Kejadian Aneh Di Toko - Ada Mr. Poci Di Toko!
20:48
Kejadian Aneh Di Toko - Ada Mr. Poci Di Toko!
Tunjung selalu mengatakan, penampakan yang masih sering membuatnya gap adalah Mr. Poci alias pocong.
Saya pribadi pernah melihat secara langsung penampakan Mr. Poci di markas lama. Mengerikan memang! Kulit coklat keriput kayak daging kehabisan cairan, mata merah menyala, terbungkus kain kafan lusuh.
Beberapa penghuni Sarang Clover pun pernah dipertemukan dengan sosok Mr. Poci. Selain saya sendiri, ada Jeff, Thata, dan Tunjung sendiri. Semua kisah pertemuan dengan Mr. Poci alias Pocong sudah kami bahas dan kami terbitkan menjadi buku berjudul AWAKE. Buku berisi kisah-kisah creepy yang dialami oleh seluruh penghuni Sarang Clover. Kisah-kisah creepy based on true story, berdasarkan kisah nyata yang benar-benar kami alami. Kalau minat baca, bisa beli bukunya di saya ya. Hehehe. Numpang promo ini mah!
Back to kisah yang mau saya ceritakan hari ini. Saya bekerja di toko sejak tahun... berapa ya... 2011? Kira-kira tahun segitu, atau bahkan sebelumnya. Dulu, sebelum bekerja di toko, saya sering dibuat heran sama curhatan Bulek yang kebetulan juga dagang.
Bulek yang dagang makanan mateng sering curhat dagangannya tetiba busuk saat dibawa ke tempat jualan. Padahal sebelumnya, di rumah masakan itu baik-baik aja. Pernah juga masakan yang masih panas, umep, tiba-tiba mengeluarkan belatung. Logikanya ulet atau belatung bakalan mati kan kena air mendidih? Nah, itu nggak. Malah hidup gembira, menari, meloncat-loncat di atas kuah mendidih. Alhasil, masakannya dibuang. Gagal dijual.
Ketika ibu saya terjun ke dunia dagang masakan matang, fenomena seperti tersebut di atas saya lihat dengan mata kepala saya sendiri. Kalau masakan keluar belatung belum pernah. Tapi, masakan tiba-tiba berbau busuk ketika dibawa ke warung pernah. Lalu, pernah juga ada lidi tajam di dalam bakwan jagung.
Fakta itu membuat saya tercengang. Ternyata, sihir semacam itu memang ada. Kalau selama ini saya hanya membaca artikel tentang hal seperti itu atau curhatan tentang hal seperti itu. Tapi, sekarang siaran langsung. Menyaksikan beberapa fenomena seperti yang pernah dikeluhkan oleh orang-orang yang berdagang.
Dagang apa pun itu, sependek pengamatan saya, keluhannya rata-rata sama. Kalau nggak uang ilang ya toko sepi atau sejenisnya. Sharing dengan sesama pedagang pun keluhannya hampir sama.
Percaya atau nggak, hal-hal semacam itu seringnya memang karena pengaruh 'sihir' yang sengaja dikirim untuk mengganggu kinerja usaha dagang.
Pada catatan sebelumnya saya pernah membahas tentang kejadian aneh di toko berupa ditemukannya rambut Genderuwo di toko. Ada juga bahasan tentang iler Buto Ijo.
Sebenarnya tidak hanya itu. Pernah juga kejadian ada yang sengaja 'ngompol' di warung. Beberapa waktu lalu juga kejadian sejenis ini sempat terulang lagi. Tapi, yang ngompol bukan anak kecil, melainkan Genderuwo.
Kalau di toko, pernah suatu siang saya menemukan gulungan rambut berwarna putih di pojokan depan toko. Merasa ada yang aneh, saya memungut rambut tersebut dan membawanya pada Tunjung. Kata Tunjung, itu 'rambut nenek'.
Tunjung meminta saya untuk membakar gulungan rambut berwarna putih tersebut. Berbeda dengan rambut Genderuwo yang tidak bisa terbakar kala itu, rambut nenek itu langsung habis terbakar.
