Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

08:29

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
   


. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
 
Land #30

                Bendera warna-warni yang diambil dari tujuh warna pelangi menghiasi tepian ja;an utama juga jalan kecil di seluruh wilayah Ambrosia. Sedang di langit-langit jalan kecil tampak pula bendera warna-warni berukuran kecil tergantung di udara dari sisi kiri dan sisi kanan jalan. Seluruh warga Ambrosia berpesta menyambut datangnya Festival Gardenia. Pesta rakyat yang dirayakan untuk menyambut datangnya musim semi yang penuh berkah. Festival Gardenia digelar pada bulan Mei dan merupakan pesta rakyat terbesar dan termegah di Wisteria Land. Festival yang keseluruhan ritualnya digelar selama satu bulan penuh dimulai pada tanggal 5 April sampai puncak acara pada tanggal 5 Mei.

Ritual dimulai dengan pembuatan bir anggur pada tanggal 5 April melalui sebuah upacara yang dipimpin oleh seorang Mudang (dukun) tertua. Seluruh Mudang Ambrosia turut andil dalam ritual tersebut. Bersama-sama dibawah pimpinan Mudang tertua pada Mudang Ambrosia menggelar upacara untuk memulai pembuatan bir anggur yang nantinya akan dijadikan persembahan bagi Dewa-Dewi yang dipercaya melindungi Ambrosia. Ritual berikutnya digelar pada tanggal 15 April. Upacara digelar di kuil  Laurel, kuil tertua di wilayah Ambrosia sebagai wujud penjemputan pada Dewa-Dewi yang turun dari langit ke bumi Ambrosia. Ritual ini juga ditujukan untuk mempersilahkan Dewa dan Dewi kayangan untuk singgah dan beristirahat di dalam kuil Laurel sampai puncak acara Festival Gardenia digelar.

Ketika sampai pada tujuh hari puncak perayaan Festival Gardenia, rumah-rumah akan dipenuhi hiasan bendera warna-warni dari tujuh warna pelangi dan juga replika bunga Wisteria berwarna pink, ungu dan putih. Selain replika bunga Wisteria, biasanya warga Ambrosia juga menggunakan replika bunga Plum untuk menghias rumah mereka. Warga Ambrosia akan membuka lebar pintu rumah mereka. Warga akan saling berkunjung satu sama lain. Warga Ambrosia yang telah tinggal di wilayah lain pun akan pulang kampung untuk turut memperingati Festival Gardenia di kampung halaman mereka. Sanak saudara dari wilayah lain pun banyak yang datang berkunjung. Sebagai pelengkap adat open house ini adalah dihidangkannya kue beras warna-warni sesuai warna pelangi juga masakan tradisional khas Ambrosia.

Karena Festival Gardenia dimasukan dalam agenda even besar tahunan Wisteria Land maka tak heran ketika Festival Gardenia dijadikan sebagai destinasi wisata bagi wisatawan domestik juga mancanegara. Hotel-hotel dipastikan penuh, baik itu hotel kecil ataupun hotel berbintang. Wilayah Ambrosia selalu menjadi destinasi wisata yang paling banyak diminati di akhir bulan April hingga awal Mei. Sesuai tujuannya yang digelar untuk menyambut berkah musim semi, Festival Gardenia benar-benar memberikan berkah bagi seluruh warga Ambrosia.

Istana pun mengeluarkan kebijakan bagi para warga Ambrosia. Saat memasuki tujuh hari puncak perayaan Festival Gardenia warga Ambrosia yang terlibat langsung dengan festival diizinkan cuti atau libur. Sedangkan tanggal 5 Mei ditetapkan sebagai hari libur nasional di Wisteria Land.
***

“Hotel mewah sampai penginapan kecil penuh. Daebak! Festival Gardenia benar-benar surga bagi warga Ambrosia. Aku masih menyesalkan keputusan pemerintah tiga tahun yang lalu, tanggal 5 Mei dihapus dari daftar hari libur nasional di Wisteria Land dan hanya ditetapkan sebagai hari libur warga Ambrosia. Padahal Festival Gardenia adalah festival tertua dari timur yang merupakan tonggak sejarah Wisteria Land. Hampir perang saudara kan kala itu?” Suri mengoceh di depan Hyuri dan Magi. “Tapi aku salut pada warga Ambrosia. Mereka tetap taat mempertahankan tonggak sejarah bahkan lebih memilih perang jika pemerintah bersikeras membuat banyak perubahan. Pantas jika kalian disebut sebagai puncak kekuatan Ambrosia.” Suri tersenyum manis.

