¤ ROLLERCOASTER ¤

02:59

ROLLERCOASTER



.  Genre: 1-3/straight/comedy romance(?)
.  Author: shytUrtle
  .  Main cast:
-          all my lovely shigUi as Oh Yeon Ae
-          Sungkyu Infinite as Kim Sung Kyu
-          L Infinite as Kim Myung Soo
.  Other cast: Infinite: Hoya as Lee Ho Won, Wohyun as Nam Wo Hyun, Sungyeol as Lee Sung Yeol, Sungjong as Lee Sung Jong.
. Special Appearance: Amber Liu f(x), Key SHINee, Kim Sung Je Supernova, After School (Gahee, Raina, Nana, Lizzy, UEE) etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.


“Love is a rollercoaster.”



Hingar bingar music rock alternative itu memenuhi studio mini milik Woohyun –Nam Woo Hyun-. Vocal  Woohyun terdengar begitu kuat dan fasih menyanyikan lagu ‘It’s My Life’ yang dipopulerkan oleh band rock Bonjovi itu. Dibelakang Woohyun berdiri Dongwoo –Jang Dong Woo- sang bassist sekaligus rapper dan backing vocal, tak kalah semangat mengelus bass. Paling belakang duduk Amber –Amber Liu- semangat menabuh drum.  Selangkah didepan Amber sang gitaris dari band ‘Suri (Eagle)’ tak kalah antusias mengelus gitarnya, masih dengan wajah tertutup topi hoddie yang dikenakannya.

"Woo!!!" Dongwoo bertepuk tangan ketika latihan usai.

"Bagaimana?" tanya Woohyun berharap ketiga rekannya memberi komentar tentang kualitas vokalnya hari ini.

"Kita? Bagus!" jawab Amber singkat.

"Iya, untuk lagu ini saja, tapi tidak dengan lagu yang lain." bantah Dongwoo.

"Eh? Itu kau! Rap-mu payah!" olok Amber pada Dongwoo.

"Kau juga buruk! Tabuhan drum-mu sedikit melencong dari nada!" balas Dongwoo. Woohyun hanya bisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal melihat tingkah dua rekan band-nya yang jarang akur dalam kesehariannya ini. "Woohyun~aa, kau kenapa?" tanya Dongwoo kemudian ketika menyadari ekspresi kesal Woohyun.

Woohyun hanya tersenyum kecil menanggapinya. "Ya, kau mau kemana?" tanya Woohyun sa'at pandangannya tertuju pada sang gitaris.

"Kau mau pergi sekarang?" sambung Dongwoo ikut memandang ke arah yang sama seperti pandangan Woohyun, begitu juga Amber.

Yeon Ae -Oh Yeon Ae- sang gitaris hanya mengangguk kecil masih sibuk merapikan gitar akustiknya. Ia lalu membungkukkan badan dan segera beranjak dari hadapan ketiga rekannya.

"Ish! Dia itu! Selalu saja begitu! Lalu sebentar lagi, bodyguard-nya pasti akan datang menjemput dan kita akan terlihat seperti orang dungu yang tak tahu menahu tentang Yeon Ae," cerocos Dongwoo panjang lebar, "kapan gadis itu berubah?" tutupnya.

"Kau juga, kapan berubah?" Amber balik bertanya seraya menyangklet tas punggungnya. "Aku juga harus pergi! Bye all!" Amber pamit dan pergi.

"Tidak adakah wanita yang normal untuk kita?" Dongwoo menatap Woohyun yang segera mengangkat kedua bahunya.

"Annyeong..." tepat seperti perkiraan Dongwoo, selang 15 menit kemudian pemuda jangkung ini pun muncul. Sungyeol -Lee Sung Yeol- tersenyum manis, "Yeon Ae, apa dia masìh disini?"



# Infinite - Cover Girl #

Oh Yeon Ae, siapa yang tak mengenalnya? Putri tunggal seorang psikiater terkenal Oh Hyun Joo. Tidak, Hyunjoo bukan hanya seorang psikolog tapi juga seorang pebisnis sukses. Pria tampan ini kerap kali diundang untuk menjadi motivator dan pembicara, bukan hanya di Korea tapi juga di Jepang dan Cina. Baru-baru ini Hyunjoo diundang ke Australia dan Inggris, bahkan kini ia sedang berada di Amerika. Yeon Ae seorang yatim. Ibu Yeon Ae meninggal ketika melahirkannya. Hal ini tentu saja sempat membuat Yeon Ae merasa membenci dirinya sendiri, tapi beruntung ia memiliki Hyunjoo, sosok ayah yang bijaksana dan bersahaja. Yeon Ae tentu tak tega melihat sang ayah kesepian, ia pernah meminta Hyunjoo untuk menikah lagi. Namun pria tampan ini menolak. 'Bagaimana bisa aku mengkhianati cinta ibumu? Seorang wanita cantik yang telah memberikan hadiah terindah dalam hidup ayah, yaitu kau, Yeon Ae. Ibumu memang sudah meninggal dan tidak ada lagi didunia ini, tapi ibumu selalu hidup dalam hati ayah dan selalu hadir dalam mimpi-mimpi ayah. Tidak, ayah tidak kesepian karena ayah memiliki mu.' begitu kata Hyunjoo dan hal ini semakin membuat Yeon Ae merasa bangga memiliknya sebagai ayah. 'Akankah aku menemukan pria seperti ayah? Masih adakah pria seperti ayah yang Tuhan sisakan untukku?' pertanyaan itu selalu muncul disela do'a Yeon Ae.


Meski putri tunggal seorang pengusaha kaya raya dan memiliki rumah mewah, Yeon Ae jarang sekali berada dirumahnya. Ia sering menginap di base camp teater di kampusnya atau di apartemen sederhana milik Amber. Tak jarang ia juga menginap di studio mini milik Woohyun. 'Semua tempat yang berada diatas bumi dan dibawah langit adalah rumah Yeon Ae', begitu kata Yeon Ae. Sang Ayah tak keberatan dengan kebiasaan putri semata wayangnya itu. Hyunjoo membebaskan Yeon Ae melakukan apa saja yang ia mau dan inginkan. Hyunjoo percaya 100% pada putri satu-satunya Yeon Ae. Hyunjoo sadar, pasti belakangan ini Yeon Ae makin kesepian karena ia semakin sibuk diluar negeri. Yeon Ae tak terlalu mempermasalahkan hal itu meski terkadang tak mampu ia pungkiri jika ia juga merasa kesepian. Tapi Yeon Ae berusaha menjalani hidupnya layaknya air mengalir.
***


"Kau sudah lama disini?" tanya pemuda yang kini sudah berdiri dihadapan Yeon Ae. Yeon Ae menghentikan gerak tangannya yang sedari tadi asik menggenjreng gitar akustik kesayangannya. Yeon Ae mendongak dan tersenyum seraya melepas headphone yang bertengger dikepalanya dan menutup kedua telinganya.

"Huh! Sedikit terlambat, ma'af." ucap Sungkyu -Kim Sung Kyu- seraya duduk disamping Yeon Ae. Yeon Ae mengabaikan permintaan ma'af Sungkyu dan terlìhat sibuk mengacak isi tasnya membuat Sungkyu terfokus pada aktifitasnya itu.

Yeon Ae tersenyum manis lalu menyodorkan sebuah kotak bekal berwarna biru ditangannya pada Sungkyu. Sungkyu terlihat keheranan dan tak kunjung meraih kotak bekal itu. Yeon Ae menghela nafas lalu meletakkan kotak bekal dikursi taman, tepat diantara ia dan Sungkyu duduk.

'Aku sengaja membuatnya untuk Oppa, kalau sudah kenyang simpan saja buat besok, bisa kan?' Sungkyu tersenyum membaca sms dari Yeon Ae yang baru saja masuk dalam inbox ponselnya. "Gomawo!" bisik Sungkyu seraya mengelus lembut kepala Yeon Ae. Gadis itu pun tersenyum tulus dan mengganggukan kepala.

"Bagaimana hari ini? Latihanmu?" tanya Sungkyu sambil menggeser duduknya lebih dekat menghadap Yeon Ae.


Kim Sungkyu, sebulan ini Yeon Ae dekat dengannya. Pertama kali bertemu dengan Sungkyu, iya di kursi taman ini, tempat keduanya duduk. Malam itu, seperti biasa usai latihan Yeon Ae mampir untuk sekedar duduk sejenak di kursi taman favoritnya. Menurut cerita Sang Ayah, dulu Beliau bertemu dengan mendiang ibu Yeon Ae adalah dikursi taman ini. Yeon Ae tak mengharap kejadian yang sama akan ia alami, ia hanya terdiam, melamun membayangkan tentang pertemuan ayah dan mendiang ibunya disini, tapi lebih sering ia duduk sambil menggenjreng gitar akustik kesayangannya. Awalnya hanya iseng namun lama-lama Yeon Ae jadi kecanduan, sehari saja tak ke taman seolah ada yang kurang dalam hidupnya. Harusnya malam itu usai latihan Yeon Ae tak mampir ke taman, sudah terlalu larut. Tapi jika tak kesana bisa-bisa tidurnya malam ini tak nyenyak. Yeon Ae mengerutkan dahi dan mengerucutkan bibir merahnya ketika sampai ditempat favoritnya dan mendapati seseorang telah menduduki singgasana kesayangannya. Siapa orang itu? Bukankah selama ini jarang bahkan seperti tidak ada yang mau duduk di kursi yang letaknya dipinggiran taman ini? Tak mau menyerahkan tempat favoritnya begitu saja pada orang asing itu, Yeon Ae berjalan maju dan berhenti tepat dihadapan pemuda yang duduk membungkuk dan menutupi wajahnya itu. Yeon Ae menghentak-hentakan kakinya berharap pemuda itu menyadari kehadirannya, tapi nihil. Pemuda itu tetap tak bergeming atau sedikit merubah posisinya. Yeon Ae bersungut-sungut kesal dan langsung saja menggerakan tangan kanannya menepuk pundak pemuda itu. Mata Yeon Ae melebar ketika pemuda itu mengangkat wajah dan menatapnya. Terlihat jelas ekspresi kaget di wajah Yeon Ae.

