¤ Last Fantasy ¤
02:47
Last Fantasy
. Genre: series/straight/comedy romance(?)
. Author: shytUrtle
. Cast:
- all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
- Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
- Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.
Episode #6
From
Prince Woohyun: Terima kasih. Tadi sangat menyenangkan dan ternyata ramen itu
enak. Lain waktu kita berpesta lagi ya ^^
Sihyeon tersenyum membaca pesan Woohyun. Sihyeon
mengetik pesan balasan namun menhapusnya lagi dan mengetik lagi lalu menghapusnya
lagi, itu terjadi beberapa kali. Sihyeon dibuat salah tingkah dengan pesan
singkat itu.
To
Prince Woohyun: Kau sudah sampai? Boleh, kapan-kapan kita pesta ramen lagi, aku
akan mengajak Dongwoo, Howon dan
Myungsoo juga Sungyeol, bolehkan?
From
Prince Woohyun: Wah, pasti akan sangat menyenangkan dan aku akan mengajak
Sungkyu Hyung ^^
“Sungkyu Oppa?? Mereka dekat ya??” gumam Sihyeon
sendiri.
To
Prince Woohyun: OK! ^^
From
Prince Woohyun: Kau, Howon, Dongwoo dan Myungsoo tampak baik hingga kini. Itu
sangat membuat iri.
To
Prince Woohyun: Beruntung memiliki mereka. Jangan iri, kami tak baik sepenuhnya
^^
To
Yoo Sihyeon: Hyunri, bagaimana dengannya? Kalian tak bersama lagi? Apa kalian
membuangnya karena aku?
“Ah…” Woohyun menggaruk kepalanya. “Untuk apa aku
menanyakan hal itu? Tapi apakah benar Hyunri ditendang pergi karena aku? Apa
Sihyeon akan marah jika aku mengirim pesan ini?”
From
Prince Woohyun: Boleh aku bertanya sesuatu? Dan berjanjilah tidak marah
karenanya.
Sihyeon diam menelan ludah membaca pesan yang baru
saja masuk.
To
Prince Woohyun: Silahkan ^^ iya aku janji, aku tidak akan marah, apapun
pertanyaan itu ^_^v
Sihyeon harap-harap cemas menunggu balasan Woohyun.
From
Prince Woohyun: Hyunri, bagaimana dengannya? Kalian tak bersama lagi? Apa kalian
membuangnya karena aku?
Sihyeon terdiam kemudian kembali membaca pesan
Woohyun. Dilema, haruskah ia menceritakan kejadian yang sebenarnya atau
membenarkan alasan yang dibuat Hyunri.
To
Prince Woohyun: Jika aku jawab iya, apa kau akan percaya?
From
Prince Woohyun: Tidak. Aku yakin bukan karena itu.
To
Prince Woohyun: Yakin sekali? Sejauh itu kah kau mengenal kami? Hehehe… tidak,
bukan karena itu tapi ma’afkan aku karena aku tidak bisa menjelaskan alasan
yang sebenarnya, ma’af (~/\~)
From
Prince Woohyun: Iya, aku paham akan hal itu.
Ditengah asiknya ngobrol dengan Woohyun via sms,
Sihyeon tiba-tiba teringat pada Myungsoo. Seharian ini Myungsoo tak muncul
bahkan tak menyapa via sms atau telefon seperti sebelumnya sa’at ia tak bisa
menemui Sihyeon secara langsung.
To
Myungsoo: Kau menghilang lagi?
Sihyeon menunggu namun Myungsoo tak kunjung membalas
pesan singkatnya. Ponsel Sihyeon berdering
tanda pesan masuk. Ia segera meraihnya.
From
Prince Woohyun: Istirahatlah yang cukup dan milikilah banyak waktu untuk itu,
ini demi kualitas suaramu ^_^
To
Prince Woohyun: Iya ^^
From
Prince Woohyun: Selamat tidur…
Sihyeon meletakan ponselnya begitu saja dan berusaha
untuk tidur.
***
Sihyeon amat bersemangat pagi ini. Ia berharap
Myungsoo akan muncul dan menemaninya mengantar susu seperti sebelumnya ketika
Myungsoo lupa membalas pesan singkat Sihyeon.