Fungsinya apa sih? Seperti yang saya bahas sebelumnya, tergantung mau dipakek apa. Tapi, kalau sengaja dikirim, seperti pada umumnya jelas fungsinya untuk mengganggu kinerja tempat yang mendapat kiriman. Misal iler Buto Ijo, ketika kena makanan maka makanan bisa jadi basi.
Saya pernah membaca artikel yang menceritakan tentang sebuah warung yang mendadak sepi. Padahal sebelumnya warung itu berjalan stabil. Usut punya usut, ternyata ada yang sengaja 'memasang' Genderuwo di depan warung. Sehingga orang merasa enggan, bahkan takut untuk masuk ke dalam warung tersebut.
Uniknya, beberapa hari yang lalu, saya mengalaminya di toko. Tapi, di toko bukan Genderuwo yang nangkring tampan di depan toko. Melainkan Mr. Poci alias Pocong.
Kalau tidak salah ingat, kejadiannya Selasa pagi. Seperti biasa, setelah menyiapkan toko—bersih-bersih dan menata barang dagangan, saya berjemur di depan toko. Kebetulan berjemur pagi sering ditemani si Gembul Afra. Selasa pagi itu pun sama. Saya dan Afra berjemur di depan toko sembari menonton senam pagi murid-murid di TK depan toko.
Selesai melihat senam, saya hendak mengajak Afra masuk ke dalam toko. Lalu, ada Prime Eonni datang. Jadilah kami ngobrol di depan toko, melanjutkan berjemur. Hari itu memang sepi. Padahal biasanya kalau pagi ada saja yang jajan ke toko. Mungkin lagi bosen ama jajanan di toko, begitu pikir saya.
Afra yang merasa bosan dan mungkin udah mulai gerah juga karena kelamaan berjemur meminta permen. Seperti biasa, saya menggodanya untuk mengambil permen sendiri. Ketika hendak mendekati etalase permen, Afra mendadak berbalik dan meminta gendong sambil berkata, "Wedi! Wedi, Ma!" Ia ketakutan.
Saya pun menggendong Afra dan bertanya takut apa. "Wedi Pocong, Ma! Wedi, Pocong!" Jawab Afra sembari menyembunyikan wajahnya di leher saya. Mendengarnya, saya dan Prime Eonni auto diem dong. Saling melempar pandangan.
Prime Eonni minggir ke arah utara sambil berkata, "Aku merinding lho!" Ketika saya mengalihkan pandangan dari etalase permen ke Prime Eonni, saya melihat anak rambut di puncak kepala Prime Eonni bergerak naik.
Itu bukan lelucon! Prime Eonni benar-benar dibuat bergidik, merinding dengan celotehan Afra yang mengaku takut Pocong. Saya dan Prime Eonni pun antara percaya dan tidak. Pocong di pagi hari?? Yang bener aja!
Penasaran, saya pun segera menghubungi Tunjung dan menunjukkan seluruh sudut toko. Sambil menceritakan pengakuan Afra dan fenomena anak rambut di puncak kepala Prime Eonni yang bergerak naik.
"Oh! Iya tuh. Dia ada di sana. Lusuh banget itu kain kafannya. Serem banget pula tampangnya. Udah tua banget kayaknya. Jelas aja rambut Mbak Prime naik ke atas, orang dia berdiri deketan ama si Poci!"
Mendengar penjelasan Tunjung, Prime Eonni pun segera pamit dan meninggalkan toko. Menyisakan saya, sendirian.
"Aneh lho!" Ujar saya.
"Aneh kenapa?" Tanya Tunjung.
"Ini lho aku masih nyetel Ratib. Setting-nya mono. Jadi keulang-ulang. Nah, itu Poci kenapa betah di toko coba? Bukannya mereka bakalan kebakar kalau denger ayat-ayat suci?"
"Nah itu dia. Aku tadi juga heran. Kamu lagi nyetel Ratib kok dia betah berdiri di situ. Telinganya disumpel kapas kali!"
Saya diam sejenak. "Bukannya pocong tuh emang semua lubang ditutupi kapas ya?"
Saya dan Tunjung saling memandang, tapi nggak ada yang berucap. Suasana pun berubah hening.
