The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)
05:53
The
Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love,
Music and Dreams’
다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum
iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author:
shytUrtle
. Rate:
Serial/Straight
.
Cast
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
Cinta,
musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat
dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik
memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik
menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang
dan hidup…
EPISODE
#3
Ai menyadari kehadiran Hanbyul. Ia menoleh, tersenyum dan
melambaikan tangan pada Hanbyul. Hanbyul mengembangkan senyumnya daan bergegas
mendekat. Ai menawarkan bekal yang di bawa Joongki untuknya ketika Hanbyul
sampai. Bahkan tanpa malu, ia memaksa menyuapi Hanbyul walau ada Joongki di
sana. Hanbyul tak kuasa menolak. Malu-malu ia menerima suapan Ai dan segera
memuji hasil masakan Joongki. Joongki tersenyum melihat dua anak manusia ini,
lalu pamit undur diri. Ai memperhatikan Joongki yang berjalan semakin menjauh
darinya. Setelah yakin Joongki tak akan mendengar apa yang ia katakan, Ai
segera mendorong kotak bekal di hadapannya pada Hanbyul.
“Bisa kau habiskan ini semua untukku?” Pinta Ai.
“Nee??”
“Dokter Song mengatakan itu olahan, entah ikan apa
namanya, sangat amis, aku tak tahan walau menurut Dokter Song, itu baik untuk
penyembuhan tulangku. Rasanya sangat aneh dan bau amis itu, membuatku mual.”
Hanbyul tersenyum lalu menyodorkan apel merah ranum di
tangannya. Ai segera tersenyum lebar, meraih apel di tangan Hanbyul dan segera
menggigitnya. “Dasar Ryuk!” OLok Hanbyul namun Ai mengacuhkannya. “Mana ada vampire
hobi makan apel?”
“Aku vampire vegetarian.” Keduanya tertsenyum bersama
kemudian.
“Bukanklah masakan ini enak sekali?” Hanbyul mulai
menikmati makanan di hadapannya.
Ai lagi-lagi hanya tersenyum. Diam dan memperhatikan
Hanbyul yang dengan lahapnya menyantap bekal makanan Ai. Kembali tersenyum
kecil sambil kemudian kembali memasang headset pada kedua telinganya. Ai
kembali menatap danau buatan.
Hanbyul menghentikan aktifitasnya. Ia menatap Ai yang
kembali diam menatap danau. Tatapan kosong yang menunjukan jika pikiran Ai tak
sedang di sini. Hanbyul memiringkan kepala masih menatap Ai.
“Sangat merindukan mereka.” Kata Ai tersenyum simpul
namun tak mengalihkan pandangannya.
“Itu sangat manusiawi, bahkan jika nanti kau menangis
karenanya, itupun hal yang wajar. Jangan malu-malu, bukankah kau sudah biasa
menangis di depanku.” Canda Hanbyul. “Bahu ini selalu siap untuk kau sandari,
kapanpun juga.”
“Ish.”
“Sama sekali tak menghubungi mereka?”
Ai menggeleng. “Membicarakan hal ini, aku jadi teringat ketika
kami, aku, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk mempersiapkan pertunjukan
pertama kami di sekolah ini, Hwaseong Academy memenuhi permintaan Viceroy,
Myungsoo. Aku memilih Sweet Child O’mine dari GNR, semua setuju, begitu juga
Jaejoong. Dan karena aku memilih lagu itu, Jaejoong berusaha keras menirukan
tarian khas Axl Sunbaenim, goyangan itu, hentakan kaki itu. Tapi yang lain
malah mengoloknya.” Ai tersenyum mengenangnya.
“Tapi Jaejoong melakukannya dengan baik diatas panggung,
saat YOWL tampil perdana di sekolah.”
“Semalaman ia belajar koreo itu karena tak mau terus di
tertawakan dan di bandingkan denganku. Kami mempelajarinya bersama hingga subuh
tiba.”
Melihat senyum itu Hanbyul merasa cemburu. Ia merasa di
bandingkan dengan Jaejoong. Hanbyul beralih duduk di samping Ai dan mengambil
headset di telinga kanan Ai kemudian memasangnya pada telinga kirinya.
“Hyde, Evergreen.” Kata Ai singkat.
***
Myeongran menatap heran Hanbyul.
“Ayolah Nuna. Aku mohon bantu aku. Aku mohon ajari aku.”
Pinta Hanbyul dengan wajah memelas. “Aku harus menjadi laki-laki yang lebih
kuat. Agar aku bisa melindungi Jiyoo dengan baik, menjaganya. Tolong bantu aku
Nuna. Ajari aku. Nuna adalah putri tunggal Bibi Han yang terkenal jago dalam
seni bela diri, aku yakin bakat itu juga menurun dengan sempurna pada Nuna.”
“Tapi Tuan Muda…”
“Tolong jangan katakan tapi,” potong Hanbyul, “ajari
aku…”
“Spesialisasiku adalah gulat.”
“Mwo??”
-------
Minhwan bertandang ke rumah Byunghun. Ia heran mendapati
Byunghun masih berlatih giat malam ini.
“Apakah aka nada kompetisi? Giat sekali berlatih.”
“Hah.” Byunghun tersenyum manis. “Apa kau melihatnya?
Ekspresi tenang itu, walau ia sadar ia takkan menang.”
“Omo! Byunghun-aa, jangan katakan jika itu Fujiwara.
Benar kau mulai menaruh perhatian pada Fujiwara??”
“Hah. Dia menarik perhatianku dari awal aku melihatnya.
Sejak pertama, sangat mempesona. Dan untuk berada di sampingnya, untuk
menjaganya, aku harus menjadi orang yang lebih kuat.”
“Ya, Byunghun-aa! Kau lupa tentang Fujiwara dan Hanbyul??”
Byunghun hanya tersenyum menanggapinya.
-------
“Apa??” Bibi Han terkejut.
“Ajari aku Guru!” Kibum sambil berlutut di depan Bibi Han
lengkap dengan ekspresi memelas itu.
“Anak ini! Bela diri itu tidak mudah. Apa kau yakin akan
belajar bela diri? Setelah sekian lama, kenapa kau tiba-tiba ingin belajar bela
diri?”
“Ai, aku ingin melindunginya, menjaganya. Jaejoong,
Wonbin, Jaejin dan Minhyuk tak di sini lagi. Peristiwa kemarin, mengandalkan
kekuatan Wooyoung seorang, itu tak cukup.”
“Baru terpikirkan olehmu?”
“Setelah Ai mendapatkan luka itu, ia tak sekuat
sebelumnya. Luka di tangan kiri juga luka batinnya. Ini memang sedikit
terlambat, namun tak mengapa kan?”
Bibi Han menggelengkan kepala menatap Kibum.
-------
Shin Ae tiba di basecamp. Ia celingukan mengamati
sekitar.
“Kau kemari?” Sapa Yongbae.
“Nona, apa dia di sini?”
“Eum, tidak sama sekali, seharian ini tak kemari. Kau ada
perlu dengannya? Kau tahu dimana Nona tinggal kan?”
“Eung…” Shin Ae menggusuk tenguknya, “tidak ah. Nona
pasti sedang istirahat.”
“Akhirnya kau berani juga muncul ke permukaan. Setelah
sekian lama hanya jadi penguntit.”
“Eh?? Penguntit??”
“Iya, iya. Kau bukan penguntit. Kau diam-diam
memperhatikan Nona dan menjaganya.”
“Itu terpaksa. Untung aku tak terlambat dan orang-orang
itu mempercayai ucapanku dan mau membantu, jika tidak… bisa kau bayangkan apa
yang terjadi?”
“Hah, rasanya ingin mati saja setiap kali mengingat
tawuran itu. Terima kasih untuk usahamu. Terima kasih sekali.”
“Hehe, berlebihan sekali.”
“Nona Pengintai.”
“Ya! Aku bukan pengintai!!!”
***
Jinwoon menemui Ai yang sedang duduk sendiri di taman
belakang sekolah. Ai terkejut dibuatnya. Jinwoon tak peduli lagi pada aturan
yang diajukan Ai padanya yaitu melarangnya menemui Ai di sekolah. Jinwoon langsung
duduk di depan Ai.
“Oppa kemari?” Ai sambil mengawasi sekitar khawatir ada
yang melihat keduanya.
“Tak boleh? Hah. Aku lelah dan aku kesepian. Hanya begitu
saja? Dan kau pada akhirnya memilih kembali ke Jeonggu Dong? Kembali
meninggalkan aku sendiri di rumah besar itu? Hanya tga hari saja aku merasakan
bahagia itu, akhirnya aku memiliki seorang teman untuk berbagi dalam sepinya
rumah besar itu.”
“Oppa, itu terdengar berlebihan sekali.”
“Lihat dirimu. Tak bolehkah kami, aku, merawatmu?”
“Maafkan aku Oppa. Itu… tidak mudah bagiku.”
“Akan sampai kapan? Sampai kapan kau akan menghindar dari
semua ini? Dari kenyataan ini? Kenyataan tentang kita. Kau membuat banyak
aturan yang benar-benar membuatku gila.”
Ai tersenyum memperhatikan ekspresi Jinwoon. “Ada baiknya
kita tak akur seperti dulu ya.”
“Apa?”
“Oppa tak akan merasakan kegilaan ini, maaf.”
“Hah. Kau ini!” Jinwoon mendengus kesal. “Bagaimana
lukamu?”
“Masih sama.”
“Bukan itu! Tapi luka akibat pengeroyokan itu.” Jinwoon
makin kesal sedang Ai malah tersenyum puas.
“Bukan aku yang terluka, tapi mereka.”
“Jung Jiyoo!” Jinwoon sedikit meninggi menyebut nama
lahir Ai membuat gadis itu tertawa geli.
“Maaf Oppa, maaf.”
“Harusnya aku menahanmu, memaksamu untuk tetap tinggal di
sisiku.”
“Appa marah pada Oppa?”
“Tidak. Appa sangat memahami siapa Jung Jiyoo itu. Walau
sempat kesal padaku, Appa tak mempermasalahkannya, apalagi setelah bertemu
langsung denganmu di Jeonggu Dong.”
“Syukurlah.”
“Jiyoo-aa, lain kali aku mohon dengarkan aku bicara. Jangan
terus membantah dengan keyakinan bahwa kau mampu mengatasi semua sendiri.
Merasa mampu menjaga dirimu sendiri dalam segala hal. Tidak selamanya demikian.
Ada kalanya kau lengah dan lemah. Tuhan hanya menunjukan sedikit saja kemarin
jadi bersikaplah sedikit lunak. Keangkuhanmu itu tak selamanya membawamu pada
kebenaran. Aku juga mengalaminya.”
Ai menatap Jinwoon, begitu sebaliknya. Jinwoon kemudian
tersenyum manis dan mengelus kepala Ai. “Aku menyanyangimu walau itu terlambat
aku sadari. Aku juga ingin seperti yang lain, bisa bebas berada di sisimu. Aku
juga ingin menjagamu seperti yang Minki Hyung dan Euichul Hyung lakukan selama
ini. Jadi aku mohon, jangan bedakan aku dengan membuat aturan-aturan tak masuk
akal itu untukku. Jika mereka bisa dekat denganmu tanpa syarat, kenapa aku
tidak?”
Ai masih menatap Jinwoon. Sejenak ia merasa bersalah pada
pemuda ini. “Aku hanya manusia biasa. Aku juga punya rasa iri dan cemburu. Aku
tidak akan sanggup bertahan dari rasa iri dan cemburu itu.” Imbuh Jinwoon.
“Lalu jika aku mengiyakan, apa mungkin kita sanggup
menghadapi kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi?”
Jinwoon meraih tangan kanan Ai dan menggenggamnya. “Kau
dan aku, kita pasti bisa jika kita bersama dan tetap bergandengan erat.”
“Ish, Oppa akan baik-baik saja. Seperti sebelumnya, pasti
aku yang akan menerima imbasnya.”
“Tidak akan aku biarkan itu terjadi. Itu janjiku,
padamu.”
“Sedari awal Oppa punya ruang yang sama, bahkan ketika
Oppa bersikeras menolakku. Tentang aturan-aturan itu, aku hanya tak ingin Oppa
menjadi susah karenaku. Jika tak suka, ya sudah, lupakan saja. Tapi jangan
menyesal nantinya.”
“Ck! Seperti masalah besar saja. Jika mereka minta
penjelasan, aku yang akan pidato panjang lebar di depan mereka.”
Ai tersenyum dan menggeleng pelan.
-------
Ai dan
Jinwoon berjalan bersama kembali dari taman belakang sekolah. Bisa di tebak,
kebersamaan keduanya segera menjadi pusat perhatian murid-murid lain. Tak
jarang mereka saling berbisik sambil memperhatikan Ai dan Jinwoon. Jika Ai
terlihat tenang, lain dengan Jinwoon. Ia terlihat risih dengan perlakuan
murid-murid itu.
Dari
arah berlawanan tampak Yiyoung dan Junhyung berjalan bersama. Dua kubu ini
menyadari keberadaan masing-masing. Rasa itu kembali mengitari Junhyung. Rasa
khawatir dan takut. Terlebih kali ini Ai menyadari keberadaan dirinya. Yiyoung
juga merasakan hal yang sama, bahkan lebih dari yang di rasakan Junhyung. Pria
yang ia kagumi dan sukai ada di samping Ai, gadis yang mendapat luka serius di
tangannya karena ulah Yiyoung. Jinwoon telah menemuinya dan menyatakan
kecurigaannya. Bagaimana jika Jinwoon telah mengetahui jika kecelakaan yang
menimpa Ai adalah ulah Junhyung yang beralasan tak terima melihat Yiyoung
menangis karena Ai.
Mereka
berpapasan. Jinwoon menegakan kepala, sama sekali tak melihat Yiyoung. Yiyoung
menatap Jinwoon dan Ai menatap Yiyoung, sedang Junhyung memperhatikan Ai.
Jinwoon menggandeng tangan Ai dan berlalu begitu saja saat berpapasan dengan
Yiyoung-Junhyung. Junhyung merasa lega Ai tak memperhatikan keberadaannya. Yiyoung
menghentikan langkahnya di ikuti Junhyung. Keduanya menatap ke arah Jinwoon dan
Ai yang berjalan semakin jauh. Yiyoung menundukan kepala, menghela nafas dan
kembali berjalan. Junhyung bergegas menyusulnya.
“Oh,
Fujiwara?” Sapa Junki –Lee Junki- pada Ai. Ia kemudian menatap heran keduanya,
Ai dan Jinwoon.
“Songsaengnim.”
Ai menunduk sopan di ikuti Jinwoon.
“Kalian
tampak baik bersama, ini sedikit aneh.” Ai hanya tersenyum menanggapinya.
“Bagaimana lukamu?”
“Hanya
menunggu pulih, selebihnya aku sangat baik.” Ai kemudian tersenyum manis.
“Syukurlah.
Ini sama artinya kau harus belajar lebih sabar dari sebelumnya.”
“Hehehe.”
Ketiganya kemudian terdiam dan melihat sekitar. Tatapan murid-murid itu.
“Kebersamaan
kalian, aku rasa karena itu.”
“Aku
rasa bukan. Pasti terjadi sesuatu.” Sanggah Ai.
-------
Tatapan
dan sikap yang benar membuat tak nyaman itu juga melanda Viceroy, Myungsoo,
Byunghun, Minhwan, Hanbyul, Jungshin dan Sunghyun. Ini berlangsung hingga jam
sekolah usai. Viceroy berkumpul di studio musik sekolah, basecamp mereka.
“Coba
lihat Hwaseong Academy Community, aku rasa ada hal baru di sana yang membuat
murid-murid menatap kita demikian.” Usul Sunghyun.
“Eum,
tidak ada.” Minhwan sibuk dengan TAB di tangannya. “Omo! Ini…”
BRAK!
Pintu ruang latihan terbuka. Chaerin, Gyuri dan Soojung masuk bersama. keenam
member Viceroy menatap heran ketiganya.
“Menggelikan!
Benar-benar menggelikan. Muka babak belur kalian itu, karena tawuran dengan
preman? Kalian berkelahi membela gadis itu? Fujiwara Ayumu??” Chaerin penuh
emosi.
“Itu
yang ingin aku katakan, fotonya di unggah ke Hwaseong Academy Community.”
Minhwan melanjutkan penjelasannya yang sempat terpotong.
“Foto-foto
perkelahian kalian, itu.. itu benar-benar.” Gyuri tak kalah kesal.
***
Gadis
ini berjalan menyusuri lorong kantor Caliptra Seta Entertainment. Masih
mengenakan seragam sekolahnya. Kim Hyerin, berjalan dengan senyum yang terus
terkembang di wajahnya. Staf yang bertemu dengannya tak lupa memberi sapaan
hangat pada Hyerin.
“Kau
kemari?”
“Paman.”
Hyerin tersenyum dan sedikit menundukan kepala.
“Masih
ada rapat, tunggu saja di ruanganku.” Kata Sukjin –Ji Sukjin-, pria paruh baya
yang menyambut kedatangan Hyerin.
“Aku
mau berkeliling, boleh kan?”
“Asal
tidak membuat kekacauan.”
“Kapan
aku pernah buat kekacauan?”
“Hehehe,
hati-hati tersesat.” Sukjin kemudian pamit pergi.
Hyerin
tersenyum kemudian kembali berjalan. Pendengaran Hyerin menangkap bunyi petikan
gitar. Hyerin melangkahkan kakinya menyusuri lorong gedung mencari sumber suara
petikan gitar. Hyerin menghentikan langkahnya dan menatap balkon di lantai dua
itu. Dari sanalah bunyi petikan gitar itu berasal. Seorang pria tampak khusyuk
memetik gitar akustik dalam pangkuannya.
Jaejoong
duduk sendiri di balkon sambil memainkan gitar akustiknya. Jari-jari Jaejoong
bergerak lentur memetik senar-senar akustik dalam pangkuannya. Bibir Jaejoong
bersenandung mengiringi suara petikan gitar. Karena terlalu asik dengan
gitarnya, Jaejoong tak menyadari kehadiran Hyerin. Hyerin berhenti di ambang
pintu menuju balkon dan menyandarkan tubuhnya pada salah satu sisi pintu,
melipat tangan menonton pertunjukan gratis dari Jaejoong.
“HYDE-Evergreen.”
Tebak Hyerin saat Jaejoong selesai memainkan gitarnya. Jaejoong mengangkat
kepala, mengerutkan dahi menatap gadis asing ini. “Benar kan? Yang kau mainkan
tadi HYDE-Evergreen.”
‘Makhluk dari planet mana anak ini?’ Batin Jaejoong memperhatikan gadis berseragam
sekolah yang berdiri mengembangkan senyum menatapnya.
“The
Wacky Way Of YOWL Ai, aku sudah melihatnya. Ini salah satu lagu favoritnya
bukan? Sebenarnya ingin menyaksikan Ai menyanyikan lagu itu dengan bahasa
aslinya, Jepang, tapi dia hanya memberi kami dua versi dalam Bahasa Inggris.
Aku sudah melihat keduanya, piano dan rock version, sama-sama keren. Dia selalu
mempesona Yowlism, tak peduli pria atau wanita.”
“Kau
Yowlism?”
