¤ Last Fantasy ¤

08:27

Last Fantasy

.  Genre: series/straight/comedy romance(?)
.  Author: shytUrtle
.  Cast:
-          all my lovely shigUi as Yoo Si Hyeon
-          Infinite (Sungkyu, Hoya, Woohyun, Dongwoo, L, Sungyeol, Sungjeong)
-          Yoo Hyun Gi, Yoo Jae Suk, Ji Suk Jin, etc.
. Theme song: Infinite (Cover Girl, Amazing, Julia) etc.


 
Episode #4

Woohyun menatap tajam pada Kim Jay sang Presiden Direktur dari teater ‘Inspirit’. Kim Jay tetap diam membalas tatapan Woohyun. Kim Jung Ah sang penata busana menundukan kepala dan bertahan ditempat ia duduk. Park Ga Hee sang koreografer memilih berdiri menatap keluar jendela pura-pura acuh dan Lee Ju Yeon sang make up artis duduk dihadapan Jung Ah sambil terus memijat keningnya sendiri.

“Apakah tidak ada gadis lain? Hyung sadar akan pilihan Hyung?” Suara Woohyun kembali memecah kebisuan. “Ish! Apa karena Tuan Muda itu menjadi donatur terbesar dalam pertunjukan kali ini? Karenanya ia dapat bebas sesuka hati memasukan orang yang ia suka untuk menggantikan Sooyee?! Dan dengan mudah Presedir Hyung mengabulkannya? Aku tahu siapa gadis itu Hyung. Kami teman semasa SMA dan.. dia memang pandai berpura-pura, maksud ku berakting, tapi tidak dengan menyanyi. Apa Hyung ingin mengacaukan semuanya? Ha?!”

Kim Jay menghela nafas panjang. “Lalu, apakah kau punya solusi?”

“Aku?? Em… akan aku pikirkan.”

“Apa kita punya waktu banyak untuk berpikir?”

“Aa itu… hah…” Woohyun menemui jalan buntu. Suasana kembali hening.

“Ma’af aku terlambat!” Sungkyu muncul dari balik pintu. Sungkyu merasa canggung ketika masuk ruangan presedir karena menangkap atmosfer tak mengenakan.

Semua telah duduk kini. Kim Jay menjelaskan tentang keputusannya. Usai Kim Jay menyelesaikan penjelasannya, satu per satu memberikan pendapat tentang pandangan masing-masing. Hanya Sungkyu yang diam tak memberikan pendapatnya.

“Jika berlatih dengan baik, aku rasa dia akan sanggup menyanyikan semua.” Kata Kim Jay.

“Hyung? Apa Hyung tidak mendengarkannya dengan seksama? Banyak nada yang melencong.” Protes Woohyun.

Satu per satu meninggalkan ruangan presedir. Sungkyu paling akhir dan ia kembali ke hadapan Kim Jay.

“Hyung, aku ingin menunjukkan sesuatu pada Hyung, bolehkah?” pinta Sungkyu.

“Em! Apa itu?”
***

“Annyeong…” Sihyeon memasuki rumah Woohyun. Sepi, sepertinya Woohyun sedang tidak berada dirumah sekarang. “Sudah pergi? Padahal baru jam 9.” Gumamnya sendiri.

Sihyeon memeriksa pintu lemari es, namun tak ada pesan untuknya. Ia pun mulai bekerja. Sihyeon senyum-senyum sendiri ketika memasukan baju-baju kotor Woohyun dalam mesin cuci. Sambil menunggu cucian selesai, Sihyeon membersihkan lantai masih dengan mix phone bertennger dikepala dan menutupi kedua telinganya. Sihyeon terlihat benar menikmati pekerjaannya. Sesekali ia bergoyang dan terus bernyanyi mengikuti alunan musik yang ia dengarkan.

Woohyun baru saja memasuki rumahnya. Samar-samar ia mendengar suara seorang gadis sedang bernyanyi. Woohyun berjalan pelan mendekati sumber suara dan menghentikan langkahnya menatap Sihyeon yang berdiri membelakangi dirinya.

