¤ Last Fantasy ¤

06:09

Last Fantasy

.  Genre: series/straight/comedy romance(?)
.  Author: shytUrtle
.  Cast: 
-          all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
-          Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
-          Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.


 
Episode #5

Woohyun berjalan menyusuri koridor menuju ruang latihan vocal. Dengan handsfree menutup dua lubang telinga dan kedua tangan tersimpan rapi disaku jaketnya. Woohyun menhentikan langkahnya dan ekspresinya berubah kesal.

“Kenapa kau disini?” tanyanya datar.

“Annyeong… bukankah harusnya begitu cara menyapa seseorang?” Hyunri –Jung Hyunri- bangkit dari duduknya. “Apa kau lupa siapa aku sekarang? Ha? Aku datang kemari untuk latihan, kau paham?!”

“Lakukan saja apa yang ingin kau lakukan!” kata Woohyun sambil berjalan menuju ruang latihan.

“Anak ini!!!”


“Bagaimana??” Tanya Sungkyu.

“Hyung menemui ku hanya untuk ini?” Myungsoo balik bertanya.

“Apa ini terdengar lucu dan tak masuk akal?”

“Tidak.”

“Myungsoo, waktu kita tidak banyak lagi. Tolong pikirkan lagi, em?”


Woohyun duduk dan menyincingkan senyum melihat Hyunri latihan menyanyi. Ia kemudian menggelengkan kepala dan kembali memasang handsfree dikedua telinganya.

“Ekspresimu itu, menghina sekali!” Hyunri berdiri melipat tangan dihadapan Woohyun.

“Masih sama, tidak berubah sama sekali.”

Hyunri sedikit memiringkan kepala, “apa aku tidak berbakat? Di matamu selalu seperti itu kah?”

Woohyun bangkit dari duduknya. “Waktu kita tidak banyak, daripada terus mengomel lebih baik kau giat berlatih.”

“Mengomel? Woohyun…”

“Aku mohon padamu, perbaiki semua, ini demi teater Inspirit. Ini pertaruhan besar kami dan kami bergantung pada mu, Jung Hyunri.”

Hyunri tertegun ditempat ia berdiri. Terus dipandanginya punggung Woohyun yang berjalan pergi. “Woohyun, memohon padaku??”
***

“Aku telah memikirkannya dan… aku rasa kita harus mengadakan pesta, pesta besar dan meriah.” Dongwoo mengangguk sambil mengelus dagunya.

“Dimana? Ah, kita bisa menyewa restoran ramen diujung jalan ini, tempat itu lumayan besar kan?” sambung Howon.

“Iya iya, itu bisa jadi alternatif.”

“Kalian! Kembalilah pada kenyataan! Semua itu masih abu-abu, kabur.”

“Aku optimis, apa itu salah? Kau sudah masuk daftar 40 besar, aku rasa untuk lolos ke sepuluh besar bukanlah hal yang tidak mungkin.”

“Dari total 423 peserta, kau lolos masuk 40 besar, itu hanya dengan penilaian tahap satu. Setelah ini akan ditimbang ulang, jalan menuju sepuluh besar terbuka lebar untukmu Sihyeon.” Howon ikut bicara.

“Apa ini tidak terlalu berlebihan? Hah… terserah bagaimana Tuhan menentukan akhirnya, aku pasrah.” Kata Sihyeon.

“Beberapa hari ini Myungsoo tidak terlihat, ada apa dengan kalian?” Tanya Dongwoo.

“Kami?? Eum, tidak ada.”

“Mungkin dia sibuk, kau juga tahu, sekarang teater Inspirit sedang diujung tanduk.” Komentar Howon.

“Ah, iya. Aku lupa tentang itu.” Dongwoo menggaruk kepalanya.

“Sihyeon, apa mereka sudah menemukan pemeran penggantinya?”

“Aku tidak tahu.”

“Myungsoo tidak memberi tahumu? Woohyun??” Tanya Dongwoo.

Sihyeon menggeleng. “Sungyeol pun berlaku sama. Hah! Aku benar penasaran siapa pengganti Nona Kim Soo Yee!” Howon dan Dongwoo saling memandang. “Sabtu ini… iya…”


…Tentang waktu yang akan datang, abu-abu. Masa depan adalah hal yang tidak bisa kita sentuh, maya. Terkadang apa yang kita rencanakan dan kita yakini sudah pasti ada dalam genggaman kita, bisa jadi terlepas dari garis rapi yang kita buat. Segalanya, apapun itu bisa berubah. Seberapa besar keyakinan dan usaha kita, tetap saja kodrat kita adalah sebagai manusia biasa. Kita hanya bisa berusaha dan berdo’a, sedang akhirnya hanya Tuhan yang berhak menentukan dan itulah yang terbaik bagi kita, umat-Nya. Meskipun itu kegagalan. Tuhan tidak mungkin membenci makhluk-Nya. Ketika memberi kita kegagalan, Tuhan punya rencana lain untuk kita. Terkadang Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta, tapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan. Jangan pernah menyerah, teruslah berusaha dan jangan lupakan do’a. Lalu biarkanlah waktu membawa kita pada akhir yang telah digariskan Tuhan.

Sihyeon menghela nafas usai menyelesaikan bagian akhir dari tulisannya hari ini. Seperti biasa ia duduk bersila diatas kursi taman dikawasan play ground tempat ia biasa menghabiskan waktu untuk mendapatkan layanan wifi. “Paman Satpam di sekolah Hyungi?? Kenapa aku jadi merindukannya? Hagh… sudah lama aku tak main-main dengan Paman Satpam itu hehehe…” gumam Sihyeon sendiri.

Silence
Musim semi telah tiba, kenapa kau murung?

Sihyeon tersenyum membaca komentar yang baru saja masuk pada kirimannya hari ini.

Lime Lady
Just a little unwell J

Silence
Aku tahu. Apa kau ingin merubahnya?

Lime Lady
Tidak.

Silence
Kenapa tidak? Kau mampu melakukannya, hanya saja kau tidak punya keberanian, aku benar kan?

Lime Lady
Terima kasih sudah memberiku semangat ^_^

Silence
Ayolah! Buat perubahan, Lime Lady!

Lime Lady
Aku tidak punya kuasa, aku bukan Tuhan.

Silence
Siapa yang menyebutmu Tuhan? Kau juga aku, kita memang bukan Tuhan, tapi kau juga aku, kita memiliki kekuatan yang diberi Tuhan. Berjanjilah padaku.

Lime Lady
Berjanji untuk apa?

Silence
Jangan menyia-nyiakan kesempatan lagi.

Lime Lady
Kesempatan?

Lama menunggu, tidak ada balasan dari Silence. Sihyeon pun berkemas dan pergi. Orang misterius yang sedari tadi memperhatikan Sihyeon sejak gadis itu sampai di taman bermain juga turut pergi.

Sihyeon terbaring menatap langit-langit kamarnya. Ia tak bisa memejamkan mata meskipun tubuhnya sangat lelah. Myungsoo belum juga muncul atau sekedar membalas pesan singkat yang dikirim Sihyeon. Bahkan Myungsoo juga tak mau menerima panggilan dari Sihyeon.
“Ada apa dengan anak itu? Apa dia baik-baik saja? Aaa… kenapa aku terus memikirkan Myungsoo? Kenapa aku mengkhawatirkannya? Apa dia baik-baik saja?? Aish…” Sihyeon menutup wajahnya dengan bantal. “Sungkyu Oppa…” katanya kemudian kembali membuka wajah. “Kenapa Sungkyu Oppa tiba-tiba ingin bertemu dengan ku besok? Hah…” Sihyeon menghembuskan nafas panjang lalu memejamkan mata berusaha tidur.
***

Pukul 10 pagi, Sungkyu berjanji menunggu ditaman. Sihyeon sengaja berangkat lebih awal. Daripada Sungkyu menunggunya, Sihyeon memilih ia menunggu Sungkyu. Tanpa diduga Sihyeon dan Sungkyu datang bersamaan. Kemudian keduanya duduk berdampingan namun hanya diam. Suasana sedikit canggung.

“Oppa..” Sihyeon memulai obrolan. “Tumben sekali mengajakku bertemu, ada apa?”

“Ada hal penting yang harus aku sampaikan padamu, tapi tidak disini.”

“Tidak disini??” Sihyeon berbisik.

“Tunggu saja, sebentar lagi kita pergi.”

Sihyeon mengangguk dan kembali diam meskipun ada ribuan tanya memenuhi otaknya. Sihyeon terkejut ketika Myungsoo tiba-tiba muncul 10 menit kemudian.

“Ma’af aku terlambat.” Kata Myungsoo seraya membungkuk dihadapan Sungkyu dan Sihyeon. Sihyeon kebingungan sedang Sungkyu tersenyum manis. “Kita berangkat sekarang?”


Sihyeon hanya diam duduk dikursi belakang mobil Sungkyu. Sesekali ia menatap Sungkyu yang duduk dibelakang kemudi kemudian Myungsoo yang duduk disamping Sungkyu. Sihyeon melihat keluar kaca mobil, “Oppa ini jalan menuju teater Inspirit, kita menuju kesana?”

“Akhirnya kau bicara juga. Iya, kita menuju kesana.” Jawab Sungkyu.

“Ke-san-na? Untuk apa??”

“Presedir Hyung ingin bertemu denganmu.”

“Ap-apa?? Tuan Presedir ingin bertemu denganku?? Untuk apa?? Apa aku membuat kesalahan??” Sungkyu hanya tersenyum menanggapinya. “Myungsoo!!!”

“Duduk saja, kau akan tahu setelah kita sampai.” Jawab Sungkyu.

Sihyeon berjalan dibelakang Sungkyu, Myungsoo menemani disampingnya. Pikiran Sihyeon terasa kacau kini, ia membayangkan hal-hal buruk, tentang kemarahan Tuan Presedir juga hal buruk lainnya. Sihyeon menghela nafas dan menunduk. Myungsoo tersenyum melihatnya, lalu ia meraih tangan kanan  Sihyeon dan menggenggamnya. Sihyeon terhenyak hingga menoleh menatap Myungsoo. Myungsoo tersenyum manis dan Sihyeon merasa tenang melihatnya. Sihyeon tersenyum tersipu dan kembali menunduk.

Jantung Sihyeon makin berdetub kencang ketika pintu ruangan presedir terbuka. Didalam ruangan itu tidak hanya ada Presedir teater Inspirit Kim Jay, namun ada juga Woohyun, Gahee, Jung Ah, Juyeon dan beberapa petinggi teater Inspirit. Namun yang paling membuat Sihyeon terkejut adalah keberadaan teman lamanya Jung Hyunri disana. Bukan hanya Sihyeon yang terlihat kaget, namun sama halnya juga Hyunri. Ia juga bertanya-tanya untuk apa Sihyeon berada disana.

Kim Jay tersenyum lebar melihat semua sudah berkumpul dan ia pun membuka rapat hari ini. Usai berdiskusi selama 2 jam, Kim Jay akhirnya membubarkan rapat hari ini. Satu per satu meninggalkan ruangan Kim Jay. Kim Jay tersenyum manis pada Sihyeon, gadis itu juga membalas senyum lalu pamit pergi.

“Dunia ini benar-benar sempit ya…” Hyunri menyapa Sihyeon yang baru keluar dari ruangan Kim Jay. “Kau tidak banyak berubah Yoo Si Hyeon!”

Sihyeon tersenyum, “kau pun sama Jung Hyun Ri dan kau tampak sangat baik, aku senang melihatnya.”

“Berpura-pura manis padaku??”

“Kau kesal?”

“Tidak! Sama sekali tidak! Bagaimana pun juga mereka hanya akan melihatku, Jung Hyun Ri, bukan Yoo Si Hyeon. Sedari dulu kau tidak bisa menang dariku!”

“Memang selalu begitu dan tak mengapa bagiku, kali ini aku tidak bertarung untukmu tapi untuk teater Inspirit.” Sihyeon tetap tenang menhadapi Hyunri. “Aku tidak ingin menang, aku harap kita bisa melakukan yang terbaik.”

“Kita?? Hagh!! Kau itu terlalu na’if! Orang seperti mu, selamanya hanya akan ada ditempat suram!”

“Jika itu takdirku, aku akan berusaha ikhlas menerimanya namun jika bukan, maka kita lihat saja, biarkan waktu yang membawa kita untuk menentukan akhirnya.” Sihyeon kembali tersenyum lalu menundukan kepala tanda pamit dan pergi.

“Anak itu!!!”
***

Dongwoo duduk di ayunan. Howon berbaring dikursi panjang didekat tempat Sihyeon duduk. Sihyeon duduk bersila fokus menatap monitor laptopnya sedang Myungsoo duduk di sampingnya sambil menggenjreng gitarnya.

“Hey! Tidak kah kalian merasa ini seperti déjà vu?” kata Dongwoo.

“Déjà vu??” Howon bangkit dari tidurnya. “Ah, kenapa harus penyihir itu??”

“Benar yang aku bilang, inilah sa’atnya balas dendam.”

“Balas dendam? Iya, aku setuju! Sihyeon, lakukan sesuatu!”

“Kalian kekanak-kanakan sekali!” cerca Myungsoo.

“Eh, kau! Kau tidak ingat apa yang telah ia lakukan pada Sihyeon?!” Dongwoo berjalan mendekati Myungsoo.

“Aku ingat, aku ingat semuanya. Tapi balas dendam dalam situasi seperti sekarang bukanlah hal yang tepat.”

“Em, benar juga.” Dongwoo memegang dagunya.

“Mereka sudah tahu kebenarannya.” Kata Sihyeon.

“Kebenaran?? Maksudnya??” Tanya Dongwoo.

“Aku paham!” Howon yang sudah duduk disamping Myungsoo. “Hyunri pasti sangat tersiksa sekali, novel yang membludak namun hingga kini ia tak bisa melanjutkan kisah itu menuruti permintaan pembaca, lalu sekarang? Hah… aku bisa membayangkan bagaimana ekspresinya ketika ia melihatmu.”

“Mereka sama-sama terkejut.” Jawab Myungsoo.

“Ya, Myungsoo! Kau sengaja menyembunyikan semua ini dari Sihyeon, ha?!!” tandas Dongwoo.

“Aku ingin Sihyeon tahu sendiri tentang ini ketika ia kembali, hanya itu dan berhasil.” Myungsoo tersenyum bangga.

“Ish! Puas kau ya!! Lalu perihal suara itu??”

“Aku yakin Sihyeon akan setuju, karenanya aku tak membicarakan hal ini.”

“Yakin sekali?” sela Howon. “Kenapa kau bisa seyakin itu?”

“Jika teater Inspirit tamat, maka salah satu sumber penghasilanku akan sirna, aku tidak mau itu. Dan bukan hanya itu, Myungsoo akan kehilangan tempat untuk menyalurkan bakat bermusiknya.” Jawab Sihyeon.

“Ish! Katakan saja kau melakukannya demi Woohyun!” cerca Dongwoo.

“Woohyun?? Apa dia yang memintamu?” Tanya Howon.

“Sudah ku katakan sebelumnya ini karena Sungkyu Hyung. Malam dimana kami mendengar berita tentang kecelakaan Kim Soo Yee, itu membuat kami sangat sedih lalu Paman Jinyoung meminta Sihyeon bernyanyi. Sungkyu Hyung duduk di tribun penonton, melihatnya, ulah kami…” Myungsoo tersenyum mengenangnya. “Sungkyu Hyung merekamnya dalam ponsel dan menunjukan itu pada Bapak Presedir lalu Beliau meminta Sihyeon mengisi suara Hyunri.”

“Wow…” komentar Dongwoo.

“Tuhan membuka jalan dan kau mengambil kesempatan itu, aku cinta kau Sihyeon!!! Lalu ini berarti kau juga akan duet dengan Woohyun?” sambung Howon.

“Itu…” Sihyeon menggaruk kepalanya.

“Mereka akan latihan bersama.” jawab Myungsoo.

“Woo!!! Daebak!!! Jinja daebak!!! Sihyeon, hwaiting!!!” Dongwoo menyemangati.

“Tuhan Maha Adil. Berjuanglah, Sihyeon!!” Howon pun sama. Myungsoo hanya tersenyum melihat kedua sahabatnya itu.

“Terima kasih…” kata Sihyeon lirih.


“Bukankah itu berlebihan?” Tanya Sihyeon.

“Berlebihan??” Myungsoo balik bertanya.

“Dongwoo dan Howon, mereka itu…”

“Mereka melakukannya karena mereka sayang dan bangga padamu, aku pun begitu hanya saja aku tidak bisa seperti mereka.”

“Huft… ini tidak akan mudah.”

“Tidak ada hal yang sulit, Sihyeon kau pasti bisa, fighting!!!”

“Terima kasih…” Sihyeon tersenyum manis dan Myungsoo membalasnya. “Sudah, pulang sana!”

“Kau masuklah dulu.”

“Em, baiklah. Terima kasih sudah mengantarku.”

“Iya. Lekas istirahat dan… semoga mimpi indah.”

Sihyeon mengangguk dan berjalan masuk. Myungsoo terus menatap Sihyeon hingga gadis itu benar memasuki rumahnya.  Myungsoo menhembuskan nafas panjang kemudian pergi.


“Daebak! Nuna, ini kesempatan bagus!” Sungjeong berbinar. “Nuna bisa jadi bintang besar setelahnya, aku yakin itu.”

“Hyung, Nuna hanya menjadi pengisi suara, bukan pengganti pemeran utama. Itu artinya hanya akan ada suara dan wujud aslinya tetap Nona Pengganti itu. Siapa yang akan peduli?” komentar Hyungi.

“Tetap saja ini kesempatan bagus. Orang yang benar paham akan tahu jika itu hanya lip sing dan ketika itu terjadi maka siapa yang paling dicari? Itu Nuna, Nuna kita. Mungkin kali ini hanya kesempatan ini yang Nuna dapatkan, namun siapa tahu jika itu nantinya akan membawa Nuna pada kesempatan yang lebih besar lagi, em? Rencana Tuhan, kita tidak pernah bisa menebaknya.”

“Tetap saja bagi mereka itu suara Jung Hyun Ri si Nona Pengganti!” Hyungi ngotot. Sungjeong hanya tersenyum dan menggelengkan kepala menanggapinya. “Ah, darimana Hyung belajar mengeluarkan kata-kata luar biasa itu?”

“Itu karena Sungjeong lebih matang sekarang. Pemikirannya terbuka luas, tidak kekanak-kanakan seperti mu, Yoo Hyun Gi!” jawab Sihyeon.

“Nuna! Aku bukan kekanak-kanakan tapi aku memang masih anak-anak!”

“Ini karena aku punya Nuna yang hebat dan membantu ku membuka pikiranku.” Jawab Sungjeong. Sihyeon tersipu mendengarnya. “Dan juga adik yang kritis, sehingga aku harus berpikir lebih dari apa yang adikku pikirkan.”

“Hyung…”
***

“Annyeong…” Sihyeon memasuki rumah Woohyun. “Oh, Woohyun ssi??” Sihyeon dibuat kaget oleh Woohyun yang sudah berdiri dengan tersenyum manis dan sepertinya sedang menunggu Sihyeon.

“Kau terlihat kaget sekali?”

“Ah, tidak. Aku hanya sedikit terkejut, biasanya rumah ini selalu sepi ketika aku tiba.”

“Kita pergi!” ajak Woohyun sambil menarik tangan Sihyeon dan menggandengnya.

Sihyeon terdiam dan canggung duduk dalam satu mobil disamping Woohyun. Ia tak tahu Woohyun akan membawanya kemana dan Sihyeon hanya bisa menurut. “Kita akan latihan vocal bersama.” kata Woohyun memecah kebisuan. “Sekarang itu yang lebih penting daripada membersihkan rumah, em?”

“Iya.”

“Kau sudah mendapatkan semua daftar lagunya?”

“Sudah dan aku juga sudah mempelajarinya.”

“Senang sekali ya walau hanya menjadi pengisi suara?”

“Aku senang bisa melakukannya untuk teater Inspirit.”

“Oh…” keduanya kembali diam. “Harusnya kau pantas diposisi pengganti.”

“Iya??”

“Hyunri, tempat ia berada kini itu pantas untukmu. Aku tahu kiprah mu di dunia teater semasa SMA dulu, kau tidak hanya jadi penulis cerita namun kau juga bisa menjadi pemain dan sutradara, itu keren!”

“Keren??” bisik Sihyeon dan ia tersipu. “Ah, tapi itu dulu. Sejak lulus aku tidak pernah lagi berhubungan dengan hal-hal seperti itu.”

“Bakat itu tidak bisa hilang hanya karena kau tidak pernah mengasahnya lagi.”

“Iya juga.”


“Apa?? Jadi tidak ada satu pun lagu untuk ku?? Paman, apa Paman bercanda??” Hyunri dengan wajah meredam kemarahan.

“Ma’af Nona Jung, tidak ada lagu yang harus Nona nyanyikan. Semua bagian itu diserahkan pada Nona Pengisi Suara.” Jawab pria paruh baya itu dengan sopan.

“Ish! Nona Pengisi Suara?? Dia juga bukan penyanyi, dia itu amatiran.”

“Saya tidak bisa menilainya Nona, saya belum bertemu dengan Nona Pengisi Suara itu.”

“Aku harap Paman memberikan penilaian yang benar.”

“Annyeong…” Woohyun berjalan mendekat. Hyunri makin geram melihat Sihyeon berjalan dibelakang Woohyun. “Sonsaengnim, ini dia Yoo Si Hyeon.”

“Oh, Nona Pengisi Suara? Ah, senang bertemu dengan Anda. Bisa kita bicara?” ajak pria paruh baya itu dan Sihyeon mengikuti langkahnya.

“Jung Hyun Ri, apa yang kau lakukan disini?” Tanya Woohyun.

“Aku.. aku hanya ingin tahu bagaimana kualitas suara orang yang akan menjadi pengisi suara ku nanti.”

“Oh, kebetulan sekali, hari ini kami akan berlatih.” Woohyun tersenyum lebar.

“Kami?? Ish! Senang sekali ekspresinya?? Woohyun, kau  terlihat senang sekali.”

“Aku?? Aku tidak hanya senang tapi sangat senang, kenapa?”

“Kau menyukai Sihyeon?”

“Kau tidak lelah menanyakan hal itu terus? Sejak dulu?”

“Aku pernah mengatakannya padamu, Yoo Si Hyeon, gadis itu menyukaimu, sangat menyukaimu. Dia itu gila padamu.”

“Em, aku percaya, karena kau memang teman baiknya, dulu. Lalu kau ingin aku melakukan apa sekarang?”

“Kak-kau??”

“Ada apa dengan kalian? Kenapa tiba-tiba saling menjauh?”

“Itu… itu karena… kau tahu sendiri kan?! Sihyeon membuangku karena aku dekat denganmu. Sudah aku katakan dia itu gila!”

“Oh…”

“Kau percaya padaku kan?? Apa kau akan bertanya pada Sihyeon tentang hal itu?”

“Untuk apa? Ah, Sihyeon akan menyanyi.” Woohyun pergi dari hadapan Hyunri.

“Woo…hyun… hah…” Hyunri mengikuti Woohyun dan duduk disamping pemuda itu.

Sihyeon melihat Woohyun dan Hyunri. Ia tersenyum kecil dan memakai headphone untuk bersiap menyanyi. Sesekali Hyunri menoleh, memperhatikan Woohyun. Ekspresi Woohyun terlihat berbeda. Ia tak terlihat angkuh lagi dan senyum terus terkembang di wajahnya sambil terus menatap Sihyeon bernyanyi dalam studio.

“Bagaimana kalau kita makan malam bersama? Kalian lapar juga kan?” ajak Hyunri.

“Kalian berdua saja yang pergi, ma’af aku tidak bisaa ikut. Aku harus pulang.” Tolak Sihyeon.

“Aku antar kau pulang.” Woohyun memimpin Sihyeon pergi dan mengabaikan protes gadis itu.

“Hagh! Apa aku benar-benar terbuang sekarang??” gumam Hyunri kesal.


“Kau sudah pulang?” Tanya Yunho –Jung Yunho- ketika Hyunri sampai. “Kenapa dengan wajahmu?”

“Tidak ada satu pun lagu untuk ku nyanyikan dan Oppa menyetujuinya begitu saja? Oppa!!!”

“Kau memang tidak ahli dalam hal itu bukan? Kau lebih mahir menyanyikan bagian rap dari sebuah lagu daripada benar-benar bernyanyi, lalu dengan memaksa ku untuk mengijinkanmu bernyanyi, apa kau ingin merusak semua?”

“Oppa!! Aku ini adik kandungmu!! Dan gadis yang mereka pilih itu, dia itu amatir, sama sekali tidak berkelas.”

“Apa kau ingin seorang artis yang mengisi suara mu ketika bernyanyi? Hyunri berpikirlah dewasa tentang hal ini.”

“Ada apa dengan orang-orang ini?? Diluar sana aku diabaikan dan disini, kakak kandungku sendiri juga bersikap sama, hah!” Hyunri berjalan kesal menaiki tangga menuju kamarnya.

“Istirahat dengan baik, itu akan membantu mu juga penampilanmu.”

“Diam dan jangan pedulikan aku!”

“Hah, dasar Hyunri.”


Woohyun heran melihat Sihyeon membeli banyak ramen kemasan dari swalayan tempat ia bekerja. “Kau, memakan ini setiap hari??”

“Tidak. Hanya jika aku tidak sempat memasak saja, kenapa? Kau tidak pernah makan ramen instan?“ Woohyun menggeleng.  “Ramen-ramen ini lumayan membantu, karena aku selalu tidak punya banyak waktu.”

“Selain tidak sehat, apa kau tidak bosan memakannya?”

“Eum, itu tergantung bagaimana cara kita memasaknya. Perlu siasat khusus untuk mengatasi rasa bosan, aku juga manusia jadi pasti merasakan bosan juga.”

“Siasat khusus??” Woohyun dengan tawa tertahan.

“Em! Kau mau coba??”

Woohyun mengantar Sihyeon pulang. “Jadi disini kau tinggal sekarang?”

“Em. Surga kami.”

“Sepertinya hidup mudah saja bagimu. Kau bebas tersenyum seolah tidak ada beban padamu.”

“Kau merasa takut berada sendiri di Korea?”

“Em??”

“Tidak. Kau mau mampir dan mencoba ramen buatanku?”

“Ramen buatan mu? Itu ramen instan.”

“Tapi aku punya siasat dan kau boleh mencobanya, jika kau mau.”


Howon dan Dongwoo asik bercanda. Keduanya heran melihat Myungsoo datang. Myungsoo hanya akan datang ke minimarket Sukjin jika ada Sihyeon disana, namun malam ini?

“Sihyeon membeli banyak ramen dan pulang.” Sambut Dongwoo. “Kau… kemari?”

“Myungsoo, kau tidak sedang mimpi sambil berjalan kan?” Tanya Howon dan mendapat tatapan heran dari Myungsoo.

“Hari ini Sihyeon pulang cepat lalu dia datang kembali untuk membeli ramen dan pergi begitu saja. Tumben kau kemari?” imbuh Dongwoo. “Ah, aku sempat mengintip, Woohyun mengantarnya. Mereka mulai latihan bersama hari ini?”

“Iya.” jawab Myungsoo.

“Ya, sebentar lagi tutup, bagaimana kalau kita menyusul ke rumah Sihyeon dan pesta ramen disana?” usul Howon.

“Jangan.” Cegah Myungsoo.

“Jangan??”

“Ada Woohyun disana.”

 “Woohyun??” Howon dan Dongwoo kompak.


-------TBC--------


-shytUrtle_yUi-










You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews