¤ Last Fantasy ¤

07:03

Last Fantasy

.  Genre: series/straight/comedy romance(?)
.  Author: shytUrtle
.  Cast:
-          all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
-          Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
-          Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.



 
Episode #7 (ENDING)

“Kemarin, kau tidak mebuka tas mu sama sekali disini, seingat ku.” Kata Dongwoo.

“Banyak data penting didalamnya?” Tanya Howon.

“Beberapa…” Sihyeon benar redup sejak flashdics kesayangannya hilang.


“Berulang kali aku mengingatkan untuk tidak selalu membawanya kemana-mana, tapi… hah, akhirnya apa yang aku khawatirkan terjadi juga.” Cerca Myungsoo. “Jika sudah begini bagaimana?”

“Aku tahu aku salah.”

“Semua tentang Woohyun ada disana bukan?”

“Ka-kau tahu??”

“Kau pernah mengatakannya, padaku.”

“Hah… iya… Myungsoo, bagaimana sekarang?”

“Kalau sudah hilang, mau bagaimana lagi? Aa, ayo kita coba mencarinya sekali lagi.”

Myungsoo membantu Sihyeon mencari benda kecil berwarna hitam itu dimulai dari kediaman Sihyeon. Namun hasilnya nihil.
***

Sihyeon heran, Woohyun yang beberapa waktu lalu bersikap baik padanya kini kembali seperti sedia kala, dingin dan angkuh. Mengabaikan semua pertanyaan dibenaknya, Sihyeon berusaha menyelesaikan tugasnya dengan cepat agar bisa segera pergi dari rumah Woohyun.

“Omo!!! Apa mungkin terjatuh disini dan Woohyun… hah, karenanya dia berubah?? Ish, hentikan berpikir buruk tentang itu Sihyeon!” Sihyeon memukul pelan kepalanya dan bersiap pergi. “Aku pergi.” Sihyeon berpamitan pada Woohyun.

“Apa ini milikmu?” Woohyun menunjukan flashdics ditangannya.

Mata bulat Sihyeon melebar. Apa yang ia pikirkan benar adanya. “Ah, iya itu milikku tapi bagaimana bisa ada padamu??” Sihyeon berusaha menutupi rasa gugupnya. Woohyun diam dan menatap Sihyeon. Sihyeon pergi dari hadapan Woohyun tanpa membawa flashdics miliknya.

# INFINITE-With… #

Woohyun masih berdiri seperti itu. Ia masih lurus menatap ke depan meskipun Sihyeon sudah menghilang dari hadapannya. Woohyun menurunkan tangannya dan menggenggam flashdics milik Sihyeon.

Sihyeon berjalan dengan tatapan kosong dan langkahnya sedikit gontai. Takut juga malu, itu yang ia rasakan kini. Ia menundukan kepala dan perlahan air mata itu menetes menuruni pipi pucat Sihyeon.

Woohyun duduk didepan laptopnya. Ia memainkan flashdics milik Sihyeon ditangannya dan kembali menghela nafas panjang. Kemudian ia kembali memasang flashdics itu untuk kembali melihat isinya.  Minggu malam setelah Sihyeon pamit pergi, Woohyun menemukan flashdics hitam itu dimeja tempat Sihyeon biasa meletakan tasnya. Woohyun mengejar keluar namun ia tak berhasil menemukan Sihyeon. Karena penasaran Woohyun pun tergoda untuk melihat isi dari flashdics itu meskipun ia tahu tak seharusnya ia melakukan itu. Woohyun terkejut ketika membuka folder dengan nama ‘My Gloriuos Prince’. Tadinya ia berpikir folder itu pasti berisi gambar aktor-aktor tampan karena Sihyeon anak gadis. Dugaan Woohyun salah, folder itu justru berisi segala sesuatu tentang dirinya. Semua catatan, foto dan video dalam folder itu adalah tentang Nam Woohyun. Woohyun sama sekali tak menduga jika Sihyeon mengaguminya seperti ini sejak SMA meskipun ia percaya pada ucapan Hyunri.

Sihyeon terus berlari. Sihyeon berhenti, memegang kedua lututnya dan mengatur nafas. Sihyeon duduk merebahkan punggungnya pada kursi taman. Ia kemudian menatap langit malam dan menyesali kecerobohannya. Sihyeon terlihat lebih tenang kini. Tiba-tiba ada tangan yang memegang kedua pipinya dari belakang.

“Myungsoo.”

Myungsoo tersenyum dan beralih ke hadapan Sihyeon. “Omo, kau menangis??” Sihyeon tersenyum getir. “Sihyeon, apa yang terjadi??” Myungsoo duduk disamping Sihyeon.

“Woohyun, dia mengetahui semua, tentang perasaan ku dan…” Sihyeon berusaha mengatur emosinya. “Flashdics ku terjatuh disana dan sepertinya Woohyun telah melihat isinya, semua…” keduanya terdiam sejenak.

“Kau… menyesalinya?”

“Sedikit. Hah, perasaan apa ini, Myungsoo??”

Myungsoo menatap Sihyeon. “Hey, bukankah ini bagus? Aku rasa sudah sa’atnya Woohyun mengetahui perasaan mu dan… apakah kau takut akan hal ini? Kau takut Woohyun marah dan meninggalkan mu?”

“Entahlah… mungkin iya…”

“Apa kau ingin bersamanya?”

“Dulu iya, sangat ingin tapi belakangan… aku tidak tahu perasaan apa ini…”

“Apa kau ingin aku memelukmu?”

“Apa?? Ish…”

Myungsoo menarik tubuh Sihyeon dalam dekapannya. “Aku ingin memeluk mu…” bisik Myungsoo.
Sihyeon terdiam dalam pelukan Myungsoo yang membuatnya merasa tenang.

Myungsoo mengantar Sihyeon pulang. “Istirahatlah. Besok kita pergi menjenguk Paman Jaesuk, pertunjukan akan segera digelar, kau harus meminta restu pada Paman Jaesuk.”

“Em.” Sihyeon mengangguk mantab.

“Kau tidak membantah lagi?”

“Aku kapok mengabaikan mu. Mulai malam ini, aku akan berusaha mendengar perkataan mu… Silence.”

“Ketahuan juga akhirnya…” Myungsoo menggaruk kepalanya. “Iya, itu aku. Kau tidak pernah mendengarkan aku tapi ketika aku menjadi Silence, kau bersikap sedikit berbeda karenanya aku tetap memerankan peran itu.”

“Ma’af…”

“Untuk apa? Terlambat menyadarinya dan mengabaikan aku? Ish… sudah istirahat sana.” Myungsoo mengelus pelan kepala Sihyeon.

“Terima kasih. Sampai jumpa besok.”
***

“Appa, kenapa Appa jadi begini kurus? Appa tidak makan dengan baik disini? Pasti sangat susah hidup di penjara.”

“Appa disini hanya makan dan tidur, tapi kalian?” Jaesuk menatap Sihyeon dengan tatapan menyesal.

“Appa jangan mengkhawatirkan kami, kami hidup baik, em?”

“Aku percaya pada mu. Sihyeon, semalam aku bermimpi, mimpi yang sangat indah sekali dan ini firasat baik. Aku percaya padamu, berusahalah!”


Myungsoo tersenyum ketika kepala Sihyeon jatuh menimpa lengannya. Ia membetulkan kepala Sihyeon dan membiarkan gadis itu tetap tidur.

“Aigoo, kepalaku sakit sekali. Lengan mu terbuat dari tulang semua ya? Keras sekali…”

Myungsoo hanya tersenyum menanggapinya. “Yakin kau akan pergi sendiri?”

“Yap. Jangan khawatir. Aku pergi.”

“Em.”  Myungsoo terus menatap Sihyeon yang berjalan memasuki gedung tempat ia biasa latihan vocal.

Woohyun duduk memperhatikan Sihyeon yang berlatih di dalam studio ketika Hyunri tiba dan duduk disampingnya. “Dia beradaptasi dengan baik.” Kata Hyunri.

“Kalian beradaptasi dengan baik.”

“Tetap saja aku tak sehebat dia.”

“Kalian hebat dibidang masing-masing dan saling melengkapi.”

“Woohyun, ada apa dengan kalian?”

“Aku harus latihan.” Woohyun bangkit dari duduknya. Ia tetap acuh pada Sihyeon ketika berpapasan di pintu.

“Terjadi sesuatu?” Tanya Hyunri ketika Sihyeon duduk merapikan barangnya. “Beberapa waktu lalu kalian terlihat sangat akrab tapi sekarang?”

“Aku pergi.”

“Yoo Sihyeon!”

“Dia sudah tahu semuanya.”

“Ap-apa?? Ka-kau mengatakan semuanya?”

“Iya, aku mengatakan, semuanya.”


Hyunri melahap menu makan siang dihadapannya. Kemudian ia menatap Woohyun yang hanya diam tak menyentuh makanannya. “Kau tidak mau makan karena aku yang traktir?”

Suara Hyunri membuyarkan lamunan Woohyun. “Tidak. Aku memikirkan hal lain.”

“Yoo Sihyeon? Kau mulai menyukainya?”

“Entahlah.”

“Sihyeon telah mengatakan semua padaku. Dia mengatakan jika kau telah mengetahui semua, Sihyeon mengatakan semua padamu? Apa kau membencinya karena ia menyukai mu dan bersikap seperti penguntit? Apa menyimpan rasa kagum dan mencintai dalam diam itu salah? Jika kau berpikir demikian, maka sama artinya kau mengadili Tuhan.”

“Bagaimana bisa dia melakukan itu? Menyimpan rasa itu dari dulu dan… apakah hingga kini?”

“Bagaimana menurutmu? Sihyeon memang seperti itu orangnya.”

“Hah…”
***

“TADA!!!” Soojung membawa Sihyeon keluar kamar. Hyungi, Sungjeong, Dongwoo, Howon dan Myungsoo terpesona. Mereka seolah tak percaya jika gadis yang berdiri disamping Soojung adalah Sihyeon. “Bagaimana??” Tanya Soojung.

“Yeppo, yeppo.” Jawab Howon.

“Perfect.” Dongwoo memberikan dua jempolnya.

“Iya sempurna.” Sungjeong membenarkan.

“Gomawo.” Soojung dengan riang.

“Kalian benar tidak ingin pergi?” Tanya Sihyeon.

“Untuk apa membayar mahal hanya untuk melihat penyihir itu?” kata Howon. “Aku disini saja!” seraya melipat tangan.

“Lagi pula tiketnya sudah terjual habis bukan?” sambung Dongwoo.

“Baiklah. Myungsoo, ayo kita pergi.”

“Nee.” Myungsoo bangkit dari duduknya.

“Hah… mereka benar terlihat baik bersama.” kata Hyungi. “Kenapa?? Kalian tidak suka??”

Malam ini pertunjukan di gelar. Sihyeon benar gugup, beruntung ada Myungsoo di sisinya hingga ia bisa merasa sedikit lebih tenang. Sihyeon dan Myungsoo sama-sama terkejut melihat Woohyun sudah menunggu.

“Woo-hyun??”

Woohyun tersenyum manis. “Kita berangkat bersama?”

“Aku…”

“Kebetulan sekali.” Potong Myungsoo. “Sihyeon, kau berangkat saja dengan Woohyun, aku akan mengikuti dibelakang. Jika kau naik motor bersama ku, itu bisa merusak penampilan mu dan Soojung akan kecewa karenanya.”

Sihyeon merasa tak nyaman duduk didalam mobil Woohyun. Berulang kali ia menoleh untuk melihat Myungsoo yang mengendarai motornya dan mengekor tepat dibelakang mobil Woohyun. Sihyeon menggenggem erat liontin kalung pemberian Myungsoo yang tergantung di lehernya.

“Ini milik mu.” Woohyun memberikan flashdics milik Sihyeon. “Kau boleh marah pada ku tapi jangan padanya.”

“Gomawo.” Sihyeon mengambil flashdics miliknya dari tangan Woohyun. “Aku tidak marah padamu hanya saja waktu itu aku malu dan pergi adalah hal terbaik, ma’af.”

“Aku berhutang budi padanya, jika bukan karena dia, aku tidak akan pernah tahu jika ada seseorang yang sangat perhatian dan menyayangi aku dan juga setia… Hagh! Kau itu lucu sekali Sihyeon, untuk apa kau malu? ”

“Rahasia ku sebagai penguntit Nam Woohyun terbongkar oleh Nam Woohyun, apa aku masih punya muka?”

“Kau bukan penguntit. Sungguh aku kagum padamu.”

“Kagum??”

“Jadi… badut panda waktu itu juga kau?”

“Itu… iya, kami mengambil pekerjaan apa saja.”

“Ma’af aku sempat mendiamkan mu, itu karena aku sedikit shock ketika mengetahui ini semua.”

“Em.”

“Sihyeon, mau kah kau memberi aku kesempatan?”

“Ma’af??”

“Aku mulai menyukai mu, Yoo Sihyeon.” Mobil terhenti diplataran parkir. Woohyun juga Sihyeon sama-sama terdiam. “Aku tidak tahu apakah perasaan mu masih sama pada ku atau telah berubah, tapi aku benar ingin meminta kesempatan padamu dan ini bukan karena aku kasihan padamu tapi karena aku benar mulai menyukaimu. Aku ingin jujur tentang ini, padamu dan apapun jawaban mu aku akan terima.”

“Woohyun…” Sihyeon tak melanjutkan ucapannya karena Sungyeol mengetuk kaca mobil Woohyun. Woohyun tersenyum getir sa’at Sihyeon lebih memilih keluar daripada meneruskan ucapannya.

“Aigoo aigoo, kau cantik sekali malam ini, benarkah ini Yoo Sihyeon yang aku kenal?” goda Sungyeol.

“Tentu saja ini Sihyeon kita.” sahut Jinyoung.

“Ayo kita masuk.” Sungyeol merangkul Sihyeon dan ketiganya berjalan mendahului.

“Terima kasih.” Myungsoo menghampiri Woohyun.

“Em.” Woohyun mengangguk.

“Kita masuk?”

“Nee.”

Sihyeon terlihat nyaman bersama Jung Ah, Juyeon dan Sungkyu. “Kau terus menatapnya, tidak sadarkah kau jika aku iri dibuatnya?” Hyunri menghampiri Woohyun.

“Bekerjalah dengan baik.”

“Woohyun… ish…”

Myungsoo selesai mempersiapkan gitarnya. Kini ia duduk dan memperhatikan Sihyeon. Ia tersenyum sendiri melihat tingkah Sihyeon. “Kalian harus sukses malam ini.” Kata Myungsoo tiba-tiba.

“Semua seolah hanya menatapnya…” keluh Hyunri.

“Dia tidak pernah berubah meskipun kau mengkhianatinya, bahkan dia terus memikirkan dan mengkhawatirkan mu.”

“Aku tidak bisa menjaganya, karena itu jangan biarkan dia sendiri.” Myungsoo tak mengatakan apapun dan beranjak pergi. Hyunri pun murung.

“Hwaiting, Jung Hyunri.”

Hyunri mengangkat kepala. Sihyeon tersenyum tulus dan pergi.

Pertunjukan siap dimulai. Sihyeon berada ditempat tersembunyi dibelakang panggung. Ada sebuah televisi besar yang menemaninya hingga ia bisa melihat pertunjukan di panggung. Ia tersenyum melihat Woohyun yang terlihat sangat tampan dan bersinar diatas panggung. Sungkyu memberi isyarat agar Sihyeon memakai headphone dan bersiap bernyanyi. Sihyeon mengangguk paham. Sihyeon bernyanyi dengan baik termasuk sa’at ia harus berduet dengan Woohyun. Diatas panggung Hyunri juga bekerja dengan baik hingga tak terlihat jika ia lipsing. Tiba pada bagian akhir dari pertunjukan dan ini lagu terakhir yang harus dinyanyikan Sihyeon. Sihyeon menatap layar televise dan kembali menggenggam lointin kalung pemberian Myungsoo. Sihyeon memejamkan mata ketika intro lagu itu memenuhi kedua gendang telinganya.

nuneul gama saenggakhae maeumeul jaba do
jeomjeom deo daga gago itneun geol
eoneusaen ga salmyeoshi saegyeo jigo itdeon naemam
neol bomyeon sum gilsu eobseosseo
manheun nal deuri, uri hamkke igireul
nae ape, itneun neol mideul su eobseo, bulleo bo janha
nuneul gama, neol bulleo bojiman
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
Woo~ Always with you, yeongwonhi
manheun nal deuri, uri hamkke igireul
nae ape, itneun neol mideul su eobseo, bulleo bo janha
nuneul gama, neol bulleo bojiman
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
mae ilbam jamdeul gi jeone, soneul nae mireo
nareul ana jun sarangeul, nan gieokhae, Woah~
nuneul gama, neol bulleo bojiman
heulleo naerineun nunmureun, chameulsu ga eobtneun geoya
sashireun na, neomu jashini eobseo
neoreul bonaet deon saenggake, geuri umman ssahyeo ga na bwa
Woo~ Always with you, yeongwonhi

Semua bernafas lega karena pertunjukan sukses di gelar malam ini. Binar bahagia terpancar disemua wajah para pemain teater Inspirit. Beberapa dari mereka juga mengucapkan terima kasih atas kerja keras Sihyeon.

“Sihyeon.” Hyunri menghampiri Sihyeon. “Gomawo.”

Sihyeon tersenyum tulus. “Terima kasih juga untuk kerja keras yang kau lakukan, penampilan mu sempurna, Hyunri.”

“Aniya karena aku masih meminjam suara mu. Hah.. lihat mereka senang sekali, tapi aku tidak akan bertahan disini.”

“Nee?? Kenapa??”

“Aku tidak bisa dan tidak pantas.”

“Siapa yang mengatakan hal itu?”

Hyunri langsung memeluk Sihyeon. “Mianhae… jongmal mianhae…” bisik Hyunri. “Aku benar-benar gila dibuatnya, setiap malam selalu ketakutan karena rasa bersalah itu. Aku mohon ma’afkan aku, Sihyeon…”

Ragu-ragu Sihyeon menggerakan tangannya lalu ia membalas pelukan Hyunri. “Sudahlah…”

Myungsoo tersenyum melihat keduanya. “Sudah cukup reuninya?”

Hyunri melepas pelukannya dan mengusap sisa air matanya. “Kenapa kau muncul disa’at seperti ini?”

“Apa aku melewatkan sesuatu?” Sungkyu datang bersama Woohyun. “Bagaimana kalau kita pergi makan malam bersama?”

“Boleh!” Sihyeon sambil melingkarkan tangannya pada lengan Myungsoo menahan agar pemuda itu tidak menolak ajakan Sungkyu.
***

Myungsoo dan Sihyeon duduk berdampingan melihat gemerlap kota. Sihyeon tersenyum lebar. “Lampu-lampu itu seperti senyum para pemain teater Inspirit tadi.”

“Em. Kau menyanyi dengan baik.”

“Hah… setelah semua proses itu, kini semua bisa bernafas lega.”

“Kau bisa menyanyi dengan baik pasti karena Woohyun berusaha keras membantu mu. Apa yang kau pikirkan ketika menyanyikan lagu terakhir? Pasti Woohyun.”

“Bukan.” Myungsoo kaget mendengarnya. “Entahlah, tadi aku sangat gugup karena harus menyanyikan lagu itu secara utuh. Lalu aku menggenggam kalung ini, memejamkan mata dan memikirkan tentang waktu yang kita lewatkan bersama, memikirkan tentang mu…” Sihyeon diam. “Mungkin ini terdengar konyol namun itu sangat manjur dan aku merasa lebih tenang ketika bernyanyi.” Karena merasa canggung Sihyeon pun berdiri dan menatap gemerlap kota membelakangi Myungsoo.

Myungsoo menatap Sihyeon yang berdiri membelakangi dirinya. Ia pun bangkit dan turut berdiri memandang gemerlap kota disamping kanan Sihyeon. “Aku menyukaimu, Yoo Sihyeon.” Sihyeon tersentak dan menoleh menatap Myungsoo. “Kenapa? Kau marah?”

“Berhenti bercanda!”

Myungsoo menghela nafas lalu memegang kedua lengan Sihyeon membuat gadis itu lurus menghadap padanya. Myungsoo menatap lekat Sihyeon. “Apa aku terlihat bercanda? Aku benar menyukai mu dan seperti yang aku katakan tempo hari, aku ingin menjaga mu. Aku menyukai gadis dihadapan ku ini dan aku ingin terus berada disampingnya, menjaganya, tak peduli apakah dia akan menyukai Pangeran Woohyun atau pria yang lain. Aku tidak akan pernah pergi meninggalkan mu, Sihyeon. Kecuali kau meminta ku untuk pergi dari sisi mu.”

“Myung-soo…” bisik Sihyeon kehabisan kata-kata.

Myungsoo tersenyum lalu mengecup pelan kening Sihyeon. Keduanya kembali saling menatap. Myungsoo mencium bibir merah Sihyeon. Sihyeon memejamkan mata dan merelakan ciuman pertamanya pada Myungsoo.
***

Myungsoo mondar-mandir sambil terus mencoba menelfon Sihyeon. “Myungsoo, tidak bisakah kau duduk tenang?” Tanya Howon.

“Tidak bisa! Hah, kemana dia??”

“Sihyeon bukan anak kecil lagi kenapa kau begitu khawatir?” Tanya Dongwoo.

“Nuna pasti akan segera kembali.” Sungjeong turut menenangkan diamini anggukan kepala Hyungi dan Soojung.

Terdengar suara pintu terbuka dan semua mata beralih pada arah pintu. “Annyeong…” Sungyeol muncul dengan membawa dua buah tas plastik berisi penuh belanjaan. Semua terlihat kecewa terlebih Myungsoo.

“Oh, jadi Sihyeon tiba-tiba menghilang?” Sungyeol manggut-manggut.

“Apa mungkin bersama Woohyun? Atau Sungkyu Hyung?” Terka Dongwoo.

“Aku bersama keduanya sebelum kemari.” Jawab Sungyeol.

“Aku pulang!” seru Sihyeon riang. “Oh? Kalian?”

“Anak ini! Myungsoo menggila gara-gara kau tiba-tiba menghilang.” Cerca Howon.

“Darimana saja kau dari pagi tadi?” Tanya Dongwoo.

“Ma’af.” Sihyeon duduk bergabung. “Aku sibuk mengurus ini.” Sihyeon meletakan map berwarna biru itu di meja.

Suasana didalam rumah Sihyeon berubah riuh.
***

Sihyeon terus memasang senyum diwajahnya. Kilatan cahaya dari kamera para wartawan bersautan. Di belakang para wartawan terlihat teman-teman Sihyeon hadir memberi dukungan. Sungyeol, Howon, Dongwoo, Hyungi, Soojung dan Sungjeong. Tampak pula Sungkyu dan Woohyun yang hadir bersama Juyeon.

Hyunri berlari kecil menembus kerumunan. “Apa aku benar terlambat??” tanyanya pada yang lain.

“Kau melewatkan seluruh sesi wawancara.” Jawab Howon.

“Ma’af. Aku harus menemani Yunho Oppa menyambut tamu dari Cina. Ah, Sihyeon…” Hyunri melambaikan tangannya. Sihyeon tersenyum melihat Hyunri.

“Baiklah. Uri Lime Lady akan menyanyikan sebuah lagu untuk kita.”

Sihyeon tersenyum pada para pembaca setianya dalam acara meet and great siang itu. Myungsoo duduk dan siap dengan gitarnya. Sihyeon menatap Myungsoo dan pemuda itu mengangguk kemudian mulai menggenjreng gitar akustiknya. Sihyeon menyanyikan lagu Always Be Mine yang di populerkan oleh FT.Island diiringi genjrengan gitar Myungsoo.

Tuhan tidak akan menguji umat-Nya diluar kemampuan umat-Nya. Ujian Tuhan adalah bukti cinta-Nya yang luar biasa. Aku bersyukur telah merasakan semua dan mendapatkan keberkahan ini. Aku tidak hanya mendapatkan impian ku, tapi aku juga mendapatkan kekasih, sahabat, teman lama dan banyak hal. Pekerjaan baru dan uang yang melimpah. Sungjeong bisa berjalan normal kini dan Appa akan bebas minggu ini. Tuhan, aku sangat mencintai Mu… Terima kasih Tuhan…


“Kenapa rasa ramennya berbeda?” Tanya Woohyun.

“Sini aku coba.” Myungsoo mencicipi. “Ish. Asin sekali. Jagiya, kau pakai siasat apa untuk memasak ramen ini?”

“Nee??” Sihyeon muncul dengan membawa laptopnya. “Sedari tadi aku mengetik.”

“Ma’af, itu aku yang masak.” Hyunri muncul dari dapur.




-------THE END--------


.shytUrtle_yUi.

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews