The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)
04:14
The
Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love,
Music and Dreams’
다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum
iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author:
shytUrtle
. Rate:
Serial/Straight
.
Cast
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
Cinta,
musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat
dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik
memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik
menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang
dan hidup…
EPISODE #2
Jika saja satu tangannya
tak remuk akibat kecelakaan itu. Andai saja YOWL, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan
Minhyuk masih di sini. Ai mengerjapkan mata. Berusaha mengusir rasa takut dan
ragu di hatinya. Musuh masih berdiri tegap di depannya. Ai bergerak pelan,
merayap mundur, sedikit menjauh. Hanya berhasil dengan dua gerakan saja dan
dengan cepat kaki kekar laki-laki itu menginjak kaki kanan Ai, menekannya.
Sakit. Ai menahan rasa sakit itu dan tetap bungkam. Tatapannya kemudian tertuju
pada Wooyoung dan Byunghun.
“Hentikan… cukup… jangan sakiti mereka lagi…” Ai sambil
menahan rasa sakit di kaki kanannya.
“Kau bicara apa? Aku tidak dengar.” Kata pria itu.
Ai meringis, menggigit bibir bawahnya karena kaki pria
itu semakin keras menekan kaki kanannya. “Aku mohon hentikan. Jangan sakiti
teman-temanku lagi…”
Pria itu terbahak. Ia kemudian sedikit membungkuk lebih
dekat pada Ai. Di pegangnya dengan kasar wajah Ai. “Ternyata kau begini lemah
tanpa empat pemuda brengsek itu. Sebaiknya kau menyerah saja dan lupakan
Jeonggu Dong. Berhenti bermimpi untuk mengusai Jeonggu Dong.”
“Hyaaaaa!!!” Kibum mendorong pria ini sekuat tenaga. Ia
berdiri di depan Ai sambil merentangan kedua tangannya. “Dasar pengecut! Hanya
beraani dengan anak gadis yang terluka. Kau benar-benar memalukan!”
“Lihat siapa ini? Si lembek. Kau mau melawanku?! Kau
berani, ha!”
“Cukup!” Ai berdiri di depan Kibum.
“Ai…” Bisik Kibum.
“Mundur.”
“Nee??”
“Kau bukan tandingannya.”
“Lalu kau akan melawannya?? Ai…”
“Kau pikir aku akan mundur dari Jeonggu Dong setelah
Jaejoong dan yang lain pergi? Kau salah. Aku tidak takut pada ancamanmu dan aku
tidak akan mundur karena aku adalah putri Jeonggu Dong.” Ai menegaskan. Kibum
menatap Ai kemudian leader preman yang segera menertawakan Ai.
“Keras kepala! Kita lihat saja. Apa kau masih bisa begini
sombong setelah aku mematahkan satu tanganmu yang tersisa!”
“Ai, aku mohon jangan lakukan itu.” Pinta Kibum berbisik.
Wooyoung, Byunghun, Myungsoo, Hanbyul dan Minhwan
terkapar dalam kepungan preman-preman itu. Hyuri panik melihat situasi ini dan
berusaha menghubungi Joongki namun ponsel Dokter tampan itu masih tak aktif. Ai
dan leader dari preman itu berdiri berhadapan. Keduanya siap untuk duel.
“Itu mereka!” Tuding gadis bertubuh mungil itu. Kurang
lebih 15 orang yang ikut bersamanya langsung menyerang preman-preman itu dengan
alat seadanya yang mereka bawa. Para preman itu kualahan dan lari tunggang
langgang. Setelah memastikan kondisi aman, pria-pria ini pun pergi meninggalkan
lokasi tawuran. Ai berdiri tercengang menatap gadis asing ini. Yang sekarang
sibuk membantu teman-teman Ai yang terkapar babak belur.
“Kalian Viceroy, bagaimana bisa terlibat tawuran ini?”
Tanya gadis itu membantu Minhwan berdiri.
“Terima kasih. Kau tahu kami?”
“Kau Choi Minhwan drummer Viceroy. Leader Kim Myungsoo,
lead vocal Jang Hanbyul dan keyboardis Lee Byunghun.”
“Ah, dia tahu semuanya. Kau princess?” Tanya Byunghun
sambil mengusap sisa darah di pojok bibirnya.
“Siapapun kau, terima kasih.” Sela Ai.
Gadis itu berbalik. Wajahnya sumringah menatap Ai.
“Nona.” Sapanya sedikit menundukan kepala.
“Nona??”