“Kau??” Tanya Sihyeon ketika keluar rumah. “Kenapa
kau kesini pagi-pagi?”
“Morning Angel.” Sapa Sungyeol lengkap dengan senyum
lebarnya.
“Angel?? Ish!”
“Ya! Sihyeon aa!!!” Sungyeol mengejar Sihyeon. “Ada
berita bagus tapi kau tak memberi tahu aku, kenapa?”
“Apa untungnya untuk mu?”
“Baguslah, akhirnya kau menuruti kata-kata ku.”
“Kata-kata mu??”
“Jangan terus berada ditempat gelap dan ambillah
kesempatan ketika dia datang padamu.”
“Aa, Sungyeol, apa itu kau??”
“Iya itu aku.”
“Jadi benar itu kau??”
“Ha??”
“Ayolah, jangan pura-pura lagi.”
“Pura-pura?? Kau ini bicara apa Sihyeon??”
“Silence, kau adalah silence!”
“Silence?? Ap-apa itu??” Sungyeol menggaruk
kepalanya.
“Ish!”
“Ya, Sihyeon aa!!”
Sihyeon lebih banyak diam seharian ini. Dongwoo dan
Howon kembali bertanya-tanya.
“Hah… bukan Dongwoo, bukan juga Howon, Sungyeol
apalagi…” gumam Sihyeon lirih.
“Sihyeon aa…” Woohyun tiba-tiba muncul dihadapan
Sihyeon.
Sihyeon benar terkejut. Baru saja ia berkata ‘apakah
mungkin itu Woohyun?’ dalam hati dan tiba-tiba Woohyun benar mencul
dihadapannya.
“Apa aku mengejutkanmu?”
“Ah, tidak. Ma’af…” Sihyeon membungkukan badan. “Ada
yang bisa aku bantu? Oh, hari ini kita tidak ada jadwal latihan kan?”
Woohyun menarik tangan Sihyeon memaksa gadis itu
keluar dari balik meja kasir. Mau tak mau Sihyeon harus meninggalkan meja
kasir. Woohyun memegang kedua pundak Sihyeon dan mendorong gadis yang berjalan
di depannya itu menuju rak tempat ramen instan di pajang. Howon dan Dongwoo
jongkok dan diam-diam memperhatikan Sihyeon dan Woohyun.
“Nah, kita sampai. Bantu aku memilih ramen yang
enak.” Pinta Woohyun.
“Kau mau membeli ramen??”
“Em.”
“Kau mau makan ramen??”
“Em.”
“Kau yakin??”
“Em.”
“Apa kau bisa memasaknya??”
Woohyun mendekatkan wajahnya pada telinga Sihyeon.
“Bukankah ada kau, Yoo Sihyeon?” Woohyun sedikit berbisik dan ia tersenyum.
“Oh, baiklah! Ayo kita pilih!” Sihyeon maju
selangkah dan segera mengambil beberapa ramen dihadapannya.
Sukjin yang penasaran ikut jongkok dan memperhatikan
Sihyeon bersama Dongwoo dan Howon. “Pemuda itu pacar Sihyeon?”
“Ssh!! Paman jangan keras-keras!” bentak Dongwoo.
“Apa benar mereka resmi pacaran?” Tanya Howon lirih.
“Mereka terlihat baik bersama, tapi ini terlalu
cepat.” Jawab Dongwoo masih berbisik.
“Aku akan menjemput mu besok, untuk latihan, ok!”
kata Woohyun sebelum pergi.
“Iya. Terima kasih sudah berkunjung.” Sihyeon
kembali membungkukan badan. “Huft…” Sihyeon menghela nafas dan mengibaskan
tangannya mengusir rasa panas yang memenuhi seluruh tubuhnya.
“Ya, ada apa dengan kalian?” Tanya Dongwoo.
“Harusnya kau bertanya ada apa dengannya? Woohyun,
hah… ada apa dengannya??”
“Omo! Mungkinkah jika dia mulai menyukaimu??” tebak
Howon.
“Ap-apa?? Howon! Jangan bicara sembarangan! Itu
tidak mungkin.” Sihyeon makin keras
menggoyang tangannya.
“Mungkin saja, iya kan??” Howon menyikut Dongwoo.