…nunuel gama neol bulleo bojiman, heullo naerineun nunmuren chameolsu ga eobtneun geoya, sashireun na neomu jashini eobseo neoreul bonaetdeon saenggake geurimman ssahyeo ganabwa… wooo… always be with you yeongwonhi…

Sihyeon tersenyum menatap pemandangan diluar jendela yang sedang ia bersihkan. Ia kemudian menghela nafas panjang dan menunduk menurunkan tangannya. Sihyeon membalikan badan.

“Omona!!” Sihyeon benar terkejut melihat Woohyun berdiri menatapnya hingga lap ditangannya jatuh. Sihyeon merasa panas dan itu memenuhi seluruh tubuhnya kini. Woohyun hanya tersenyum dan berjalan menuju kamarnya. “Ish… Sihyeon~aa, babo! Babo!” Sihyeon memukul pelan kepalanya lalu memungut lap di kakinya.


Dongwoo dan Howon menunggu didekat pintu masuk karyawan. Keduanya heran melihat Sungyeol datang. “Kau, kenapa kemari?” Tanya Dongwoo.

“Sihyeon menelfonku, dia tidak bisa datang dan memintaku menggantikannya.” Terang Sungyeol.

“Semangat sekali! Apa kau sanggup jadi badut??” Tanya Howon.

“Aku tahu ini tidak mudah. Aku sudah membaca semua dalam Lime Island dan jangan khawatir, aku pasti bisa melakukannya dengan baik, em?” Sungyeol meyakinkan. Dongwoo manggut-manggut sementara Howon menggeleng pelan menanggapinya. Pandangan ketiganya tertuju pada Hyungi yang berjalan menuju mereka.

“Ya! Apa-apa’an ini?!! Kita tidak sedang liburan gratis adik kecil!” Howon menuding kening Hyungi dengan jari telunjuknya ketika Hyungi sampai dihadapannya dan masih menggandeng tangan gadis yang diajaknya.

“Myungsoo Hyung tidak akan datang karena Sihyeon Nuna tidak datang, aku yakin itu. Karenanya aku membawa Soojung untuk menggantikan Myungsoo Hyung.” Jawab Hyungi santai.

“Apa dia bisa??” Dongwoo sangsi.

“Annyeong haseyo Sunbaenim.” Soojung membungkukan badan. “Mohon bimbingannya, aku yakin aku bisa. Fighting!!!”


Sihyeon menatap pintu kamar Woohyun yang tertutup rapat. Tidak ada tegur sapa meskipun Woohyun berada dirumah hari ini. Sihyeon menghela nafas dan pergi.

…and I wonder what you’re dreaming of, you’re so peacefull when you’re sleep. Everything I want, everything I need is lying here in front of me hoo uo yeah… and if I lose my power to fly then your love takes me high, I’ll always be true to you. Sometimes I think I might lose it all, guess the chances are small, cause you hold me close I feel you near, don’t let go say you’ll always be here, so just hold me tight and I’ll be fine… dreaming you will always be mine…

Sihyeon bertepuk tangan. Myungsoo tersenyum menatap Sihyeon yang berjalan mendekat. “Sudah lama menunggu?” Tanya Sihyeon. Myungsoo menggeleng. “Hah, capeknya…” keluh Sihyeon seraya duduk disamping kiri Myungsoo.

“Apa Woohyun benar-benar menyiksamu?”

“Ish! Kau pikir kita sedang bermain drama?? Tidak, dia… dia tidak pernah berlaku buruk padaku meskipun dia jarang mengajakku bicara. Hey, kenapa kau tidak ikut ke taman hiburan?”

“Tidak ada kau, untuk apa aku ikut?”

“Ish! Kau ini!” keduanya tertawa bersama. “Bagaimana perkembangannya? Nona Kim Soo Yee masih koma, lalu siapa pemeran penggantinya?”

