Review bacaan dan tontonan

Review Korean Movie Metamorphosis (2019)

07:36

Metamorphosis (2019)



From AsianWiki


Profile

Movie: Metamorphosis

Revised romanization: Byeonshin

Hangul: 변신

Director: Kim Hong-Sun

Writer:

Producer:

Cinematographer:

Release Date: August 21, 2019

Runtime: 113 min.

Genre: Horror / Thriller / Exorcism

Distributor: Acemaker Movie Works

Language: Korean

Country: South Korea

Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©

Gang-Goo (Sung Dong-Il) and Myung-Joo (Jang Young-Nam) are married and they have three children: Sun-Woo ([Kim Hye-Jun]]), Hyun-Joo (Cho Yi-Hyun) and Woo-Jong (Kim Kang-Hoon). They move into a new home, but bizarre and terrifying things happen to the family. The devil transforms into one of the family members. Oldest child Sun-Woo calls her uncle Joong-Soo (Bae Sung-Woo) for help. Joong-Soo is a Catholic priest, who performs exorcisms.

Cast

Bae Sung-Woo as Joong-Soo
Sung Dong-Il as Gang-Goo
Jang Young-Nam as Myung-Joo
Kim Hye-Jun as Sun-Woo
Cho Yi-Hyun as Hyun-Joo
Kim Kang-Hoon as Woo-Jong


Additional Cast Members:

Jung Yun-Ha - ambulance crew 2
Baek Yoon-Sik - Priest
Kim Lee-Kyung - bus female high school student 1

Gang-Goo (Sung Dong-Il) dan Myung-Joo (Jang Young-Nam) menikah dan mereka memiliki tiga anak: Sun-Woo ([Kim Hye-Jun]]), Hyun-Joo (Cho Yi-Hyun) dan Woo-Jong (Kim Kang-Hoon). Mereka pindah ke rumah baru, tetapi hal-hal aneh dan menakutkan terjadi pada keluarga. Iblis berubah menjadi salah satu anggota keluarga. Anak tertua Sun-Woo memanggil pamannya Joong-Soo (Bae Sung-Woo) untuk meminta bantuan. Joong-Soo adalah seorang imam Katolik, yang melakukan eksorsisme.



Film bertema eksorsisme kedua yang saya tonton di bulan September ini. Tahu film ini dari postingan sekaligus rekomendasi Kookie Noona. Sebenarnya untuk genre seperti ini tuh saya seringnya agak ragu buat nonton. Takut sadis. Hehehe. Tapi, karena diyakinin ama Kookie Noona bahwa film ini masih batas wajar, jadi ya oke lah akhirnya nonton juga. Yuk simak kesan saya setelah nonton Metamorphosis (2019).




Begitu dimulai, kita udah disuguhi adegan yang lumayan bikin tegang dan lumayan ngeri yaitu adegan Pastor Park Joong Soo (Bae Sung Woo) yang sedang melakukan ritual eksorsisme kepada seorang gadis. Ciri khas film bertema eksorsisme, kita akan disuguhi adegan si orang kesurupan muntah darah dengan begitu hebatnya. Pun demikian dengan film ini. Lalu, disusul dengan perubahan fisik si orang kesurupan yang menjadi mengerikan ketika si setan mulai terdeteksi.

Bukannya berhasil, Pastor Park justru gagal menolong si gadis. Si gadis berakhir tragis dengan mati bunuh diri. Meloncat dari kamarnya dan jatuh tertancap di pagar. Ngeri ya? Emang. Tapi, menurut saya masih ngeri adegan bunuh diri Kim So Hee (Park Han Byul) di film Wishing Stairs.



Film ini berkisah tentang sebuah keluarga yang masih berhubungan sama Pastor Park. Jadi, pasca peristiwa kematian gadis muda yang ditangani Pastor Park, keluarga Gang Goo (Sung Do Il) semacam mendapat teror. Gang Goo adalah kakak laki-laki dari Pastor Park.



Gang Goo memboyong keluarganya untuk pindah rumah. Istri dan ketiga anaknya ia bawa untuk pindah ke rumah baru yang lumayan megah. Terdiri dari dua lantai dan masing-masing anak mendapatkan kamarnya sendiri.

Di malam pertama mereka pindah, Myung Joo (Jang Young Nam) sang istri merasa terganggu dengan suara berisik dari rumah sebelah. Sun Woo (Kim Hye Jun) si sulung pun mengalami hal yang sama. Begitu juga si anak tengah Hyun Joo (Cho Yi Hyun) dan si bungsu Woo Joong (Kim Kang Hoon). Namun, Myungjoo melarang Gang Goo yang hendak menegur tetangganya itu.






Keesokan harinya, Sun Woo menemukan kucing mati tergantung di dekat jendela. Di saat yang sama Hyun Joo tiba-tiba pingsan. Sepulang dari membawa Hyun Joo ke rumah sakit, Gang Goo dan keluarganya menemukan truk rumah sebelah parkir sembarangan bahkan hingga merusak kursi kesayangan Woo Joong. Tak tahan, Gang Goo pun akhirnya nekat menegur.

Gang Goo pergi ke rumah tetangganya untuk menegur. Tapi, ia menemukan hal mengerikan mulai dari halaman rumah itu. Di dalam rumah, banyak salib yang digantung terbalik bersama hewan-hewan yang sudah mati. Darah di sana-sini dan menimbulkan bau busuk. Gang Goo bertemu dengan tetangganya yang ternyata seorang pria. Pria itu terkesan misterius dan mengerikan. Gang Goo pun segera pergi.



Pada malam berikutnya bunyi gaduh di tengah malam kembali muncul. Gang Goo pun memanggil polisi dan meminta polisi menyelidiki rumah tetangganya. Anehnya di dalam sana sangat bersih. Yang ditemukan hanya tumpukan kain dan alat tenun. Sejak kejadian itu, teror pun mulai menghantui keluarga Gang Goo hingga membuatnya memutuskan untuk meminta bantuan adiknya, Pastor Park.




Film ini cukup mengerikan bagi saya. Saran saya sebaiknya makan dulu sebelum nonton. Karena di film ini kita akan disuguhi banyak darah. Lumayan bikin enek. Hehehe.

Nggak ada hantu seram karena si hantu benar-benar menyerupai manusia. Kalau dalam bahasa khas daerah saya disebut 'mendo-mendo'. Jadi penampilannya emang kayak manusia banget.

Jalan ceritanya nggak berbelit-belit, mengalir cepat, dan mudah ditebak. Tapi, tetep seru buat diikuti. Dan, lumayan ngeri. Bayangin aja jika di dalam rumah kita ada orang yang menyerupai salah satu dari anggota keluarga dan hendak membunuh kita. Serem kan! Si setan dengan seenaknya mengadu domba bahkan membunuh. Suer serem banget!