Sungkyu sangat kaget, ketika tangan itu tiba-tiba mendarat di pundak kirinya. Betapa tidak, sa'at ia dengan khusyuknya menangis merutuki nasibnya yang sedang patah hati tiba-tiba saja ada seseorang menegurnya dengan menepuk pundaknya. Sungkyu terperanjat kaget, siapa malam-malam begini masih berkeliaran di taman? Hantu? Mungkin preman. Tidak, wajah Sungkyu kontan terasa panas ketika mengangkat kepala dan mendapati seorang gadis berwajah putih dengan bibir merah bak buah cherry sedang berdiri melotot kaget menatapnya. Jelas saja gadis itu menunjukkan ekspresi wajar itu, yang tidak wajar adalah Sungkyu yang balas menatapnya dengan mata basah dipenuhi air mata. Mungkin wajahnya sudah semerah tomat masak kini, tapi Sungkyu tak bisa menarik wajahnya yang terlanjur malu itu.

Bukannya pergi, Yeon Ae malah duduk di ujung kanan kursi taman. Kenapa seorang pemuda menangis sendirian dipojokan taman? Apa dia baru saja di rampok? Yeon Ae terus mengamati pemuda itu tanpa sungkan dan ia merasa iba juga melihat pemuda yang menurutnya 'malang' itu. Layaknya adegan dalam beberapa film atau cerita romantis, Yeon Ae pun sama mengambil tissu dari dalam tasnya. Iya, meskipun Yeon Ae tergolong gadis cuek dan cenderung tomboy, tapi ia masìh normal layaknya kebanyakan gadis yang tidak bisa pergi tanpa 'tissu' dalam tasnya. Ragu-ragu Yeon Ae menyodorkan tissu ditangan kanannya ke arah pemuda yang duduk disamping kirinya.

Sungkyu terperanjat untuk kedua kalinya. Ia sibuk mengusap sisa air mata diwajahnya tiba-tiba tangan itu terulur dengan membawa tissu. Sungkyu menatap gadis yang duduk disebelah kanan agak jauh darinya. Gadis itu tersenyum, senyum yang manis tanda benar-benar menawarkan tissu dengan tulus. Ragu-ragu Sungkyu menggerakan tangannya lalu meraih tissu dan mulai membersihkan wajahnya dari sisa air matanya.


Yeon Ae tersenyum lega. Ia kembali merogoh tasnya seolah mencari sesuatu. Dapat! Ia menemukan permen karet yang biasa ia makan lalu kembali menyodorkan tangan kanannya.
Sungkyu menghentikan aktifitasnya dan kembali menatap gadis yang kini tersenyum lebih lebar hingga deretan giginya yang putih dan rapi dapat terlihat jelas olehnya. Sungkyu menatap permen karet yang tertata diatas telapak tangan kanan gadis itu lalu kembali menatap gadis itu.
Yeon Ae mengangguk memberi isyarat agar pemuda itu mengambil permen karet ditangannya, beberapa atau semuanya pun tak apa. Yeon Ae kembali tersenyum ketika pemuda itu mengambil dua buah permen karet dari tangannya. Yeon Ae meletakan sisa permen karet ditangannya diatas kursi taman, lalu tanpa sungkan ia mulai mengambil gitar akustik yang tersimpan rapi dalam tasnya. Yeon Ae memasang headset kemudian mulai menggenjreng gitar kesayangannya.


Sungkyu memperhatikan gadis itu, siapa dia? Malaikat yang dikirim Tuhan kah? Tanya dibenaknya dan mulai larut menikmati alunan musik yang timbul dari genjrengan gitar gadis itu.
Dari pertemuan tak sengaja itulah pertemenan antara Sungkyu dan Yeon Ae dimulai. Malam itu Yeon Ae memainkan dua lagu dari gitarnya. Ia menatap langit sejenak lalu tersenyum sendiri kemudian mulai merapikan gitarnya. Sungkyu menduga gadis itu pasti bernasib sama dengannya karena lagu dan ekspresi wajah itu. Lalu apakah pertemuan ini hanya sekedar kebetulan?

"Tunggu!" tahan Sungkyu sa'at Yeon Ae berdiri dan berjalan selangkah. Sungkyu berdiri dihadapan Yeon Ae, "kamsahamnida," Sungkyu membungkukkan badan dihadapan Yeon Ae, "ma'af jika aku membuatmu tidak nyaman tapi tempat ini membuatku tenang, jadi bisakah kita berbagi?"

Harusnya Yeon Ae menjawab tidak bisa, tapi punya hak apa dia? Taman ini kan tempat umum? Yeon Ae tersenyum lalu mengangguk menyetujui permintaan Sungkyu.

Sungkyu tersenyum lega, ia senang gadis itu bersedia berbagi dengannya. "Kamsahamnida, jeongmal kamsahamnida," lagi-lagi Sungkyu membungkukkan badan dihadapan Yeon Ae, "aku Sungkyu, Kim Sungkyu," sambungnya, "senang bertemu dengan Nona dan sekali lagi terima kasih untuk semua."