“Aku Yowlism. Aku sangat mengidolakanmu Nona Fujiwara
Ayumu. Ah, sebaiknya kita segera pergi dari sini.”
***
Ai duduk diam memperhatikan Kibum, Hyuri dan gadis
Yowlism yang sibuk merawat Byunghun, Hanbyul, Myungsoo dan Minhwan. Ai
menyesalinya. Hampir saja ia membuat teman-temannya ini mati. Wooyoung
menghampiri Ai dan memberikan sapu tangan bersisi potongan es batu kecil.
“Terima kasih.” Kata Ai kemudian mengompres luka dipojok
bibirnya.
“Maafkan aku Nona. Aku tidak bisa melindungi Nona dengan
baik.”
“Kau sudah melakukan yang terbaik. Aku menyesalkan
keterlibatan mereka. Ini akan menjadi buruk. Aku hampir membunuh mereka.”
“Ini bukan salah Nona. Tapi tidak akan di terima begitu
saja. Anak-anak orang tenar ini, pasti akan sangat merepotkan.”
Minki, Yongbae dan anak buahnya berlari masuk. Mereka
segera menghampiri Ai. “Jiyoo, kau baik-baik saja?” Minki –Lee Minki- terlihat
sangat panik mengamati Ai.
“Oppa jangan khawatir, aku baik-baik saja.”
“Maafkan aku.” Minki benar-benar menyesal.
“Florist sangat ramai hari ini, ketika kami menyusul,
Nona sudah tak ada di sana. Maafkan kami.” Terang Yongbae –Dong Yongbae
(Taeyang)-.
“Kibum yang menghubungi Oppa? Juga kau, Dong Yongbae?”
“Nee.” Jawab Minki di ikuti anggukan kepala Yongbae.
“Bagaimana Nona dan yang lain lolos?” Tanya Yongbae.
“Aku hampir membuat mereka mati. Beruntung gadis Yowlism
itu datang membantu.”
“Gadis Yowlism?”
“Em. Itu dia.” Ai menggerakan kepalanya menunjuk ke arah
gadis Yowlism.
“Dia?? Dia itu Shin Ae.” Kata Yongbae.
“Shin Ae??”
“Iya. Dia Jung Shin Ae.” Yongbae menegaskan. “Ya, Shin
Ae-ya!” Panggil Yongbae.
Gadis itu menoleh. Kemudian berlari mendekat. “Nee,
Oppa?” Tanya Shin Ae –Jung Shin Ae-.
“Kau mengenalnya??” Wooyoung terlihat bingung.
-------
“Maafkan aku.” Ai membungkuk di depan Byunghun, Hanbyul,
Minhwan dan Myungsoo. “Hampir saja aku membunuh kalian.”
“Membunuh kami? Hagh! Kau itu berlebihan sekali Fujiwara.
Kau tahu, ini pertama kalinya aku merasa benar-benar hidup. Dan aku
menyadarinya, perkataanmu kala itu. Keraguanku mengalahkan kemampuanku. Tapi
kau lihat, hari ini aku lebih baik bukan? Aku berhasil memukul mereka berulang
kali.” Byunghun menghibur. “Ini menyenangkan, sungguh.”
“Sakit memang dan menakutkan. Seperti adegan dalam film
laga. Ini keren dan kami beruntung bisa turut merasakannya.” Sambung Minhwan.
“Kalian bukan YOWL. Lihat bagaimana kalian sekarang.”
Kata Hyuri. “Tapi Ai, ini bukan salahmu. Kita mana tahu mereka di sana. Hah,
benar-benar membuatku tak bisa bernapas.”
“Kami memang tak sekuat YOWL, tapi kami keren kan?”
Myungsoo merangkul Hyuri. “Sudahlah, jangan menyalahkan dirimu lagi, em?”
Myungsoo menatap Ai.
Ai tersenyum kecil. “Semoga benar kalian tak menyesalinya.
Tapi bersiaplah. Ini akan jadi mimpi buruk bagi kita semua. Bukan hanya aku,
tapi juga kalian.”
“Kau benar. Dan kau yang akan menanggung beban terberat
dari skandal ini.” Byunghun membenarkan.
“Tak mengapa. Aku sudah terbiasa. Namun kali ini sepertinya
akan sedikit berat. Berurusan dengan orang tua. Itu terdengar mengerikan.”