Emang hantu bisa membunuh manusia? Sependek pengetahuan saya bisa kalau dia emang jenis hantu yang kuat. Nah, di film ini digambarin hantu model begitu. Dia bisa menghasut dengan mudah, menyamar dengan mudah, bahkan bisa membuat kekacauan dari jarak jauh.

Pesan yang dibawa film ini adalah bagaimana iblis memanfaatkan manusia untuk membelot dan menjadi pengikutnya di saat manusia itu dirundung rasa marah atau putus asa. Sebagai manusia harus memiliki iman yang kuat dan bergantung hanya pada Tuhan untuk menjalani kehidupan. Walau seberat apa pun ujian hidup, jangan pernah membenci Tuhan dan tetap lah bergantung pada Tuhan. Karena ketika manusia marah pada Tuhan, pada momen itu lah iblis menyusup untuk menyeret manusia untuk berjalan di jalannya.

Sedihnya ada kematian dalam anggota keluarga Gang Goo. Saya sempat berharap ada kolaborasi antara Pastor Park dengan Pastor senior yang datang dari Filipina khusus untuk membantu Pastor Park. Sayangnya mereka mengalami kecelakaan yang tak lain adalah ulah si iblis.

Walau menyamarnya si iblis jadi salah satu anggota keluarga Gang Goo secara acak, tapi sebenernya bisa ditebak. Karena saat iblis yang muncul, ekspresinya dan sifatnya bertolak belakang dengan si manusia asli. Rada sulit ditebak itu Myung Joo. Pas doi ngakak-ngakak waktu nonton TV, saya kira itu si iblis. Ternyata Myung Joo asli. Hehehe.

Di dukung akting para pemainnya yang apik, film ini saya rekomendasikan untuk ditonton terutama bagi pecinta film horor. Walau nggak demen horor, menurut saya film ini masih bisa ditonton karena nggak terlalu serem pun nggak terlalu sadis.

Sung Do Il Ajushi kece! Terlebih pas aktingnya di kamar Hyun Joo. Dari ayah yang hangat dan penuh kasih, bisa berubah drastis jadi ayah yang seram. Tatapannya keji hingga bikin bulu kuduk meremang. Apalagi pas bawa palu dan main petak umpet di dapur ama Hyun Joo. Ikutan deg-degan. Takut Hyun Joo tertangkap dan dipukul dengan brutal pakek palu.

Akting Jang Young Nam juga nggak kalah keren. Adegan di dapur pas pagi-pagi tuh serem dan lumayan bikin nggak nafsu makan. Hehehe. Saya sempat menonton potongan adegan itu di Instagram. Ternyata potongan adegan dari film Metamorphosis (2019).


Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat.

Photo by: Hancinema.


Tempurung kura-kura, 24 September 2019.
- shytUrtle -

Khayalan shytUrtle

AWAKE "Rigel Story" - Bab IV

06:09

AWAKE - Rigel Story
 


Bab IV
 
 
Selain menerima materi dari para guru pembimbing, ada latihan baris-berbaris, serta berburu tanda tangan para senior yang menjadi kegiatan dalam MPLS. Ada hukuman bagi peserta yang melakukan kesalahan saat sesi latihan baris-berbaris. Sedang dalam sesi perburuan tanda tangan, tak jarang para senior mengerjai junior mereka.
Pearl dan gengnya sangat menikmati sesi perburuan tanda tangan. Mereka gemar sekali mengerjari para junior yang meminta tanda tangan pada mereka. Anggota MPK yang menjadi panitia dan mengawasi jalannya MPLS sampai berulang kali menegur mereka.
Jika Pearl dan kedua rekannya gemar mejeng saat sesi perburuan tanda tangan. Rue dan gengnya malah lebih sering menghindar dari sesi itu. Mereka lebih banyak menghabiskan waktu di kantor Dewan Senior selama sesi perburuan tanda tangan dimulai. Bukan hanya karena mereka bukan panitia MPLS. Tapi, juga karena mereka tidak bisa jika harus ‘mengerjai’ para junior dahulu sebelum membubuhkan tanda tangan di buku yang dibawa para junior.
Ketika tak sengaja tertangkap junior, Rue hanya mengajak ngobrol mereka sejenak sebelum memberikan tanda tangannya. Hanjoo langsung membubuhkan tanda tangannya. Sedang Dio dan Byungjae, meminta junior mereka untuk bernyanyi.
Rue, juga panitia merasa sedikit lega. Hari pertama dan kedua MPLS berjalan dengan lancar. Tidak ada murid kesurupan atau laporan murid dihantui.
Hari ketiga—yang juga menjadi hari terakhir MPLS, semua murid baru peserta MPLS diwajibkan menginap di sekolah. Para senior sudah mengatur ruang kelas X sedemikian rupa hingga bisa dijadikan tempat untuk tidur bagi peserta MPLS. Bangku dan meja ditepikan. Alas untuk tidur pun sudah disediakan. Ruang tidur untuk siswa dan siswi pun dipisahkan. Mereka tak dikumpulkan berdasarkan kelas lagi. Tapi, berdasarkan gender. Sedang para senior, ada yang menyiapkan tempat untuk tidur di kantor Dewan Senior/MPK. Ada pula yang memilih tidur di kantor ekstrakurikuler yang mereka ikuti.
Rigel memilih basecamp PMR (Palang Merah Remaja) sebagai tempat menaruh barang-barang mereka. Juga, sebagai tempat untuk tidur malam nanti. Rue dan ketiga temannya memang tergabung menjadi anggota ekstrakurikuler PMR. Bahkan Hanjoo menjabat sebagai ketua dalam organisasi itu.
***