Lagi-lagi Yeon Ae tersenyum dan mengangguk. Yeon Ae membungkuk sopan tanda pamit kemudian kembali berjalan pergi.
***



"Kenapa Ayah tetap memanasi mobil ini? Yeon Ae, maksudku Nona Besar tidak akan berangkat ke kampus dengan ini, dia akan lebih memilih bus kota," ocehan Sungyeol pagi ini sambil memperhatikan Paman Lee, ayah kandungnya yang terlihat sibuk memanasi mobil jaguar hitam milik Yeon Ae. "Punya mobil sebagus ini tapi jarang sekali memakainya," Sungyeol mengelus mobil itu dengan pandangan 'sayang', "ya! Tunggu aku!" ia segera berlari kecil menyusul langkah Yeon Ae.

Sejak muda Paman Lee, ayah kandung Sungyeol sudah mengabdikan hidupnya bekerja pada keluarga Oh. Sungyeol bisa kuliah karena kemurahan hati Hyunjoo dan karena Sungyeol lahir dua bulan lebih dulu dari Yeon Ae, Hyunjoo pun menganggap pemuda itu seperti anaknya sendiri, kakak laki-laki bagi Yeon Ae. Yah, seperti dalam cerita kebanyakan bukan? Sikap yang merasa bahwa ia adalah kakak laki-laki Yeon Ae terkadang membuat Sungyeol overprotected pada Yeon Ae. Inilah alasan kenapa Dongwoo selalu menyebutnya 'bodyguard'.

"Eh, kau!" meski tiap pagi melihat pemuda ini tapi Sungyeol tak pernah lupa mengucap kata ini setiap kali melihat pemuda ini didepan gerbang. Seperti biasa pula, pemuda ini tak akan menggubris Sungyeol dan hanya akan tersenyum menyambut Yeon Ae. Tentu saja Sungyeol tak pantas merasa iri pada Tuan Putri Yeon Ae yang memang pantas menerima perlakuan seperti itu dari siapa saja terlebih dari pemuda ini.

"Selamat pagi!" sapa Myungsoo -Kim Myungsoo- pada Yeon Ae, iya tatapannya lurus terfokus pada gadis itu meskipun jelas terlihat ada pemuda jangkung yang tak lain adalah Sungyeol disamping kiri Yeon Ae. Meskipun setiap hari mendapatkan perlakuan seperti itu, tetap saja Sungyeol merasa kesal. Kenapa ia tak terbiasa juga?

Kim Myung Soo, ia hanya pendatang dalam hidup Yeon Ae dan Sungyeol. Keluarga Kim pindah ke komplek ini ketika Myungsoo berumur 5 tahun dan itu pertama kalinya Myungsoo bertemu Yeon Ae juga Sungyeol kecil. Myungsoo, pemuda menyebalkan, menurut Sungyeol begitu, teramat menyebalkan. Kenapa? Myungsoo-Yeon Ae-Sungyeol bertetangga sejak Myungsoo berumur 5 tahun. Ketiganya tumbuh bersama sejak sa'at itu tapi sejak sa'at itu juga Myungsoo tak pernah menganggap Sungyeol ada. 'Dunia ini hanya milik Pangeran Myungsoo dan Putri Yeon Ae' selalu itu yang Myungsoo katakan jika Sungyeol melayangkan protes tentang keberadaan dirinya yang menyedihkan karena tak diakui oleh Myungsoo. Iya, Myungsoo adalah putra tunggal Keluarga Kim yang juga kaya raya. Sah saja jika ia menyebut dirinya sendiri 'pangeran' dan Yeon Ae adalah 'putri', tapi adilkah semua itu untuk Sungyeol yang berarti mendapat gelar 'pelayan' atau 'pengawal' mungkin. Tapi bagi Yeon Ae, Sungyeol tetaplah 'kakak laki-lakinya' tak peduli anggapan orang lain apa dan hal inilah yang menguatkan Sungyeol untuk tetap bertahan disamping Yeon Ae, ya diantara Yeon Ae dan pangeran menyebalkan Myungsoo.



# Infinite - Amazing #

Suasana kampus selalu saja seperti ini setiap harinya, ramai. Seluruh penghuninya seolah tak pernah kehabisan energi untuk membuat kegaduhan. Trio Myungsoo-Yeon Ae-Sungyeol berjalan beriringan memasuki areal kampus setelah 10 menit berjalan dari jalan utama tempat bus berhenti. Ketiganya, seperti dikomando, kompak menghentikan langkah dan menatap lapangan basket. Tampak Sungjeong -Lee Sung Jeong- yang duduk di tribun penonton segera melambai antusias pada ketiganya. Yeon Ae melempar pandangan ke arah lapangan basket. Ada Woohyun-Amber-Dongwoo sedang bertanding 3 on 3 melawan trio Minho-Minhyuk dan Howon. Yeon Ae mengerutkan keningnya ketika tatapannya tertuju pada Howon -Lee Ho Won- yang menyadari kehadirannya. Bukan tanpa alasan jika Yeon Ae menjadi kesal pada Howon. Howon akan menjadi super duper overacting tiap kali ada Yeon Ae, tak peduli dimana pun itu. Howon yang tak lain adalah teman Yeon Ae semasa TK memang menyukai Yeon Ae, tapi Yeon Ae sepertinya tak menyimpan rasa yang sama. Cinta bertepuk sebelah tangan yang tak membuat Howon patah arang. Kemana pun Yeon Ae pergi, Howon berusaha ada disana, ditempat yang sama dengan Yeon Ae. Ia tak peduli jika Yeon Ae mengabaikannya karena ia yakin suatu sa'at Yeon Ae pasti akan memperhatikan dan membalas cintanya meski ia sendiri tak tahu kapan hal itu akan terjadi. Menunggu keajaiban, begitu menurut Amber dan Dongwoo. Yeon Ae menggelengkan kepala melihat tingkah Howon kemudian kembali berjalan menuju kelas diikuti Myungsoo dan Sungyeol.

Seperti inilah posisi duduk Yeon Ae didalam kelas setiap harinya. Ia akan berada ditengah-tengah dikelilingi keempat penjaga mata angin. Tepat didepan Yeon Ae duduk si Macan Putih Dongwoo. Tepat dibelakang Yeon Ae duduk si Kura-kura hitam Sungyeol. Tepat disamping kanan Yeon Ae si Naga Biru Myungsoo dan tepat di samping kiri Yeon Ae, si Burung Merah Woohyun. Sungjeong si Ular Putih duduk di samping kanan Sungyeol mendampingi si Kura-kura Hitam. Lalu Amber Si Naga Emas duduk tepat di hadapan Woohyun mendampingi Dongwoo. Amber sangat benci pada Myungsoo, senada dengan Sungyeol, ia menolak jika harus duduk satu garis lurus dengan Myungsoo. Tidak ada ruang bagi Howon untuk bisa duduk lebih dekat pada Yeon Ae. Meski tak meminta perlindungan seperti ini, semua paham apa yang dibutuhkan Yeon Ae dan terciptalah susunan ini. Howon mau tidak mau harus puas duduk di kursi paling depan dekat pintu. Dari sini ia bisa sesekali menoleh untuk menatap wajah Yeon Ae dan hal ini tak jarang membuat Howon mendapat hadiah 'penghapus melayang' dari dosen pengajar. Oh, Howon yang malang. Padahal Yeon Ae yang selalu kau pandang lebih banyak menghabiskan waktunya untuk tidur didalam kelas daripada mengangkat kepala memperhatikan dosen pengajar.


Sore ini usai jam kuliah, semua peserta teater berkumpul di gedung teater. Gahee -Park Ga Hee- sang pembina teater sibuk berjalan pelan kekanan, balik kekiri, kekanan lagi, terus berulang-ulang sambil mengelus-elus dagunya sendiri. Setengah jam yang lalu ia memasuki gedung teater dengan wajah frustasi. Keributan terjadi dilapangan basket, semua panik ketika Sungjeong terjatuh sa'at iseng ikut main basket. Dari semuanya tentu saja Gahee yang paling pusing, kenapa? Sungjeong adalah aktor utama pria dalam pertunjukan kali ini dan karena kebodohannya, menurut Gahee begitu, Sungjeong membuat dirinya sendiri cidera. Cidera yang lumayan parah hingga membuat Sungjeong harus istirahat total, ini artinya Sungjeong tidak akan bisa menari dan ikut andil dalam pertunjukan kali ini. Bagaimana ini? Sungjeong adalah pemeran utama pria dan ulang tahun kampus sudah didepan mata, wajar jika Gahee jadi frustasi karena insiden ini. Gahee berpikir, memutar otak mencari pengganti Sungjeong untuk menjadi pemeran utama pria dari naskah drama yang ditulis oleh Sungyeol. Sungyeol? Gahee menghentikan langkahnya, ah tidak! Sungyeol bukan anak teater, Gahee juga tak pernah tahu kemampuan akting pemuda jangkung itu. Eh? Sungyeol bukan anak teater tapi bagaimana bisa ia menjadi penulis naskah drama untuk anak-anak teater? Itu hanya kebetulan saja, waktu itu Gahee membaca cerita unik ini dalam blog pribadi Sungyeol. Gahee tertarik dan tanpa berbelit-belit lagi langsung mengajak Sungyeol bekerja sama untuk menulis naskah drama dan serius akan mementaskannya pada ulang tahun kampus tahun ini. Gahee yakin akan sukses tapi Sungjeong, akankah ia mengacaukan harapan Gahee ini?

Yeon Ae, bola matanya bergerak mengikuti gerak tubuh Gahee, apa dia tidak pusing dibuatnya? Bisa-bisa Yeon Ae terhipnotis, tapi untung saja tidak. Ia duduk bersila dilantai panggung dengan headphone yang masih bertengger indah dikepalanya menutup kedua telinga Yeon Ae. Headphone murah berwarna putih dengan aksen tengkorak hitam yang tersambung pada mp4 disaku jaket Yeon Ae. Kenapa ia tetap memakai headphone seperti itu? Bukankah mp4 disakunya mati karena kehabisan baterai? Yeon Ae tetap saja bersikap seolah-olah ia benar mendengarkan musik, toh tidak ada yang tahu jika mp4 disakunya mati. Ekspresi Yeon Ae masam, ia menekuk wajah ayu-nya dan memanyunkan bibir merahnya. Yeon Ae adalah pemeran utama wanita dalam pertunjukan kali ini. Ini bukan pertama kalinya bagi Yeon Ae, kenapa ia murung? Ancaman! Ini gawat! Sungjeong sudah dipastikan mundur, artinya akan ada pria yang menggantikan Sungjeong. Yeon Ae paham sa'at ini Gahee serius memikirkan hal itu, mencari pria pengganti Sungjeong. Yeon Ae mulai mengedarkan pandangannya mengamati pria-pria dalam gedung teater yang mungkin saja dipilih Gahee untuk menggantikan Sungjeong. Semua terlihat sibuk sama sekali tak menghiraukan betapa pusingnya Gahee dan betapa galaunya Yeon Ae. Pertama, tatapan Yeon Ae tertuju pada Yoseob -Yang Yo Seob- yang terlihat sibuk menghafal gerak tarian dalam drama. Tahun lalu Yeon Ae beradu akting dengannya, apakah Gahee akan memilih pemuda ini lagi? Tidak mungkin sepertinya, karena waktu itu Gahee mengungkapkan jika ia kecewa pada kualitas akting Yoseob, jadi tidak mungkin jika kali ini Gahee kembali memilih Yoseob. Yeon Ae menggelengkan kepalanya dan beralìh pada kerumunan empat pemuda yang terlihat sibuk berdiskusi atau menghafal dialog atau mungkin ngobrol, entahlah Yeon Ae juga tak paham. Kuartet Lee, Lee Jinki (Onew), Lee Junho, Lee Jaejin dan Lee Jonghyun. Tidak mungkin Gahee memilih kuartet penggembira ini, melirik saja tidak mungkin apalagi memilih mereka, mustahil dan menunggu keajaiban jika itu terjadi. Mana mau Gahee mengambil resiko dengan memilih empat pemuda itu. Lagi-lagi Yeon Ae menggelengkan kepala. Siapa lagi yang mungkin masuk pertimbangan Gahee. Yeon Ae kembali mengedarkan pandangannya dan terhenti pada Howon. Howon, sepertinya dia kandidat kuat dan pasti masuk perhitungan Gahee. Yeon Ae mengerutkan kening mengamati Howon. Apa yang ia lakukan? Howon duduk dipojok panggung, tangannya terangkat ke udara. Howon tampak khusyuk berdo'a, entah memohon apa kepada Tuhan, tapi yang paling mungkin adalah memohon terpilih menjadi pengganti Sungjeong. Ini kesempatan besar baginya untuk bisa lebih dekat dengan Yeon Ae. Tidak, Yeon Ae berbisik dalam hatinya memohon pada Tuhan agar bukan Howon yang terpilih. Jika itu terjadi habislah Yeon Ae. Seketika itu Howon membuka mata dan mendapati Yeon Ae tengah lurus menatapnya. Howon langsung mengembangkan senyum terbaiknya menyapa Yeon Ae. Yeon Ae langsung menundukkan kepala lalu kembali membaca naskah di pangkuannya. Howon tetap saja sumringah merasa percaya diri jika Tuhan mendengar do'anya. Menurutnya hal itu telah terbukti karena Yeon Ae serius menatapnya beberapa menit yang lalu.

"Yah!" Gahee melakukan petik jari. Sepertinya ia telah mendapatkan petunjuk usai mondar-mandir tadi. "Myungsoo, kau Kim Myungsoo!" teriaknya lantang seraya menuding Myungsoo yang duduk disamping Yeon Ae.

Suasana jadi hening, waktu seolah terhenti sejenak dan semua mata digedung teater terfokus pada Kim Myungsoo. Myungsoo yang tadinya asik memainkan game diponselnya, kini sama seperti yang lain, beku. Bedanya jika yang lain beku menatapnya, Myungsoo beku menatap Gahee. Sepertinya hanya Yeon Ae yang tak terkena imbas sihir Gahee (?). Ia pun segera menyikut Myungsoo agar pemuda itu tersadar.

"Nn...nee? Nun...Nuna?" ucap Myungsoo terbata. Gahee terlihat amat sangat berbinar menatap Myungsoo membuat semua penasaran akan apa yang akan dikatakan Gahee selanjutnya.

Suasana gedung teater kembali gaduh karena semua mulai kembali latihan. Gahee berjalan keluar meninggalkan gedung teater dengan wajah sumringah dan senyum puas. Howon masih melongo, terpaku tak percaya pada pengumuman yang baru saja disampaikan Gahee. Myungsoo diam sesekali melirik Yeon Ae yang tampak biasa saja duduk disampingnya. Gadis ini benar-benar tanpa ekspresi tetap saja datar seperti itu.

"Nuna! Nuna!" Howon berlari mengejar langkah Gahee yang lumayan cepat. Gahee langsung pergi begitu saja usai mengumumkan jika Myungsoo adalah pengganti Sungjeong tanpa mau mendengar jawaban Myungsoo atau protes dari peserta lain. Gahee tak mau bertahan untuk itu semua, karena itu ia memilih buru-buru pergi.

"Ada apa lagi?" tanya Gahee dengan wajah antipati menyambut Howon yang sudah berdiri dihadapannya. Howon diam menatap Gahee seraya mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Gahee dengan setia menunggu tapi masih menunjukkan wajah antipati.