“Iya, itu mungkin saja terjadi. Belakangan ini
kalian dekat dan rasa itu bisa saja tumbuh dihatinya tanpa dia sadari, karena
itu dia jadi bersikap amat baik padamu.” Dongwoo membenarkan. “Sihyeon,
bukankah ini yang kau inginkan?”
“Yang aku inginkan??”
Sihyeon berjalan sendiri menyusuri trotoar. Kejadian
di minimarket kembali melintas dalam benaknya. Sihyeon menghentikan
langkahnya.”Woohyun, ada apa dengannya?? Hah… tidak, dia tidak apa-apa dan
sikapnya adalah normal.” Sihyeon menggelengkan kepalanya. “Hah… apakah benar
ini yang aku inginkan??”
“Yoo Sihyeon!”
“Myungsoo??” Sihyeon berseri melihat Myungsoo. Ia
segera berlari menghampiri pemuda itu. “Kau kemana saja?”
“Kau merindukan aku atau mengkhawatirkan aku?”
“Dua-duanya! Kau puas??”
Myungsoo terkekeh. “Ma’afkan aku.”
“Lalu??”
“Kau ini kenapa??”
“Tidak.” Sihyeon berusaha meyakinkan dengan
senyumnya.
“Kau luang?”
“Em, iya. kenapa?”
“Temani aku, apa kau mau? Setelah ini pasti akan
sulit untuk mencari waktu luang bersama mu.”
“Kau mau kemana?”
“Aku tetap saja, tapi kau.”
“Aku??”
“Em.”
Sihyeon menundukan kepala. ‘Apa Myungsoo juga
berpikir sama tentang Woohyun?’ batin Sihyeon.
“Gadis bodoh!” Myungsoo memukul pelan kepala
Sihyeon. “Pertunjukan sudah didepan mata, aku dan juga kau, kita akan sibuk
latihan, karenanya akan sulit mencari waktu untuk bermain bersama.”
“Ah…” Sihyeon tersenyum lega. “Kau benar. Kita akan
kemana??”
“Eum… bagaimana kalau berkeliling saja?” Myungsoo
menunjuk motornya.
“Ok!”
Myungsoo tersenyum dan mengulurkan tangan. Sihyeon
membalas senyum meraih tangan Myungsoo.
# INFINTE- 06. 니가좋다 (06. Nigajotda) #
Myungsoo
membawa Sihyeon dalam boncengannya dan berkeliling menikmati gemerlap
pemandangan kota di malam hari. Myungsoo melajukan motornya menyusuri jalanan
kota menembus keramaian lalu lintas. Myungsoo juga Sihyeon terlihat amat
bahagia. Senyum terus terkembang diwajah keduanya. Sihyeon terlihat sangat
menikmati perjalanannya. Entah sudah berapa lama ia tak menikmati waktu luang
seperti ini. Myungsoo meraih tangan kiri Sihyeon dan melingkarkan
dipinggangnya. Sihyeon tersipu dan menundukan kepala menerima perlakuan
Myungsoo. Puas mengajak Sihyeon berkeliling, Myungsoo membawa gadis itu ke
tempat tinggalnya. Sihyeon duduk di teras sambil menatap langit malam.
“Oh…
panas…” Myungsoo muncul membawa dua buah cup mie. “Ini memalukan sekali,
setelah mengajakmu berkeliling tapi berujung seperti ini saja.” Myungsoo duduk
disamping Sihyeon.
“Sadar
juga?? Asal kau ikhlas, aku bisa terima kok, Rooftop Prince.”
“Rooftop
Prince? Kau menyebut sebuah judul drama?”
“Drama?
Eum, aku tidak tahu.”
“Lalu,
Rooftop Prince itu apa maksudnya?”
“Itu
kau.”
“Aku??
Kenapa begitu??”
“Kau
tampan seperti pangeran.”
“Lalu?
Aa, bukankah yang tampan seperti pangeran itu Woohyun?”
“Iya,
dia memang pangeran sebenarnya dan kau hanya seperti pangeran.”
Myungsoo
tertawa geli. “Terima kasih sudah mengatakan aku tampan dan seperti pangeran.”
“Dan
kau tinggal dipuncak bangunan seperti ini, lalu di kawasan ini lebih banyak
gadis daripada pemuda, pasti banyak yang mengidolakan mu.”
“Kau
pikir aku ini siapa?”
“Kim
Myungsoo?”
“Yoo
Sihyeon!!”
“Ayo
kita makan! Eum... baunya sedap sekali, pasti enak. Ramen seduh ditambah
pangeran tampan.”
“Ya!”
“Makan,
ayo makan.”
Myungsoo
diam menatap Sihyeon. “Sihyeon, kenapa kau terlihat murung? Apa ada masalah?”
“Dongwoo
dan Howon, aku rasa mereka salah paham tentang Woohyun dan Woohyun... ada apa
dengannya?”
“Mereka
menduga Woohyun mulai suka padamu?”
“Em.
Tadi itu... ah, tidak itu tidak mungkin kan? Myungsoo, kau setuju dengan ku
kan?”
“Ayo
kita makan.”
Neol cheoeum bon sungan kkumin geot
gatasseo. Cheonsa cheoreom yeppeun ni miso ttaemune. Geureon niga naye sarangi
dwemyeon eotteolkka. Sangsang maneuro do haengbokhae jineun geol…
Naneun neoreul sangsanghae, nareul
bomyeo utneun. Neoreul sangsanghae, nae son jaba juneun neol Oh oh… Mabeobeul
georeo, nae sarangi dwegil. Neoreul sangsanghae, nae pumeseo jamdeun. Neoreul
sangsanghae, naege kiseu haneun neol Oh oh… Dalkomhan sangsangeul hae…
Pureun eondeok wiye hayan jibeul
jitgo. Noran geunereul taneun uri dulye moseub Oh.. Moning keopireul jumyeo
achimeul kkae uneun neoreul. Sangsang meurodo haengbokhae jineun geol…
Naneun neoreul sangsanghae, nareul
bomyeo utneun. Neoreul sangsanghae, nae son jaba juneun neol Oh oh… Mabeobeul
georeo, nae sarangi dwegil. Neoreul sangsanghae, nae pumeseo jamdeun. Neoreul
sangsanghae, naege kiseu haneun neol Oh oh… Dalkomhan sangsangeul hae…
Lalala nonono doo do doo… Maeil
sangsanghae, neowa hamkke haneun. Nareul sangsanghae, neoreul ana juneun nal Oh
oh… Hwangheulhan sangsangeul hae. Maeil urireul sangsanghae, seoro banjjok
dweneun. Urireul sangsanghae, seoro dalma ga neun geol Oh oh… Naye kkum deuri iru
eoji gireul.
Naneun neoreul saranghae, nae
sarangi dwe eojwo. Neoreul saranghae, yonggi nae gobaek halge Oh oh… You’re my
imagine love yeah…
Sihyeon
bertepuk tangan ketika Myungsoo selesai bernyanyi. “Daebak..”
“Akh…”
Myungsoo tersenyum tersipu. “Terima kasih.”
“Em. Antar
aku pulang sekarang.”
Myungsoo
mengantar Sihyeon pulang. “Terima kasih karena malam ini kau bersedia menjadi
milikku, sejenak.”
“Milikku??
Ish! Sudah pulang sana!”
“Iya. Kau
masuklah dulu.”
“Em.”
Sihyeon pun pergi.
“Semoga
mimpi indah, Yoo Sihyeon.” Sihyeon menoleh dan tersenyum sebelum memasuki
rumahnya.
“Akhirnya
kalian pergi berkencan juga.” Sambut Hyungi ketika Sihyeon masuk.
“Itu tidak
seperti yang kau lihat!” Hyungi tersenyum dan masuk ke kamarnya. Sihyeon
menhembuskan nafas panjang dan meletakan telapak tangan di dadanya.
“Mulai
terasa aneh ya?” kata Sungjeong sambil berlalu ke dapur.
“Kalian!
Ah…”
Sihyeon
terbaring dan terjaga. Kejadian di minimarket bersama Woohyun kembali muncul.
“Apa benar Woohyun itu… Silence??” gumamnya. Lalu muncul kembali ingatan ketika
ia bersama Myungsoo hingga ketika Myungsoo bernyanyi sambil menggenjreng
gitarnya. Sihyeon tersenyum mengenangnya.
“Terima kasih karena malam ini kau
bersedia menjadi milikku, sejenak.”
“Milikku??
Aish…”
***
Sungkyu
memperkenalkan Sihyeon secara resmi sebagai pengisi suara Hyunri pada seluruh
pemain teater Inspirit. Mereka menyambut baik dan Sihyeon dengan mudah
beradaptasi.
“Hah, dia
benar terlihat baik disana.” Komentar Sungyeol yang memperhatikan dari tribun
penonton. “Biasanya dia duduk disini bersama ku dan sekarang…” Sungyeol
tersenyum.
“Aku
senang, akhirnya ia mengambil kesempatan ini, siapa tahu ini jalan baginya
untuk kembali ke dunia teater.” Sambung Howon.
“Semoga
saja.” Dongwoo mengamini.
“Kalian
tahu tentang Silence?” Tanya Sungyeol.
“Silence??”
Tanya Howon. “Aku tidak tahu.”
“Aku juga
tidak tahu, kenapa?” Tanya Dongwoo.
“Sihyeon
menduga itu aku, siapa sebenarnya dia?”
“Pembaca
setia Lime Island.” Jawab Hyungi. “Nuna juga aku tak tahu siapa dia.”
“Hyungi
kemana?” Tanya Sihyeon sa’at latihan usai.
“Dia
tiba-tiba pamit pergi.” Jawab Sungyeol.
“Aku
senang melihatmu cepat beradaptasi, terima kasih Sihyeon.” Sungkyu bergabung.
“Harusnya
Hyung mendengarku dari dulu.”
“Iya,
ma’af Sungyeol.”
Sungjeong,
Sihyeon, Myungsoo, Howon, Dongwoo, Sungyeol dan Sungkyu duduk melingkar diatas
lantai panggung melepas lelah. “Ayo kita pesta…” Jinyoung datang membawa cup
mie panas yang tertata rapi dalam baki dan membagikannya.
Semua
terlihat kaget ketika Woohyun datang. “Boleh aku bergabung?”
“Tentu
saja! Ayo kita pesta! Aku sudah membuat banyak ramen.” Jinyoung menyambut.
Woohyun
mengantar Sihyeon dan Sungjeong pulang. Sungjeong pamit masuk lebih dulu
meninggalkan Woohyun dan Sihyeon.
“Senang
sekali melihat mereka semua datang mendukung mu.” Kata Woohyun.
“Mereka
tidak akan hadir sa’at pertunjukan, mereka memilih menemani ku sa’at latihan.
Terima kasih sudah mengantarku.”
“Em.”
Sihyeon
terkejut ketika Woohyun mendaratkan kecupan hangat dipipi kirinya. “Selamat
tidur Yoo Sihyeon, semoga kita bertemu dalam mimpi.” Bisik Woohyun tepat
ditelinga Sihyeon.
Sihyeon
mematung ditempat ia berdiri. Perlahan ia menyentuh pipi kirinya.
***
Sihyeon
lebih banyak diam hari ini. Berulang kali ia menggelengkan kepala kemudian
memukul pelan kepalanya sendiri. “Itu hanya bentuk dukungan bagiku, hanya
dukungan, hanya dukungan…” kata Sihyeon terus menerus sambil memejamkan mata
membuat Dongwoo dan Howon makin bertanya-tanya ada apa gerangan.
“Sihyeon!!!”
suara Sungyeol mengejutkan Sihyeon hingga gadis itu kembali membuka mata dan
menatap heran pada Sungyeol yang sudah berdiri dihadapannya. “Jangan menatap ku
seperti itu, aku datang mengantar mereka.” Sungyeol menunjuk Jung Ah dan Juyeon
yang baru saja memasuki mini market.
Dongwoo,
Howon, Sihyeon dan Myungsoo duduk berjajar diruang tamu kediaman Sihyeon
menatap tumpukan barang diatas meja.
“Mereka
membeli semua ini untukmu? Gratis?? Myungsoo, apa ini termasuk pelayanan?”
Tanya Dongwoo.
“Aku tidak
pernah mendapatkannya.” Jawab Myungsoo.
“Ah, ini
barang-barang mahal.” Soojung tiba-tiba muncul dari balik tumpukan barang.
“Tapi Nuna
tidak bisa dandan.” Sambung Hyungi.
“Aku akan
membantu Onni.”
“Hah, aku
harus bekerja sekarang. Aku pergi dulu.” Sihyeon pamit.
“Nuna
pasti sangat shock menerima semua ini.” Komentar Sungjeong.
***
Sihyeon
membersihkan rumah Woohyun sambil terus memikirkan kejadian hari ini. Apakah
Woohyun yang meminta Jung Ah dan Juyeon untuk mengajaknya jalan-jalan dan
membeli baju serta barang-barang mahal itu? Benarkah itu Woohyun? Atau Sungkyu
yang selalu baik padanya?
“Oh!”
Sihyeon terkejut ketika membuang sampah ke depan rumah dan melihat Hyunri sudah
berdiri disana.
“Kau juga
disini??” Tanya Hyunri dengan tatapan kaget.
“Jangan
salah paham. Aku hanya bekerja disini, dua kali seminggu, rabu dan minggu. Oh,
kau datang mencari Woohyun? Dia tidak ada dirumah sekarang.”
“Kalau
begitu aku akan menunggunya.” Hyunri menerobos masuk.
“Hah… anak
ini.” Sihyeon menyusul masuk. “Kau mau minum apa? Ah, ambil saja sendiri, aku
masih banyak pekerjaan.”
“Beginikah
caramu melayani tamu?”
Sihyeon
menghela nafas dan kembali kehadapan Hyunri. “Apa yang bisa aku lakukan
untukmu?”
“Sudah
berapa lama kau bekerja untuk Woohyun?”
“Belum
genap satu bulan juga.”
“Kalian
terlihat baik ketika bersama. kau masih menyukainya?”
“Inikah pertanyaan
yang harus kau lontarkan sa’at kau bertemu teman lama mu? Aku, Myungsoo, Howon
dan Dongwoo tidak pernah membuang mu karena kau dekat dengan Woohyun.” Hyunri
terkejut mendengarnya. “Kami juga tidak membuangmu karena naskah itu. Sudahlah
Hyunri, hentikan saja.”
“Kau jadi
pandai bicara sekarang. Apa kau ingin aku mengatakan pada Woohyun tentang
perasaanmu dan semua yang kau buat?!”
“Lakukan
saja apa yang kau mau.”
“Sihyeon!!
Ish!!”
“Aku
pulang!!” Woohyun dengan wajah berseri memasuki rumahnya. Ia segera menarik
senyumnya ketika Hyunri menyambutnya.
“Satu jam
aku menunggumu!” protes Hyunri pada Woohyun yang melewatinya begitu saja.
“Itu
keinginan mu sendiri.”
“Kau sudah
pulang?” Sihyeon membawa panci berisi ramen panas.
“Sihyeon.”
Woohyun berbinar dan segera menghampiri Sihyeon di meja makan. “Woa… sedap
sekali…”
“Mereka
benar-benar menggelikan.” Gerutu Hyunri.
“Hyunri,
ayo makan. Kau pasti lapar juga.” Ajak Sihyeon.
“Hah!”
Woohyun kemudian menyeret Hynnri untuk duduk bergabung. “Kenapa? Kau tidak mau
makan? Cobahlah dulu, tidak baik menolak makanan.” Woohyun mengambil ramen
untuk Hyunri.
“Ayo kita makan.”
Ragu-ragu
Hyunri akhirnya menyantap ramen dihadapannya. Sihyeon tersenyum melihatnya.
“Enak bukan?” Tanya Woohyun.
“Ini
seperti reuni kecil.” Kata Sihyeon sa’at Hyunri mengantar mangkok kotor ke
dapur. “Sayang Myungsoo, Dongwoo dan Howon tidak ada disini.” Sihyeon segera
menyelesaikan tugasnya mencuci piring. “Jangan khawatir, tidak akan ada
hubungan yang lebih dari ini antara aku dan Woohyun.” Kata Sihyeon sebelum
Hyunri pergi.
Sihyeon
mengobrak-abrik isi tasnya bahkan memuntahkan seluruh isi tasnya keluar. “Hah…
tidak ada. Dimana dia??”
-----TBC------
.shytUrtle_yUi.
0 comments