“Em,
begitulah. Tapi aku tidak suka kau. Aku suka The Wacky Way Of YOWL Ai, Fujiwara
Ayumu.”
Jaejoong
makin mengerutkan dahi mendengar pengakuan blak-blakan gadis asing yang mengaku
sebagai Yowlism ini. “Jadi kau suka Ai?”
“Ehem.
Dia yang terbaik dan couple yang cocok untuk The Onyx Of YOWL, Oh Wonbin. Hah,
sempurna.”
Jaejoong
kesal. Ia tak suka mendengarnya. “Couple? Kami bukan boyband yang kental dengan
istilah couple dan segala kekonyolan itu.” Kekesalan tak hanya tergambar jelas
di wajah Jaejoong.
“Kau
Kim Jaejoong, apa kau akan bisa bekerja baik tanpa Ai? Ai si pendiri YOWL dan
yang mengatur semua. Jujur aku menyesalkan kondisi ini. YOWL menang tanpa
adanya Ai. iya, walau rumor beredar keras ini permintaan Ai, tapi tetap saja
aku kecewa. Tanpanya, apakah YOWL akan baik-baik saja? Kau bahkan terlihat
sangat buruk saat tampil live untuk final kemarin. Kau tidak bisa menguasai
panggung, padahal kau ini kan frontman dari YOWL. Ini semakin membenarkan
dugaan jika kalian hanya jago kandang.”
Mendengarnya
Jaejoong merasa di adili. “Aku Kim Hyerin. Siswi Orenji Highschool jurusan
perfilman. Jika kau tidak bisa bergerak maju, tanpa Ai, YOWL akan hancur. Aku
yakin itu.”
“Terima
kasih sarannya.” Jaejoong mengembangkan senyumnya.
“Senyummu
itu, sangat tidak tulus.”
-------
“Kemana
saja kau?” Sambut Taehee –Kim Taehee- Presiden Direktur Caliptra Seta
Entertainment saat Hyerin memasuki ruangannya.
“Hanya
ada Kim Jaejoong? Kemana member YOWL yang lain?”
“Kenapa
kau kemari?”
“Onni
tidak suka? Sampai jamuran aku menunggu Onni.”
“Kau
tidak memberi kabar jika ingin kemari.”
“Ponsel
Onni mati.”
“Astaga.
Iya, maaf.” Taehee tersenyum manis. “Kim Jaejoong, dia leader dan mewakili YOWL
kemari. Kau bertemu dengannya?”
“Ayo
kita pergi. Omma sudah menunggu.”
***
Jaejoong
terlihat cemberut. Ia tak memperdulikan ocehan Sukjin. Sukjin di tunjuk Taehee
untuk menjadi pengasuh sementara YOWL sampai mereka mendapatkan manajer secara
resmi.
“Jaejoong,
kau dengar aku?” Tanya Sukjin menyadari ekspresi Jaejoong yang sepertinya
mengacuhkan ocehannya.
“Nee.”
Jawab Jaejoong malas-malasan.
“Ada
masalah? Kau bisa katakan padaku.”
“Aniya.
Selanjutnya bagaimana?”
“Untuk
penandatanganan kontrak dan persiapan debut YOWL, kita akan segera
membicarakannya.”
Jaejoong
memasuki dorm YOWL. Masih dengan ekpresi kesal itu membuat Jaejin dan Minhyuk
yang berada di ruang depan berhenti bercanda. Wonbin yang sibuk mengelus
gitarnya juga turut menghentikan aktifitasnya itu.
“Apa
terjadi sesuatu yang buruk?” Tanya Minhyuk.
Jaejoong
menjatuhkan tubuhnya di sofa, tepat di samping Jaejin. “Bertemu alien.”
“Alien?
Di kantor CSE?” Tanya Jaejin penasaran. “Apa itu Presedir?”
“Bukan.
Entahlah. Sedikit membuatku kesal.”
“Lalu
ada hal lain?” Tanya Minhyuk.
“Hanya
meminta kita serius berlatih. Itu saja.”
“Mau
jadi artis tenar itu begini ya? Setiap hari hanya berlatih dan berlatih. Apa
yang kurang dari kita?” Gerutu Jaejin. “Ah, aku jadi rindu vampire. Apa yang ia
lakukan sekarang? Baru seminggu saja sudah begini rindu. Terakhir mengirim
pesan, ia mengatakan sedang mendengarkan Evergreen, HYDE, di taman belakang
sekolah. Kalian juga dapat?” Wonbin dan Minhyuk kompak mengangguk, terakhir
Jaejoong.
“Apa
ada posting baru dalam akun resmi YOWL?” Tanya Wonbin.
“Mereka
tak muncul sejak kemenangan kita. Hanya di penuhi pertanyaan dari Yowlism.”
“Hwaseong
Academy Community?”
“Ah,
itu. Sebentar.” Jaejin segera mengunjungi Hwaseong Academy Community. Minhyuk
antusias dan bergabung lebih dekat pada Jaejin sedang Wonbin kembali
menggenjreng gitarnya dan Jaejoong hanya duduk diam. Jaejin juga Minhyuk
sama-sama menunjukan ekspresi terkejut.
“Ap-apa
ini??” Ungkap Minhyuk terbata segera menarik perhatian Jaejoong dan Wonbin.
“Viceroy
terlibat tawuran bersama mantan member YOWL Fujiwara ‘Ai’ Ayumu??” Jaejin
membaca judul kiriman itu membuat Jaejoong dan Wonbin mendekat.
Foto-foto
beserta isu mengenai Viceroy dan Ai memenuhi Hwaseong Academy Community dan
ramai di bicarakan murid-murid dan para pengunjung setia komunitas dalam dunia
maya yang belakangan makin ramai di kunjungi oleh selain murid Hwaseong Academy
sendiri. Pembelaan dan pemojokan tak terelakan dalam komentar dan kiriman.
Tanpa pikir panjang, Jaejoong langsung pergi. Teriakan Minhyuk dan Jaejin tak
di gubrisnya. Yang ada dalam pikiran Jaejoong hanyaalah menemui Ai dan ia pergi
untuk itu.
“Dia
pergi…” Keluh Minhyuk.
“Sekarang
bagaimana?” Jaejin berubah panik. “Bagaimana jika Manajer Hyung kemari?”
“Kita
tidak bisa pergi. Sebaiknya tetap berjaga di sini, sampai Jaejoong kembali dan
bersandiwara menutupi kepergian Jaejoong jika Manajer Hyung kemari.” Wonbin
menenangkan dan Jaejin juga Minhyuk mengangguk setuju.
-------
Jaejoong
tak bisa berpikir jernih melihat foto-foto itu. Apakah dia baik-baik saja? Apa dia terluka? Bagaimana jika benar ia
terluka? Pertanyaan-pertanyaan itu
memenuhi kepala Jaejoong dalam perjalanannya menuju Jeonggu Dong. Berjalan
cepat dan sedikit berlari agar cepat sampai ke tempat dimana Ai tinggal.
Tunggu! Jaejoong tiba-tiba
menghentikan langkahnya ketika sampai di ujung tangga terbawah menuju rooftop
tempat Ai tinggal. Apakah Ai di sini?
Bukankah dia telah di boyong ke rumah besar?
Ai baru
sampai dan menemukan pemuda sedang berdiri diam di ujung tangga terbawah menuju
rumah mungilnya di atap sana. Pemuda dengan kepala tertutup penutup kepala pada
rompi yang di kenakannya. “Kim-Jae-Joong??”
Jaejoong
menoleh. Ia tersenyum lebar melihat Ai. Jaejoong menghampiri Ai dan langsung
memeluk gadis itu. Ia lega melihat Ai, sosok yang sangat ia rindukan dan baru
saja sangat ia khawatirkan berdiri dengan kondisi baik di hadapannya. Ai
tersenyum dan diam dalam pelukan Jaejoong.
shytUrtle
0 comments