¤ Last Fantasy ¤
07:03
Last Fantasy
. Genre: series/straight/comedy romance(?)
. Author: shytUrtle
. Cast:
- all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
- Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
- Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.
Episode #7 (ENDING)
“Kemarin, kau tidak mebuka tas mu sama sekali
disini, seingat ku.” Kata Dongwoo.
“Banyak data penting didalamnya?” Tanya Howon.
“Beberapa…” Sihyeon benar redup sejak flashdics
kesayangannya hilang.
“Berulang kali aku mengingatkan untuk tidak selalu
membawanya kemana-mana, tapi… hah, akhirnya apa yang aku khawatirkan terjadi
juga.” Cerca Myungsoo. “Jika sudah begini bagaimana?”
“Aku tahu aku salah.”
“Semua tentang Woohyun ada disana bukan?”
“Ka-kau tahu??”
“Kau pernah mengatakannya, padaku.”
“Hah… iya… Myungsoo, bagaimana sekarang?”
“Kalau sudah hilang, mau bagaimana lagi? Aa, ayo
kita coba mencarinya sekali lagi.”
Myungsoo membantu Sihyeon mencari benda kecil
berwarna hitam itu dimulai dari kediaman Sihyeon. Namun hasilnya nihil.
***
Sihyeon heran, Woohyun yang beberapa waktu lalu
bersikap baik padanya kini kembali seperti sedia kala, dingin dan angkuh.
Mengabaikan semua pertanyaan dibenaknya, Sihyeon berusaha menyelesaikan
tugasnya dengan cepat agar bisa segera pergi dari rumah Woohyun.
“Omo!!! Apa mungkin terjatuh disini dan Woohyun…
hah, karenanya dia berubah?? Ish, hentikan berpikir buruk tentang itu Sihyeon!”
Sihyeon memukul pelan kepalanya dan bersiap pergi. “Aku pergi.” Sihyeon
berpamitan pada Woohyun.
“Apa ini milikmu?” Woohyun menunjukan flashdics
ditangannya.
Mata bulat Sihyeon melebar. Apa yang ia pikirkan
benar adanya. “Ah, iya itu milikku tapi bagaimana bisa ada padamu??” Sihyeon
berusaha menutupi rasa gugupnya. Woohyun diam dan menatap Sihyeon. Sihyeon
pergi dari hadapan Woohyun tanpa membawa flashdics miliknya.
# INFINITE-With… #
Woohyun masih berdiri seperti itu. Ia masih lurus
menatap ke depan meskipun Sihyeon sudah menghilang dari hadapannya. Woohyun
menurunkan tangannya dan menggenggam flashdics milik Sihyeon.
Sihyeon berjalan dengan tatapan kosong dan
langkahnya sedikit gontai. Takut juga malu, itu yang ia rasakan kini. Ia
menundukan kepala dan perlahan air mata itu menetes menuruni pipi pucat
Sihyeon.
Woohyun duduk didepan laptopnya. Ia memainkan
flashdics milik Sihyeon ditangannya dan kembali menghela nafas panjang.
Kemudian ia kembali memasang flashdics itu untuk kembali melihat isinya. Minggu malam setelah Sihyeon pamit pergi,
Woohyun menemukan flashdics hitam itu dimeja tempat Sihyeon biasa meletakan
tasnya. Woohyun mengejar keluar namun ia tak berhasil menemukan Sihyeon. Karena
penasaran Woohyun pun tergoda untuk melihat isi dari flashdics itu meskipun ia
tahu tak seharusnya ia melakukan itu. Woohyun terkejut ketika membuka folder
dengan nama ‘My Gloriuos Prince’. Tadinya ia berpikir folder itu pasti berisi
gambar aktor-aktor tampan karena Sihyeon anak gadis. Dugaan Woohyun salah,
folder itu justru berisi segala sesuatu tentang dirinya. Semua catatan, foto
dan video dalam folder itu adalah tentang Nam Woohyun. Woohyun sama sekali tak
menduga jika Sihyeon mengaguminya seperti ini sejak SMA meskipun ia percaya
pada ucapan Hyunri.
Sihyeon terus berlari. Sihyeon berhenti, memegang
kedua lututnya dan mengatur nafas. Sihyeon duduk merebahkan punggungnya pada
kursi taman. Ia kemudian menatap langit malam dan menyesali kecerobohannya.
Sihyeon terlihat lebih tenang kini. Tiba-tiba ada tangan yang memegang kedua
pipinya dari belakang.
“Myungsoo.”
Myungsoo tersenyum dan beralih ke hadapan Sihyeon.
“Omo, kau menangis??” Sihyeon tersenyum getir. “Sihyeon, apa yang terjadi??”
Myungsoo duduk disamping Sihyeon.
“Woohyun, dia mengetahui semua, tentang perasaan ku
dan…” Sihyeon berusaha mengatur emosinya. “Flashdics ku terjatuh disana dan
sepertinya Woohyun telah melihat isinya, semua…” keduanya terdiam sejenak.
“Kau… menyesalinya?”
“Sedikit. Hah, perasaan apa ini, Myungsoo??”
Myungsoo menatap Sihyeon. “Hey, bukankah ini bagus?
Aku rasa sudah sa’atnya Woohyun mengetahui perasaan mu dan… apakah kau takut
akan hal ini? Kau takut Woohyun marah dan meninggalkan mu?”
“Entahlah… mungkin iya…”
“Apa kau ingin bersamanya?”
“Dulu iya, sangat ingin tapi belakangan… aku tidak
tahu perasaan apa ini…”
“Apa kau ingin aku memelukmu?”
“Apa?? Ish…”
Myungsoo menarik tubuh Sihyeon dalam dekapannya.
“Aku ingin memeluk mu…” bisik Myungsoo.
Sihyeon terdiam dalam pelukan Myungsoo yang
membuatnya merasa tenang.
Myungsoo mengantar Sihyeon pulang. “Istirahatlah.
Besok kita pergi menjenguk Paman Jaesuk, pertunjukan akan segera digelar, kau
harus meminta restu pada Paman Jaesuk.”
“Em.” Sihyeon mengangguk mantab.
“Kau tidak membantah lagi?”
“Aku kapok mengabaikan mu. Mulai malam ini, aku akan
berusaha mendengar perkataan mu… Silence.”
“Ketahuan juga akhirnya…” Myungsoo menggaruk
kepalanya. “Iya, itu aku. Kau tidak pernah mendengarkan aku tapi ketika aku
menjadi Silence, kau bersikap sedikit berbeda karenanya aku tetap memerankan
peran itu.”
“Ma’af…”
“Untuk apa? Terlambat menyadarinya dan mengabaikan
aku? Ish… sudah istirahat sana.” Myungsoo mengelus pelan kepala Sihyeon.
“Terima kasih. Sampai jumpa besok.”
***
“Appa, kenapa Appa jadi begini kurus? Appa tidak
makan dengan baik disini? Pasti sangat susah hidup di penjara.”
“Appa disini hanya makan dan tidur, tapi kalian?”
Jaesuk menatap Sihyeon dengan tatapan menyesal.
“Appa jangan mengkhawatirkan kami, kami hidup baik,
em?”
“Aku percaya pada mu. Sihyeon, semalam aku bermimpi,
mimpi yang sangat indah sekali dan ini firasat baik. Aku percaya padamu,
berusahalah!”
Myungsoo tersenyum ketika kepala Sihyeon jatuh
menimpa lengannya. Ia membetulkan kepala Sihyeon dan membiarkan gadis itu tetap
tidur.
“Aigoo, kepalaku sakit sekali. Lengan mu terbuat
dari tulang semua ya? Keras sekali…”
Myungsoo hanya tersenyum menanggapinya. “Yakin kau
akan pergi sendiri?”
“Yap. Jangan khawatir. Aku pergi.”
“Em.”
Myungsoo terus menatap Sihyeon yang berjalan memasuki gedung tempat ia
biasa latihan vocal.
Woohyun duduk memperhatikan Sihyeon yang berlatih di
dalam studio ketika Hyunri tiba dan duduk disampingnya. “Dia beradaptasi dengan
baik.” Kata Hyunri.
“Kalian beradaptasi dengan baik.”
“Tetap saja aku tak sehebat dia.”
“Kalian hebat dibidang masing-masing dan saling
melengkapi.”
“Woohyun, ada apa dengan kalian?”
“Aku harus latihan.” Woohyun bangkit dari duduknya.
Ia tetap acuh pada Sihyeon ketika berpapasan di pintu.
“Terjadi sesuatu?” Tanya Hyunri ketika Sihyeon duduk
merapikan barangnya. “Beberapa waktu lalu kalian terlihat sangat akrab tapi
sekarang?”
“Aku pergi.”
“Yoo Sihyeon!”
“Dia sudah tahu semuanya.”
“Ap-apa?? Ka-kau mengatakan semuanya?”
“Iya, aku mengatakan, semuanya.”
Hyunri melahap menu makan siang dihadapannya.
Kemudian ia menatap Woohyun yang hanya diam tak menyentuh makanannya. “Kau
tidak mau makan karena aku yang traktir?”
Suara Hyunri membuyarkan lamunan Woohyun. “Tidak.
Aku memikirkan hal lain.”
“Yoo Sihyeon? Kau mulai menyukainya?”
“Entahlah.”
“Sihyeon telah mengatakan semua padaku. Dia
mengatakan jika kau telah mengetahui semua, Sihyeon mengatakan semua padamu?
Apa kau membencinya karena ia menyukai mu dan bersikap seperti penguntit? Apa
menyimpan rasa kagum dan mencintai dalam diam itu salah? Jika kau berpikir
demikian, maka sama artinya kau mengadili Tuhan.”
“Bagaimana bisa dia melakukan itu? Menyimpan rasa
itu dari dulu dan… apakah hingga kini?”
“Bagaimana menurutmu? Sihyeon memang seperti itu
orangnya.”
“Hah…”
***
“TADA!!!” Soojung membawa Sihyeon keluar kamar.
Hyungi, Sungjeong, Dongwoo, Howon dan Myungsoo terpesona. Mereka seolah tak
percaya jika gadis yang berdiri disamping Soojung adalah Sihyeon. “Bagaimana??”
Tanya Soojung.
“Yeppo, yeppo.” Jawab Howon.
“Perfect.” Dongwoo memberikan dua jempolnya.
“Iya sempurna.” Sungjeong membenarkan.
“Gomawo.” Soojung dengan riang.
“Kalian benar tidak ingin pergi?” Tanya Sihyeon.
“Untuk apa membayar mahal hanya untuk melihat
penyihir itu?” kata Howon. “Aku disini saja!” seraya melipat tangan.
“Lagi pula tiketnya sudah terjual habis bukan?”
sambung Dongwoo.
“Baiklah. Myungsoo, ayo kita pergi.”
“Nee.” Myungsoo bangkit dari duduknya.
“Hah… mereka benar terlihat baik bersama.” kata
Hyungi. “Kenapa?? Kalian tidak suka??”
Malam ini pertunjukan di gelar. Sihyeon benar gugup,
beruntung ada Myungsoo di sisinya hingga ia bisa merasa sedikit lebih tenang.
Sihyeon dan Myungsoo sama-sama terkejut melihat Woohyun sudah menunggu.
“Woo-hyun??”
Woohyun tersenyum manis. “Kita berangkat bersama?”
“Aku…”
“Kebetulan sekali.” Potong Myungsoo. “Sihyeon, kau
berangkat saja dengan Woohyun, aku akan mengikuti dibelakang. Jika kau naik
motor bersama ku, itu bisa merusak penampilan mu dan Soojung akan kecewa
karenanya.”
Sihyeon merasa tak nyaman duduk didalam mobil
Woohyun. Berulang kali ia menoleh untuk melihat Myungsoo yang mengendarai
motornya dan mengekor tepat dibelakang mobil Woohyun. Sihyeon menggenggem erat
liontin kalung pemberian Myungsoo yang tergantung di lehernya.
“Ini milik mu.” Woohyun memberikan flashdics milik
Sihyeon. “Kau boleh marah pada ku tapi jangan padanya.”
“Gomawo.” Sihyeon mengambil flashdics miliknya dari
tangan Woohyun. “Aku tidak marah padamu hanya saja waktu itu aku malu dan pergi
adalah hal terbaik, ma’af.”
“Aku berhutang budi padanya, jika bukan karena dia,
aku tidak akan pernah tahu jika ada seseorang yang sangat perhatian dan
menyayangi aku dan juga setia… Hagh! Kau itu lucu sekali Sihyeon, untuk apa kau
malu? ”
“Rahasia ku sebagai penguntit Nam Woohyun terbongkar
oleh Nam Woohyun, apa aku masih punya muka?”
“Kau bukan penguntit. Sungguh aku kagum padamu.”
“Kagum??”
“Jadi… badut panda waktu itu juga kau?”
“Itu… iya, kami mengambil pekerjaan apa saja.”
“Ma’af aku sempat mendiamkan mu, itu karena aku
sedikit shock ketika mengetahui ini semua.”
“Em.”
“Sihyeon, mau kah kau memberi aku kesempatan?”
“Ma’af??”
“Aku mulai menyukai mu, Yoo Sihyeon.” Mobil terhenti
diplataran parkir. Woohyun juga Sihyeon sama-sama terdiam. “Aku tidak tahu
apakah perasaan mu masih sama pada ku atau telah berubah, tapi aku benar ingin
meminta kesempatan padamu dan ini bukan karena aku kasihan padamu tapi karena
aku benar mulai menyukaimu. Aku ingin jujur tentang ini, padamu dan apapun
jawaban mu aku akan terima.”
“Woohyun…” Sihyeon tak melanjutkan ucapannya karena
Sungyeol mengetuk kaca mobil Woohyun. Woohyun tersenyum getir sa’at Sihyeon lebih
memilih keluar daripada meneruskan ucapannya.
“Aigoo aigoo, kau cantik sekali malam ini, benarkah
ini Yoo Sihyeon yang aku kenal?” goda Sungyeol.
“Tentu saja ini Sihyeon kita.” sahut Jinyoung.
“Ayo kita masuk.” Sungyeol merangkul Sihyeon dan
ketiganya berjalan mendahului.
“Terima kasih.” Myungsoo menghampiri Woohyun.
“Em.” Woohyun mengangguk.
“Kita masuk?”
“Nee.”
Sihyeon terlihat nyaman bersama Jung Ah, Juyeon dan
Sungkyu. “Kau terus menatapnya, tidak sadarkah kau jika aku iri dibuatnya?”
Hyunri menghampiri Woohyun.
“Bekerjalah dengan baik.”
“Woohyun… ish…”
Myungsoo selesai mempersiapkan gitarnya. Kini ia
duduk dan memperhatikan Sihyeon. Ia tersenyum sendiri melihat tingkah Sihyeon.
“Kalian harus sukses malam ini.” Kata Myungsoo tiba-tiba.
“Semua seolah hanya menatapnya…” keluh Hyunri.
“Dia tidak pernah berubah meskipun kau
mengkhianatinya, bahkan dia terus memikirkan dan mengkhawatirkan mu.”
“Aku tidak bisa menjaganya, karena itu jangan
biarkan dia sendiri.” Myungsoo tak mengatakan apapun dan beranjak pergi. Hyunri
pun murung.
“Hwaiting, Jung Hyunri.”
Hyunri mengangkat kepala. Sihyeon tersenyum tulus
dan pergi.
Pertunjukan siap dimulai. Sihyeon berada ditempat
tersembunyi dibelakang panggung. Ada sebuah televisi besar yang menemaninya
hingga ia bisa melihat pertunjukan di panggung. Ia tersenyum melihat Woohyun
yang terlihat sangat tampan dan bersinar diatas panggung. Sungkyu memberi isyarat
agar Sihyeon memakai headphone dan bersiap bernyanyi. Sihyeon mengangguk paham.
Sihyeon bernyanyi dengan baik termasuk sa’at ia harus berduet dengan Woohyun.
Diatas panggung Hyunri juga bekerja dengan baik hingga tak terlihat jika ia
lipsing. Tiba pada bagian akhir dari pertunjukan dan ini lagu terakhir yang
harus dinyanyikan Sihyeon. Sihyeon menatap layar televise dan kembali
menggenggam lointin kalung pemberian Myungsoo. Sihyeon memejamkan mata ketika
intro lagu itu memenuhi kedua gendang telinganya.
nuneul gama
saenggakhae maeumeul jaba do
jeomjeom deo daga gago itneun geol
jeomjeom deo daga gago itneun geol
eoneusaen ga
salmyeoshi saegyeo jigo itdeon naemam
neol bomyeon sum gilsu eobseosseo
neol bomyeon sum gilsu eobseosseo
manheun nal
deuri, uri hamkke igireul
nae ape, itneun neol mideul su eobseo, bulleo bo janha
nae ape, itneun neol mideul su eobseo, bulleo bo janha
nuneul gama,
neol bulleo bojiman
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
Woo~ Always
with you, yeongwonhi
manheun nal
deuri, uri hamkke igireul
nae ape, itneun neol mideul su eobseo, bulleo bo janha
nae ape, itneun neol mideul su eobseo, bulleo bo janha
nuneul gama,
neol bulleo bojiman
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
mae ilbam
jamdeul gi jeone, soneul nae mireo
nareul ana jun sarangeul, nan gieokhae, Woah~
nareul ana jun sarangeul, nan gieokhae, Woah~
nuneul gama,
neol bulleo bojiman
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
Woo~ Always
with you, yeongwonhi
Semua bernafas lega karena pertunjukan sukses di
gelar malam ini. Binar bahagia terpancar disemua wajah para pemain teater
Inspirit. Beberapa dari mereka juga mengucapkan terima kasih atas kerja keras
Sihyeon.
“Sihyeon.” Hyunri menghampiri Sihyeon. “Gomawo.”
Sihyeon tersenyum tulus. “Terima kasih juga untuk
kerja keras yang kau lakukan, penampilan mu sempurna, Hyunri.”
“Aniya karena aku masih meminjam suara mu. Hah..
lihat mereka senang sekali, tapi aku tidak akan bertahan disini.”
“Nee?? Kenapa??”
“Aku tidak bisa dan tidak pantas.”
“Siapa yang mengatakan hal itu?”
Hyunri langsung memeluk Sihyeon. “Mianhae… jongmal
mianhae…” bisik Hyunri. “Aku benar-benar gila dibuatnya, setiap malam selalu
ketakutan karena rasa bersalah itu. Aku mohon ma’afkan aku, Sihyeon…”
Ragu-ragu Sihyeon menggerakan tangannya lalu ia
membalas pelukan Hyunri. “Sudahlah…”
Myungsoo tersenyum melihat keduanya. “Sudah cukup
reuninya?”
Hyunri melepas pelukannya dan mengusap sisa air
matanya. “Kenapa kau muncul disa’at seperti ini?”
“Apa aku melewatkan sesuatu?” Sungkyu datang
bersama Woohyun. “Bagaimana kalau kita pergi makan malam bersama?”
“Boleh!” Sihyeon sambil melingkarkan tangannya
pada lengan Myungsoo menahan agar pemuda itu tidak menolak ajakan Sungkyu.
***
Myungsoo dan Sihyeon duduk berdampingan melihat
gemerlap kota. Sihyeon tersenyum lebar. “Lampu-lampu itu seperti senyum para
pemain teater Inspirit tadi.”
“Em. Kau menyanyi dengan baik.”
“Hah… setelah semua proses itu, kini semua bisa
bernafas lega.”
“Kau bisa menyanyi dengan baik pasti karena
Woohyun berusaha keras membantu mu. Apa yang kau pikirkan ketika menyanyikan
lagu terakhir? Pasti Woohyun.”
“Bukan.” Myungsoo kaget mendengarnya. “Entahlah,
tadi aku sangat gugup karena harus menyanyikan lagu itu secara utuh. Lalu aku
menggenggam kalung ini, memejamkan mata dan memikirkan tentang waktu yang kita
lewatkan bersama, memikirkan tentang mu…” Sihyeon diam. “Mungkin ini terdengar
konyol namun itu sangat manjur dan aku merasa lebih tenang ketika bernyanyi.”
Karena merasa canggung Sihyeon pun berdiri dan menatap gemerlap kota
membelakangi Myungsoo.
Myungsoo menatap Sihyeon yang berdiri membelakangi
dirinya. Ia pun bangkit dan turut berdiri memandang gemerlap kota disamping
kanan Sihyeon. “Aku menyukaimu, Yoo Sihyeon.” Sihyeon tersentak dan menoleh
menatap Myungsoo. “Kenapa? Kau marah?”
“Berhenti bercanda!”
Myungsoo menghela nafas lalu memegang kedua lengan
Sihyeon membuat gadis itu lurus menghadap padanya. Myungsoo menatap lekat
Sihyeon. “Apa aku terlihat bercanda? Aku benar menyukai mu dan seperti yang aku
katakan tempo hari, aku ingin menjaga mu. Aku menyukai gadis dihadapan ku ini
dan aku ingin terus berada disampingnya, menjaganya, tak peduli apakah dia akan
menyukai Pangeran Woohyun atau pria yang lain. Aku tidak akan pernah pergi
meninggalkan mu, Sihyeon. Kecuali kau meminta ku untuk pergi dari sisi mu.”
“Myung-soo…” bisik Sihyeon kehabisan kata-kata.
Myungsoo tersenyum lalu mengecup pelan kening
Sihyeon. Keduanya kembali saling menatap. Myungsoo mencium bibir merah Sihyeon.
Sihyeon memejamkan mata dan merelakan ciuman pertamanya pada Myungsoo.
***
Myungsoo mondar-mandir sambil terus mencoba
menelfon Sihyeon. “Myungsoo, tidak bisakah kau duduk tenang?” Tanya Howon.
“Tidak bisa! Hah, kemana dia??”
“Sihyeon bukan anak kecil lagi kenapa kau begitu
khawatir?” Tanya Dongwoo.
“Nuna pasti akan segera kembali.” Sungjeong turut
menenangkan diamini anggukan kepala Hyungi dan Soojung.
Terdengar suara pintu terbuka dan semua mata
beralih pada arah pintu. “Annyeong…” Sungyeol muncul dengan membawa dua buah
tas plastik berisi penuh belanjaan. Semua terlihat kecewa terlebih Myungsoo.
“Oh, jadi Sihyeon tiba-tiba menghilang?” Sungyeol
manggut-manggut.
“Apa mungkin bersama Woohyun? Atau Sungkyu Hyung?”
Terka Dongwoo.
“Aku bersama keduanya sebelum kemari.” Jawab
Sungyeol.
“Aku pulang!” seru Sihyeon riang. “Oh? Kalian?”
“Anak ini! Myungsoo menggila gara-gara kau
tiba-tiba menghilang.” Cerca Howon.
“Darimana saja kau dari pagi tadi?” Tanya Dongwoo.
“Ma’af.” Sihyeon duduk bergabung. “Aku sibuk
mengurus ini.” Sihyeon meletakan map berwarna biru itu di meja.
Suasana didalam rumah Sihyeon berubah riuh.
***
Sihyeon terus memasang senyum diwajahnya. Kilatan
cahaya dari kamera para wartawan bersautan. Di belakang para wartawan terlihat
teman-teman Sihyeon hadir memberi dukungan. Sungyeol, Howon, Dongwoo, Hyungi,
Soojung dan Sungjeong. Tampak pula Sungkyu dan Woohyun yang hadir bersama
Juyeon.
Hyunri berlari kecil menembus kerumunan. “Apa aku
benar terlambat??” tanyanya pada yang lain.
“Kau melewatkan seluruh sesi wawancara.” Jawab
Howon.
“Ma’af. Aku harus menemani Yunho Oppa menyambut
tamu dari Cina. Ah, Sihyeon…” Hyunri melambaikan tangannya. Sihyeon tersenyum
melihat Hyunri.
“Baiklah. Uri Lime Lady akan menyanyikan sebuah
lagu untuk kita.”
Sihyeon tersenyum pada para pembaca setianya dalam
acara meet and great siang itu. Myungsoo duduk dan siap dengan gitarnya.
Sihyeon menatap Myungsoo dan pemuda itu mengangguk kemudian mulai menggenjreng
gitar akustiknya. Sihyeon menyanyikan lagu Always Be Mine yang di populerkan
oleh FT.Island diiringi genjrengan gitar Myungsoo.
Tuhan tidak
akan menguji umat-Nya diluar kemampuan umat-Nya. Ujian Tuhan adalah bukti
cinta-Nya yang luar biasa. Aku bersyukur telah merasakan semua dan mendapatkan
keberkahan ini. Aku tidak hanya mendapatkan impian ku, tapi aku juga
mendapatkan kekasih, sahabat, teman lama dan banyak hal. Pekerjaan baru dan
uang yang melimpah. Sungjeong bisa berjalan normal kini dan Appa akan bebas
minggu ini. Tuhan, aku sangat mencintai Mu… Terima kasih Tuhan…
“Kenapa rasa ramennya berbeda?” Tanya Woohyun.
“Sini aku coba.” Myungsoo mencicipi. “Ish. Asin
sekali. Jagiya, kau pakai siasat apa untuk memasak ramen ini?”
“Nee??” Sihyeon muncul dengan membawa laptopnya.
“Sedari tadi aku mengetik.”
“Ma’af, itu aku yang masak.” Hyunri muncul dari
dapur.
-------THE END--------
.shytUrtle_yUi.
0 comments