“Kau tidak Tanya pada Woohyun?”

“Sudah ku katakan dia jarang mengajakku bicara, kalaupun aku bertanya belum tentu juga Woohyun akan menjawabnya, lagi pula tadi itu…”

“Kenapa? Apa terjadi sesuatu?”

“Iya dan itu sangat memalukan.”

“Memalukan??”

“Ekspresimu berlebihan sekali? Tadi… tadi Woohyun, mungkin dia mendengar aku bernyanyi.”

“Begitu saja? Lalu apa yang memalukan?”

“Kau ini!” Sihyeon memukul pelan lengan Myungsoo yang terkekeh menertawakannya.

“Iya iya aku paham, tapi kenapa kau harus malu? Suara mu tidak jelek sekali kan?”


Para pemain teater Inspirit tetap berlatih. Sungyeol duduk ditribun paling belakang tempat dimana ia biasa menemani Sihyeon. “Bagaimana menurutmu?” Tanya Jinyoung yang kali ini menemani Sungyeol.

“Apa sebaiknya mereka tetap bertahan seperti itu? Mereka tidak punya pilihan lain?” Sungyeol balik bertanya. “Ini seperti gerakan mundur untuk mempermalukan diri sendiri.”


“Aigo aigo, jadi kau juga membolos tak membersihkan teater Inspirit?” Dongwoo berhasil menemukan Sihyeon di area play ground. “Ya! Yoo Si Hyeon!”

“Ada apa?” Sihyeon dengan santainya. “Aku hanya lelah dan ada hal lain yang harus aku lakukan. Bagaimana hari ini? Apa Sungyeol bekerja dengan baik?”

“Hyungi membawa gadisnya.” Howon duduk disamping Sihyeon.

“Gadisnya??”

“Jung Soo Jung.”

“Aa… hagh! Anak itu. Apa mereka pacaran?? Kenapa kalian kemari?”

“Kenapa kau membolos? Sudah bosan menatap Woohyun?” Dongwoo balik bertanya.

“Ish! Sudah ku katakan aku lelah dan harus mengerjakan hal yang lain.”

“Lebih penting ya? Sampai-sampai kau membuang uang mu?”

“Dongwoo!” bentak Howon. “Sihyeon, kau mengkhawatirkan sesuatu?”

“Aa, eum… itu…”

Dongwoo jongkok menatap monitor laptop Sihyeon. Ia penasaran apa yang sedang dikerjakan gadis itu. “Omo! Sihyeon, ini???”

Sihyeon mengangguk pelan. “Aku mencoba bangkit kembali.” Sambil tersenyum kecil.

“Ada apa sebenarnya?” sela Howon.

“Sihyeon! Ini… keren!!” Dongwoo memberikan dua jempolnya.

Howon turut jongkok dan melihat laptop Sihyeon. “Omo! Sihyeon ini…”

“Iya…” Sihyeon tersenyum geli melihat tingkah dua sahabatnya.

“Okey… kita lihat… lima menit lagi…” Dongwoo menggosok kedua tangannya.
***

Senin malam, semua berkumpul dirumah kecil Sihyeon. Howon, Dongwoo, Myungsoo, Sungyeol dan Soojung berada disana. Semua terlihat bahagia ditemani suguhan seadanya.

“Aku yakin, Sihyeon Nuna akan lolos dan mendapatkan hadiah utamanya! Huh, Nuna, hwaiting!!!” Sungjeong penuh semangat.

“Em, aku juga berkeyakinan sama. Aa… hadiah utamanya…” Hyungi menggelengkan kepala.

“1:40, itu tidak mudah.” Protes Sihyeon.

“Setelah waktu itu, aku yakin inilah waktunya balas dendam!” Dongwoo geram.

“Balas dendam??”  pekik Sungjeong.

“Iya…” Dongwoo manggut-manggut. “Balas dendam pada serigala berbulu domba yang mencuri naskah Sihyeon sebelumnya dan mengakui itu naskah miliknya!”

“Ada ya?? Kapan??”

“Waktu SMA.” jawab Howon.

“Itu… sudah lama sekali, dua tahun yang lalu, apa serigala itu masih hidup?” Tanya Sungyeol.

“Masih.” Jawab Myungsoo. Semua mata langsung tertuju padanya.

“Sudah-sudah…” Sihyeon memotong. “Jangan membawa obrolan tak mengenakkan sa’at makan. Em?”

“Tapi Sihyeon, kenapa kau ragu?” Tanya Sungyeol lagi. “Bisa masuk 40 besar itu sudah sangat bagus sekali, bukankah peminatnya banyak?”

“423 peserta. Aku hanya tak ingin terlalu berharap seperti yang sudah-sudah.”

“Kau sendiri yang mengatakan, tidak ada perjuangan yang sia-sia. Tentang yang sudah-sudah, kau masih bisa menikmati hasilnya kan? Pengalaman yang kau dapatkan, itu juga hasil yang kau peroleh. Jangan pesimis begitu, em? Yoo Sihyeon pasti mendapat kesempatan lagi. Ah, aku yakin Tuhan akan memberikan mukjizat-Nya, untukmu.” Sungyeol menyemangati membuat Sihyeon terharu dan kehabisan kata-kata. “Yorobun, ayo kita berdo’a untuk Sihyeon.”

“Iya!!!” jawab semua kompak membuat Sihyeon makin terharu.

Sihyeon tak mampu lagi menahan air matanya. Ia menangis. “Terima kasih…” ucapnya sebelum menutup wajah dengan tangannya.

“Ya, Sihyeon~aa…” Myungsoo yang duduk disamping kanan Sihyeon berusaha menenangkan gadis itu dengan merangkulnya. Bukannya diam, air mata Sihyeon makin menjadi. “Ssh, Sihyeon… sudahlah… kau tidak malu menangis didepan kami?” Sihyeon tetap menutup muka dan menangis. Myungsoo mendekap Sihyeon dan membiarkan gadis itu menangis dalam pelukannya.

Soojung menatap Myungsoo dan Sihyeon. Keduanya tampak sangat baik seperti itu. Soojung tersenyum getir dan menunduk. Sementara itu Hyungi menatap sengit pada Soojung.


Soojung membantu Sihyeon mencuci piring didapur.

“Mereka itu… aa… benar-benar membuatku gila!” Sihyeon memecah kebisuan. Soojung  tersenyum melihatnya. “Balas dendam?? Apa itu alasan untuk menang??”

“Setidaknya itu alasan lain Onni. Aku rasa benar yang dikatakan Dongwoo Oppa, setelah semua yang Onni lewati, mungkin inilah waktunya.”

“Semua masih mungkin, jadi jangan terlalu berharap.”

“Benar juga, tapi optimis bukanlah hal yang salah Onni.”

“Iya. Hah…”

“Onni, boleh aku tanya sesuatu?”

“Em, silahkan.”

“Apa Onni dan Myungsoo Oppa pacaran??”

Mata Sihyeon melebar mendengarnya. “Soojung, apa kau dan Hyungi berpacaran?”

“Nee??”


Hyungi mengantar Soojung pulang. Keduanya  berjalan berdampingan namun saling terdiam. “Kau memikirkan sesuatu?” Tanya Hyungi.

“Iya??” Soojung sadar dari lamunannya. “Tidak…”

“Sihyeon Nuna dan Myungsoo Hyung, benar kan?”

“Hyungi, kenapa kau selalu curiga tentang itu?”

“Kau cemburu melihat Myungsoo Hyung memeluk Nuna, benar kan?”

“Hyungi!!!”

“Aku tahu itu iya.”

Soojung menghentikan langkahnya. “Iya. Aku cemburu dan aku iri pada Sihyeon Onni. Kau puas??”

“Hah… kita punya persaan yang sama.”

“A-pa?? Hyun-gi??”

“Sihyeon Nuna, gadis yang beruntung. Dia dikelilingi teman-teman yang baik dan sangat perhatian padanya. Teman-teman yang selalu ada disa’at Nuna senang dan sedih. Teman-teman yang tampan dan bukan hanya itu, Sihyeon Nuna…” Hyungi menatap Soojung. “Aku hanya punya teman, satu teman baik dan itu kau.”

“Karenanya kau mengatakan pada Onni kalau kita pacaran?”

“Apa??”

“Hyungi, cara mu itu licik sekali!”

“Aku berani sumpah aku tidak mengatakan hal itu!”

“Hah… aku paham! Mungkin teman-teman Onni salah paham melihat keakraban kita.”

“Seberapa pun kerasnya aku berusaha, tetap saja aku tidak bisa menjadi seperti Nuna.”

“Iya??”

“Sejauh ini aku tetap seperti ini dan hanya kau yang terbaik yang aku miliki, disisiku.”

“Hyun…” Soojung tak bisa berkata-kata lagi.

“Tapi, setelah aku pikir-pikir tidak juga.”

“Hyungi!!!” Soojung mengejar.
***

Hari rabu. Sihyeon kembali harus bertugas dirumah Woohyun. Sihyeon yakin jika Woohyun tidak ada dirumah dan ia sangat bersemangat untuk segera menyelesaikan tugasnya. Namun apa yang diprediksikan Sihyeon salah. Woohyun duduk diruang tamu ketika ia memasuki rumah itu.

“Annyeong.” Sapa Woohyun.

“An-annyeong.”

“Kenapa kau terlihat kaget?”

“Tadinya aku kira rumah ini kosong seperti biasa.”

“Pantas saja kau terlihat kaget melihatku disini. Apa aku membuatmu merasa tidak nyaman?”

“Aa, tidak, tidak… sungguh…” keduanya kembali terdiam. “Woohyun, aku dengar Pak Presedir sudah menemukan gadis pengganti Nona Kim Soo Yee, apa itu benar?”

“Kau tidak tahu?”

“Tidak. Aku tidak masuk kemarin.”

“Kemana kau pergi setelah kau meninggalkan rumah ini?”

“Ma’af??”

Woohyun menghela nafas panjang. “Kau akan tahu sa’at kau kembali.” Woohyun kembali fokus pada buku ditangannya.

“Aku pamit ke belakang.”

“Hah… dia itu…”


Sepulang dari rumah Woohyun, Sihyeon bergegas menemui Sungyeol yang ia minta datang.

“Kau bekerja pada Woohyun dan kau teman baik Myungsoo tapi kau sama sekali tidak tahu tentang ini?” Sungyeol balik bertanya.

“Ish! Jika mereka menjawab pertanyaan ku maka aku tidak akan meminta mu datang dan menanyakan  hal ini pada mu!”

“Apa ini penting sekali bagimu? Kenapa? Kau harap gadis itu kau?”

“Hey! Aku ini memang pemimpi, tapi aku masih normal dan tahu diri harus sebatas mana aku bermimpi, ha!”

“Sabtu nanti kau juga akan tahu siapa pengganti Nona Kim Soo Yee, sabar saja sampai hari sabtu, em?”

“Aigoo, kau ini! Apa seorang bintang terkenal? Artis? Member girls band?? Ya! Sungyeol!!” Sihyeon berteriak ketika Sunyeol menutup kedua telinga dengan kedua jari telunjuknya. “Baiklah, tidak perlu menjawabnya! Ish! Aku pergi!”

“Menurut mu, siapa?”

“Em? Entahlah yang pasti bukan aku.”

“Ish! Kau ini!”

“Terima kasih sudah datang! Annyeong…” Sihyeon berjalan pergi.

“Hah… andai mereka tahu betapa berbakatnya kau, Sihyeon.”



-------TBC--------



-shytUrtle_yUi-


You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews