
lokasi situs 200 meter dari jalan masuk itu.
Kami melaju pelan. Ada
warga yang sedang bersih-bersih. Terus melaju dan nemu papan petunjuk lokasi
parkir situs. Tapi, aku cuekin. Tetep melaju.
"Masa parkirnya di
situ? Jauh dari lokasi dong? Itu di depan kayake ada masjid. Mungkin masih
kurang ke sana." Ujarku.
"Ini udah lebih
dari 200 meter, U!" Protes Mbak Siti Maimun.
"Ya udah nanya
warga aja lagi. Hehehe."
Aku kembali menepikan
motor dan Mbak Siti Maimun turun untuk bertanya.
Lagi-lagi kebablasan.
Ampun! Kura-kura! Kata ibunya, ya di tulisan parkir itu lokasi situs. Katanya
lagi, ada jalan alternatif lewat dekat rumah beliau. Tapi, yang paling gampang
ya lewat yang ada tulisannya itu. Setelah berterima kasih, putar balik lagi.
Ini maaf ya, untuk
lokasi dari papan petunjuk masuk sampai ke lokasi parkir tidak ada fotonya.
Kami terlalu syok karena dua kali keblablasan. Ditambah pas tahu lokasi parkir.
Jadi, jalan ke lokasi
parkir itu lewat perkebunan kopi. Bau bunga kopinya benar-benar wangi semerbak.
Nah, jalannya itu yang bikin aku syok. Bisa dilalui motor, tapi ada satu
turunan yang bikin aku ciut nyali. You know lah, sejak jatuh terguling di jalan
menuju Coban Jahe, aku jadi ada apa ya. Entah trauma atau apa. Lihat jalan
tanah yang menurun itu, aku udah ciut nyali. Padahal turunannya pendek lho.
Tapi, jalannya kayaknya licin gitu. Nyali langsung nyusut.
Untungnya di kebun kopi
itu ada kakek yang mau berbaik hati jagain Jagiya. "Taruh sini aja motornya
kalau nggak berani turun. Parkirannya di bawah sana. Nggak papa, taruh sini.
Aku ada di sini kok. Taruh sini aja, kalain turuno. Tak jagain motornya."
Akhirnya aku tepiin
Jagiya di kebun kopi. Aku tinggalin di sana. Tapi, helm tetep aku bawa.
"Kuncien stir lho
yo!" Kakek tadi mengingatkan.
Setelah memarkirkan
Jagiya di tengah kebun kopi dan berpamitan ke Kakek dan mulai berjalan di jalan
menuju lokasi situs yang ada di tengah kebun kopi. Oya, kata Kakek itu. Ada
jalan di sisi kiri yang bisa juga jadi alternatif jalan menuju lokasi. Tapi,
lebih mudah jalan yang udah ada petunjuk lokasi parkir itu.
Ternyata lokasi
parkirnya deket banget dari posisi aku parkirin Jagiya. Tapi ya, yang namanya
nggak berani ya udah nggak berani aja. Nggak punya nyali. Jadi, biarlah Jagiya
menikmati semerbak harumnya bunga kopi sambil ngaso dia. Hehehe.
Hening dan tenang.
Lokasi situs berada di hutan bambu. Di bawah hutan bambu itu ada sungai. Ada
jembatan kayu dengan tulisan, Sugeng Rawuh ing Patirtaan Nggawonggo.
Saat kami sampai di area
parkir, sepi. Nggak ada siapa-siapa di sana. Tapi, udah ada bangunan yang
mungkin jadi basecamp buat penjaga. Ada bakal bangunan toilet juga. Hore!!!
Next time kalau ke sana lagi udah ada toilet. Maklum ya. Kaum beser ya gini
ini. Toilet jadi hal yang paling dicari ketika berwisata. Hehehe.
Usai mengucap salam dan
permisi, kami pun turun. Mendekati jembatan. Di dekat jembatan ada bangunan
yang nantinya akan dijadikan pusat informasi. Ada tulisannya, jadi tahu. Trus,
ada bangunan yang bakal jadi warung juga.
Menyeberangi jembatan
kayu itu butuh nyali ternyata. Hahaha. Apalagi kalau denger jembatannya bunyi
pas dilewati, itu rasanya sesuatu banget.
Setelah menyeberang, ada
kubangan yang ditanami daer (selada air). Di atasnya lagi ada sungai kecil yang
udah dibangun (ada pondasi). Di sana ada seorang nenek lagi nyuci baju. Kami
pun mengucap kata permisi.
"Mau ke situs
ya?" Tanya Nenek usai kami mengucap salam permisi.
"Iya." Jawab
kami.
"Iya di sana. Jalan
aja terus ke sana. Situsnya di sana."
Warganya ramah-ramah
banget. Kami pun berjalan di jalan setapak di tepi sungai kecil. Nggak jauh
dari sana kelihatan area yang dipagari dengan bambu. Yey! Akhirnya tiba di
lokasi. Kami pun turun untuk melihat lebih dekat.
Kayak candi emang. Jadi
keinget situs Segaran di Mojokerto. Situs itu dulu katanya tempat pemandian
para raja di jaman dulu. Tapi, itu kolam renang utuh. Nah, di situs Nanasan itu
kayak apa ya pancuran gitu. Jadi, airnya mancur dari relief. Kayak di Candi
Tikus gitu lah.
Ada dua area yang
dipagari bambu. Tapi, aku nggak naik untuk ke area satunya. Jalannya licin.
Saat asik berkeliling, tiba-tiba terdengar alunan musik Jawa. Kami nyebutnya
uyon-uyon. Klop banget. Suasana yang hening dan tenang, ditambah alunan musik
uyon-uyon. Damai. Ayem tenan. Kalau udah gitu jadi kepikiran ngajak temen-temen
MAG ngumpul di sana. Duduk rileksasi bersama. Hehehe.
Video situ Patirtaan Ngawonggo #1
Aku kira udah dua itu
aja situsnya. Balik lagi ke jembatan tempat kami menyeberang. Pas nyampek di
seberang, disamperin sama mas-mas yang pakek baju hitam-hitam. Mungkin ini yang
namanya Sam Yasin.
Masnya nanya kami dari
mana.
Aku langsung jawab,
"Mas Yasin ya?"
"Iya." Jawab
masnya.
"Saya Ayu. Temennya
Mas Azka." Ujarku sambil mengulurkan tangan. Kami pun berjabat tangan.
"Tadi kata Mas Azka, aku disuruh nyari sampean kalau udah nyampek situs.
Tapi, pas aku nyampek sini masih sepi."
"Saya tadi masih
kerja bakti."
Pas masuk ke jalan itu,
emang sempet lihat masnya ada di antara warga yang bersih-bersih.
"Tadi juga disuruh
inbox sama Mas Azka. Udah aku inbox, tapi kayaknya sampean ndak aktif."
"Ini tadi ada
titipan dari Mas Azka." Sam Yasin memberikan tiga stiker titipan Sam Azka.
Sebelumnya Sam Azka
emang posting foto stiker itu. Aku iseng minta. Eh, ternyata beneran dikasih. Alhamdulillah.
Hadiah 8th anniversary nih
dari Sam Azka. Hehehe. Terima kasih stikernya.
Saat kami lagi ngobrol,
ibu-ibu yang tadi kami temui di sungai lewat. Pas mau nyebrang balik itu di
sungai ada nenek yang sebelumnya nyuci baju dan ibu yang sepertinya pulang dari
sawah. Ibunya nanya kami dari mana. Lalu ibunya berkata, "Terno a, Sin.
Mbak e cek eruh situs e."
Akhirnya di anterin
keliling sama Sam Yasin. Ternyata area situsnya luas, shi-gUi. Kalau nggak
ketemu Sam Yasin dan nggak di anterin keliling, mungkin aku dah balik sedari
kelar lihat dua situs yang sebelumnya kami kunjungi.
Jalannya seru. Lewat di
tengah-tengah hutan bambu. Di tengah jalan, nemu taneman unik. Aku pikir
taneman itu namanya uwi. Ternyata kata Sam Yasin itu taneman gadung.
Lanjut
jalan. Posisi kami di seberang sungai dari posisi kami sebelumnya. Ternyata di
sebelah kanan dua situs yang sebelumnya kami lihat, masih ada satu situs lagi.
Seperti tembok candi dengan relief gitu. Sambil lihat situsnya, sambil ngobrol
sama Sam Yasin. Mbak Siti Maimun sibuk jadi fotografer.
"Jadi, ini tuh
peninggalan kerajaan apa, Mas? Majapahit?" Setelah nyebut kata Majapahit,
aku nyengir. Menertawakan diriku sendiri. Malang mah Kerajaan Singhasari ya?
Kok Majapahit lho, kura!!!
(Kira-kira begini ya
obrolannya. Sam Yasin suaranya pelan dan lembut banget. Sedang telingaku rada
sowak. Jadi, kira-kira beginilah obrolannya)
"Masih diteliti,
Mbak. Jadi antara Kerajaan Singhasari, Kediri, dan Kanjuruhan. Ngawonggo itu
diambil dari nama desanya. Desa Ngawonggo." Sam Yasin menjelaskan.
Lalu, seingatku Sam
Yasin mengatakan kalau situs Patirtaan itu peninggalannya Mpu Sendok.
Lanjut jalan. Nyebrang
jembatan kayu lagi. Dan, sampailah ke dua situs lainnya. Yang pancuran airnya
lebih deras. Lebih luas. Ada tatanan batu menuju ke tengah kolam. Mungkin dulu
semacam jalan yang digunakan untuk menuju ke tengah kolam kali ya.
Kata Sam Yasin, sungai
kecil yang di atas tadi adalah bangunan peninggalan Belanda. Dan, kalau mau
berkunjung juga. Di daerah situ, deket situ juga ada pondasi peninggalan jaman
dulu.
Aku nanya apa setiap
hari ada saja pengunjung yang datang. Kata Sam Yasin ada. Rata-rata para
pecinta sejarah yang mengadakan penelitian.
Selesai tur, kami
istirahat sejenak di bangunan di dekat area parkir. Dari sana lah suara
uyon-uyon itu terdengar. Syahdu dan damai. Lalu kami pamit, karena sudah siang.
Video situs Patirtaan Ngawonggo #2
Sama kayak situs sejarah
lainnya, ada buku kas. Itu ngisi nggak papa. Nggak ngisi juga nggak papa. Ada
kisah begonya kurayui tentang buku kas ini. Ampun! Maafkan daku.
Video situs Patirtaan Ngawonggo #3
Jadi, gini. Setelah
pamitan itu aku langsung ngacir. Balik ke tempat Jagiya. Padahal Mbak Siti
Maimun udah ngingetin, apa nggak nanya soal isi buku kas. Tapi, aku bilang
nggak usah. Karena kayaknya nggak ada. Tapi nyampek di tempat Jagiya, aku
kepikiran. Kalau main ke situs purbakala gitu kan emang nggak ada tarif masuk.
Tapi, biasanya ada isi buku kas. Itu pun bebas. Mau isi boleh, nggak pun nggak
papa. Daripada kepikiran, aku pun balik turun. Nanya soal buku kas. Heuheuheu.
Buat yang berkunjung ke
situs, kalau bisa isi aja buku kasnya ya. Itu situs masih butuh banyak
pembangunannya lho. Termasuk fasilitas umum seperti toilet. Yang penting
iklhas. Kalau situsnya di bangun, kemudian terkenal dan banyak pengunjung. Kita
juga ikut bangga kan. Karena kita adalah Indonesia.
Terima kasih buat Sam Azka
atas stikernya. Juga bantuannya yang udah ngirim Sam Yasin buat nemenin kami,
memandu kami di situs. Semoga lain waktu bisa ketemu njenengan.
Terima kasih Sam Yasin.
Terima kasih udah mau nganterin kami keliling situs. Terima kasih udah mau
berbagi cerita. Maaf kalau ada tingkah laku kami yang kurang berkenan di hati.
Nyampek markas, ngumpul.
Nunjukin foto dan video. Beatto baru tahu kalau gadung itu termasuk pala pendem
alias buahnya kependem di dalam tanah. Dia kira buah gadung itu bergelantungan.
Ya ampon, Kak! Parah deh lu. Hahaha.
Kalau kata Tunjung,
tempatnya keren ilakes alias keren sekali. Dia nanya kenapa aku nggak mandi di
situs yang ada gentongnya. Lha emang boleh mandi di sana gitu? "Lek aku
tadi wes adus di situ, U!" Ujarnya. Diajakin gak mau. Salahe dewe, kan!
Well, demikian cerita
perjalanan ke situs purbakala Patirtaan Ngawonggo, Nanasan -Tajinan. Maaf jika
isinya kurang berkenan. Ini hanya diary perjalananku. Maaf jika ada salah kata
dalam tulisan ini.
Terima kasih buat yang
udah mampir dan baca. Semoga bermanfaat.
Tempurung kura-kura, 16
Oktober 2017.
. shytUrtle .
0 comments