"Tidak, tidak ada." jawab Howon setelah nafasnya kembali normal. Mata Gahee membulat lebar tanda kesal dan Howon tersenyum meringis menanggapinya.

"Kau ini! Membuang waktu saja!" cerca Gahee seraya berkacak pinggang. "Cepat kembali dan latihan! Aku akan memastikan pada panitia bahwa kita baik-baik saja dan pertunjukkan pasti akan tetap ditampilkan!"

"Iya, iya Nuna! Ma'af telah menyita waktu Nuna." Howon membungkuk dihadapan Gahee. Wanita cantik itu pun menangguk dan kembali berjalan pergi. Howon menghela nafas panjang menatap punggung Gahee penuh sesal.


"Nuna, kenapa Myungsoo? Kenapa Myungsoo? Kenapa... kenapa bukan aku?" Howon sedikit berbisik menyebut kata 'aku'. Howon tidak hanya pandai menari tapi juga memiliki kemampuan akting bagus. Tapi jika Gahee memilihnya itu sama saja bunuh diri. Daripada kehilangan dua pemeran utama, Gahee mengambil jalan pintas dengan memilih Myungsoo. Myungsoo dan Yeon Ae adalah teman dekat, jadi Gahee merasa pilihannya tepat. Tapi bukankah ini pemaksaan?
***


# Infinite - Cover Girl #

Myungsoo, Yeon Ae dan tiga orang lainnya mendapat tugas piket membersihkan gedung teater. Usai latihan, kelimanya tetap tinggal dan membersihkan markas besar mereka ini. Yeon Ae tetap saja memakai headphone-nya meski jelas-jelas mp4 disakunya telah wafat. Ia terlihat seolah benar mendengarkan musik sambil mengepel lantai panggung. Terlihat nyaman sekali mengepel lantai dengan gaya seperti itu.

Myungsoo juga melakukan hal yang sama, mengepel lantai tapi tanpa headphone dikepalanya. Myungsoo mengepel lantai bawah tepat didepan panggung. Gerakannya lebih lambat dari Yeon Ae. Bukan karena malas, tapi sesekali ia berhenti mengepel lantai dan menatap Yeon Ae. Myungsoo melakukannya lagi dan lagi, usai menatap Yeon Ae, ia pasti tersenyum sendiri lalu menggelengkan kepala kemudian mulai mengepel lagi. Ia benar-benar berhenti memeluk gagang alat pel melihat Yeon Ae mengepel lantai sambil menggoyangkan badannya menghafal gerak tarian.

"Huh! Hampir saja!" Sungyeol menatap kesal Myungsoo yang hampir saja menabraknya ketika ia memasuki gedung teater.

Myungsoo tersenyum lebar, "Sungyeol, kau mencari Yeon Ae?" sapanya ramah.

Sungyeol menatap heran Myungsoo. 'Apa yang terjadi pada Pangeran Menyebalkan ini?' tanya dibenak Sungyeol.

Myungsoo meletakkan alat kebersihan yang dan kaleng yang ia bawa dikedua tangannya. Tiba-tiba saja Myungsoo memeluk erat Sungyeol, "Sungyeol~aa, gomawo!" bisiknya.

"Aaa...!!!" Sungyeol mendorong tubuh Myungsoo hingga pelukannya lepas. "Kau ini kenapa sih?! Apa kau kesurupan?!" Sungyeol bersungut-sungut mengebaskan tangan membersihkan bajunya dari 'sisa pelukan Myungsoo'. Tidak heran jika Sungyeol bersikap seperti itu, bukankah selama ini Myungsoo selalu menganggapnya tidak ada?

"Kau ini," Myungsoo masih tersenyum berbinar-binar seraya menepuk lengan Sungyeol, "memangnya aku kenapa?"

"Ish!" Sungyeol menarik tubuhnya agak menjauh. "Aku tidak tahu kau kenapa, mungkin saja kau kesurupan didalam sana!" Sungyeol mengarahkan pandangannya ke dalam gedung teater. "Tempat ini kan angker," tambah Sungyeol merasa ngeri, "hi!"

"Hahaha..." tawa Myungsoo pecah melihat Sungyeol. "Kau itu, lucu, lucu sekali! Yeon Ae sudah menghilang 10 menit yang lalu. Tunggu ya, kita pulang bersama, jangan kemana-mana! Tunggu aku disini, ok!" Myungsoo kembali memungut alat kebersihan dan kaleng yang tadi sempat ia letakan dan bergegas pergi.


"Dia itu kenapa?" tanya Sungyeol masih dengan wajah keheranan.
***


Sungkyu tersenyum melihat Yeon Ae duduk melamun memeluk gitar akustik kesayangannya. Sungkyu berjalan mendekat dan berhenti tepat dihadapan Yeon Ae, tapi gadis itu tetap tak bergeming tak menyadari kehadiran Sungkyu. Sungkyu tertawa kecil lalu membungkuk mendekatkan wajahnya menatap tatapan kosong Yeon Ae. Sungkyu tersenyum menggelengkan kepala karena Yeon Ae tak kunjung sadar dari lamunannya.

"Huft!" sengaja Sungkyu meniup wajah Yeon Ae. Yeon Ae tersentak, matanya melebar mendapati Sungkyu begitu dekat dihadapannya. Sungkyu tersenyum lebar melihat reaksi Yeon Ae. Wajah putih gadis cantik itu langsung bersemu merah dibuatnya.

"Kenapa tidak memainkannya?" gerak kepala Sungkyu menunjuk gitar dalam pelukan Yeon Ae. Yeon Ae menggerakkan tangan kanannya menepuk kursi taman mempersilahkan Sungkyu duduk. Pemuda itu pun menurut dan segera duduk disamping kanan Yeon Ae.  "Melamun, heran sekali melihat mu begini. Ini pertama kalinya aku melihat mu seperti itu. Apa tentang pertunjukan itu?" Sungkyu menoleh menatap Yeon Ae. Gadis itu terlihat cemberut dan mengetik sesuatu pada ponselnya.

'Oppa! Jangan membuatku makin kesal! Bukankah tadi aku sudah menjelaskan semuanya? Ini benar membebaniku :'-( Oppa...' Sungkyu tersenyum kecil membaca sms dari Yeon Ae.

"Ternyata gadis ini bisa juga merasa terbebani?" goda Sungkyu membuat Yeon Ae semakin cemberut. "Kekeke~ ma'af ma'af," Sungkyu terkekeh, lalu bagaimana?"

'Bagaimana?'

"Kau bilang hanya kau gadis yang bisa bermain gitar, eum ada tapi kau dinilai paling mahir, bukankah pilihannya tepat? Eum... menurutku memang ini jalan tengah terbaik, aku rasa pembina teater paham apa yang kau butuhkan. Atau kau punya kandidat lain? Kau bisa menyampaikannya bukan?"

Yeon Ae tampak berpikir sejenak. Wajah rekan-rekan lelaki Yeon Ae diteater muncul satu per satu dibenaknya dan ditutup oleh Howon. Yeon Ae segera menggeleng antusias mengusir gambaran wajah Howon dibenaknya.

"Kenapa? Tidak ada? Apa yang membuatmu merasa terbebani? Kau dekat dengan patnermu kini sejak kalian berumur 5 tahun, apa masalahnya? Aku yakin kau bisa membimbingnya dan membuat pertunjukan ini sukses, em? Yeon Ae~aa hwaiting!" Sungkyu mengangkat tangan membuat Yeon Ae tertawa geli. Sungkyu tersenyum lega melihat gadis dihadapannya kembali ceria.

"Oya, aku ingin mengembalikan ini," Sungkyu mengambil kotak bekal milik Yeon Ae dari dalam tasnya dan menyodorkannya. Tanpa sungkan Yeon Ae meraih kotak bekal itu.

'Ada isinya?'

Sungkyu tersenyum tersipu, "aku sengaja membuatnya untuk mu, ma'af jika nanti rasanya tidak enak," jelas Sungkyu malu-malu.

Yeon Ae tersenyum manis, 'kamsahamnida, Oppa,' ia menggerakan tangannya.

Sungkyu membalas senyum sambil manggut-manggut. "Oya, Yeon Ae, bolehkah aku meminta bantuan mu?"



Yeon Ae berjalan pelan sambil menenteng tas gitar ditangan kanannya. Ia terlihat memikirkan sesuatu hingga tak menyadari keberadaan Myungsoo yang menunggunya. Myungsoo berdiri didepan gerbang rumahnya sendiri yang terletak tepat disebelah kanan rumah Yeon Ae.

"Yeon Ae~aa" sapa Myungsoo menyadarkan Yeon Ae dari lamunan.

'Kau? Menungguku?' ucap Yeon Ae tanpa suara.

"Nee, apa aku mengganggu? Aku butuh bantuanmu," Myungsoo menunjukkan naskah ditangannya.

'Nee, kaja!' Yeon Ae memimpin Myungsoo masuk ke dalam rumahnya.

Sungyeol membawa minuman kaleng dan makanan ringan lalu menyusul Myungsoo dan Yeon Ae yang berlatih dilapangan basket indoor milik Yeon Ae. Sungyeol duduk dilantai memperhatikan Myungsoo dan Yeon Ae yang tengah sibuk berlatih.

"Apa menurut kalian mereka itu pasangan yang serasi? Aku... tidak, ya menurutku tidak. Yeon Ae adalah adikku, Ayah dan Ayah Angkat memposisikan kami seperti ini," Sungyeol mengoceh sendiri. Hey, Sungyeol! Apa kau juga menyukai gadis itu?

Sungyeol tersenyum manis, "Yeon Ae? Aku menyukainya lebih dari siapapun, oh bukan! Aku menyayanginya lebih dari siapapun, Yeon Ae, dia itu milikku." sedikit berbisik. Milikmu? Hey, kau ingin membuat cerita berubah? Tidak, itu tidak boleh!

"Dia milikku karena dia adikku, kau paham tidak?" Sungyeol mulai kesal. Ok, paham! Syukurlah jika begitu adanya.

Sungyeol manggut-manggut. "Aku penasaran bagaimana kelanjutannya..."

Kelanjutannya?






_______TBC_______



-shytUrtle-

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews