Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
06:42
Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
Land #29
Baro dan Myungsoo tak berkedip
menatap Suri dan Hyuri. Suri dalam balutan Hanbok hijau dan putih sedang Hyuri
dalam balutan Hanbok kuning dan ungu. Magi tersenyum menatap Baro lalu
Myungsoo.
“Sunbaenim,
ini pasti mahal sekali.” tanya Suri sembari mengembangkan Chima—bagian bawah
Hanbok.
“Di
sini kami tak terbiasa menunggunakan barang dengan kualitas nomer dua.” Respon
Sungjeong terdengar ketus. “Dalam merancangnya aku menyesuaikan dengan karakter
kalian dan itu berdasarkan yang aku dengar dari Nona dan penilaianku sendiri.
Hijau dan ungu adalah warna favorit kalian, kan?”
“Sunbaenim
ini benar-benar desainer handal. Aku suka karya Anda.” Puji Suri.
Sungjeong
tersenyum kecil. “Sekarang kita rapikan. Hanbok itu aku rancang khusus untuk
Festival Gardenia.”
“Oya,
tentang layang-layang, kami sudah membuatnya untuk kalian. Aku dan Myungsoo
membuatnya.” Sela Baro.
“Layang-layang?”
tanya Suri dengan ekspresi tak paham menatap Baro.
“Di
hari kedua perayaan Festival Gardenia digelar Festival Layang-layang yang bebas
diikuti siapa saja. Ribuan layang-layang akan diterbangkan memenuhi langit.
Malam harinya digelar Festival Lampion yang juga diisi dengan pertunjukan seni
tradisional. Ini adalah bentuk penyambutan berkah dari langit. Sebagai wujud
penghormatan pada Dewi Bulan.” Terang Magi.
“Wah,
seru sekali. Aku jadi tak sabar, tapi gugup juga.” Suri meletakan telapak
tangan kanannya di dada.
“Jujur
aku juga gugup. Ini pertama kalinya bagiku andil langsung dalam Festival
Gardenia.” Magi juga mengaku gugup.
“Pertama
kalinya?” Hyuri akhirnya bersuara.
“Selama
ini Nona hanya jadi penonton saja. Setelah mengenal kalian, barulah Nona berani
maju untuk mewujudkan idenya ini.” jawab Sungjeong.
“Woa...
karena pertama kalinya bagi kita semua, ini pasti akan jadi sangat menarik.”
Suri tersenyum pada Magi.
“Lalu...
layang-layang itu, jika kalian tak pergi, kami memainkannya bersama siapa?”
tanya Hyuri. “Kami pasti tak bisa memainkannya sendiri.”
“Bukankah
ada Clovis?” Sahut Nichkhun. “Kalian bisa bermain layang-layang dengan mereka.
Lagipula kalo Myungsoo dan Baro memaksa pergi, itu sama saja bunuh diri.”
Magi
dan Sungjeong menatap Hyuri yang cemberut, lalu Suri yang datar saja, dan Baro
juga Myungsoo yang terlihat kecewa.
“Cukup.
Kita istirahat sekarang. Ayo.” Magi bangkit dari duduknya dan memulai untuk
pergi. Semua pun bubar menuruti permintaan Magi.
***
Magi
tersenyum lebar melihat tanaman perdu di taman belakang sekolah yang kala itu
patah dan ia sambung kembali kini berbunga turut menyambut datangnya musim semi
tahun ini. Magi berbicara pada tanaman perdu berbunga warna ungu itu. Ia
berterima kasih untuk kegigihan bunga itu hingga akhirnya ia pulih kembali dan
mampu bertahan hingga musim semi tiba.
“Rupanya
kau berhasil menyelamatkan satu nyawa lagi.” Pria dengan kostum serba hitam itu
menghampiri Magi. Pria dengan postur tubuh tinggi besar dan terbalut kostum
serba hitam lengkap dengan topi agak lebar berwarna hitam yang menutupi
kepalanya.
Magi
sedikit tersentak karena terkejut. “Ajushi...” Magi berdiri dari posisi
jongkok. “Mengejutkan saja.” Sedikit kesal ia dibuatnya.
“Ah,
mianhada.” Pria itu sedikit membungkukan badan. “Aku tukang kebun di sekolah
ini. Terima kasih Nona telah melengkapi kelalaianku.”
“Aku
juga melihat Ajushi di taman bermain tempo hari. Apa Ajushi ini tukang kebun
keliling?”
“Mwo??
Ah... hahaha... dimana ada taman dan bunga-bunga, aku pasti di sana.”
Magi
tersenyum.
Choi
Jinhyuk pun membalas senyum.
“Andai
semua orang seperti Ajushi yang sangat mencintai tanaman dan bunga.”
“Andai
semua orang seperti Nona yang begitu peduli pada kehidupan. Tapi... jika
demikian, maka betapa membosankannya dunia ini.”
“Iya,
benar sekali.” lagi-lagi Magi tersenyum.
“Oya,
penjaga gerbang itu, Ji Sukjin mengatakan jika Nona membutuhkan bantuanku. Apa
yang bisa aku lakukan untuk Nona?”
“Oh
itu, iya aku butuh bantuan Ajushi. Kami ingin membuat pesta lampion di sini.
Apa bisa? Di hari kedua Festival Gardenia dan ini rahassia.”
“Wah,
pasti akan menyenangkan. Tapi... kenapa Nona ingin mengadakannya di sini? Tapi
Nona, aku tak punya kuasa, bagaimana jika pihak sekolah tahu dan nantinya Nona
akan mendapatkan masalah baru?”
“Itu
juga yang aku pikirkan.” Magi mendesah pelan. Magi tahu jika mengajukan surat
permohonan, belum tentu juga Son Hyunjoo akan mengabulkan permintaannya.
“Bahkan Lee Junki Sonsaengnim pun tak bersedia membantu karena alasan yang
sama.” Imbuhnya dengan ekspresi putus asa. “Ini demi Lizzy,” Magi menatap
danau, “Gadis yang mati tenggelam di danau itu.”
Jinhyuk
turut menatap danau namun tetap bungkam.
***
Saat
para murid asyik menikmati makan siang bersama, suasana kantin yang tadinya
tenang dibuat heboh oleh pengumuman yang memanggil nama Magi yang meminta gadis
itu untuk pergi ke kantor Tata Tertib untuk menemui Park Shi Hoo. Hyuri,
Seungho, Jonghwan, Suri dan Sungrin kompak menatap Magi.
“Ya!
Kau buat masalah lagi?” tanya Seungho.
“Anee.”
Magi menggelengkan kepala.
“Lalu
pengumuman itu?” sambung Suri. “Ada apa sebenarnya?”
“Aku
pun tak tahu.” Magi pun bingung.
“Hari
ini Yang Mulia Tuan Putri dinyatakan mundur dari sekolah. Beliau akan
melanjutkan pendidikannya di sekolah kerajaan karena kondisi politik semakin
bergejolak dan itu membuat pihak istana khawatir akan keselamatan Tuan Putri.
Dengan adanya panggilan mendadak ini, tak menutup kemungkinan Magi dituduh
sebagai kambing hitam atas keputusan mundurnya Tuan Putri.” Sungrin
mengutarakan analisisnya.
“Kau
teliti juga.” Respon Suri. “Ini fatal akibatnya jika itu benar terjadi.”
“Tapi
bukankah sudah jelas alasan kemunduran Tuan Putri adalah karena kondisi politik
yang tak stabil dan alasan keamanan, kenapa Magi malah dicurigai?” sela Hyuri.
“Jika
semua orang bisa memahami itu maka kita aman. Sayangnya pemikiran orang itu tak
sama dan kebanyakan picik.” Jawab Jonghwan.
“Oya,
Park Sungrin, apakah panti asuhan Periwinkle juga mendapat surat pemberitahuan
dari pihak istana?” tanya Seungho.
“Surat
pemberitahuan?” Sungrin menatap tak paham pada Seungho.
“Kau
kan termasuk pengurus panti, harusnya kau tahu kan jika ada surat pemberitahuan
dari istana? Atau kalian belum dengar tentang ini? Rumor mulai beredar di
masyarakat jika pihak istana akan memberikan surat pemberitahuan untuk izin
melakukan penggeledahan di setiap panti asuhan. Tujuannya untuk melacak keberadaan
Putri Ahreum.”
“Dia
lagi??” pekik Magi yang segera mendapat tatapan tajam dari Hyuri dan Suri.
“Aku
belum mendengar tentang itu.” Jawab Sungrin pada Seungho.
“Mereka
mengatakan fenomena pelangi yang mengelilingi matahari kala itu adalah
merupakan pertanda kembalinya Putri Ahreum.” Imbuh Seungho.
Sungrin
paham sekarang kenapa malam itu Kyuhyun tampak khawatir. Sungrin tersenyum
kecil mengingatnya.
“Setelah
siswi SMA Maehwa sekarang panti asuhan, selanjutnya apalagi?” komentar
Jonghwan.
“Ya!
Rosmary Magi!” Hyungbum menyela. Ia berjalan mendekati meja dimana Magi dan
kawan-kawannya berkumpul. “Apa kau tak dengar akan pengumuman yang memanggil
namamu?! Aish! Dari awal kau ini berlagak seperti putri! Bahkan hari ini aku
harus menjemputmu ke kantin. Jika bukan karena permintaan Park Shi Hoo, aku tak
akan melakukan ini.” Hyungbum mengomel di depan Magi. “Kau benar-benar
membuatku kelelahan karena harus berputar-putar untuk mencarimu. Ayo ikut aku
dan berhenti berlagak bak seorang putri yang penting!”
“Aku
memang seorang putri yang penting.” Magi seraya bangkit dari duduknya.
“Mwo?!!”
Hyungbum melotot menatap Magi.
“Jeosonghamnida.”
Magi membungkuk di depan Hyungbum. “Mari kita pergi.” Ajaknya lengkap dengan
senyum lebar dan manis membuat Hyungbum menatapnya bingung dan teman-temannya
menggelengkan kepala pelan.
“Hah!
Ayo!” Hyungbum berjalan memimpin.
“Aku
pergi!” Magi berbisik pamit kepada teman-temannya.
“Semoga
tak terjadi suatu hal yang buruk.” Suri menyatukan kedua tangannya dan menatap
iba pada Magi yang berjalan meninggalkannya.
“Amin.”
Seungho mengamini.
***
Sungkyu,
Joonghoon, Geunsuk dan Hyerin berkumpul di atap gedung sekolah. Bagi mereka
inilah tempat paling aman untuk bertemu jika ingin membicarakan satu hal
penting di sekolah.
“Jadi
benar ada hubungannya dengan kunjungan Ratu Maesil? Aku pikir Tuan Putri
mengalami intimidasi lagi hingga harus mundur dari sekolah ini. Tapi... untuk
apa Rosmary Magi dipanggil ke kantor Tata Tertib?” Joonghoon kembali menatap
Geunsuk.
“Entahlah.
Aku pun tak tahu.” Geunsuk menggelengkan kepala.
“Dampak
ini mau tak mau akan menimpa sekolah kita juga.” Gantian Sungkyu bicara.
“Sejauh
ini aku tak mendengar mereka menyinggung sekolah kita.” Jawb Geunsuk.
“Justeru
aku lega Tuan Putri mundur. Kita bisa lebih tenang kini.” Hyerin menatap satu
per satu rekannya. “Kalian juga kan?”
“Misi
pencarian Putri Ahreum belum berakhir dan kini Ratu Maesil terang-terangan
menantang Yang Mulia Raja, ini semakin tak mudah bagi kita.” Geunsuk menatap
Hyerin.
“Kau
benar. Lalu apakah ada perintah baru dari istana?”
“Belum.
Sebaiknya tetap waspada satu sama lain.”
“Aku
berpikir sebaiknya aku tak terlibat.” Sela Sungkyu membuat Geunsuk, Joonghoon
dan Hyerin menatap heran padanya. Sungkyu menjadi risih dibuatnya.
“Hah...
apa pun keputusan kalian, itu hak
kalian. Tak ada paksaan dan terlebih membela kebenaran itu menyakitkan.”
Geunsuk kemudian berjalan maju dan berhenti tepat di depan tembok pembatas yang
tingginya setara dengan dadanya itu. “Masa depan negeri ini, kitalah yang
bertanggungjawab.”
Hyerin, Joonghoon dan Sungkyu
terdiam menatap punggung Geunsuk.
***
Magi terbelalak membaca
lembaran kertas putih di tangannya. “Sonsaengnim. Ini...” Magi mengangkat
kepala menatap Park Shihoo.
Park Shihoo tersenyum dan
mengangguk. “Nee. Itu surat izin untukmu membuat pesta lampion di sekolah.”
“Bahkan Bapak Kepala Sekolah
juga tanda tangan di sini...” Magi kembali melihat kertas di tangannya. “Sonsaengnim,
kenapa Anda membantuku?” Magi menatap heran pada Shihoo.
Shihoo tersenyum kecil. “Anggap
saja ini permintaan maaf daariku.”
“Permintaan maaf atas?? Tak
mungkin semudah ini Sonsaengnim menjadi berpihak padaku. Apa ada yang
Sonsaengnim inginkan dariku? Pasti aku harus membayar sesuatu pada Anda untuk
ini semua.”
“Hagh! Apa aku terlihat begitu
mengerikan dan kejam seperti itu?”
“Di dunia ini satu banding
seribu orang yang benar-benar baik dan tulus menolong tanpa pamrih. Bukannya
aku mencurigai Anda begini atau begitu, tapi aku benar-benar mencurigai Anda.
Maaf...”
Shihoo tertawa geli
mendengarnya. “Kejelianmu ini...” Shihoo menggeleng pelan. “Tentu saja ada yang
aku inginkan, tapi tak sekarang. Karena kau butuh, aku yakin kau tak akan
menolak bantuanku ini. Kepala Sekolah setuju karena aku membujuknya bahwa
usahamu ini akan mampu mengusir arwah penasaran itu. Perlu kau tahu, aku
menjadi tertarik padamu setelah peristiwa di ruang olah raga kala itu. Papan
panahan, kau ingat kan?”
Magi tetap tenang. “Aku ingat
detail bagaimana aku diperlakukan di sekolah ini. Perlu Anda tahu juga, aku ini
gadis yang sudah memiliki kekasih. Aku harap ketertarikan Anda padaku bukan
dalam konteks ini.”
“Hah! Aku tahu! Lee Byunghun
kan? L.Joe? Lalu jika aku benar tertarik dalam konteks itu, bagaimana? Aku
lebih tampan dan lebih mapan dari Lee Byunghun. Apa kau tak akan tertarik
padaku?”
“Anee.” Magi dengan ekspresi
datar menggelengkan kepala.
“Hah... jadi aku tertolak?”
Magi mengangguk.
Shihoo tersenyum. “Ini seperti
perasaan kakak pada adiknya.”
“Berganti lagi? Kini tentang
kakak adik??”
“Tak mudah membuatmu percaya.
Simpan surat itu sebagai perlindungan bagi apa yang akan kau kerjakan di
sekolah nanti. Jika hilang tak ada ganti rugi dan aku tak mau memberi pembelaan
padamu.”
“Nee, ara. Bagaimanapun terima
kasih.” Magi menundukan kepala.
“Saat pesta lampion nanti apa
aku boleh datang bergabung?”