Seharian pun sepi. Anyep. Nggak ada yang jajan ke toko. Duduk jagain toko, saya jadi mikir. Mungkin yang mau beli ke toko takut. Terutama anak-anak. Takut karena ada Pocong. Mungkin karena itu toko jadi sepi. Nggak ada yang jajan sama sekali.
Buru-buru saya menggelengkan kepala. Nggak lah. Bisa jadi lagi bosen sama jajanan di toko. Saya sendiri kalau lagi bosen makan di warung emak juga jajan di luar. Orang lain pasti gitu juga. Kalau bosen jajan di toko, jajan di tempat lain juga.
Tapi, saya penasaran! Akhirnya saya bertanya lagi pada Tunjung. Masa iya itu pengaruh Mr. Poci nangkring di depan toko?
"Pakek nanya ini kura!" Jawab Tunjung.
Saya hanya bisa nyengir.
"Bentar ya, U. Aku jek cuapek banget! Moso ndak ada mandek e lho! Kalau ndak toko, warung. Gitu terus ndek kamu itu."
Saya tercenung mendengarnya.
"Sabar ya."
"Iya. Sekarang saya kerja tuh lillahita'ala. Kerja karena ALLOH. Terserah kalau mau ada yang usilin, jahatin. Semua perbuatan ada itungannya, pun ada balasannya. Biarin Gusti ALLOH aja yang atur."
"Sip!"
Saya penasaran. Ketika ketemu Afra lagi, saya nanya ke dia. Apa bener yang dilihat dia itu pocong. Dia jawab, iya. Hmm... bayi kan emang masih bisa liat makhluk tak kasat mata.
Beberapa hari sebelum kejadian itu, Afra memang ikut saya menonton video Ki Prana Lewu yang ada prank penampakan Pocong di tengah-tengah video. Afra kaget dan takut, lalu bertanya apa itu momok uwo—hantu. Saya jawab, iya. Itu momok uwo namanya pocong. Rupanya wujud dan nama pocong terekam dengan baik dalam ingatan Afra.
Sore harinya Tunjung mengirim gambar pocong ke saya. "Coba kasih liat Afra. Tanya apa kayak gitu penampakan pocong di tokomu tadi."
Menuruti permintaan Tunjung, saya pun menunjukkan gambar pocong itu pada Afra. Kata Afra, iya kayak gitu.
Jadi, kira-kira seperti ini lah penampakan pocong yang ada di toko. Mata merah, kulit coklat kisut, dan kain kafan lusuh. Tentu saja lebih mengerikan dari gambar ini.
Prime Eonni pun mengirim pesan pada saya. Takut kalau Mr. Poci nya ngikut doi.
Saya jawab, "Nggak mungkin lah Eonni. Dia kan sengaja ditaruh di toko, jadi mau nggak mau ya bakal stay di toko sampai masa kontraknya habis. Beda kalau dia mampir atau dateng ke toko. Nah, kalau kayak gitu bisa jadi dia nempel dan ngikut Eonni kalau dia tertarik buat ikut Eonni."
"Oh, gitu. Syukurlah. Nah, masa kontrak? Emang ada?"
"Iya lah Eonni."
"Berapa lama?"
"Biasanya sih 40 hari. Sihir dan sejenisnya itu katanya berlaku hanya 40 hari saja. Nah, kalau tahan lama, itu katanya setelah 40 hari dikirim lagi."
"Ya ampun! Serem ya."
"Banget."
"Kayak gitu lho tujuannya apa ya? Ngirim-ngirim kan pasti keluar duit. Nggak sayang duitnya apa?"
"Kita mah mending buat beli bakso ya Eonni?"
"Iya. Mending buat jajan."
Dasar kita ini orang-orang demen jajan. Kekeke....
Nah, kalau fenomena duit ilang itu karena apa?
Umumnya sih tuyul ya. Penghuni Sarang Clover pernah lho diajak nangkep tuyul. Mau tau ceritanya? Tunggu ya! Siapa tahu di acc buat dipublikasi.
Mohon maaf jika ada salah kata. Sekian dan terima kasih.
Photo by: Google search.
Tempurung kura-kura, 08 Agustus 2019.
- shytUrtle -
0 comments