“Bagaimana ruang tidurmu?” tanya Esya pada Hojoon saat bertemu usai mengantre untuk membersihkan diri. Langit yang tadinya menguning kini telah berubah hitam. “Kamu yakin kalau kamu baik-baik saja?” imbuhnya seraya menoleh ke arah kanan. Menatap Hojoon yang berjalan di sampingnya.
“Aku harus baik-baik saja. Ada teman sekelas yang jadi satu ruangan denganku. Aku nanti tidur bersebelahan dengannya.” Hojoon terdengar malas.
“Bersabarlah. Hanya semalam.”
“Malam paling menyebalkan seumur hidupku. Kelak, kalau aku jadi Menteri Pendidikan. Aku akan hapus MPLS.”
Esya tergelak mendengar ocehan Hojoon. “Kamu hanya kurang bisa menikmati momen ini.”
“Oh, Esya sayang. Apa yang bisa dinikmati dari momen penyiksaan seperti ini? Dan, coba pikirkan. Apa keuntungan yang kita peroleh dari… yah! Kegiatan tak berguna ini?”
“Jika MPLS dinilai tak berguna. Mungkin sudah lama ditiadakan.”
“Hey! Departemen dan Kementrian Pendidikan sedang meninjau ulang tentang MPLS lho!”
“Ya, ya, ya.” Esya mengangguk-anggukan kepala. “Coba pikirkan ulang apa yang dikatakan Nenek. Mungkin benar, nantinya kau akan menemukan apa yang kau cari di sini.”
“Aku tak yakin. Menurutku itu… konyol.”
“Konyol??” Esya menghentikan langkah. Kedua mata bulatnya melebar. Menatap Hojoon tajam sebagai ekspresi protes.
Hojoon ikut menghentikan langkah. Balas menatap Esya. “Lima tahun berlalu. Iya kalau dia masih tinggal di kota ini dan bersekolah di sekolah ini.”
“Aku percaya pada firasat nenek. Aku percaya, kau akan menemukan apa yang kau cari di sini. Nenek memilih kembali menetap di kota ini karenamu Hojoon. Mencari seseorang yang menolongmu malam itu menjadi prioritas tersendiri bagi nenek. Bukannya aku tak suka kita kembali ke kota ini. Aku hanya tak suka kau menyebut keyakinan nenek sebagai hal yang konyol!”
“Maafkan aku. Aku tahu aku salah. Huft!” Hojoon menghela napas.
Esya bersedekap. Memiringkan kepala mengamati Hojoon. Sahabat sekaligus saudara sepupunya itu tampak gusar. “Kau takut Hojoon?”
“Mm?” Hojoon kembali menatap Esya.
“Menginap di sekolah yang terkenal angker dan jurit malam. Aku tahu kau benci itu semua. Harusnya aku tak memaksamu ikut. Kau bisa izin dengan alasan sakit. Maafkan aku.”
“Tak apa. Aku laki-laki. Aku hanya sedikit gugup.” Hojoon membetulkan letak kacamatanya.
Esya tersenyum manis. “Aku tahu kau pasti bisa. Aku yakin kau pasti bisa mengalahkan ketakutanmu. Lagi pula ada Rigel. Mereka pasti menjaga kita.”
Hojoon mengulas sebuah senyuman kaku di wajahnya. Lalu terdengar pengumuman yang meminta para murid baru yang sudah selesai membersihkan diri segera menuju kantin untuk makan malam.
“Sampai ketemu di kantin.” Esya melambaikan tangan dan berjalan meninggalkan Hojoon.
Hojoon menghela napas panjang. Ia termenung di tempat ia berdiri. Selama beberapa saat. Hojoon terkejut hingga terlonjak ketika ia merasakan sebuah tangan menyentuh pundaknya.
Rue terkejut melihat reaksi Hojoon. Ia mengamati Hojoon yang terlihat ketakutan. “Maaf jika aku mengejutkanmu,” jarnya meminta maaf. “Aku bertanya padamu, tapi kau diam saja. Karenanya aku menepuk pundakmu. Maaf jika itu membuatmu terkejut.”
Hojoon hanya bisa menggelengkan kepala menanggapi ocehan Rue yang entah datang dari mana dan tiba-tiba menepuk pundaknya.
Senyum terkembang di wajah Rue. Menampakkan satu lesung pipi di pipi kanannya. “Jangan terlalu banyak bengong, melamun, atau termenung seperti tadi. Terlebih di peralihan dari sore ke malam seperti ini. Itu berbahaya. Kau tahu reputasi sekolah kita kan?”
Hojoon mengangguk sebanyak dua kali. Sisa ekspresi kaget masih ada di wajahnya.
“Apa kau tersesat? Kau kelas berapa?”
“Tid-tidak. X-8.” Hojoon terbata.
“Jika tidak, sebaiknya kau segera ke kantin untuk makan malam.”
Hojoon mengangguk. Membungkukkan badan, lalu bergegas pergi dari hadapan Rue. Saat ia menoleh, ia melihat Rue masih berdiri di sana. Mengamatinya. Hojoon mempercepat langkahnya. Menuju kelas yang akan menjadi kamar tidurnya malam nanti.
***
“Woa! Kak Rue menegurmu? Beruntung sekali kamu!” Axton Kim antusias saat Hojoon bercerita tentang Rue menegurnya. Dia adalah pemuda berdarah Korea-pribumi, teman sekelas sekaligus sekamar tidur—di ruang kelas X-5—Hojoon.
“Lagian kamu ngapain bengong di dekat aula?” tanya Axton usai memasukan sesendok nasi ke mulutnya. “Padahal sudah diperingatkan berulang kali agar tak melamun, agar tak bengong biar nggak kesurupan!”
Esya yang duduk di samping kiri Hojoon melirik Axton yang duduk berhadapan dengan Hojoon. Sembari mengunyah makanan dalam mulutnya, ia memperhatikan Axton. Pemuda berhidung mancung dan bermata sipit dengan rambut bergelombang  itu terlihat menyenangkan dan sedikit banyak bicara.
“Terlebih saat berada di kelas X-5, tempat kita tidur malam nanti. Jangan banyak bengong. Katanya, kelas X-5 itu adalah kelas paling angker di kelas X.” Axton terus mengoceh. “Katanya, pernah ada siswi kesurupan dan menari-nari di sana. Tarian tradisional.”
“Axton!” Esya menegur. “Bisa nggak sih kamu berhenti ngomongin hal creepy tentang sekolah kita?!” Esya melirik Hojoon yang terlihat kaku karena ketakutan mendengar ocehan Axton.
“Aku hanya bicara tentang sekolah kita yang katanya benar begitu adanya. Kita semua tahu bagaimana sekolah kita, kan?” Axton membela diri.
“Ya! Aku tahu. Mungkin kau lupa tentang satu hal. Katanya, jika kita membicarakan mereka yang bisa melihat kita tapi kita tak bisa melihat mereka. Mereka akan datang untuk menyimak dan mengoreksi apa yang sedang kita bicarakan tentang mereka.”
Axton menelan sisa makanan di dalam mulutnya. Diam menatap Esya. Ia terlihat sedikit ketakutan usai mendengar ocehan Esya.
“Jadi, sebaiknya kita diam dan menikmati makan malam ini. Atau, bicarakan hal lain saja!”
“Maafkan aku.” Axton beralih menatap Hojoon. “Hojoon, kamu baik-baik saja? Kamu terlihat pucat. Apa kamu takut? Oh, teman! Maafkan aku. Aku tidak tahu jika kau penakut. Aku pun sebenarnya penakut. Tapi, ada Rigel di sini. Aku yakin Kak Rue dan juga kakak-kakak senior yang tergabung dalam ekskul metafisik akan melindungi kita dari gangguan makhluk halus penghuni sekolah kita ini. Lagi pula, sejak Kak Rue menjabat sebagai Ketua Dewan Senior, kasus kesurupan dan murid dihantui menurun drastis. Kamu nggak perlu takut, sobat!”
Axton menatap Hojoon, lalu Esya. Dua teman yang menjadi satu meja makan dengannya itu balas menatapnya dalam diam. “Oke! Kita makan!” Axton menundukkan kepala. Melanjutkan makan tanpa bersuara lagi.
***

Setengah jam usai makan malam, murid kelas X peserta MPLS dikumpulkan di lapangan basket. Walau malam hari, lapangan basket tetap terang karena adanya lampu penerangan yang menggunakan lampu LED.
Murid kelas X berbaris tak sesuai kelas lagi, tapi sesuai kelompok untuk jurit malam yang dipilih secara acak. Setiap kelompok beranggotakan lima orang. Dengan perbandingan tiga siswa dan dua siswi.
Hojoon merasa beruntung karena menjadi satu kelompok dengan Axton. Beruntung karena ia telah mengenalnya sejak ia tahu Axton adalah teman sesama kelas X-8 yang menjadi teman sekamarnya di kelas X-5. Baginya lebih baik bersama Axton yang banyak bicara itu daripada bersama murid lain yang tak ia kenal. Dan, sebenarnya ia sangat mengharap Esya jadi satu kelompok dengannya. Andai saja boleh mengajukan tukar anggota.
Para senior meminta para peserta MPLS menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk jurit malam seperti jaket, lampu senter, bolpoint, dan lainnya. Senior juga meminta peserta MPLS memilih ketua untuk kelompok masing-masing. Kemudian, para ketua diminta maju untuk mengambil gulungan kertas kecil yang berisi tulisan berupa nomer pemberangkatan peserta.
Setelah semua ketua kelompok mendapatkan nomer urut pemberangkatan. Semua peserta MPLS kembali diminta berbaris sesuai kelompok. Perwakilan panitia membacakan aturan jurit malam yang rutenya berkeliling di luar gedung sekolah.
Hanjoo, Rue, Dio, dan Byungjae berdiri di tepi lapangan basket bersama senior lainnya. Memperhatikan junior mereka yang sedang mendengarkan pengarahan tentang aturan jurit malam.
Rue menurunkan kedua tangannya yang ia silangkan di dada ketika kedua matanya kembali menangkap sosok pemuda berpakaian serba hitam yang sedang berdiri di belakang barisan peserta MPLS. Pemuda tampan berwajah pucat itu berdiri tak jauh dari barisan peserta MPLS. Ia balas menatap Rue yang baru saja menyadari keberadaannya.
“Ada apa?” tanya Hanjoo yang menyadari perubahan bahasa tubuh Rue.
“Aku melihatnya lagi.” Jawab Rue lirih.
“Dewa Kematian?” Dio ikut melirihkan suaranya.
“Ada apa?” Byungjae ikut bertanya dengan lirih. “Dewa Kematian muncul lagi? Di sini?”
Rue menganggukan kepala. “Dia sedang balas menatapku.”
Oh, God! Dia di mana?” Dio mengamati barisan peserta.
“Murid kelas X-8 tersebar. Dia di mana?” Byungjae ikut mengamati para peserta MPLS.
Kening Rue berkerut. Sosok pemuda berpakaian serba hitam itu berdiri tak jauh dari siswa berkacamata yang ia temukan sedang berdiri sendirian, termenung di dekat aula saat pergantian sore menjadi malam tadi.
Rue berusaha melihat tag nama yang dikenakan siswa berkacamata itu. Ia ingat, siswa itu mengaku berada di kelas X-8. “Hojoon?” bisiknya saat berhasil membaca tag nama yang digunakan siswa berkacamata itu.
Rue kembali menatap sosok yang ia yakini sebagai Malaikat Maut—yang disebut Dio sebagai Dewa Kematian. Pemuda itu masih menatapnya. Wajahnya yang pucat dan dingin itu tiba-tiba memunculkan sebuah senyuman. Seringaian yang membuat Rue bergidik ngeri hanya dengan menatapnya dari jarak yang cukup jauh itu.
Rue segera menundukkan kepala. “Hojoon… Hojoon…?” gumamnya penuh pertanyaan.
***

Review bacaan dan tontonan

Review Korean Movie Miss & Mrs. Cops (2019)

15:26


Miss & Mrs. Cops




From AsianWiki
Profile
Movie: Miss & Mrs. Cops (English title) / Girl Cops (Korean English title)
Revised romanization: Girl Cops
Hangul: 걸캅스
Director: Jung Da-Won
Writer: Jung Da-Won
Producer: Ahn Sung-Hyun
Cinematographer: Lee Sung-Jae
Release Date: May 9, 2019
Runtime: 107 min.
Genre: Action-Comedy / Female-Action
Distributor: CJ Entertainment
Language: Korean
Country: South Korea


Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©

Mi-Young (Ra Mi-Ran) was once a legendary detective. After she married, Mi-Young began working in the public service center at a police station. Ji-Hye (Lee Sung-Kyung) is a rookie detective. She causes trouble and gets assigned to work in the same public service center. Mi-Young and Ji-Hye begin investigating a criminal case.

Notes

Filming began July 5, 2018 and finished September 27, 2018.

Cast

Ra Mi-Ran as Mi-Young
Lee Sung-Kyung as Ji-Hye
Yoon Sang-Hyun as Jo Ji-Chul
Sooyoung as Yang Jang-Mi
Wi Ha-Joon as Woo-Joon
Joo Woo-Jae as Phillip
Kang Hong-Suk as Yong-Suk
Kim Do-Wan as Chan-Young
Han Soo-Hyun as Detective Kwak
Jun Suk-Ho as Detective Oh
Joe Byeong-Gyu as youngest detective

Additional Cast Members:

Yum Hye-Ran - department head
Ahn Chang-Hwan - Kang Sang-Doo
Lee Re - Ji-Hye (young)
Sung Dong-Il - chief of felony crime squad (cameo)
Ha Jung-Woo - motel desk clerk (cameo)
Park So-Eun - Seo-Jin
So Hee-Jung - Seo-Jin's mother
Cho Hye-Joo - Soo-Bin
Lee Jung-Min - Chae Sook-Hee
Kim Jun - Chan-Woong
Bae Yoo-Ram - high school student 1 with helium balloon
Ahn Jae-Hong - big guy in front of club
Lim Hyun-Sung - cyber crime team police officer
Kim Min-Kyung - woman and youth division detective
Kim Tae-Joon - criminal affairs division civil petitioner
Jung Doo-Won - club man who tries to seduce woman
Seol Chang-Hee - Seo-Jin's doctor
Ok Ja-Yeon - New Pacific suicide female victim
Ahn Sung-Bong - big man 1 group
Kim Gwang-Sub - Shinchon sunglasses man

Mi-Young (Ra Mi-Ran) pernah menjadi detektif legendaris. Setelah menikah, Mi-Young mulai bekerja di pusat layanan publik di kantor polisi. Ji-Hye (Lee Sung-Kyung) adalah seorang detektif pemula. Dia menyebabkan masalah dan ditugaskan untuk bekerja di pusat layanan publik yang sama. Mi-Young dan Ji-Hye mulai menyelidiki kasus kriminal.


Nonton film ini karena ada Ra Miran dan Lee Sungkyung. Setelah ditonton ternyata filmnya sangat menghibur! Bikin ketawa iya, tapi bikin sebel juga iya. Pas banget deh!


Mi Young (Ra Mi-Ran) adalah seorang polisi wanita dengan prestasi cemerlang. Banyak kasus yang sudah ia tangani. Ia pun mendapat penghargaan atas jasa-jasanya. Setelah menikah dan mempunyai anak, Mi Young bekerja di pusat pelayanan publik di kantor polisi. Walau demikian, ia sangat dihormati oleh rekan-rekannya terutama para junior.


Mi Young bekerja dekat dengan polisi muda Yang Jang Mi (Soo Young). Keduanya selalu bermasalah dengan atasan mereka yang killer.



Ji Hye (Lee Sung Kyung) adalah seorang polisi muda yang mendapat masalah setelah salah tangkap dan menyerang orang yang dikira penjahat dengan tempat sampah. Kasus itu pun viral dan membuat tim Jihye dalam kesulitan. Akhirnya Jihye dikirim ke pusat pelayanan publik. Di sana ia bertemu dengan Mi Young. Uniknya, Mi Young itu ternyata kakak iparnya Jihye.



Saat Miyoung sedang mengajari Jihye cara menyambut masyarakat yang hendak mengadukan masalahnya, seorang gadis berusia 20 tahunan datang. Gadis itu tiba-tiba lari keluar setelah melihat empat orang pria masuk ke dalam kantor sambil bercanda dan meninggalkan ponselnya. Miyoung mengejar gadis itu, tapi si gadis justru dengan sengaja menabrakan diri pada truk yang melintas.

Miyoung dan Jihye berusaha membuka ponsel gadis itu yang masih tertinggal bersama Miyoung, namun tidak bisa karena di sandi. Berkat Jangmi yang seorang hacker, sandi ponsel itu berhasil diretas. Ketiganya menemukan pesan yang berisi kiriman video porno dan si gadis adalah pemeran utamanya. Video itu akan di sebar luaskan jika sudah mencapai 30.000 likes dalam sebuah website tertutup.

Merasa simpati Jihye pun pergi menyelidiki kasus itu. Miyoung dan Jangmi bekerja sama melindunginya dari si atasam killer. Ketiganya pun bekerja sama memecahkan kasus pelecehan seksual tersebut.



Film ini menunjukkan tentang bahwa perempuan itu pun kuat. Girls power, women power, and also the power of emak-emak. Hehehe. Saya baru tahu dari film ini kalau di Korea Selatan sana cewek itu susah buat jadi polisi. Nah, si Miyoung itu dulunya idola Jihye, yang menginspirasi Jihye buat jadi polisi. Kakak Jihye, Jo Ji-Chul (Yoon Sang Hyun) juga mengidolakan Miyoung. Doi yang calon jaksa melamar Miyoung di hari Miyoung mendapat penghargaan. Sayangnya si Ji Chul ini tipikal cowok bego yang nggak bisa diandalkan sama sekali. Payah banget lah doi!

Dunia terbalik. Si istri super hebat, tapi si suami super payah. Si adik pun tumbuh jadi wanita hebat, tapi rada emosional dan ceroboh. Sifat Jihye jadi lebih mirip Miyoung.




Sosok Jangmi yang diperankan Soo Young juga menarik perhatian. Tampilannya sederhana, bahkan terkesan cupu dengan kacamata. Tapi, doi ini hacker tangguh lho!

Nah, antagonisnya itu macem F4. Berempat emang. Tapi, gendeng. Suer saya liat leadernya si Woo Joon (Wi Ha Joon) pengen ngeplak. Gila, edan, nggak berperasaan, psikopat.

Ini nih F4 yang jadi antagonis dalam film ini. Phillip (Joo Woo Jae) si pembuat obat bius dalam bentuk parfum. Woo Joon (Wi Ha Joon) si leader yang psikopat. Yong Suk (Kang Hong Suk) si... dia ini kayak bagian apa ya komputer gitu? Hehehe. Liat doi malah masih keinget doi jadi malaikat maut di Hotel Del Luna. Hehehe. Dan, satu lagi si programer Chan Young (Kim Do Wan). Kim Do Wan yang jadi cowok pinter di dramanya Ong. Di sini jadi pinter juga, tapi keluarnya bentaran doang. Sekejap mata.


Film ini juga menampilkan dua aktor ternama sebagai cameo yaitu Ha Jung Woo dan Sung Do Il. Jadi, yang demen film komedi, boleh deh tonton film ini. Oya, di film ini, megahnya masjid di Itaewon sempet ke shot lho!


Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat.

Photo by: Hancinema.


Tempurung kura-kura, 22 September 2019.
- shytUrtle -


Review bacaan dan tontonan

Review Film The Brothers Grimm (2005) 

19:54

The Brothers Grimm



From Wikipedia

The Brothers Grimm adalah sebuah film petualangan fantasi tahun 2005 yang disutradarai oleh Terry Gilliam. Film ini dibintangi oleh Matt Damon, Heath Ledger, dan Lena Headey, bercerita tentang versi fiksi dan "berlebihan" dari Grimm Bersaudara yang sedang melakukan perjalanan sebagai con-artists di Prancis yang tengah diduduki oleh Jerman, selama awal abad ke-19. Namun, mereka mendapatkan kutukan dari sebuah dongeng, di mana dibutuhkan keberanian yang nyata dalam menghadapinya, bukan eksorsisme palsu yang biasa mereka lakukan. Karakter-karakter pendukung dalam film ini diperankan oleh Peter Stormare, Jonathan Pryce, dan Monica Bellucci.


Will dan Jake Grimm adalah seniman perjalanan yang tiba di Jerman yang didudukiPrancis pada awal abad ke-19. Mereka naik ke kota Karlstadtuntuk membersihkan kota hantu penyihir. Namun, setelah membunuh "hantu", terungkap bahwa Grimm Bersaudara sebenarnya telah mengatur iblis dan monster palsu untuk menipu desa. Setelah itu, ketika mereka merayakan di sebuah penginapan, penyiksa Italia Cavaldi membawa mereka ke Jenderal Prancis Delatombe. Delatombe memaksa mereka untuk memecahkan sebuah misteri: gadis-gadis di desa kecil Marbaden akan hilang dan penduduk desa yakin bahwa makhluk gaib bertanggung jawab. Saudara-saudara ditugasi untuk mencari tahu siapa yang bertanggung jawab, dengan asumsi bahwa itu adalah karya para penipu seperti mereka. Namun, mereka segera menemukan bahwa itu sebenarnya adalah karya kekuatan supranatural yang nyata: seorang cantik, namun berbahaya, 500 tahun, Ratu Thuringianmencuri gadis-gadis muda untuk memulihkan kecantikannya sendiri.




Film ini rilis pada tahun 2005 yang artinya pada masa itu saya masih baru lulus SMA dan berstatus pengangguran. Dan, saya baru tahu tentang film ini di tahun 2019 yang artinya 14 tahun kemudian. Astaga! Hehehe. Miris banget ya! Zaman dulu emang susah nyari informasi tentang film baru. Andalannya hanya TV dan media cetak. Terlebih dengan status pengangguran di desa dari keluarga sederhana, menambah semakin sulitnya informasi masuk. Ini sama sekali nggak ada hubungannya sih. Emang kamunya aja yang kudet, kura! Nggak usah alesan panjang lebar macem gini. Kekeke.

Siapa yang suka film fantasi dan dongeng? Film ini boleh menjadi pilihan untuk ditonton. Film petualangan yang berlatar pada abad ke-19 ini menyajikan banyak adegan kece. Jangan kecewa kalau untuk makhluk fantasinya masih terkesan khayal. Ingat film inj dibuat pada tahun 2005. Tahun segitu teknologi belum secanggih sekarang. Jadi wajar kalau makhluk mitosnya kesannya masih terlihat nggak real.

Walau sebutlah ini film dongeng, tapi jangan ngarep sesuatu yang indah layaknya dongeng kebanyakan. Apa sih ini tuh masuknya dark fairytale gitu. Ada adegan kekerasan dan sadis yang lumayan bikin saya enek dan mual. Contohnya, adegan kucing unyu nggak sengaja kegiling trus daging dan darahnya muncrat kemana-mana sampai ke pipi Jendral Delatombe. Tapi, sama si Jendral dagingnya justru dimakan. Suer bikin enek banget. Bahkan waktu menulis ini rasa enek itu muncul lagi. Heuheuheu.

Masih banyak adegan sadis lainnya. Saya jadi mikir, kalau anak-anak habis nonton film ini pasti mimpi buruk. Terlebih di film ini dikisahkan anak-anak gadis di desa Marbaden hilang satu per satu saat mereka masuk ke dalam hutan. Kalau saya nonton ini zaman masih anak-anak dulu, udah auto nggak berani tidur sendirian. Hehehe. Terlebih adegan gadis kecil ditelen kuda sama ditelen monster lumpur. Suer ngeri banget.

Film ini tuh gabungan dari dongeng Putri Salju, Cinderella, Rapunzel, dan Hansel and Gretel yang tak lain adalah dongeng karya dari Grimm Bersaudara. Gadis bertudung merah yang hilang di hutan mengingatkan pada dongeng Red Riding Hood. Oya, ada manusia serigala juga lho dalam film ini. Menara tempat tinggal Ratu dan rambut super panjangnya adalah Rapunzel. Tapi, si Ratu adalah sosok Ratu jahat dalam Putri Salju. Untuk membebaskan kutukan, Jake harus mencium Angelika seperti di Putri Salju. Ciuman cinta sejati. Eh, Sleeping Beauty sih ya?





Sebenarnya film ini unik. Semacam fan fiction yang menggabungkan beberapa dongeng. Tapi, karena banyaknya adegan sadis itu jadi nurut saya anak-anak mending nggak usah nonton sih. Hehehe.



Pesan moralnya juga oke. Awalnya Jake dan Will ini penipu. Tapi, ketika mereka sampai di desa Marbaden, mereka dipertemukan dengan kenyataan yang merubah cara pandang mereka. Tentu saja ilmu 'trik menipu' mereka masih berguna di sana. Mereka pun berniat berhenti menipu.

Selain itu ada Cavaldi yang awalnya lawan, tapi justru jadi kawan di akhir. Saya suka karakter seperti ini. Hehehe.

Bagi Anda yang demen sama film dengan genre dark fairytale, film ini boleh deh dijadiin salah satu film yang harus ditonton. Nonton film ini saya jadi ngebayangin, andai setiap desa punya benteng dan penjagaan ketat kayak di film ini, pasti keren ya! Penyusup sulit masuk. Hehehe.



Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Semoga bermanfaat. Terima kasih.


Photo by: Google search.

Tempurung kura-kura, 22 September 2019.
- shytUrtle -

Review bacaan dan tontonan

Review Pokémon: Detective Pikachu (2019)

21:21

Pokémon: Detective Pikachu



From Wikipedia

Pokémon: Detective Pikachu adalah film misteri fantasi perkotaan tahun 2019 yang disutradarai oleh Rob Letterman, yang ikut menulis skenario dengan Dan Hernandez, Benji Samit dan Derek Connolly dari sebuah cerita oleh Hernandez, Samit dan Nicole Perlman. Berdasarkan franchise Pokémonyang dibuat oleh Satoshi Tajiri dan video game 2016 Detective Pikachu, film ini diproduksi oleh Warner Bros Pictures, Legendary Pictures dan The Pokémon Company, bekerja sama dengan Toho Co., Ltd. dalam produksi usaha patungan. Ini adalah film laga hidup/animasi pertama dalam waralaba Pokémon, dan mewakili kontinuitas yang terpisah dari video game utama dan serial anime. Film ini dibintangi Ryan Reynolds sebagai pengambilan suara dan gerak wajah dari karakter tituler, dengan Justice Smith, Kathryn Newton, Suki Waterhouse, Omar Chaparro, Chris Geere, Ken Watanabe dan Bill Nighy dalam peran live-action.

Film ini dirilis di Jepang pada 3 Mei 2019, dan dijadwalkan dirilis di Amerika Serikat pada 10 Mei 2019, didistribusikan oleh Warner Bros Pictures dengan RealD 3D dan Dolby Cinema. Ini adalah film Pokémon pertama yang didistribusikan secara teatrikal oleh Warner Bros sejak Pokémon 3: The Movie (2000), dan dengan rating PG dari MPAA, ini juga merupakan film Pokemon pertama yang tidak menerima peringkat G oleh grup. Detektif Pikachu menerima ulasan beragam dari para kritikus, yang memuji desain makhluk dan kinerja vokal Reynolds tetapi mengkritik Alur cerita daur ulang. Ini dianggap sebagai adaptasi film laga hidup terbaik yang ditinjau dari sebuah video game berdasarkan ulasan yang dikumpulkan pada Rotten Tomatoes, di mana saat ini berada di 67%.


Tim Goodman adalah seorang salesman asuransi berusia 21 tahun yang telah meninggalkan pelatihan Pokemon karena kematian ibunya dan tidak adanya ayahnya, Harry. Saat pergi bersama dengan temannya Jack, Tim mengetahui bahwa Harry mungkin telah meninggal saat menyelidiki suatu kasus. Dia melakukan perjalanan ke Ryme City, sebuah kota metropolitan yang melarang pertarungan Pokemon dan mendorong ikatan manusia dan Pokemon, untuk mengumpulkan aset Harry. Tim juga bertemu dengan Lucy Stevens, seorang kolumnis besar yang ingin menjadi seorang reporter dan curiga dengan kematian Harry, dan Psyduck-nya. Saat mengenang di apartemennya, Tim bertemu dengan Pikachu yang berpakaian deerstalkeryang dapat berbicara dan hanya dia yang bisa mengerti. Mereka diserang oleh sekelompok Aipom di bawah pengaruh gas ungu yang secara tidak sengaja dilepaskan Tim, tetapi mereka berdua melarikan diri.




Tadinya saya pikir film ini film Jepang, para pemerannya orang Jepang. Ternyata film barat. Hehehe.

Saya penasaran sama film ini karena promosinya sempat wira-wiri di beranda Facebook saya. Setelah nonton ternyata seru juga! Hehehe.

Saya tidak begitu tahu tentang Pokemon. Karena tidak mengikuti animenya. Tapi, siapa sih yang nggak tahu si cute Pikachu? Gimana ceritanya itu Pikachu bisa ngomong dan bisa jadi detektif? Saya penasaran!


Menceritakan tentang Tim Goodman yang terpaksa pergi ke Ryme City setelah mendengar kabar bahwa ayahnya, Harry meninggal dalam sebuah kecelakaan. Ketika sampai di apartemen sang ayah, Tim bertemu Pikachu. Anehnya, dia bisa memahami apa yang dikatakan Pikachu, bahkan bisa berkomunikasi dengan Pikachu. Tim bertanya pada orang-orang apakah mereka juga bisa mendengar Pikachu bicara. Namun, semua orang justru menertawakannya.

Tim menyadari jika jasad sang ayah tidak ditemukan di lokasi kejadian kecelakaan. Walau sempat menolak bantuan Pikachu, ia akhirnya setuju bekerja sama untuk menemukan sang ayah. Petualangan Tim bersama Pikachu pun dimulai. Dalam misinya, ia dibantu seorang reporter wanita muda bernama Lucy yang memiliki rekan pokemon bernama Psyduck.

Bagi saya yang demen film fantasi dan berimajinasi, tentu saja film ini sangat menghibur. Betapa serunya hidup di Ryme City. Manusia dan pokemon hidup berdampingan, saling membantu. Udah gitu tampilan pokemonnya unyu-unyu. Ngegemesin! Gimana nggak jatuh hati dan pengen piara mereka? Walau saya nggak paham Pokemon, tapi nontonnya filmnya membuat saya terkesima sama keunyu-unyuan mereka.

Film ini juga punya alur tak tertebak. Jujur di awal nonton saya percaya kalau kecelakaan yang dialami Harry adalah ulah Mewtwo. Ternyata... sangat tak terduga. Hehehe.

Serem tuh waktu Tim, Pikachu, Lucy, dan Psyduck kejebak di taman Torterra. Kura-kura bisa mengerikan seperti itu ya. Heuheuheu.

Film ini keren! Katanya bakalan ada sekuelnya. Jadi penasaran pada petualangan bersama Pokemon selanjutnya.

Sekian ulasan dari saya. Mohon maaf jika ada salah kata. Terima kasih.


Tempurung kura-kura, 19 September 2019.
- shytUrtle -

Review bacaan dan tontonan

Review Korean Movie The Divine Fury (2019)

03:01

The Divine Fury



From AsianWiki


Profile

Movie: The Divine Fury (English title)

Revised romanization: Saja

Hangul: 사자

Director: Kim Joo-Hwan

Writer: Kim Joo-Hwan

Producer: Lim Joon-Hyuk, Park A-Hyung

Cinematographer: Jo Sang-Yoon

Release Date: July 31, 2019

Runtime: 129 min.

Genre: Horror / Action / Mystery / Exorcism

Distributor: Lotte Entertainment

Language: Korean

Country: South Korea

Plot Synopsis by AsianWiki Staff ©

When he was a child, Yong-Hoo's (Park Seo-Joon) father died in an accident. Yong-Hoo has distrusted and resented people since then. Now, Yong-Hoo is champion in martial arts. He meets Priest An (Ahn Sung-Ki). Priest An is also an exorcist. They get involved in a case and must fight a powerful evil.

Notes

Director Kim Joo-Hwan and actor Park Seo-Joon previously worked together in 2017 film "Midnight Runners."

Filming began August 14, 2018.

Actress Esom was first cast to make a special appearance as Nun Teresa, but, due to her busy filming schedule for JTBC drama series "The 3rd Charm," Esom had to drop out. Kim Si-Eun was then cast to play the character.

Cast

- Park Seo-Joon as Yong-Hoo
- Ahn Sung-Ki as Priest An
- Woo Do-Hwan as Ji-Shin
- Park Ji-Hyun as Soo-Jin
- Choi Woo-Sik as Priest Choi
- Jung Ji-Hoon as Ho-Seok
- Lee Seung-Hee as possessed man

Additional Cast Members:

Sim Hee-Seop - Priest Kim

Kim Si-Eun - Nun Teresa

Kim Seon-Min - Angela

Jung Eui-Soon - Veronica

Kim Bum-Soo - Bum-Soo

Park Jae-Hong - Sun-Ho

Cha Si-Won - Dae-Hwan

Lee Seung-Joon - Police Sergeant Park

Lee Young-Hoon - Police Officer Lee

Park Jin-Joo - Chinese restaurant delivery woman


Ketika dia masih kecil, ayah Yong-Hoo (Park Seo-Joon) meninggal karena kecelakaan. Yong-Hoo tidak mempercayai dan membenci orang sejak saat itu. Sekarang, Yong-Hoo adalah juara dalam seni bela diri. Dia bertemu dengan Priest An (Ahn Sung-Ki). Priest An juga seorang pengusir setan. Mereka terlibat dalam suatu kasus dan harus melawan kejahatan yang kuat.




The Divine Fury adalah salah satu film Korea bertema exorcist atau pengusiran setan yang rilis tahun 2019. Sebenarnya untuk menonton film jenis ini tuh saya sedikit ragu. Takut ntar isinya sadis. Kekeke. Tapi, akhirnya saya tonton juga sampai habis. Cukup ngeri, tapi masih bisa tahan. Hehehe.



Yong Hoo kecil hidup bersama ayahnya. Ayahnya seorang polisi dan penganut kristen yang taat. Suatu malam, Ayah Yong Hoo tewas dalam tugasnya. Yong Hoo menjadi marah karena Tuhan tidak mendengar doanya. Sejak saat itu Yong Hoo pun tidak percaya pada pendeta dan Tuhan.

Ketika dewasa, Yong Hoo (Park Seo Joon) menjadi seorang atlet bela diri. Dia terkenal hingga keluar negeri. Dalam sebuah pertandingan, ia melihat tato Yesus di punggung lawan. Ia teringat pada kenangan pahit masa kecilnya dan mendengar bisikan untuk membunuh orang denan tato Yesus itu. Yong Hoo menang dalam pertandingan itu.



Di dalam perjalanan menuju Korea, di dalam pesawat Yong Hoo bermimpi. Ia memegang salib dan salib itu terbakar hingga melukai tangannya. Saat terbangun, ia mendapati tangannya terluka seperti di dalam mimpi. Setibanay di Korea, ia melakukan pemeriksaan. Dokter mengatakan itu adalah luka tusuk.

Malam harinya, Yong Hoo mengalami mimpi buruk. Ia hampir mati dan tangannya yang terluka kembali berdarah. Ia mengalaminya berulang kali. Dan setiap periksa ke dokter, hasilnya sama. Menurut dokter itu normal. Lalu, rekannya memberi saran agar ia pergi ke mudang (dukun). Namun, Yong Hoo menolak.

Karena tidak tahan terus menerus mengalami mimpi buruk dan terbangun dengan tangannya berdarah-darah, Yong Hoo pun setuju untuk menemui mudang. Di sana ia mendapatkan petunjuk dan akhirnya pergi mencari pastor seperti saran mudang.



Saat mencari pastor, Yong Hoo melihat banyak burung gagak. Bahkan ada yang menyerangnya. Kemudian ia bertemu dengan Pastor An (Ahn Sung-Ki) yang sedang melakukan ritual pengusiran setan. Yong Hoo membantu Pastor An yang diserang orang kesurupan. Saat ia menyentuhkan telapak tangannya yang terluka pada orang kesurupan, setan yang merasuki orang itu terbakar.

Yong Hoo pergi bersama Pastor An. Di rumah Yong Hoo, Pastor An melakukan ritual doa dan meninggalkan kalungnya. Setelah itu, Yong Hoo bisa tidur dengan nyenyak. Namun, ia masih enggan mempercayai Pastor An.



Film ini keren! Memang khas sama film dengan tema exorcist yang mungkin bagi sebagian orang rada sadis. Tapi, mengesampingan hal itu, film ini keren. Menggambarkan bagaimana Tuhan menguji makhluk-Nya dan dengan mudahnya membolak-balikkan hati manusia. Lalu, dengan mudah pula membawa manusia pada jalan-Nya.



Ada pesan, jika usaha medis sudah dilakukan, tapi tidak menemukan hasil, maka coba saja jalan alternatif. Seperti yang dilakukan Yong Hoo saat menemui mudang. Dari sana ia mendspat petunjuk dan kemudian menemukan jalan yang menuntunnya untuk menemukan jati diri dan misi yang harus ia emban.

Kalau adegan Yong Hoo mimpi buruk pertama kali setelah tangannya terluka itu kayak penggambaran orang tindihen. Saya merinding waktu menonton bagian itu. Bahkan, ikut merasa sesak dan susah bernapas. Hal seperti itu memang mengerikan! Ternyata itu adalah ulah iblis yang berusaha memusnahkan Yong Hoo.

Menggambarkan sosok sesat,  Ji-Shin (Woo Do-Hwan) yang rela memuja setan demi mendapatkan kehidupan enak di dunia. Ji Shin ini memuja setan dan mendapatkan kekuatan dari sana untuk mendapatkan apa saja yang ia inginkan. Bahkan, ia pun memberikan tumbal agar bisa terus mendapat kekuatan. Ia bisa melakukan semacam ilmu santet yang bisa membunuh orang dari jauh.



Di balik keramahannya, Ji Shin sosok yang mengerikan. Dia adalah pendeta hitam yang menginginkan kekuatan dan keabadian dengan jalan memuja setan. Suer ngeri banget pas Ji Shin berubah jadi monster setelah menyerahkan jantungnya sendiri. Merinding liatnya!



Kematian Ji Shin yang kemudian diseret ke dalam kolam tempat ia melakukan pemujaan adalah gambaran tentang setan/iblis yang menyeret pengikutnya setelah mati. Jadi, setelah menggunakan jasa mereka, setelah mati manusia akan diseret untuk tetap menjadi pengikut mereka. Ngeri!

Walau genre nya horor. Film ini menampilkan banyak cameo lho! Juga diperankan oleh aktor-aktor ternama. Ada Choi Woo Sik juga. Doi jadi pastor yang kabur waktu di ajak ngusir setan. Doi ketakutan setelah melihat wujud asli si setan yang merasuki manusia. Tapi, dia membantu Pastor An ketika Pastor An terluka karena ulah Ji Shin.


Pastor An seperti ayah kedua bagi Yong Hoo. Karena itu Yong Hoo sangat marah ketika Ji Shin hampir membunuh Pastos An. Silahkan saja ditonton sendiri. Hehehe.


Sekian ulasan saya. Maaf jika ada salah kata. Terima kasih. Semoga bermanfaat.


Photo by: Hancinema.


Tempurung kura-kura, 15 September 2019.
- shytUrtle -

Search This Blog

Total Pageviews