Review Novel Hyouka 1 - 4
01:08
Review Novel Hyouka 1 - 4
Akhirnya kemarin sore selesai membaca seri keempat dari novel Hyouka.
Sebelumnya saya tidak tertarik sama sekali dengan novel Jepang terjemahan atau J-Lit. Tapi, setelah membeli karya Akiyoshi Rikako sensei. Saya jadi ketagihan sama J-Lit. Hyouka adalah novel J-Lit kedua yang berhasil menarik perhatian dan minat saya.
Kepincut, saya pun beli Hyouka. Setelah membaca isinya, jadi jatuh hati dan terus mengikuti seri berikutnya. Penerbit Haru sudah menerbitkan hingga seri keempat. Kabarnya seri kelima akan segera terbit. Nggak sabar menunggu! Oya, Hyouka merupakan karya dari Yonezawa Honobu sensei.
1. Hyouka
Buku pertama berjudul Hyouka. Buku ini terbit di Indonesia pada tahun Desember 2017. Diterbitkan oleh Penerbit Haru. Kalau di Jepang sendiri, novelnya sudah terbit pada tahun 2001. Novel ini memiliki 244 halaman.
Kalau kita menyelidikinya, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak baik.
Pada buku pertama, tokoh-tokoh mulai dikenalkan. Tokoh utamanya adalah seorang pemuda hemat energi bernama Oreki Hotaro. Hotaro memiliki motto hidup, "Kalau tidak butuh dikerjakan, lebih baik tidak dikerjakan. Kalau harus dikerjakan, sebisanya saja."
Tokoh utama wanita adalah Chitanda Eru. Seorang gadis keturunan salah satu klan legendaris di kota Kamiyama. Hotaro sering menyebutnya Tuan Putri. Chitanda selalu memiliki rasa penasaran yang besar dan selalu menyeret Hotaro untuk terlibat.
Tokoh pria kedua ada Fukube Satoshi. Satoshi adalah sahabat Hotaro sejak SMP. Hotaro sering menyebut Satoshi sebagai ahli database. Pemuda ini gemar membawa tas serut kemanapun ia pergi.
Tokoh wanita kedua adalah Ibara Mayaka. Ibara adalah teman Hotaro sejak SD. Bahkan sampai SMP keduanya sekelas. Tapi, Hotaro merasa tidak akrab dengan Ibara. Sedang Ibara terlihat sudah sangat mengenal Hotaro.
Keempat tokoh di atas pada akhirnya bergabung ke dalam Klub Sastra Klasik. Hotaro masuk ke dalam klub karena surat wasiat dari sang kakak. Satoshi turut bergabung karena merasa hal itu akan seru. Ibara bergabung juga. Jadilah kuartet itu menjadi anggota Klub Sastra Klasik yang hampir dibubarkan.
Karena rasa penasaran Chitanda, Hotaro dibantu Satoshi dan Ibara akhirnya melakukan penyelidikan. Mereka pun kemudian berhasil menyelesaikan antologi yang menjadi tugas klub. Buku antologinya akan di jual di festival sekolah.
Jujur, dulu saya kira Hyouka hanya ada satu seri saja. Saya tertarik untuk membeli karena selalu mengikuti postingan Penerbit Haru yang mempromosikan novel Hyouka. Setelah membeli dan membaca, sama sekali tidak kecewa. Malah suka dan setelah tahu ada seri berikutnya, jadi antusias menunggu kelanjutkan kisah petualangan kuartet Klub Sastra Klasik.
Kisah dituturkan dengan menggunakan POV 1. Hotaro sebagai pencerita. Karenanya saat membaca merasa lebih dekat dengan Hotaro karena segala situasi diceritakan lewat sudut pandang Hotaro.
Hotaro sosok pendiam yang lebih sering menggunakan otak daripada fisiknya. Kadang dia nyebelin, tapi seringnya ngegemesin juga.
Penggambaran tentang tokoh lain; Chitanda, Satoshi, Ibara, dan tokoh lainnya juga detail. Hotaro menggambarkan sosok teman-temannya dengan detail.
Kisah detektif SMA ini benar-benar menarik. Langsung membuat saya jatuh hati. Kasus yang disuguhkan pun unik. Khas anak remaja dan nggak terlalu khayal. Yonezawa Honobu sensei keren!!! Teka-teki yang keren dan penuh kejutan di bagian akhir.
2. Credit Roll Of The Fool
Buku kedua dari seri Hyouka terbit pada April 2018. Sedang di Jepang pada tahun 2002. Buku kedua memiliki 260 halaman.
Seorang siswa terjebak dalam kamar tertutup bangunan terbengkalai, mati setelah tangannya terpotong. Namun, siapa yang membunuh? Bagaimana caranya?
Petualangan kuartet Klub Sastra Klasik belum berakhir. Buku kedua mengisahakan kelanjutan proses antologi Hyouka dan persiapan Festival Kanya di SMA Kamiyama.
Di buku kedua, lagi-lagi Hotaro harus melakukan penyelidikan karena Chitanda. Kasus kali ini diberi nama Kasus Maharani. Saya lupa yang memberi nama itu Hotaro apa Satoshi. Yang pasti kuartet Klub Sastra Klasik kembali melakukan penyelidikan atas permohonan bantuan oleh Chitanda.
Sekilas seolah kuartet Klub Sastra Klasik akan melakukan penyelidikan tentang kasus pembunuhan. Padahal bukan. Menarik, bukan?
3. The Kudryavka Sequence
Buku ketiga terbit Januari 2019 di Indonesia. Di Jepang pada tahun 2005. Buku ini berisi 392 halaman. Semakin tebal dari dua buku sebelumnya ya.
Saat semua orang kebingungan memikirkan cara untuk menjual habis antologi itu, sebuah kasus pencurian yang aneh pun terjadi di dalam kompleks sekolah.
Judulnya unik! Bahkan saya tidak tahu bagaimana pelafalannya. Hehehe. Selain berjudul unik, warna buku ketiga juga paling cerah. Kuning. Cocok dengan nuansa musim panas ya!
Isi dari buku ketiga pun disajikan dengan unik. Masih menggunakan POV 1, tapi cerita tidak hanya disajikan dari sudut pandang Hotaro sebagai pencerita. Tapi, Chitanda, Satoshi, dan Ibara turut menjadi pencerita. Saya paling suka dengan buku ketiga ini.
4. The Doll That Took A Detour
Buku keempat terbit pada Mei 2019. Yap! Sama-sama di tahun 2019. Kalau di Jepang terbit tahun 2007. Tebal buku 400 halaman. Semakin tebal ya.
Oreki Hotaro yang melakukan tipuan, Chitanda yang melakukan sebuah dosa besar, Klub Sastra Klasik yang pergi jalan-jalan ke pemandian air panas, tapi malah melihat hantu...
Buku keempat berisi kumpulan cerpen. Ada tujuh judul cerpen yang mengisi buku keempat ini. Judulnya juga unik-unik.
Selain membahas tentang kisah sehari-hari ala remaja SMA yang biasa, buku keempat juga menyajikan tentang kisah liburan kuartet Klub Sastra Klasik dan juga perkembangan hubungan Satoshi dan Ibara. Juga tentang festival budaya di desa Chitanda.
Saat liburan ke pemandian air panas, Hotaro sempat pingsan. Ibara dan Chitanda melihat hantu. Lalu, Hotaro yang hemat energi tiba-tiba mau membantu Chitanda dalam Festival Boneka Hina Hidup.
Sepertinya Hotaro mulai jatuh hati ama Chitanda. Atau dari awal dia emang suka tapi baru nyadar? Semakin menarik saja! Saya tidak sabar menunggu seri kelima. Heuheuheu.
Yang menentukan sebuah benih akan berbuah memang nasib, tapi itu tidak akan terjadi jika sebelumnya kita tidak menanam benih itu sendiri. —Chitanda Eru, hal 147.
Tidak peduli sebanyak apa manusia sangat berharap bisa menunda kedatangannya, Hari Pengadilan itu pun tiba. Waktu tidak mengenal kata berhenti, begitu juga dengan kalender. Jika kau menolak menerimanya, kau bisa memilih melarikan diri dengan kecepatan cahaya. Takkan ada seorang pun yang mencegah. —Oreki Hotaro, hal. 276.
Yang kukatakan saat ini adalah, aku ragu perasaan bahagia itu bisa berkembang menjadi sesuatu yang disebut cinta. —Oreki Hotaro, hal 286.
Terima kasih Penerbit Haru, karena selalu menerbitkan buku-buku terjemahan yang keren! Teruslah memanjakan kami.
Terima kasih toko langganan tercinta Toko TM Indo. Dari semua buku, hanya seri keempat yang nggak beli di Toko TM Indo karena waktu itu Haru membuka special offer hanya di akun Shopee Owl Book Store.
Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.
Tempurung kura-kura, 02 Agustus 2019.
- shytUrtle -
0 comments