¤ Bilik shytUrtle - Selamat Jalan Bapak Guru Tercinta ¤
07:48
¤ Bilik shytUrtle - Selamat Jalan Bapak Guru Tercinta ¤
tempurung kUra-kUra, 17.07.2012
Huft... panas.... benar-benar dah. No kipas angin, no AC (cielah sok banget ane) tempurung kUra-kUra makin panas.
Semalam, pada waktu saya begadang buat nulis FF tiba-tiba ada angin
dingin yang berhembus sepoi-sepoi di sekitar saya. Awalnya saya
mengabaikan hal itu namun saya jadi sedikit merinding disco ketika
bulu-bulu pada tangan kanan saya berdiri. Ya ALLOH, kok jadi begini? Kok
saya jadi merinding? Kok saya jadi takut? Saya mengawasi seluruh sudut
tempurung kUra-kUra dan mengusuk tengkuk saya. Jam digital blackjack
menunjukan pukul 00.22. Saya berpikir, mungkin saya diingatkan untuk
lekas istirahat. Saya merapikan kertas-kertas dihadapan saya dan bersiap
tidur. Saya tidur membelakangi jendela karena saya sedikit ketakutan
dan saya tidak mau mengambil resiko lalu berusaha tidur. Ruby memutar
instrumental 'Black Star' milik Avril Lavigne sebagai lagu pengantar
tidur. Mata lelah saya mulai terpejam dan saya menghilang sejenak. Pukul
01.00 saya kembali terbangun. Tanda merah berubah biru dan saya
mematikan ruby. Suasana lebih hening dan tenang lalu saya kembali
terlelap.
Pagi di Sarang Clover terutama tempurung kUra-kUra selalu dingin.
Saya berusaha mati-matian mengalahkan penyakit 'malas' yang hampir
setiap pagi menghinggapi saya. Dengan nyawa belum lengkap saya berjalan
menuju dapur dan duduk disamping Mbak Bidha Rara yang sibuk mengupas
ketimun. Iyalah, hari ini kami mendapat pesanan masakan untuk rapat
PUSKESMAS. But I don't care, thats not my job. Dan saya duduk untuk
mengantri giliran ke kamar mandi. Anak bungsu selalu dapat bagian akhir,
hiks.
Ibu datang, ''Pak Dwi meninggal." kata Ibu. Mata saya langsung
melek. Sebagian nyawa yang tadinya masih bermalas-malasan diatas kasur
langsung kembali.
"Pak Dwi, guruku?"
"Iya." jawab Ibu.
"Kenapa? Sakitkah? Kapan meninggalnya?"
"Semalam karena sakit."
Saya diem, ngelus tengkuk. Ya ALLOH... nyawa memang bukan milik
kita. Kita semua sudah memegang tiket masing-masing dan hanya menunggu
giliran.
Pak Dwi Satoto. Itu nama guru saya yang meninggal pagi tadi. Beliau
orang yang sabar dan tampan. Beliau guru saya di SD. Saya punya kenangan
manis dengan almarhum. Dulu zaman SD, saya merasa jika saya bukanlah
siswi yang menonjol. Saya merasa biasa bahkan bodoh. Namun Pak Dwi tidak
memandang saya demikian. Beliau selalu memberi dukungan pada saya dan
meyakinkan bahwa saya bukanlah siswi yang tidak menonjol. Bahkan pada
waktu ada lomba MATPEL (mata pelajaran), tanpa ragu Beliau meminta saya
untuk mewakili sekolah. Saya benar-benar tidak menyangka saya ikut
terpilih dan Beliau mempercayakan saya untuk ikut lomba MATPEL-IPS.
"Kamu pintar dalam hafalan, saya yakin kamu pasti bisa." Saya masih
mengingat kata itu ketika saya dipanggil ke kantor KEPSEK untuk menerima
tugas sekolah itu. Pak Dwi benar menjadi sosok pahlawan dan guru idola
saya. Saya belajar keras karena saya tidak mau mengecewakan guru idola
saya. Setiap hari Pak Dwi membantu saya, tanya-jawab soal hingga pada
sa'at lomba, Beliau tak lelah memberi dukungan. Seleksi tahap awal,
alhamdulillah lolos dan saya harus belajar lebih giat untuk seleksi
kedua agar bisa mewakili kecamatan dan nantinya akan dikirim ke tingkat
kabupaten dan jika lolos akan lanjut ke Surabaya. Namun perjuangan saya
terhenti pada tahap seleksi kedua saja. "Kamu hanya salah satu nomer
saja pada soal isian. Dan itu soal dengan nilai tertinggi. Kenapa? Kamu
masih bingung antara fungsi DPR dan DPA? Tapi tidak apa-apa, kamu sudah
berusaha dengan baik." Dan ketika saya menulis ini, senyum Beliau
kembali muncul dalam ingatan saya.
Di lain sisi, mungkin saya juga pernah membuat Beliau sedikit kesal.
Ketika saya berkelahi dengan teman sekelas saya pada waktu pelajaran
Bahasa Inggris dan saya sukses membuat seluruh siswi kelas VIA menangis
beserta Bu Harlin, guru Bahasa Inggris saya. Perkelahian saya dan teman
cowok saya berbuah hukuman pada seluruh siswa kelas VIA. Ah, saya benar
sebagai jagoan hehehe...
Selamat jalan Bapak Guru tercinta. Terima kasih telah membantu saya
di masa sulit saya. Semoga Bapak mendapat tempat terindah di sisi ALLOH
SWT.
0 comments