“Jika Sonsaengnim tak merasa
risih dengan teman-temanku. Silahkan datang.” Magi tersenyum manis. “Terima
kasih. Saya mohon diri.” Magi bangkit dari duduknya, membungkukkan badan di
depan Shihoo dan keluar dari ruang Tata Tertib.
Shihoo tersenyum puas dan
menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi tempat ia duduk .
***
“Ya! Rosmary Magi!” Kwanghee
dan ketiga temannya menghadang langkah Magi. “Yang Mulia Tuan Putri mundur dari
sekolah ini, apa hal itu ada hubungannya denganmu?”
“Kenapa semua
dihubung-hubungkan padaku? Aku sangat malas dan dalam mood buruk hari ini.
Sebaiknya kalian minggir.”
“Omo! Kau bahkan menyebut kami
‘kalian’?? Hah! Dimana sopan santunmu sebagai junior?”
“Aku rasa tertinggal di dalam
tas.”
“Mm-mwo??” Kwanghee melotot
menatap Magi sementara Ren dan Kevin menahan tawa mendengarnya, sedang Taemin
tersenyum menatap Magi. “Sopan santunmu sebagai junior tertinggal di dalam
tas?? Aish! Kau ini!”
“Minggir!” Magi mulai
kehilangan kesabaran.
“Aku dengar kau akan menggelar
pesta lampion di sekolah. Apa itu benar?”
“Ck! Siapa yang menyebarkan
berita itu? Dan dia ini tahu sekali gerak-gerikku. Apa dia mengidolakan aku?”
gumam Magi dalam hati sembari menatap Kwanghee dari atas ke bawah. “Itu benar.
Aku melakukannya karena permintaan Lizzy. Gadis yang mati tenggelam di danau
buatan di taman belakang sekolah. Aku rasa kalian tahu tentang itu. Dan sekolah
sudah memberikan izin. Datang saja jika kalian tertarik.”
Kwanghee menelan ludah menatap
Magi. Magi menyincingkan senyum dan berjalan menyibak Kwanghee dan ketiga
temannya.
“Jadi dia benar dukun atau
penyihir?” gumam Kevin menatap punggung Magi yang berjalan menjauhinya.
“Kenapa sekolah memberi izin?”
Kwanghee penasaran.
“Simpel saja. Jika ritual
Rosmary Magi berhasil maka arwah itu tidak akan mengganggu murid-murid di sini
lagi kan?” jawab Taemin.
“Benar juga.” Kevin
mengangguk-anggukan kepalanya.
“Berhenti penasaran.” Taemin
merangkul Kwanghee. “Ayo, kita pergi!”
***
“Jadi... jadi... guru killer
itu membantumu?? Ah! Ini aneh!” Suri curiga akan kebaikan Park Shihoo.
“Aku sendiri terkejut. Tapi
sudahlah. Kita memang membutuhkannya. Masalah izin beres, kita bisa tenang
menjalankan rencana kita sekarang.” Magi tersenyum manis dan terlihat lega.
“Tapi suatu hari kau harus
membayar sesuatu padanya. Aku yakin itu.” Sahut Sungrin.
“Kau benar. Walau aku tak tahu
itu apa. Jangan memikirkan itu. Aku yakin aku bisa mengatasinya.”
“Lalu apakah Jung Shin Ae
Sunbaenim benar akan membantu?” tanya Hyuri. Wajah Seungho berubah berseri
mendengar nama Jung Shin Ae disebut.
“Nee. Jung Shin Ae Sunbaenim
bersedia menjadi mediator untuk Lizzy. Ini tak akan mudah, tapi dia memiliki
kelebihan lebih dari manusia normal jadi kalian perlu mendampinginya saja.”
“Jadi dia itu benar bukan gadis
biasa?” Seungho menatap penasaran pada Magi.
“Lalu Paman Sukjin juga akan
ikut kan?” sela Sungrin sebelum Magi menjawab pertanyaan Seungho.
“Tentu saja. Rencana ini untuk
Paman Sukjin dan Lizzy jadi mereka elemen pentingnya.” Jawab Magi.
“Sungguh mulia sekali hati Jung
Shin Ae Sunbaenim. Menjadi mediator sangatlah beresiko tapi dia mau
melakukannya. Menurut yang aku baca, menjadi mediator yang nantinya akan
kerasukan arwah itu sangatlah tidak enak.” Komentar Sungrin.
“Jika demikian kenapa
memilihnya?” Seungho mendadak khawatir.
“Bukankah kau sendiri yang
mengatakannya tadi? Jika Jung Shin Ae Sunbaenim bukan gadis biasa.” Sungrin
balik bertanya pada Seungho.
Seungho diam memanyunkan
bibirnya.
“Pembawaannya selalu tenang.
Aku rasa Magi memilih orang yang tepat. Jung Shin Ae Sunbaenim pasti bisa
membantu kita dengan baik. Aku rasa dia itu... turunan Mudang (dukun) atau
memang memiliki bakat seperti itu.” Sungrin kembali mengungkap penilaiannya.
“Indigo?? Wah, Sungrin bisa
membaca karakter seseorang. Itu keren!” Suri memberikan dua jempolnya untuk
Sungrin.
“Buku yang aku baca yang
memberi tahuku.” Sungrin tersenyum manis.
“Baiklah, para gadis! Kalian
atur sematang-matangnya rencana ini. Kami para pria bersedia membantu
pelaksanaannya dan kapan saja. Benarkan, teman?” Jonghwan merangkul Seungho.
“Tentu saja.” Seungho
membenarkan.
“Seungho jadi semangat karena
ada Jung Shin Ae Sunbaenim. Ah... kekuatan cinta itu...” Magi menggeleng pelan.
“Ya! Magi!” bentak Seungho
dengan wajah bersemu merah karena malu. Sementara itu yang lain tersenyum
melihatnya.
***
Hyuri kembali menemani Myungsoo
berjaga di atas atap tertinggi Kastil Asphodel. Sejak naik ke atap ini, Myungsoo bungkam. Tak sepetah
kata pun terucap dari mulutnya.
“Saat malam tiba, kita bisa
menikmati indahnya festival lampion bersama-sama.” Hyuri memecah kebisuan.
“Aku telah memikirkannya.”
Hyuri menoleh. Memperhatikan
Myungsoo yang duduk tepat di samping kanannya. “Memikirkan apa?” tanya Hyuri
penasaran.
Myungsoo kembali bungkam. Tak
menjawab.
Hyuri menghela napas. Ia paham
jika Myungsoo tak ingin membagi apa yang ia pikirkan itu.
“Kau harus memainkan
layang-layang itu karena aku membuatnya khusus untukmu. Layang-layang berwarna
ungu. Walau tak denganku, tolong mainkan layang-layang itu.”
Hyuri tersenyum haru masih
menatap Myungsoo.
“Tak peduli dengan siapa kau
memainkan layang-layang itu, aku tetap bahagia karena kau mau memainkannya...
untukku.”
“Gomawo. Aku akan berusaha
mencari patner untuk memainkannya karena aku tak yakin Clovis akan terus bersama
kami sepanjang Festival Gardenia digelar.” Hyuri menyanggupi.
“Kamsahae...” Myungsoo
tersenyum namun masih tak menatap ke arah Hyuri. “Jika kau senang, aku pun
senang. Jika kau bahagia, aku pun bahagia. Itu yang aku rasakan kini.”
Hyuri tercengang mendengar
pengakuan Myungsoo. Benarkah pemuda itu benar merasakan hal itu padanya? “Aku
rasa, tanpa berpasangan pun aku bisa menerbangkan layang-layang itu. Aku janji
akan tetap menerbangkan layang-layang itu dengan dan tanpa pasangan. Aku cukup
ahli dalam permainan ini. Kau membuatku terharu dengan mengatakan itu. Terima
kasih.”
Kali ini Myungsoo menoleh dan
menatap Hyuri. Lalu ia tersenyum tulus dan manis. “Kamsahaeyo.” Bisiknya.
Hyuri tersenyum memperhatikan
wajah Myungsoo yang sedang tersenyum itu. “Kau tahu, kaua terihat tampan ketika
tersenyum seperti itu. Sebenarnya tersenyum atau tak tersenyum kau itu memang
tampan, tapi ketika kau tersenyum kau terlihat lebih tampan, seolah sinar
rembulan itu berpindah ke wajahmu. Kau percaya?”
Myungsoo segera mengalihkan
pandangan mendengar pujian Hyuri. Untuk pertama kalinya ia merasakan panas
tidak hanya di wajahnya namun merambah ke seluruh tubuhnya. Wajah Myungsoo yang
putih pucat segera bersemu merah.
“Omo! Awan gelap yang menutup
bulan itu membelah. Yah... bulan kembali mengambil sinarnya dari wajah Kim
Myungsoo.” Hyuri mendongak menatap langit dan berbicara seolah ia sedang berada
sendiri di atap itu. “Aku rasa dia marah padaku. Tak terima aku mengatakan
sinarnya pindah ke wajahmu. Atau dia cem...”
Hyuri tak bisa melanjutkan
ucapannya karena tiba-tiba bibir Myungsoo membungkam bibirnya. Hyuri memejamkan
mata, pasrah ketika Myungsoo tiba-tiba menciumnya.
***
Kyuhyun terkejut mendengar
curahan hati Joongki malam itu. Joongki telah mengungkap sosok gadis yang sedang
ia taksir secara tidak sengaja di depan Ratu Kyeongmi, Holly-nim Jung Hyeyoung,
Kasim juga para pengawal Raja dan yang paling parah di depan Ratu Maesil. Walau
orang-orang itu tak tahu siapa sejatinya gadis yang sedang diincar Joongki,
cepat atau lambat mereka pasti akan mencari tahu tentang siapakah gadis yang
berhasil memikat hati Joongki. Kyuhyun menyesalkan tindakan Joongki. Hal ini
tentu akan membahayakan Magi jika pihak istana terlebih pihak Ratu Maesil
menemukan gadis itu.
“Maafkan hamba Yang Mulia.”
Kyuhyun angkat bicara setelah Joongki selesai bercerita.
“Kenapa kau meminta maaf? Kau
ingin mengatakan sesuatu?”
Kyuhyun diam sejenak. Ia ragu
untuk mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya. Haruskah Kyuhyun
benar-benar berkata jujur pada Joongki? Mengatakan jika Magi sudah memiliki
kekasih? Ini tak akan baik. Kyuhyun mendengar beberapa kisah cinta yang
berakhir tragis ketika pangeran menginginkan seorang gadis biasa.
“Ada apa? Katakan saja jika kau
ingin menyampaikan sesuatu.” Desak Joongki yang dibuat penasaran dengan sikap
bungkam Kyuhyun.
“Lee Donghae Hyung tak bisa
ikut dalam perjalanan kita dan untuk menggantinya hamba sudah memilih seorang
Reed yang sangat berbakat dan cukup mengenal dunia luar. Dia teman Jang
Geunsuk. Hamba rasa akan baik jika Geunsuk turut bersama kita.”
“Jika kau percaya padanya, aku
pun demikian.” Joongki tersenyum tulus langsung menerima usulan Kyuhyun tanpa
keraguan.
“Terima kasih atas kepercayaan
Yang Mulia.”
Joongki kembali tersenyum dan
mengangguk. “Hah... Festival Gardenia... aku benar-benar tak sabar...” Joongki
tersenyum dengan tatapan menerawang membayangkan betapa bahagianya saat ia bisa
bertemu Magi dalam Festival Gardenia.
Kyuhyun mendesah pelan melihat
ekspresi berseri-seri Joongki.
***
-------TBC--------
Keep on Fighting
shytUrtle
0 comments