“Kami tidak akan tinggal diam. Orang tua kami, biarkan
kami yang mengurusnya, iya kan?” Byunghun menatap Hanbyul, Minhwan dan Myungsoo
yang segera mengangguk. “Lagi pula orang tuaku dan orang tua Hanbyul tak di
sini. Hanya tersisa Minhwan, Myungsoo dan Hyuri.”
“Aku??” Hyuri menuding hidungnya sendiri.
“Aku haus. Ayo kita cari minum.” Myungsoo merangkul Hyuri
pergi. Paham akan kode yang di berikan Myungsoo, Byunghun pun merangkul Minhwan
pergi menyusul langakah Myungsoo dan Hyuri.
Hanya tersisa Hanbyul dan Ai yang duduk di tepi panggung
basecamp YOWL. Ai menatap Hanbyul. Wajah tampan pemuda itu berubah babak belur.
“Jangan meminta maaf. Lihat, aku baik saja dan masih hidup, em.” Hanbyul
tersenyum manis.
“Kau terlihat lucu dengan wajah babak belur begini.”
“Lucu? Seperti badut? Em?” Hanbyul segera bertingkah
menunjukan wajah aegyo-nya pada Ai membuat gadis itu tersenyum sekaligus
menitikan air mata.
“Maaf.” Bisik Ai dengan kepala tertunduk.
Hanbyul mendekat dan memeluk Ai. “Kau tidak sendiri,
tidak. Ada aku di sini, di sisimu. Jangan terus meminta maaf. Aku sangat senang
hari ini. Senang karena bisa melihatmu lagi. Aku mohon jangan diamkan aku lagi,
jangan acuhkan aku. Izinkanlah aku untuk tetap tinggal dekat di sisimu. Aku
ingin menjadi pria yang bisa menjaga dan merawatmu dengan baik, Jung Jiyoo.” Ai
mengangguk dalam dekapan Hanbyul.
***
Ai tersenyum memperhatikan teman-temannya duduk melingkar
di atas lantai panggung, makan bersama. Minki yang duduk di samping kanan Ai
terus memperhatikan gadis ini. Minki terus mengutuk dirinya sendiri. Ia
menyesali kelalaiannya hari ini. Bagaimana jika tadi Shin Ae tidak muncul
memberi bantuan dan Ai benar-benar berduel. Minki tersenyum lega mendapati Ai
duduk di sisinya kini dan dalam kondisi baik. Minki kemudian mengelus pelan
kepala Ai. Ai menoleh, menatap Minki yang tersenyum manis padanya.
Bibi Han datang bersama putrinya, Myeongran. Setelah
mendengar berita pengeroyokan itu, Bibi Han bergegas menuju basecamp YOWL untuk
memastikan jika Ai dalam kondisi baik.
“Tuan Besar?” Minki segera bangkit dari duduknya. Semua
menatap ke arah pintu masuk. Jinyoung di temani Euichul dan Jinwoon berjalan
masuk. Kontan suasana menjadi hening dan kaku. Semua terdiam, menatap Jinyoung
yang berhenti tepat di depan Ai. Yongbae menelan ludah. Wooyung juga menampakan
ekspresi yang sama. Takut.
Hening. Suasana dalam basecamp sangat hening. Tak ada
satupun yang bersuara. Semua duduk dan diam. Menunggu sambil menatap pintu
ruangan yang mereka sebut sebagai kantor basecamp masih tertutup rapat.
Jinyoung, Euichul, Jinwoon dan Ai ada di dalam sana.
Jinyoung kembali menghela nafas. Ia seolah kehabisan
kata-kata di depan putri bungsunya ini. Euichul dan Jinwoon pun sama, terdiam.
“Lega melihatmu baik, walau sempat sangat marah pada kelalaian Jinwoon.” Suara
Jinyoung memecah keheningan.
“Ini bukan salah Jinwoon Oppa. Ini semua, ulahku.”
Jinwoon tertunduk. “Dan Jinwoon mengabulkan
permintaanmu.” Imbuh Jinyoung.
“Itu karena Oppa tak ingin melihatku sedih. Tolong,
jangan marah terlebih menghukum Jinwoon Oppa. Marah dan hokum saja aku.”
“Choi Minhwan dan Kim Myungsoo, kau tahu siapa orang tua
mereka bukan? Dan mereka terlibat tawuran denganmu. Bagaimana jika ini akan menjadi
skandal seperti yang sudah-sudah? Appa tahu kau tak akan takut menghadapinya,
appa pun demikian. Tapi, appa mengkhawatirkanmu. Ini tidak akan mudah.
Teror-teror itu pasti akan datang padamu lagi.”
“Itu resiko yang harus aku terima. Aku tidak mungkin
lari.”
“Tolong dengarkan appa sekali saja.”
“Dia mendengarnya Appa.” Sela Jinwoon. “Dan dia berusaha
menurutinya, tapi itu membuatnya menderita bukan? Aku melihat beban itu di
balik senyumnya. Tinggal di rumah besar keluarga Jung, tak membuatnya bahagia.
Itulah kenapa aku membiarkan Jiyoo pergi. Karena Jeonggu Dong adalah hidupnya.”
“Kau anggap keputusanmu benar? Bagaimana jika hal buruk
seperti ini atau bahkan yang lebih buruk terjadi lagi?” Nada bicara Jinyoung
sedikit meninggi. “Jiyoo-ya, kau satu-satunya anak gadis yang appa punya. Appa
tak pernah merasa begini takut sebelumnya, tapi hari ini, hari ini aku merasa
benar-benar ketakutan. Takut kehilangan putriku yang belum sempat aku
bahagiakan hingga ia sebesar ini.”
“Appa…”
“Aku rasa sudah waktunya mereka tahu siapa kau
sebenarnya.”
“Appa…”
-------
“Apa yang mereka bicarakan di dalam sana?” Shin Ae mulai
bosan.
“Hey, Jung Shin Ae, kau masih sekolah?” Tanya Minhwan.
“Tidak lagi. Untuk makan saja susah, apalagi sekolah.”
Minhwan menatap Shin Ae, mengamati gadis itu. Merasa iba.
Bukankah gadis seusia Shin Ae masih waktunya untuk sekolah dan
bersenang-senang. Bukan bekerja.
“Apa mereka akan memaksa membawa Fujiwara kembali?
Sepertinya Fujiwara tak nyaman tinggal di rumah keluarga Jung.” Komentar
Byunghun.
“Aku juga merasa begitu.” Minhwan setuju.
“Di sinilah tempat Nona Fujiwara, Jeonggu Dong. Bukan
rumah megah itu.” Sambung Shin Ae. “Semoga Nona tak dibawa pergi lagi. Kasihan
Minki Oppa tanpa Nona.”
Hyuri hanya diam dan terus mengamati Shin Ae. Hyuri
penasaran. Siapakah sebenarnya gadis yang mengaku sebagai Yowlism ini?
***
Ai tersenyum mengamati seluruh sudut rooftop, tempat
tinggalnya bersama Minki. Jinyoung menyerah dan membiarkan Ai tetap tingga di
Jeonggu Dong bersama Minki.
“Teh melati, kesukaanmu.” Minki kembali. “Jadi kau akan
kembali tinggal di sini?”
“Oppa tidak suka?”
“Bukan tidak suka, tapi apa kau tidak memikirkan
bagaimana perasaan Tuan dan Nyonya Besar? Tuan Muda Jung Jinwoon dan Jung Eui
Chul.”
“Kedua oppaku itu yang membantuku bicara hingga appa
menyerah. Jangan khawatir, suatu saat nanti jika aku benar-benar telah siap,
aku akan menjaga appa dan omma. Bersama di sana.”
“Semoga kalian menemukan jalan yang terbaik. Aku benar
merasa tak enak pada Tuan Besar.” Keduanya kembali terdiam, selama beberapa
detik. “Besok, kau akan kembali ke sekolah?”
“Em.” Ai mengangguk.
“Kau yakin? Setelah kekacauan hari ini, aku khawatir
besok di sekolah akan benar menyulitkanmu.”
“Viceroy. Aku bertanggung jawab atas apa yang menimpa
mereka. Aku tidak akan lari. Ada Kibum dan Wooyoung bersamaku, jadi Oppa jangan
khawatir.”
“Aku akan mengantar dan menjemputmu. Setiap hari.”
“Oppa-ya. Aku bukan gadis kecil lagi. Aku bisa berangkat
dan pulang sendiri. Percayalah semua pasti baik-baik saja. Oya Oppa, bisakah
Oppa mencari tahu tentang gadis Yowlism itu? Jung Shin Ae.”
“Jung Shin Ae?”
***
Pagi yang cerah. Ai benar-benar ke sekolah. Moonsik
tersenyum menyambut kedatangan Ai, Kibumdan Wooyoung. Ketiganya kembali menjadi
murid yang pertama datang pagi ini.
Yoseob, Hongki,Kyumin, Sungjeong, Chanhee, lima pemuda
yang pernah menjadi patner Ai dalam Hwaseong Festival segera mengerumuni Ai
ketika mereka tiba di kelas dan melihat Ai telah kembali. Mereka memberikan
dukungan pada Ai.
Chaerin, Gyuri, Yiyoung dan Soojung heran melihat wajah
Hanbyul, Byunghun, Minhwan dan Myungsoo. “Apa yang terjadi pada kalian?” Tanya
Chaerin. “Kalian berkelahi?”
“Kami menjadi stuntman sebuah film laga.” Jawab Minhwan.
“Stuntman? Itu tidak lucu Choi Minhwan!”
“Ada apa sebenarnya?” Tanya Gyuri penasaran.
“Nanti pasti kalian juga akan tahu. Tunggu saja
orang-orang usil dan kurang kerjaan itu memposting tentang ini.” Jawab Byunghun
yang kemudian berjalan pergi diikuti Minhwan, Hanbyul dan Myungsoo.
“Mereka itu!” Umpat Gyuri kesal.
“Apa benar mereka berkelahi? Dengan siapa?” Gumam
Chaerin.
-------
Kembalinya Ai ke sekolah usai peristiwa kecelakaan yang
menimpanya serta kemenangan YOWL jelas menyita perhatian. Kemunculan Ai yang
sempat di tunggu-tunggu akhirnya terjadi juga. Kehadiran Ai kembali ke sekolah
langsung menjadi bahasan hangat hampir seluruh murid Hwaseong Academy. Bahkan
tak jaranga ada yang berani menguntit di belakang Ai. Semua ini benar membuat
Ai tak nyaman.
Ai kembali mengunjungi toilet untuk siswi kelas X.
Berdiri diam mengamatinya. Sejenak Ai merindukan Kim Yoojin. Arwah penasaran
yang kini tak ada lagi di sana. Ai tersenyum getir mengingat semua kenangannya
bersama Yoojin dalam toilet ini. Dan Ai merindukan masa itu. Terlebih di saat
seperti ini. Jam pelajaran berlangsung dan Ai harus menunggu sendiri karena ia
tak bisa mengikuti jam pelajaran olah raga di kelasnya. Ai berjalan keluar,
menyusuri koridor.
Junhyung –Yong Junhyung- baru kembali dari perpustakaan.
Ia melihat Ai berjalan sendiri, pelan dan menundukan kepala. Junghyung berubah
kikuk, sedikit panik. Hanya ada satu lorong, ia tak mungkin menghindar dari Ai.
Junhyung benar-benar takut, hingga jantungnya berdetub tak karuan. Namun Ai
berjalan melewatinya begitu saja. Junhyung menghentikan langkahnya, menghela
napas lega kemudian menoleh menatap punggung Ai yang berjalan semakin menjauh.
Junhyung menundukkan kepala sembari kembali berjalan.
Taman belakang sekolah. Tempat favorit Ai. Ia duduk
mendengarkaan lagu dalam ponselnya sambil menatap ke arah danau buatan. Sendiri
seperti ini kembali membawa ingatan Ai pada YOWL, Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan
Minhyuk. Ai sangat merindukan mereka. Tiba-tiba seseorang mencabut headset di
telinga kanan Ai.
“Dokter Song?? Sejak kapan Dokter di sana??” Ai benar
terkejut.
Joongki menggoyang kepalanya mendengarkan lagu dari salah
satu headset yang ia rampas dari telinga Ai. “Lagu siapa ini? Keren.”
“If I Could Fly, Helloween.” Ai melepas satu headset yang
msih tersisa di telinganya.
“Lagu ini dan melamun sendiri di sini. Apa yang kau
pikirkan?”
“YOWL. Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk. Sedikit
merindukan mereka.” Ai tersenyum mengenangnya. “Manusiawi bukan?”
Hanbyul berhasil kabur dari kelasnya. Ia menuju kelas Ai
namun kelas itu kosong. Hanbyul menyusul ke lapangan olah raga outdoor dan
memperhatikan teman-teman Ai dari pinggir lapangan. Ia tak menemukan Ai di
sana. Kediaman Moonsik pun kosong. Taman belakang sekolah. Hanbyul yakin Ai
berada di sana. Ia bergegas menyusul. Langkah Hanbyul terhenti. Benar Ai berada
di sana namun tak sendiri. Ada Dokter Song menemani Ai di sana. Hanbyul
mematung di tempat ia berdiri melihat Dokter Song menyuapi Ai.
shytUrtle
0 comments