“Tiga tahun yang lalu kita masih kelas satu SMP dan kau sudah mengikuti dunia politik hingga sedetail itu?” Hyuri keheranan menatap Suri.

“Aku sangat tertarik pada dunia politik dan aku selalu berkhayal untuk bisa merubah semua tindakan konyol itu demi memperbaiki politik Wisteria Land. Tahun ini korbannya adalah sekolah kita. Apa yang ada di benak mereka? Andai aku adalah Putri Ahreum, aku akan keluar secepatnya dan membenahi ini semua dengan kekuasaan sahku walau aku tahu itu tak mudah tapi aku yakin Putri Ahreum masih punya banyak dukungan. Atau seandainya aku sekaya kau Rosmary Magi, aku pasti akan menggunakan uangku untuk membela rakyat.”

“Ya! Kau yakin akan melakukan semua itu jika benar kau ada dari salah satu hayalanmu itu?” Hyuri dengan tatapan meragukan pernyataan Suri.

“Tentu saja.” Suri dengan yakin dan penuh percaya diri.

“Sayang semua kekayaan ini bukan milikku. Jujur posisiku di sini sama dengan kalian. Menumpang.” Sela Magi.

“Mwo??” mulut Suri membulat dengan ekspresi heran menatap Magi.

“Menumpang?? Bukankah kau Nona di kastil ini?” tanya Hyuri yang tak kalah heran dengan Suri menatap Magi.

“Membahas masalah politik itu benar-benar membuatku muak. Jadi tolong hentikan.” Magi tak memberikan jawaban pertanyaan Hyuri.

“Maafkan aku.” Sesal Suri. “Oya, Magi. Apa kalian tak menghias kastil ini?”

“Ya! Tanpa dihias kastil ini sudah indah di sana-sini. Tak perlu replika bunga Wisteria untuk menghias, bunga Wisteria asli tumbuh subur hampir di seluruh area kastil ini.” jawab Hyuri.

“Benar juga.” Suri membenarkan pendapat Hyuri.

“Lagi pula kalau dihias siapa yang akan melihat hiasan itu dan memberikan pujian? Tak akan ada yang berkunjung ke kastil ini bukan?” Magi ikut bicara. Magi mendesah pelan. “Tak dipungkiri kadang kami pun berharap bisa merasakan bagaimana hidup normal layaknya warga Ambrosia yang lain.” Ekspresi Magi berubah redup.

Suri kembali merasa bersalah. Hyuri turut menudingnya dengan tatapan mengadili itu. Suasana berubah hening.

“Hanbok kalian sudah siap.” Beberapa menit kemudian Sungjeong datang memecah kebisuan di gazebo di taman belakang kastil Asphodel itu.

Suri dan Hyuri kompak menatap heran pada Sungjeong. Sungjeong mendesah pelan, menghela napas menerima tatapan Hyuri dan Suri. “Masa kalian akan mengenakan satu Hanbok yang sama untuk mengikuti seluruh prosesi? Selama tiga hari akan mengenakan Hanbok yang sama? Ck! Gadis termiskin di Ambrosia pun tak separah kalian.” Sungjeong mendadak sewot. “Karena besok  kalian akan ikut karnaval bunga, maka kalian tak perlu mengenakan Hanbok untuk besok. Lekas ganti baju. Setengah jam lagi kita berangkat.” Perintah Sungjeong.

“Berangkat?? Kita akan pergi kemana??” tanya Suri.

“Tradisi bagi seluruh  wanita Ambrosia setiap tanggal 3 Mei adalah bersama-sama berkumpul di depan Balai Agung Ambrosia untuk mengikuti ritual mencuci rambut. Dahulu seluruh wanita Ambrosia melakukan ini, tapi belakangan didominasi anak-anak perempuan dan para gadis perawan saja. Jarangsekali wanita yang sudah menikah mengikuti ritual ini belakangan.” Terang Magi.

“Keramas massal??” celetuk Hyuri.

Magi menahan tawa mendengar celetukan dan melihat ekspresi Hyuri yang menunjukan wajah tanpa dosa itu. Sedang Sungjeong kembali kesal dibuatnya.

“Iya. Bahasa sederhananya ke-ra-mas mas-sal.” Sungjeong dengan ekpresi kesal menekankan pengejaan pada kata ‘keramas massal’.

“Itu ritual mencuci rambut dengan air Changpo kan?” sahut Suri dengan ekpresi berbinar. “Wah, sudah lama aku ingin mencobanya.”

“Air... Changpo??” lagi-lagi Hyuri meyeletuk lengkap dengan ekspresi tak pahamnya yang kembali sukses membuat Magi menahan tawa.

“Iya, air Changpo. Sejenis rerumputan yang bisa membuat rambut kita tampak berkilau. Selain melakukan ritual mencuci rambut dengan air Changpo, di sana nanti kita juga bisa mencoba permainan papan jungkitan (Tioban) dan ayunan (Qiuqian), dua permainan tradisional khas anak perempuan. Selain itu kita bisa juga menyaksikan pertandingan Ssireum (gulat khas Korea) atau mengikuti kompetisi panahan. Beberapa boleh pula mengikuti ritual menikah di bawah pohon Jujube.” Magi kembali memberikan penjelasan panjang agar Hyuri paham.

“Menikah di bawah pohon Jujube?? Kita yang menikah??” lagi-lagi Hyuri tak paham.

“Itu hanyalah istilah. Sebenarnya tujuan dari ritual menikah di bawah pohon Jujube itu adalah ritual memanjatkan do’a agar kita diberkahi kekayaan yang berlimpah dari hasil panen. Prosesinya adalah mengikat sebuah batu pada akar pohon Jujube. Kebanyakan para petani yang mengikuti ritual ini, tapi siapapun boleh bergabung.”

“Sebaiknya kalian lekas ganti baju daripada terus bertanya seperti itu. Di sana nanti kalian akan melihat semua yang disebutkan Nona tadi.” Sahut Sungjeong yang sudah lelah mendengar pertanyaan-pertanyaan Hyuri.

“Maafkan aku.” Hyuri menunduk sungkan.

“Kami akan bergegas.” Suri berdiri dan menarik tangan Hyuri. “Ayo!” bisiknya meminta Hyuri segera berdiri.

“Mari. Nona pun harus bersiap.” Ajak Sungjeong sopan pada Magi.

Magi tersenyum dan mengangguk lalu pergi bersama Sungjeong.
***

Suri dan Hyuri sudah siap dengan Hanbok mereka. Keduanya menunggu di ruang utama di lantai dasar, tepat di dekat tangga. Hyuri berdiri tenang menunggu. Rambut coklat kemerahan dengan panjang sebahu itu ia biarkan terurai begitu saja seperti kesehariannya. Sedang tubuh mungil Hyuri dibalut Hanbok perpaduan warna hijau dan ungu yang memberi kesan mewah dan elegan. Suri tampak sedikit gusar. Sesekali ia kembali mengamati Hanbok perpaduan warna kuning dan oranye yang ia kenakan. Rambut panjang Suri terkepang rapi membuat gadis itu semakin terlihat anggun.

Hyuri mengangkat kepala dan terpesona melihat Magi yang berjalan anggun menuruni tangga. Suri yang turut mendongak menatap tangga usai mengoreksi ulang Hanbok yang ia kenakan juga menunjukan ekspresi yang sama, terpesona. Magi terlihat sangat cantik dan anggun dalam balutan Hanbok pada bagian atas (Jeogori) berwarna putih dengan motif lukisan bunga berwarna merah dan daun kecil berwarna hitam serta bagian bawah (Chima) berwarna merah cerah. Rambut ikal coklart Magi digelung seluruhnya dipercantik dengan hiasan satu tusuk konde berwarna hitam.

“Seperti Hwang Ji Ni...” gumam Suri lirih.

“Dia... seperti seorang tuan putri.” Balas Hyuri yang juga berbicara lirih.

Nichkhun, Baro dan Myungsoo muncul bersamaan dan tersenyum penuh kekaguman menatap Magi berjalan menuruni tangga. Magi tersenyum manis saat sampai di ujung tangga terbawah.

“Apa aku terlihat seperti Gisaeng?” tanya Magi sembari mengembangkan Chima—bagian bawah Hanbok- dengan kedua tangannya.

“Ya! Lee Sungjeong yang terbaik. Kau seperti Tuan Putri yang sesungguhnya. Kalian setuju kan?” jawab Nichkhun.

“Benar! Magi terlihat seperti putri.” Sahut Hyuri setuju.

“Kalian siap pergi. Hati-hati ya.” Pesan Nichkhun.

“Sunbaenim... tak ikut?” tanya Suri.

“Kami para lelaki tinggal di rumah saja. Tak ada yang bisa aku lakukan di sana.”

“Andai digelar sampai malam, aku ingin mencoba bermain Ssireum.” Ungkap Baro yang ingin pergi namun tak mungkin baginya untuk pergi.

“Siapa yang mau tanding Ssireum denganmu walau malam hari? Melihatmu saja orang sudah takut.” Cerca Nichkhun.

“Hyung benar. Myungsoo, nanti kita bermain Ssireum sendiri di sini ya?” Baro merangkul Myungsoo.

“Nee.” Jawab Myungsoo sembari tersenyum kecil dan dengan tatapan tak beralih dari menatap Hyuri.

“Hyung benar tak ingin ikut? Yakin tak ingin melihat Victoria Nuna memakai Hanbok hari ini?”

“Aku...” Nichkhun berubah salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya dan wajahnya bersemu pink.

“Kalau berminat ikut, ikut saja.” Sungjeong keluar sembari membenahi Hanbok pink yang ia kenakan.

Kedua mata Hyuri terbelalak dan Suri ternganga melihat Sungjeong keluar dengan mengenakan Hanbok pink lengkap dengan riasan di wajahnya. Sungjeong benar-benar terlihat cantik dan anggun. Kemudian tatapan Hyuri dan Suri reflek menatap dada Sungjeong yang tumbuh dan berisi. Barulah Hyuri dan Suri menyadari kutukan yang dialami Sungjeong yaitu memiliki fisik layaknya perempuan walau ia laki-laki.

“Anggap saja kalian sedang bertemu Ranma ½ saat ini.” bisik Magi.

“Memangnya Sungjeong Sunbaenim berubah fisik menjadi perempuan jika tersiram air panas?” tanya Suri yang juga sedikit berbisik.

“Anee. Setiap harinya begitulah dia. Hanya saja dia selalu mengenakan baju longgar yang menutupi bentuk dadanya yang bertumbuh.”

“Kutukan yang mengerikan.” Bisik Hyuri.

“Nanti saat di sana panggil aku Onni.” Sungjeong menatap Hyuri lalu Suri yang segera mengangguk tanda paham. “Hyuri, tanggal 5 nanti aku tak ingin melihatmu seperti ini. Aku akan merawatmu sebelum pergi.”

“Nee.” Hyuri mengangguk paham.

“Aku heran pada gadis zaman sekarang. Kenapa mereka gemar pada model rambut menyerupai laki-laki?? Menghabiskan rambut panjang mereka.”

Hyuri merengut mendengar sindiran Sungjeong. “Saat itu benar-benar tak ada uang. Yang aku punya hanyalah rambut dan sebuah salon mau membelinya dengan harga mahal.” Terang Hyuri.

“Aigoo... miris sekali. Sudah jangan dibahas. Nichkun Hyung, sebaiknya kau ikut. Aku sedang malas mengemudi hari ini, kami memerlukan sopir. Kau bisa kan?”

“Aigo! Lee Sungjeong benar-benar seperti Nyonya Besar hari ini. Baiklah. Mari kita berangkat Nyonya Besar.” Nichkhun bersedia ikut.

Rombongan Magi pun berangkat menuju Balai Agung Ambrosia.
***

“Nona, sebaiknya Nona duduk di depan.” Saran Sungjeong ketika Magi akan memasuki mobil.

“Aku ingin duduk di belakang bersama Suri dan Hyuri.”

“Nona yakin? Duduklah di depan.”

Suri dan Hyuri diam namun memperhatikan obrolan Sungjeong dan Magi.

“Nee.” Jawab Magi.

“Nona...”

“Aku baik-baik saja. Jangan khawatir.”

Sungjeong menghela napas pelan. “Baiklah. Katakan saja jika Nona ingin bertukar tempat denganku.”

“Nee.” Magi pun masuk ke dalam mobil disusul Suri kemudian Hyuri. Ketiganya duduk berjajara di kursi belakang mobil sedan hitam mewah itu.

Nichkhun mengemudikan mobil, Sungjeong duduk di sampingnya di bangkun depan. Mobil pun melaju pelan menuju Balai Agung Ambrosia.

“Saat pesta lampion nanti, apakah aman bagi Baro untuk turut membantu?” Nichkhun memecah kebisuan di dalam mobil. “Karena malam itu akan aman bagi Myungsoo, tapi Baro... aku ragu.”

“Sebenarnya aku sudah menyiapkan kostum untuk mereka. Jubah yang akan menutup tubuh Baro dan Myungsoo dari atas ke bawah. Hyung paham kan? Aku ingin Myungsoo mencobanya untuk keluar di siang hari, tapi aku masih ragu apakah kostum itu mampu menahan serangan sinar matahari yang membuatnya tersiksa.” Jawab Sungjeong.

“Bagaimana menurutmu, Magi?” tanya Nichkhun yang kemudian menatap Magi dari kaca spion. Magi duduk di dekat jendela dan melamun menatap keluar jendela. Wajahnya terlihat pucat. Nichkhun mengerutkna dahi. Lalu memberi kode pada Sungjeong.

Sungjeong segera menoleh dan keningnya berkerut melihat wajah pucat Magi. “Nona. Nona baik-baik saja?”

“Magi...” Suri menggoyang lengan Magi.

“Nee??” Magi tersadar dari lamunannya dan kebingungan.

“Nona terlihat pucat, apa sebaiknya kita tukar tempat?”

“Aniya. Aku baik-baik saja.”

“Magi kenapa?? Wajahmu... pucat.” Suri ikut khawatir.

“Tak mengapa. Nona terkadang mabuk darat jika duduk di bangku tengah atau belakang.” Terang Sungjeong.

“Oh. Apa kau pusing? Sini biar aku pijat tanganmu.” Suri menawarkan jasa.

“Jangan khawatir. Aku baik-baik saja.” Magi tersenyum meyakinkan.
***

Rombongan Magi sampai di Balai Agung Ambrosia. Sangat ramai di area itu. Di depan Balai Agung Ambrosia ritual mencuci rambut dengan air Changpo akan digelar. Sedang permainan Ssireum, jungkitan, ayunan dan panahan dikumpulkan di lahan luas tepat di samping Balai Agung Ambrosia. Di plataran luas di depan Balai Agung Ambrosia telah di tata berjajar meja dan kursi dimana di atas terdapat ember keramik berukuran besar dimana di dalamnya telah berisi air Changpo.

Beberapa kursi telah terisi saat rombongan Magi mendekat. Magi dan Sungjeong berdiri di dekat pembatas area untuk keramas dan penonton. Keduanya melayangkan pandangan untuk mencari kursi kosong yang cukup untuk tiga orang. Victoria yang telah sampai terlebih dahulu melambai-lambaikan tangan dan Sungjeong melihatnya.

“Itu dia. Di sana. Victoria Onni sudah menyiapkan tempat untuk kita.” Kata Sungjeong yang kemudian memimpin Magi, Suri dan Hyuri berjalan menuju tempat Victoria.

“Annyeong haseyo.” Sapa Victoria.

“Aku akan membantu mencuci rambut Nona. Han Suri, Song Hyuri duduklah.” Perintah Sungjeong.

“Aku membantu Suri saja.” Tolak Hyuri. “Suri, Magi duduklah.”

“Kau yakin tak mau coba? Ini hanya ada setahun sekali.” Suri berharap Hyuri berubah pikiran. “Aku bisa mencuci rambutku sendiri.”

Magi duduk lebih dulu. “Kau yakin tak ingin mencoba Song Hyuri?” tanya Magi. Hyuri menggeleng pelan.

“Keras kepala!” olok Suri pada Hyuri sambil kemudian duduk. “Woa! Jadi ini air Changpo itu...” Suri melongok melihat isi ember keramik.

Sungjeong menggeleng pelan sementara Victoria tersenyum melihat Suri.

“Pasti mereka sudah sampai di sini. Tapi dimana mereka?” Seungho yang baru tiba bersama Jonghwan, Shin Ae, Sukjin dan L.Joe celingukan mengamati deretan gadis yang mulai duduk bersiap mengikuti ritual mencuci rambut dengan air Changpo. “Kalau tidak terjebak macet, kita pasti sampai secara bersamaan di sini.” Gerutu Seungho masih mencari-cari dimana keberadaan Magi dan yang lain.

“Suri tak menerima panggilanku.” Jonghwan menurunkan tangan kanannya yang memegang ponsel.

“Mungkin ponselnya tertinggal. Appa, aku juga mau ikut...” Shin Ae merengek menarik-narik lengan baju Sukjin seperti gadis kecil yang mengiba pada ayahnya.

Seungho melirik kesal pada Shin Ae yang tubuhnya dirasuki arwah Lizzy. Shin Ae hari ini begitu anggun dan cantik dalam balutan Hanbok perpaduan warna ungu muda dan hijau dengan rambut digelung seluruhnya. Namun walau Shin Ae terlihat anggun dan cantik, Seungho benar-benar kesal padanya sepanjang perjalanan hingga sampai ke Balai Agung Ambrosia. “Dasar arwah penasaran!” umpat Seungho lirih.

“Sunbaenim tak mencoba menghubungi Magi?” Jonghwan bertanya pada L.Joe yang terlihat tenang-tenang saja. Namun tatapan L.Joe berubah ketika Jonghwan bertanya demikian padanya. L.Joe menatap bingung pada Jonghwan. “Kenapa Sunbaenim menatapku seperti itu?” Jonghwan ikut bingung.

“Aku... aku...” L.Joe malu-malu, “Aku... tak punya nomer ponsel Magi.”

“Mwo??” mulut Jonghwan membulat mendengar pengakuan L.Joe. “Bagaimana bisa?? Sunbaenim tak memiliki nomer ponsel kekasih Sunbaenim sendiri?? Aigoo...”

L.Joe nyengir dan segera mengalihkan pandangan kembali menatap area untuk ritual mencuci rambut dengan air Changpo.

“Kalian menyebut nama Magi?” Nichkhun menghampiri L.Joe dan Jonghwan menyela obrolan mereka. Dua pemuda yang berdiri dekat di samping kanannya itu.

Jonghwan dan L.Joe sama-sama menoleh dan menatap pemuda tampan berpawakan tinggi besar yang menyela obrolan mereka. Keduanya hampir bersamaan mengangguk.

“Apa yang kalian maksud adalah Rosmary Magi?” tanya Nichkhun lagi.

Jonghwan langsung mengangguk antusias sementara L.Joe menyipitkan kedua matanya sambil mengamati Nichkhun dengan tatapan curiga. L.Joe mengamati Nichkhun dari atas ke bawah. Wajah tampan dan fisik sempurna dengan ekspresi berseri menyebut nama Magi. ‘Siapa pemuda ini?’ batin L.Joe.

“Kalian teman Magi?” Nichkhun menatap Jonghwwan lalu L.Joe.

Jonghwan kembali mengangguk. “Anda mengenalnya?” tanya Jonghwan yang juga penasaran pada sosok Nichkhun.

“Nee. Aku Nichkhun. Kakak Magi.”

L.Joe terbelalak mendengar pengakuan Nichkhun. ‘Dia... kakak Magi?’ batinnya tak percaya. L.Joe sedikit menunduk. Ia malu telah mencurigai pemuda yang tak lain adalah kakak Magi itu.

“Oh, Hyung kakak Magi?? Kebetulan sekali.” Jonghwan tersenyum senang lalu memanggil Seungho yang segera mendekat bersama Shin Ae dan Sukjin. “Sedari tadi kami mencari namun tak menemukan Magi.”

Nichkhun mengamati teman-teman Magi satu per satu. “Apa gadis ini Lizzy?” tanya Nichkhun mengamati Shin Ae dari atas ke bawah.

“Dia Jung Shin Ae, Lizzy meminjam tubuhnya.” Jawab Seungho dengan nada kesal. Ia tak terima Shin Ae disebut Lizzy.

“Siapapun itu. Magi dan yang lain ada di sana.” Nichkhun menuding keberadaan Magi. “Laki-laki tak boleh masuk area, batas ini hanya boleh dimasuki wanita, jadi lebih baik kau menyusul ke sana. Dia sudah menunggumu.”

Shin Ae antusias buru-buru melewati garis batas dan langsung berjalan cepat menuju Magi. Seungho menggeleng-gelengkan kepala melihatnya.


“Rosmary Magi!” seru Shin Ae sambil berjalan cepat dan terburu-buru mendekati Magi.

Magi segera bangkit dari duduknya menyambut kedatangan Shin Ae. “Kau kemari hari ini?” tanya Magi. Suri dan Hyuri menatapnya heran. “Dia ini Lizzy, bukan Jung Shin Ae Sunbaenim.” Terang Magi menjawab tatapan Suri dan Hyuri.

“Kau tahu ini aku??”

“Jung Shin Ae Sunbaenim tak akan berjalan seperti itu lalu berteriak memanggil namaku. Dia pribadi yang tenang.”

“Hehehe.”

“Dia arwah itu?” Sungjeong mengamati Shin Ae sari atas ke bawah.

“Arwah??” Victoria merasa salah dengar.

“Lupakan saja Onni.” Magi menepis kecurigaan Victoria.

“Aku ingin ikut mencuci rambut dengan air Changpo, tapi lihat... sudah penuh di sana-sini...” Shin Ae mengamati sekitarnya.

“Dia teman baik Nona juga?” tanya Victoria lagi.

Magi mendekati Victoria dan membisikan penjelasannya tentang Shin Ae dekat di telinga Victoria.

Victoria tersenyum lebar. “Kau bisa duduk di tempatku. Aku akan membantu mencuci rambutmu. Silahkan.” Victoria mempersilahkan Shin Ae untuk duduk.

“Benarkah?? Aku boleh mengambil tempat Sunbaenim??” Shin Ae melebarkan mata menatap Victoria.

“Nee. Aku bisa mengikutinya setiap tahun, tapi kau, mungkin hanya hari ini kesempatanmu. Duduklah.”

“Aa, kamsahamnida. Jongmal kamsahamnida.” Shin Ae membungkuk di depan Victoria lalu segera duduk.

“Kamsahamnida, Onni.” Bisik Magi seraya tersenyum manis pada Victoria.

Victoria tersenyum dan mengangguk.
***

Joongki tiba di Balai Agung Ambrosia bersama Kyuhyun, Ilwoo dan Geunsuk. Sejak kemarin keempatnya telah berada di Ambrosia dan menginap di sebuah penginapan kecil. Sesuai rencana Joongki dan ketiga pengawalnya datang ke Ambrosia dan menyamar menjadi rakyat biasa untuk turut menikmati Festival Gardenia.

Joongki mendekati pelataran di depan Balai Agung Ambrosia. Jika informasi yang diberikan Kyuhyun benar, hari ini Rosmary Magi pasti berada diantara gadis-gadis Ambrosia yang duduk berjajar bersiap mencuci rambut mereka dengan air Changpo. Joongki melayangkan pandangannya mencari keberadaan Magi. ‘Gadis Ambrosia cantik-cantik. Pendapat orang-orang itu ternyata benar adanya.’ Joongki yang bergumam dalam hati tersenyum sendiri menatap deretan gadis-gadis muda Ambrosia.

Kyuhyun, Ilwoo dan Geunsuk menemani di dekat Joongki. Mereka turut mengamati deretan gadis-gadis Ambrosia. Geunsuk mengerutkan dahi ketika menemukan Shin Ae berada diantara gadis-gadis Ambrosia. Ia terlihat bahagia duduk bersama Magi dan Suri. Geunsuk juga menemukan Hyuri di sana.’Dia ikut ritual ini? Dia kan bukan gadis Ambrosia. Ekspresinya bahagia sekali? Dan... gadis itu... Rosmary Magi kan?’ batin Geunsuk.

“Jung Shin Ae ada di sana?” celetuk Ilwoo yang juga menemukan Shin Ae. “Ya, Geunsuk! Itu Shin Ae kan?”

“Nee, Hyung.” Geunsuk membenarkan.

“Untuk apa dia di sini? Dan siapa gadis yang terlihat akrab dengannya itu?” Ilwoo mengamati Magi.

“Itu...” Geunsuk melirik Kyuhyun yang memberinya kode dengan gelengan pelan.

“Siapa Jung Shin Ae?” tanya Joongki yang terlanjur mendengar obrolan Ilwoo dan Geunsuk.

“Kelompokku Hyung. Itu dia di sana.” Ilwoo menuding keberadaan Shin Ae.

Joongki turut menatap ke arah yang ditunjukan Ilwoo. Ia tersenyum lebar karena menemukan Magi di sana. “Akhirnya...” gumam Joongku lirih.

“Nee??” Ilwoo tak paham.

Kyuhyun dan Geunsuk kompak menatap sesal pada Ilwoo.

Joongki tak mengalihkan pandangannya lagi. Ia tersenyum puas akhirnya menemukan Magi.
***

Ritual mencuci rambut dengan air Changpo pun dimulai. Victoria membantu Shin Ae, Sungjeong membantu Magi dan Hyuri membantu Suri. Banyak pemuda berkumpul di balik garis pembatas. Ritual mencuci rambut dengan air Changpo memiliki arti yang sama dengan para gadis Ambrosia keluar dari rumah dan dari persembunyian mereka. Itulah alasan kenapa para pemuda berkumpul. Even ini juga digunakan sebagai ajang mencari kekasih bagi para pemuda.

Sejak menemukan Magi, tatapan Joongki terus terfokus pada gadis itu. Senyum dan tatapan penuh kekaguman, ekspresi itu yang ditunjukan Joongki ketika menatap Magi. Joongki menatap setiap detail yang dilakukan Sungjeong pada Magi. Ketika Sungjeong melepas tusuk konde Magi dan membuat rambut coklat ikal Magi terurai sampai Sungjeong mulai mencuci rambut Magi dengan air Changpo, Joongki terus memperhatikannya.

L.Joe menurunkan kameranya setelah beberapa kali membidik dan mengabadikan pose Magi yang sedang mengikuti ritual mencuci rambut dengan air Changpo. L.Joe tersenyum puas dan kini diam memperhatikan Magi.

Jonghwan pun sama. Ia memperhatikan Suri dengan tatapan kagum. Sedang Seungho dan Sukjin sama-sama memperhatikan Shin Ae.

Ritual mencuci rambut dengan air Changpo selesai digelar. Orang-orang yang membantu mencuci rambut kini beralih mengeringkan rambut dengan handuk, lalu menyisirnya dan menggelungnya kemudian menghiasinya dengan akar Changpo.

“Hah... setelah ini kekacauan akan dimulai. Aku harap tak akan ada pria yang mendekati adikku.” Celetuk Nichkhun.

“Kekacauan? Mendekati?” tanya Jonghwan.

“Kau pikir untuk apa pemuda dan pria-pria berkumpul di sini? Tentu saja menentukan target. Yang mana gadis incaran mereka. Lalu setelah ritual selesai, para pemuda akan mendekati gadis-gadis incaran mereka. Garis batas ini akan dilanggar.” Terang Nichkhun.

“Mwo?? Andwae! Han Suri milikku!” Jonghwan berubah siaga.

Nichkhun tersenyum menatap Magi.

L.Joe yang juga mendengar penjelasan Nichkhun turut siaga seperti Jonghwan.
***

-------TBC--------

Keep on Fighting
                shytUrtle


Visualisasi Hanbok Magi


Visualisasi Hanbok Suri


Visualisasi Hanbok Hyuri

Visualisasi Hanbok Shin Ae

  

kamsahamnida

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews