Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

09:25

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 
 
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.

...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
 
Land #35

                Tubuh Hyuri kembali gemetaran. Tatapan tajam Hyeyoung benar-benar membuat rasa percaya diri dan keberanian Hyuri runtuh seketika. “Maafkan saya, Nyonya. Ini semua salah paham. Saya...”

                “Aku tahu ini salah paham,” potong Hyeyoung saat Hyuri mencoba memberi penjelasan. “Hah...” Hyeyoung menghela napas panjang. “Aku tahu tentang ini semua. Rencana Ratu Maesil ini...” lanjutnya dengan ekspresi redup menatap meja di hadapannya yang kosong.

“Dokter Kim mengatakan padaku untuk tetap maju dan hanya Anda yang bisa membantuku. Karenanya aku percaya dan menurut. Mohon tolonglah aku. Aku bukanlah Putri Ahreum yang hilang. Sungguh. Ini bukanlah tempat di mana aku harus berada. Kalung naga ini,” Hyuri menunjukan kalung naga di tangannya, “secara tak sengaja aku menemukannya. Bahkan aku tak tahu siapa pemilik kalung ini sebenarnya.” Hyuri diam sejenak, mengatur nafasnya. “Apakah Dokter Kim yang datang ke sekolah dan membawaku kemari adalah Dokter Kim palsu?”

“Dialah Ratu Maesil. Aku rasa kau tahu itu.”

Hyuri menunduk. Tampak penyesalan itu kembali tergurat di wajah manisnya.

“Kau harus bertahan. Kita semua harus bertahan dalam situasi ini. Saat ini kita tak punya pilihan selain mengikuti permainan Ratu Maesil. Bahkan aku sendiri harus menanggung kebohongan besar dengan membenarkan bahwa kau adalah Putri Ahreum yang hilang. Walau merasa hina, aku harus bekerjasama dengannya kali ini.”

“Itu artinya aku harus menjadi Putri Ahreum yang hilang seperti yang Ratu Maesil inginkan? Dan Anda yang benar aku harapkan untuk bisa membantu keluar dari kepelikan ini juga menyarankan demikian? Demi langit dan bumi! Anda tahu aku bukanlah Putri Ahreum namun Anda memilih membantu Ratu Maesil?”

“Ratu Maesil pun tahu akan hal itu. Akan tetapi kau membawa kalung naga itu. Semua penghuni istana ini tahu jika kalung naga itu adalah kalung legendaris yang dinyatakan secara tertulis sebagai bukti adanya Putri Ahreum. Istana memiliki fotonya. Kalung naga itu milik Putri Ahreum kecil yang dibuat oleh seorang Willow sahabat dari mendiang Yang Mulia Raja Leejin. Ratu Maesil adalah bibi dari Putri Ahreum yang juga mengetahui akan hal itu. Hanya kami berdua saksi hidup yang bisa membenarkan tetang jati dirimu yang sebenarnya. Karena hanya kami yang tersisa.”

“Bukankah Nyonya tahu aku bukan Putri Ahreum? Kenapa Nyonya malah mendukung Ratu Maesil dan tak mengatakan kebenaran pada Raja? Tato yang aku miliki, Nyonya tahu itu bukanlah bukti jika aku Putri Ahreum. Kenapa tak membeberkan kenyataan ini? Kenyataan yang bisa mematahkan pernyataan Ratu Maesil.”

“Kau mau mati saat ini juga?”

Hyuri terkejut mendengar ancaman Hyeyoung. “Nen...nee??”

“Kau memiliki kalung naga itu tapi kau mengakui jika kau bukanlah pemilik asli dari kalung itu. Apa yang kau harapkan? Kebebasan? Terlepas dari situasi ini? Itu tidak akan mungkin kau dapatkan. Penjara. Itulah yang pasti kau dapatkan buah dari pengakuan jujurmu itu. Kau akan diinterogasi, disiksa agar kau mengatakan kebenaran tentang siapa pemilik sebenarnya dari kalung itu. Pihak lawan dan kawan akan sama-sama melakukan penyiksaan itu padamu. Kawan untuk menemukan dan melindungi Putri Ahreum, sedang pihak lawan untuk menemukan dan membunuh Putri Ahreum. Apa itu yang kau inginkan?”

Mendengarnya Hyuri bergidik. Siksaan di dalam penjara itu benar-benar kejam dan mengerikan. Hyuri tercenung menatap Hyeyoung.

“Apa kau tak ingin tahu siapa sebenarnya pemilik kalung itu? Kau membenci Putri Ahreum yang tega membiarkan rakyatnya menderita dan lebih memilih bersembunyi?”

“Tid.. tidak...” Hyuri terbata. Jauh di dasar hatinya sebenarnya Hyuri menggerutu akan kejadian sial yang menimpa dirinya itu. Dan benar ia merasa benci pada Putri Ahreum yang kini turut menyeretnya dalam masalah pelik seperti ini.

“Renungkanlah kembali. Aku tahu kau merasa ini sangat tak adil bagimu. Kau terseret dalam masalah negara yang bisa saja membahayakan dirimu kapan saja. Tapi takdir ini tak bisa kau rubah. Jangan bertanya kenapa, karena untuk saat ini aku pun tak tahu jawabannya. Jika kau mau bersabar dan bertahan, aku yakin kita semua akan memahami apa maksud dibalik ini semua. Yang bisa aku janjikan untukmu saat ini adalah aku akan menjagamu hingga kita semua berhasil membongkar teka-teki ini. Semua terserah padamu. Kau bisa percaya aku atau Ratu Maesil. Hanya ini yang bisa aku tawarkan sebagai jaminan dari rasa penasaranku juga atas siapa sebenarnya pemilik kalung naga yang kini ada padamu.”

Hyuri kembali tertunduk dan menatap kalung naga dalam genggamannya.

“Jangan ragu untuk mengenakan kalung naga itu. Kalung itu memiliki fungsi untuk melindungimu dari Ratu Maesil. Selama kau menggunakannya, kau aman.” Hyeyoung tersenyum meyakinkan.

Hyuri buru-buru kembali mengenakan kalung naga yang sebelumnya terus ia genggam. Hyeyoung tersenyum kecil memerhatikan Hyuri.

“Saat berhadapannya dengannya, jangan sampai pikiranmu kosong. Apalagi saat kau tak mengenakan kalung itu bersamamu. Mempermainkan kekuatan pikiran adalah keahlian Ratu Maesil. Jika kau sampai mengizinkannya masuk ke dalam pikiranmu, itu akan sangat berbahaya bagimu. Bisa jadi kau memang benar kunci untuk bisa menemukan Putri Ahreum yang sebenarnya. Itu alasan kenapa Ratu Maesil juga membiarkanmu hidup dan mengaturmu untuk masuk ke istana ini. Walau ini tak mudah, tapi aku menjanjikan kesetiaan padamu. Kita akan menghadapinya bersama-sama.”

Hyuri tersenyum simpul. Ia senang ada yang bersedia melindunginya di dalam istana itu sekaligus masih merasakan takut akan kebohongan yang ia sembunyikan bersama Ratu Maesil, Dokter Kim dan Hollynim Jung Hyeyoung itu. “Sedikit banyak aku tahu tentang Hollynim Jung Hyeyoung. Di luar sana Anda lumayan sering dibicarakan. Aku percaya pada Anda.”

Hyeyoung tersenyum lebih tulus. “Kenakan selalu kalung itu dan angkatlah kepalamu. Kau adalah Putri Ahreum yang hilang kini. Pihak kawan tak akan bertanya macam-macam padamu karena mereka pasti sangat senang melihatmu kembali. Sedang untuk pihak lawan, lebih baik kau diam dalam menghadapi kritikan mereka yang pasti akan bermunculan setelah ini.”

“Nee...” Hyuri kembali lesu.
***

Ketika sampai di kamar Magi, Sungjeong dan Suri menemukan Magi sedang berdiri di dekat jendela. Sepertinya Magi melamun dengan tatapan menerawang keluar jendela kamarnya.

“Yang Mulia. Han Suri di sini,” sapa Sungjeong.

“Oh, kalian!” Magi yang tersadar dari lamunannya segera membalikan badan. Ia tersenyum pada Suri yang terlihat kaku.

“Hamba pamit sekarang,” Sungjeong pamit pergi.

“Tak ingin mengobrol bersama kami?” tahan Magi.

“Hamba yakin Suri akan lebih nyaman berada berdua saja dengan Yang Mulia di sini. Hari ini kalian menghadapi kesulitan besar bersama. Sudah saatnya kalian bicara,” Sungjeong tersenyum menatap Magi lalu Suri. “Aku akan berkumpul dengan para pria di luar sana. Selamat mengobrol,” Sungjeong pergi meninggalkan Suri di dalam kamar Magi.

Magi duduk di tepi ranjang, tersenyum menatap Suri yang sedang mengamati kamarnya. “Tak ingin duduk? Kenapa?”

“Aku pikir kamar seorang tuan putri itu sangat mewah. Ternyata sama saja dengan kamar yang aku dapatkan di kastil ini,” Suri tersenyum dan duduk di kursi yang berada di dekat ranjang Magi. “Bagaimana ini? Aku tak bisa bersikap formal di depan Yang Mulia.”

“Han Suri... ini aku, Rosmary Magi, temanmu. Apa kau lupa?”

“Tak akan sama. Tenang saja, aku hanya butuh adaptasi.”

Magi tersenyum geli. “Kau terjaga?”

“Itu alasan Yang Mulia memanggilku kemari?”

“Pasti terasa aneh malam ini. Terbiasa berdua dan tiba-tiba saja malam ini kau harus sendiri. Esok ranjang akan dipindahkan dari kamarmu. Agar kau tak merasa aneh di sana.”

“Tak perlu. Sungguh aku tak mengapa. Yang Mulia tak perlu begini khawatir,” Suri tersenyum lebar meyakinkan Magi bahwa ia benar merasa baik dengan adanya ranjang di mana Hyuri biasa tidur. “Lagi pula sepertinya kamar itu memang di desain dengan dua ranjang kan?”

“Nee.” Magi menganggauk pelan. “Lalu sekarang apa yang kau rasakan?”

“Nee??”

“Setelah tahu tentangku.”

“Oh, itu...” Suri tampak ragu. “Sebenarnya sempat curiga dari awal. Apalagi setelah Sungjeong Sunbaenim membicarakan tentang kutukan yang ia dapatkan. Begitu juga Baro dan Myungsoo Sunbaenim. Apakah mereka bertiga itu putra dari tiga sahabat mendiang Raja Leejin? Tapi aku tak berani mengorek lebih dalam. Jujur aku takut di tendang keluar dari kastil ini dan menjadi terlantar di luar sana. Dan seperti sikap Yang Mulia saat berada di dalam mobil dan... banyak hal. Sekarang semua terjawab sudah. Rasanya bercampur aduk menjadi satu. Dan mengingat tentang Hyuri... jujur menjadi sedih dan khawatir. Asal-usul kami tak cukup baik juga, lalu bagaimana Hyuri bertahan sendirian di dalam istana? Yang Mulia tak berencana apa-apa untuk ini?”

“Hyuri... aku pun mengkhawatirkannya. Tapi dia adalah pribadi yang kuat. Begitu juga kau. Kini aku paham kenapa kalian dikirim untuk menemaniku masuk ke dalam sekolah itu. Dan salah paham besar itu adalah Hyuri. Semua tertulis jelas dalam buku tua yang ditinggalkan nenek Willow yang mengasuhku.”

“Nenek Willow??”

“Nee. Yang menyelamatkan aku dari kecelakaan mobil itu adalah Willow dari timur, sahabat baik mendiang ayahku sekaligus si pembuat kalung naga yang kini ada pada Hyuri. Beliau merawatku selama tiga tahun dan mengorbankan nyawa demi menyelamatkan aku agar tetap hidup. Nenek berpindah dari kediamannya usai menyelamatkan aku dari kecelakaan. Tiga tahun kemudian pasukan Ratu Maesil menemukannya. Malam itu...” tatapan Magi nanar. “Mereka membantai nenek...”

Hening. Suri terdiam menatap Magi yang kembali redup. “Apa yang telah Yang Mulia lewati pastilah sangat menyakitkan dan... maaf...” Suri tertunduk.

“Aku pergi meninggalkan nenek dua hari sebelum malam pembantaian itu terjadi. Nenek memerintahkan seseorang yang juga dipercaya untuk melindungi Sungjeong, Baro dan Myungsoo untuk membawaku. Kami hidup dalam pelarian dan terus bersembunyi selama satahun. Lalu kami kembali dipisahkan karena aku harus memperoleh pendidikanku. Kakek dari Nichkhun Oppa merawatku dengan baik dan membawa kami ke dalam kasti ini tiga tahun yang lalu. Aku, Sungjeong, Baro dan Myungsoo kembali berkumpul di sini. Di sinilah kami mulai mengatur rencana. Dan dengan adanya ramalan yang ditulis mendiang nenek Willow, itulah yang menjadi alasan kenapa Nichkhun Oppa begitu overprotected padaku. Tentang kedatangan kalian berdua, sebenarnya juga telah tertulis jelas dalam buku tua itu. Dan apa yang kami khawatirkan, kini terjadi juga. Salah seorang dari kalian akan berkhianat padaku dan melawanku. Ini bisa menjadi jalan kematian bagiku.”

“Yang Mulia...” Suri menatap khawatir pada Magi. “Yang Mulia ditakdirkan sebagai lawan tanding dari Ratu Maesil, aku yakin Yang Mulia tak akan mati semudah itu. Lalu apakah Hyuri akan benar-benar berkhianat pada kita?”

“Selama ini Ratu Maesil selalu membuatku terjaga sepanjang malam. Senyum bengisnya ketika mobil kami mulai terjatuh masih jelas terlukis dalam ingatanku. Bagaimana ia berdiri di atas pagar pembatas jembatan dan tersenyum sadis melihat mobil kami yang mulai terjatuh. Aku telah bertahan hingga detik ini dan tak ingin menyerah. Tapi...” butiran bening itu meluncur pelan menuruni pipi pucat Magi. “Aku sama sekali tak tahu dengan apa yang ada di dalam pikiranku kini. Bibi Maesil telah merampas kedua orang tuaku, lalu nenek Willow dan kini ia mendapatkan Hyuri. Aku benar-benar mengkhawatirkan kalian semua.”

“Tentang ramalan bintang kematian? Yang Mulia yang dilahirkan di bawah naungan bintang sial itu? Tidak. Ratu Maesil hanya membuat rumor itu menjadi seolah benar dengan menciptakan kekacauan, membunuh orang-orang terdekat Yang Mulia. Kita akan baik-baik saja. Percayalah. Mereka yang telah meninggal mendahului Yang Mulia bukan karena kesalahan Yang Mulia. Mereka mengorbankan nyawa agar Yang Mulia bisa bertahan hidup dan menghentikan Ratu Maesil. Karenanya Yang Mulia harus kuat. Jangan kecewakan mereka. Yang Mulia kuat. Aku percaya itu. Takdir Sang Penguasa Alam tak pernah salah memilih.”

Magi tertunduk. Suri bangkit dari duduknya dan memeluk Magi. Mendekap tubuh Magi. “Setiap orang memiliki fungsi masing-masing saat mereka hidup di dunia ini. Mereka telah menjalankan fungsi mereka dan Yang Mulia pun harus demikian. Aku pun akan menjalankan peranku ini. Em? Kita akan menghadapinya bersama-sama. Rosmary Magi, Han Suri dan Song Hyuri walau kita berada di tempat yang berbeda.”

Magi terdiam dalam dekapan hangat Suri.
***

Myungsoo yang sedang duduk melamun di atas atap kastil terkejut ketika seseorang tiba-tiba duduk di sampingnya.

“Yang Mulia?” dengan tatapan kaget Myungsoo menoleh dan mengamati Magi yang telah duduk di sampingnya.

“Berapa lama aku tak kemari? Biasanya kita akan duduk berasama seperti ini untuk mengusir bosan dan menunggu pagi. Sepertinya begitu lama membiarkan dirimu berada sendirian di atap ini. Maafkan aku,” Magi dengan tatapan lurus ke depan. “Aku telah membawanya dalam kesulitan besar. Kau pasti sangat mengkhawatirkannya kini.”

Myungsoo mengalihkan pandangannya dari menatap Magi. Ia turut menatap lurus ke depan. “Aku mulai menyayanginya dan itu aku rasakan seperti sebuah penghianatan pada Yang Mulia. Aku menduakan Yang Mulia. Aku mengkhawatirkannya, benar adanya. Tapi juga merasakan sebal itu. Aku tak menyangka dia adalah penghianat yang dimaksud dalam ramalan. Harusnya kita tetap menjaga garis batas itu.”

“Takdir. Apa kau sanggup merubahnya dan menentang Sang Penguasa Alam? Hakmu hanyalah merubah nasibmu sendiri, bukan merubah takdir.”

Myungsoo mendesah pelan. “Takdir... dan kita. Pada akhirnya akan seperti ini.”

“Kau marah padaku atau pada Hyuri? Atau pada kami? Kau tahu apa yang kau rasakan sebagai pengabdian dan cinta yang sebenarnya. Hyuri adalah hatimu, sedang aku hanyalah orang di mana kau mengabdi. Tapi kami seolah bersekongkol menentangmu kini. Apakah kau yakin jika Hyuri penghianat itu?” kali ini Magi menoleh dan menaruh perhatian penuh pada Magi.

“Saat penghianatan itu muncul, itulah awal bencana besar bagi Yang Mulia. Bencana yang membawa Yang Mulia dekat pada kematian. Bagaimana aku harus bersikap kini?” Myungsoo pun menoleh. Tatapannya bertemu dengan tatapan Magi. Pengawal dan majikan itu saling menatap selama beberapa detik.

“Aku yang membawa kalian semua dalam kepelikan ini.”

“Bodohnya aku membiarkan hatiku larut untuk mengasihinya.”

“Hyuri pantas mendapatkannya. Kau pun berhak mendapat balasan. Cinta kalian itu tulus.”

“Walau aku harus mencintai seorang penghianat?”

“Hyuri bukan penghianat. Ini semua hanya salah paham.”

“Dia bisa menunggu Yang Mulia, tapi dia sengaja pergi lebih dahulu meninggalkan Yang Mulia. Apa itu masih di toleransi sebagai salah paham?”

“Lalu, apakah menurutmu Hyuri tahu tentang kalung itu dan sengaja memanfaatkannya? Situasinya cukup sulit untuk kau pahami, tapi aku bisa menjamin jika Hyuri bukan penghianat.”

“Yang Mulia seyakin itu menjaminnya? Hidupnya yang kurang beruntung dan kini kemewahan berlimpah itu menantinya. Begitu banyak alasan yang memungkinkan baginya untuk berhianat.”

“Kemewahan juga ancaman Ratu Maesil. Apa bagian ini tak terpikirkan olehmu? Kita tahu semua ini akan terjadi, tapi aku bisa yakin Hyuri bukanlah penghianat itu. Bukan juga Suri. Apakah hatimu tak memiliki keyakinan itu juga?”

“Andai aku tak memiliki keterbatasan itu mungkin aku akan lebih paham tentang ini semua.”

“Kau paham Kim Myungsoo. Kau paham. Kau merasa menyesal karena merasa tak becus dalam melindungi kami bukan? Ini bukan salahmu. Ini memang telah digariskan demikian. Aku mohon maafkan aku dan berhenti menyesali ini semua. Hyuri menunggu kita. Dia sendirian di sana.”

“Kesendirian itu yang memberikan peluang besar baginya untuk berhianat dan apa rencana Yang Mulia? Willow Baekmo menulis ramalan dalam buku tua itu hanya untuk membuat kita menunggu? Dan Yang Mulia menjadi semakin takut dengan ini semua? Atau Yang Mulia akan benar-benar keluar untuk memberikan bukti bahwa Song Hyuri bukanlah Putri Ahreum? Ini semua membuat Yang Mulia merasa bersalah bukan?”

“Kau pun paham bagaimana yang kita rasakan. Semua memenuhiku kini. Seolah akan meledak dengan segera. Aku merasa bodoh dan entah harus menyusun rencana apa. Tidak. Bukannya aku tak punya rencana tapi...”

“Ledakan itu yang aku tunggu,” potong Myungsoo. “Selama ini kita mematuhi buku tua berisi ramalan Willow Baekmo. Beliau meninggal untuk Yang Mulia tetap hidup dan beliau menuliskan penghiantan itu bukan hanya awal jalan sulit bagi Yang Mulia untuk dekat dengan kematian Yang Mulia tapi juga sebagai awal bagi perubahan yang benar diharapkan rakyat. Jika kita tetap mematuhinya dan menilai kembali semua rencana kita, bukankah benar ini waktu yang tepat untuk membuat ledakan?”

Magi menghela napas panjang. “Aku tahu rasa geram yang benar kau rasakan, tapi kita tak boleh gegabah.”

Myungsoo mengangguk dan mengembangkan seutas senyum menyincing di wajah dinginnya.
***

Walau sempat terjaga, Hyuri bisa sejenak memejamkan mata di kediaman barunya yaitu istana. Ia terbangun pagi-pagi seperti kebiasaannya tempo hari. Aroma terapi yang memenuhi kamar Hyuri cukup membantunya untuk terlelap semalam. Pagi ini saat terbangun Hyuri masih bisa mencium wangi aroma terapi di kamar barunya itu. Sejenak Hyuri kembali teringat kastil Asphodel. Pagi-pagi begini Magi pasti sudah berkeliling kastil untuk meletakan dupa lotus favoritnya di beberapa sudut kastil. Hyuri mendesah pelan dan kembali mengamati kamar barunya yang begitu luas dan mewah namun terasa begitu hening dan kosong baginya. Hyuri merindukan kastil Asphodel dan seluruh penghuninya.

Dengan langkah malas Hyuri berjalan mendekati jendela. Hyuri membuka jendela dan menatap pemandangan di luar jendela kemudian memejamkan mata dan menghirup udara pagi dalam-dalam. “Aku benar-benar merindukan kalian. Aku berharap semua ini hanya mimpi buruk. Tapi ketika aku terbangun, aku tetap di sini. Magi... Suri... kalian pasti sangat mengkhawatirkan aku. Maafkan aku. Aku benar-benar tak tahu kalung ini milik siapa,” Hyuri memegang liontin naga dari kalung yang tergantung di lehernya, “aku bukanlah Putri Ahreum yang hilang. Aku harap kalian tetap percaya padaku.” Hyuri tersenyum getir masih menatap pemandangan di luar jendela.

Tiba-tiba perut Hyuri berbunyi. Ia lapar. Hyuri kembali tersenyum getir mengingat kebiasaan di kastil Asphodel setiap pagi tiba. Hyuri berjalan menuju pintu dan membukanya. Hyuri benar terkejut ketika membuka pintu kamarnya. Lima orang dayang istana telah menunggu di depan pintu kamar Hyuri. Hyuri terbelalak lalu mengamati satu per satu dayang yang berdiri menundukan kepala di depannya. Satu orang dayang yang berdiri di tengah-tengah dengan seragam yang berbeda dari empat dayang yang berdiri di belakangnya.

“Apa semalaman mereka berdiri di sini seperti ini?” tanya Hyuri di dalam hati masih menatap heran kelima dayang yang berdiri di hadapannya.

“Sepagi ini Yang Mulia sudah terbangun, apakah semalaman Yang Mulia terjaga?” sapa dayang yang berdiri di tengah dan paling depan membuyarkan lamunan Hyuri.

“Ah... anee...Apakah kalian semua berjaga di depan pintu ini semalaman? Kalian di perintahkan demikian?”

“Saya Dayang Han, kepala dayang yang bertugas melayani Yang Mulia di istana ini,” dayang dengan seragam berbeda dan berdiri paling depan itu memperkenalkan diri.

“Dayang Han?? Kepala Dayang??”

“Iya, Yang Mulia. Hamba yang bertanggungjawab atas semua kebutuhan Yang Mulia di istana ini. Dan jika Yang Mulia memerlukan sesuatu, Yang Mulia bisa memintanya kepada hamba.”

Hyuri mengamati Dayang Han dan tiba-tiba ia tersenyum geli. “Jika Suri di sini, apa komentarnya tentang adegan ini?” gumam Hyuri lirih.

“Iya, Yang Mulia?” respon Dayang Han mendengar gumaman Hyuri.

Hyuri terkejut melihat respon cepat Dayang Han. “Telinganya tajam juga,” batin Hyuri. “Aniyo. Aku hanya ingin mandi dan bersiap ke sekolah. Di mana kamar mandinya?”

“Mulai hari ini Yang Mulia tidak akan ke sekolah. Yang Mulia tidak akan melanjutkan pendidikan di Hwaseong Academy lagi.”

“Mm-mwo??”

“Iya, Yang Mulia. Senada dengan alasan kenapa Yang Mulia Tuan Putri Hami tak diijinkan kembali ke Hwaseong Academy, itu pula yang menjadi alasan utama kenapa Yang Mulia tak perlu kembali ke Hwaseong Academy. Semua demi keselamatan Yang Mulia. Selanjutnya Yang Mulia akan belajar di sekolah istana bersama Yang Mulia Tuan Putri Song Hami.”

“Mwoya?? Aku tak ingin belajar tentang apa itu politik dan segala sesuatu yang berhubungan dengan istana. Aku ingin kembali ke Hwaseong Academy. Banyak hal yang harus aku lakukan hari ini di sana. Barang-barangku masih ada di luar sana. Aku juga harus mengambilnya.”

“Telah disiapkan orang untuk mengurus itu semua. Yang Mulia tak perlu khawatir. Pihak Kastil Basil telah mengumumkan pada masyarakat jika Putri Ahreum telah kembali. Situasi yang tak stabil di luar sana cukup berbahaya bagi Yang Mulia.”

“Mm-mwo?? Jadi rakyat telah tahu tentang hal ini?”

“Iya, Yang Mulia. Ratu Maesil telah memberikan pengumuman resmi dan menyatakan beliau terlibat langsung dalam proses pencarian serta penemuan Putri Ahreum, bahkan beliau mendesak istana untuk segera mengenalkan Yang Mulia Tuan Putri kepada rakyat.”

“Mm-mwo?? Secepat itu?? Demi langit dan bumi, penyihir itu benar-benar...” Hyuri tak melanjutkan umpatannya dan kembali menatap lima dayang yang masih saja berdiri dengan kepala tertunduk di hadapannya. “Mereka ini benar-benar membuatku semakin...” gerutu Hyuri. “Di mana kamar mandinya?” tany Hyuri dengan nada kesal.

“Kami akan mengantar dan membantu Yang Mulia mandi.”

“Mwo??”
***
Sungrin tersenyum lebar, bangkit dari duduknya dan menyambut Magi dan Suri yang baru tiba di taman di jalan Elder Flower. Rasa cemas yang ia rasakan sejak ia datang dan duduk menunggu di taman itu sirna sudah ketika Magi muncul pagi itu.

“Yang Mulia,” sambut Sungrin dengan sopan.

“Aku Magi, tolong ingat itu,” bisik Magi.

“Saya paham, hanya saja menjadi sedikit sulit kini. Tapi jangan khawatir, saya bisa mengatasinya,” Sungrin dengan ekspresi berseri.

“Ekspresimu itu, berlebihan sekali,” protes Suri. “Lupakan tentang kemarin dan ingatlah dia sebagai Rosmary Magi yang kita kenal sebelumnya atau kau akan terserang migrain seperti yang aku rasakan kini. Hah... harusnya aku tak ke sekolah. Obat yang diberikan Sungjeong Sunbaenim lambat sekali reaksinya,” Suri mengomel sendiri.

“Kau yang berlebihan. Lihat saja bagaimana tingkahmu di depan Magi,” protes Sungrin balik menyerang Suri.

“Hey! Kau tak tahu bagaimana rasanya tinggal satu atap dengan sosok mengejutkan ini,” tatapan Suri beralih pada Magi.

“Sosok ini yang telah lama aku kagumi dan aku tunggu kemunculannya. Kemarin dia tiba-tiba muncul di hadapanku. Ini mimpi yang menjadi nyata bagiku. Semalaman aku terjaga. Rasanya pagi begitu lama datang hari ini. Kau tahu betapa lega dan bahagianya aku melihatnya muncul begini baik pagi ini.” Sungrin masih berseri-seri menatap Magi.

Kau jatuh cinta padanya? Aigoo...”

“Kalian ini,” Magi tersenyum dan menggeleng pelan memerhatikan Suri dan Sungrin.

“Siap untuk pertempuran hari ini?” tanya Sungrin antusias. “Kita berangkat pagi-pagi begini untuk menemui Ji Sukjin Ajushi kan? Setelah tahu apa yang terjadi kemarin usai kita meninggalkan sekolah, selanjutnya adalah menghadapi murid-murid lain. Dan yang harus kita waspadai adalah Dewan Tata Tertib dan Dewan Guru. Kita pergu secara tiba-tiba saat pemeriksaan masih berlangsung bisa menjadi masalah besar bagi kita. Kecuali jika mereka memahami dan memaklumi ketakutan kita usai Hyuri diseret pergi,” ulas Sungrin.

“Aigoo... Jaksa Park. Apa itu tak terlalu berlebihan? Aku pun memikirnya tapi tak seperti kau,” Suri menggeleng heran menatap Sungrin.

“Asal Hyuri tak ke sekolah, aku bisa tenang menghadapi yang lain di sekolah,” Magi meyakinkan.

Suri dan Sungrin kompak mengangguk sambil menatap Magi. Sungrin segera beralih di samping kanan Magi dan tersenyum lebar dengan ekspresi wajah berseri. Suri menggeleng pelan dan berjalan lebih dulu.

“Han Suri! Berjalanlah di samping kiri Magi!” teriak Sungrin.

Suri hanya melambaikan tangan kanannya tanpa menghentikan langkahnya.

“Ah, anak itu!” Sungri sedikit kesal sambil kemudian menyusul langkah Magi yang mulai berjalan menyusul Suri.
***

Hyuri terkikik geli setelah berhasil mengelabuhi para Dayang dan mengunci kamar mandi dari dalam. Hyuri mengabaikan teriakan para dayang yang masih bertahan di luar kamar mandi. Hyuri berjalan pelan mengamati kamar mandi yang sangat luas itu.

“Woa...!!! Kamar mandi putri seluas ini?” Hyuri terpesona mengamati betapa luasnya kamar mandi untuk tuan putri istana. “Ini... dua kali lebih luas dari kamar yang aku tempati bersama Suri di kastil Asphodel,” Hyuri masih berbicara sendiri dengan berjalan mengelilingi kamar mandi.

Ada sebuah bak mandi besar berbentuk persegi panjang di dalam kamar mandi itu untuk berendam. Bak berisi air hangat dengan taburan kelopak bunga warna-warni di mana di sekelilingnya bak terdapat empat lilin aroma terapi yang sedang menyala di tiap sudut bak mandi.

“Seperti dalam film yang aku tonton. Jadi benar seperti ini cara Tuan Putri mandi? Ah, sebaiknya aku segera berendam dan menenangkan diri di dalam sana. Sepertinya menyenangkan,” Hyuri tersenyum antusias dan segera bersiap untuk mandi berendam.
***

Sukjin menghidangkan teh hangat untuk Suri, Magi dan Sungrin yang sudah berkumpul di rumahnya pagi itu. Tiga gadis itu duduk dan menunggu Sukjin bercerita tentang kejadian kemarin di sekolah setelah mereka pergi meninggalkan sekolah. Sukjin pun mulai bercerita di depanSuri, Magi dan Sungrin.

“Aku benar-benar tak percaya jika Song Hyuri sebenarnya adalah Putri Ahreum yang hilang,” Sukjin menutup penjelasannya.

Hening di dalam ruangan kecil di kediaman Sukjin itu. Suri dan Sungrin kompak melirik ke arah Magi yang masih menaruh perhatian penuh pada Sukjin.

“Ajushi, istana belum membuat pengumuman resmi, kenapa Ajushi yakin sekali?” Suri memecah keheningan.

“Bagaimanapun juga Ratu Maesil adalah bibi dari Putri Ahreum, bagaimana kita bisa meragukan pernyataannya? Lagi pula yang diberi tugas khusus ini adalah D0kter Kim. Dia Dokter terbaik dan kepercayaan istana.”

“Ara. Tapi Ratu Maesil itu sangat licik dan Dokter Kim, walau sehebat apa pun dia, tetaplah dia manusia biasa yang sangat mungkin membuat kesalahan fatal seperti kita.”

“Ck! Kenapa kau malah meributkan hal itu? Yang harus kalian khawatirkan adalah kepergian kalian secara tiba-tiba dari sekolah ini.”

“Ajushi mendapat teguran?” tanya Sungrin dengan mimik khawatir.

“Hah... nee. Mian.”

“”Kami yang pantas meminta maaf karena merepotkan Ajushi,” sahut Magi. “Maafkan kami,” Magi menundukan kepala di depan Sukjin.

“Kalian tiba-tiba kabur, itu akan membuat kalian tertimpa masalah besar setelah ini.”

“Hyuri tiba-tiba dibawa paksa oleh pasukan istana, bagaimana kami tidak panik? Sebagai sesama mantan murid SMA Maehwa pantas jika kami kabur kan? Siapa tahu kalau ujungnya seperti ini. Kami sendiri terkejut ketika pengumuman bahwa Hyuri adalah Putri Ahreum yang hilang itu keluar,” jawab Suri dengan ekspresi kesal.

“Aku pun memberikan jawaban demikian saat tim Tata Tertib bertanya padaku,” Sukjin membenarkan alasan Suri.

“Lalu mereka menerima?” tanya Sungrin penasaran.

“Mereka akan tetap memanggil dan bertanya langsung pada kalian.”

“Ajushi pasti akan terlibat masalah juga setelah ini karena telah membantu kami kabur,” Magi dengan ekspresi menyesal menatap Sukjin.

Sukjin tersenyum tulus bermaksud menenangkan Magi. “Jika aku jadi kalian, mungkin hari ini aku tak akan kembali ke sekolah ini. Tapi kalian begini berani. Aku salut pada kalian. Dan terlebih aku pun merasa berhutang budi padamu Rosmary Magi jadi tolong jangan meminta maaf padaku atas semua ini. Aku bersedia membantu kalian kabur karena aku mau melakukannya. Aku memahami kekalutan yang kalian rasakan kemarin. Aku tak tahu banyak tentang kalian karenanya kemarin aku tak banyak memberi jawaban. Hubungan kita hanya sebatas bagaimana kau membantu Lizzy kala itu. Mereka mengiyakan tapi bukan berarti mereka berhenti menyelidiki dan mengawasi kalian. Dengan munculnya Putri Ahreum yang dulunya adalah teman baik kalian, dampak baik dan buruk berimbang bagi kalian. Sebaiknya kalian berhati-hati. Dan jika kalian membutuhkan bantuanku, jangan sungkan untuk memintanya.”

Magi tersenyum lega. “Terima kasih banyak, Ajushi.”

“Ajushi! Ini bukan karena Ajushi merasa terbebani oleh hutang budi kan?” sela Suri.

“Han Suri!” protes Sungrin yang merasa sungkan pada Sukjin.

Sukjin kembali tersenyum. “Melihat Magi seolah melihat Lizzy kembali hidup di sini. Mungkin karena itu.”

“Aigo! Mereka beda jauh Ajushi!” Suri tak terima.

Sukjin, Magi dan Sungrin kompak tertawa mendengarnya.
***

Puas berendam Hyuri pun keluar dari kamar mandi. Ia kembali dibuat terkejut melihat Dayang Han dan keempat dayang bawahannya masih menunggu di depan pintu kamar mandi. Hyuri mendesah pelan. Hidupnya benar-benar tak bebas lagi kini.

“Kami telah menyiapkan baju untuk Yang Mulia. Kami akan membantu Yang Mulia berganti pakaian dan kemudian Yang Mulia harus sarapan. Setelah itu Yang Mulia harus mengunjungi istana utama untuk bertemu keluarga Raja. Ratu Kyeongmi sendiri yang akan menjelaskan perihal jadwal yang harus Yang Mulia jalani,” terang Dayang Han.

“Mwoya?? Bahkan aku tak dibiarkan istirahat sejenak? Lalu setiap hari apakah akan berjalan demikian? Kalian mengekor dan membuntutiku kemanapun aku pergi? Demi langit dan bumi! Ini konyol! Aku...”

“Yang Mulia terlalu lama berendam,” potong Dayang Han. “Sebaiknya Yang Mulia segera bersiap mengganti pakaian dan sarapan kemudian memenuhi panggilan Ratu Kyeongmi.  Ratu Kyeongmi adalah sosok yang sangat tepat waktu. Membuat beliau menunggu adalah hal yang sangat tidak sopan. Mohon Yang Mulia memahami situasi ini dan mempermudah tugas kami.”

Dengan perasaan dongkol Hyuri berjalan kesal kembali menuju kamarnya. Dayang Han dan keempat dayang bawahannya segera menyusul. Sesampainya di kamar, Hyuri menemukan sebuah Hanbok berwarna pink terbaring rapi di atas ranjangnya yang kosong. Dari semua rentetan kejadian pagi ini, Hanbok pink itulah yang paling membuat Hyuri kesal.

Hyuri menghembuskan napas cepat sambil kemudian membalikan badan kembali menghadap Dayang Han. “Boleh aku meminta sesuatu?” tanya Hyuri dengan nada selembut yang ia bisa.

“Apakah yang Yang Mulia inginkan untuk kami penuhi?”

“Dari semua warna, aku sedikit alergi dengan warna pink, jadi bisakah aku meminta Hanbok itu diganti? Kalian boleh memilih warna apa saja untukku, tapi tolong jangan pink.”

“Baik Yang Mulia.”

“Aku sangat menyukai warna ungu dan biru tosqa. Semoga bisa menjadi pertimbangan kalian.”

“Baik Yang Mulia.”

Dayang Han berbisik pada keempat dayang bawahannya yang kemudian segera mengambil Hanbok di atas ranjang dan pergi membawa serta Hanbok pink itu. Hyuri tersenyum puas melihat dua dari empat dayang bawahan Dayang Han pergi membawa Hanbok pink yang sebelumnya disediakan untuknya.

Tak lama kemudian, dua dayang yang sebelumnya pergi kembali ke kamar Hyuri membawa Hanbok yang lain untuk Hyuri. Ada beberapa Hanbok yang ditawarkan untuk Hyuri. Para dayang itu sengaja meminta Hyuri memilih sendiri Hanbok yang akan dikenakan hari ini.

Hyuri tersenyum puas menatap bayangannya di dalam cermin. Hanbok sutra dengan Jeogori berwarna biru muda dengan lengan berwarna ungu pucat dan Chima berwarna ungu itu melekat sempurna di tubuhnya.

Dayang Han dan keempat dayang bawahannya mengantar Hyuri untuk sarapan. Lagi-lagi Hyuri dibuat terkejut. Di atas meja kotak panjang itu terhidang berbagai jenis menu sarapan yang benar-benar menggoda. Hyuri menelan ludah melihatnya. Dayang Han mempersilahkan Hyuri untuk duduk dan mulai meladeni Hyuri untuk sarapan.

“Maaf. Tapi apakah semua ini untukku?” tanya Hyuri.

“Iya, Yang Mulia.”

“Dengan hidangan sebanyak ini aku akan sarapan di sini sendirian setiap hari?”

“Iya, Yang Mulia.”

“Ini benar-benar...” umpat Hyuri lirih. “Hey, bagaimana kalau kita sarapan bersama? Hidangan sebanyak ini tak akan habis aku lahap sendiri. Di sini hanya ada kita, jadi ayo kita sarapan bersama.”

Dayang Han dan empat dayang bawahannya terkejut mendengar permintaan Hyuri.
***

Sekolah mulai ramai. Murid-murid berdatangan. Suri, Magi dan Sungrin berjalan menuju kelas mereka. Sepanjang perjalanan menuju kelas, trio itu menjadi pusat perhatian. Semua pasang mata menatap mereka, memperhatikan setiap gerak-gerik mereka. Beberapa saling berbisik masih dengan menatap Suri, Magi dan Sungrin. Situasi yang benar-benar membuat ketiganya tak nyaman berada di sekolah pagi ini.

“Han Suri! Rosmary Magi!”  suara itu menghentikan langkah Suri, Magi dan Sungrin dengan kompak.

Geng Nymphs—Hyerin, Nana, Suzy, Bora- mendekat dan berhenti tepat dihadapan Suri, Magi dan Sungrin. Dua kubu itu saling menatap satu sama lain, sedang murid-murid yang ada di sekitar lokasi menaruh perhatian penuh pada mereka.

“Pagi ini Yang Mulia Tuan Putri Song Hami menelfonku, beliau memintaku menyampaikan pesan ini pada kalian. Kalian tak perlu mengkhawatirkan Song Hyuri atau yang kini dikenal sebagai Putri Ahreum. Song Hyuri baik-baik saja di istana. Putri Hami berjanji akan menjaga dan membantu Putri Ahreum dengan baik,” Hyerin menyampaikan pesan Hami untuk teman-teman Hyuri.

“Menjaga Hyuri dengan baik? Hagh! Benarkah? Putri Hami kemana-mana dikawal, lalu bagaimana dia akan menjaga Hyuri dengan baik?”  respon Suri dengan nada yang benar tak enak di dengar.

“Hati-hati dengan perkataanmu itu. Han Suri. Kau pikir aku senang menyampaikan pesan ini untuk kalian? Setelah ini kalian akan semakin diawasi sebagai lanjutan dari kembalinya Putri Ahreum yang sangat mengejutkan ini. Putri Hami meminta kalian untuk lebih berhati-hati.”

“Ara. Kebetulan juga pagi ini Lee Hyerin Sunbaenim menemui kami. Tolong sampaikan pada Yang Mulia Tuan Putri Song Hami kami sangat berterima kasih atas kebaikannya untuk menjaga Hyuri di istana. Dan tolong sampaikan bahwa pagi ini aku telah menaruh semua barang-barang milik Song Hyuri yang tertinggal di tempat kos kami di Swallow DVD’s Rental tempat di mana dahulu Song Hyuri bekerja. Siapapun itu yang diperintahkan istana untuk mengambilnya bisa mengambil barang-barang itu di rental DVD milik Lee Junho itu.”

“Sepertinya kau sangat marah dengan kenyataan ini.”

“Apa hak Sunbaenim untuk tahu?”

Hyerin menghela napas kesal. “Semua pun merasa demikian. Terkejut, senang bahkan mungkin juga marah. Aku paham bagaimana posisi kalian saat ini. Menjadi sorotan seperti ini pastilah sangat tidak enak.”

“Terima kasih atas simpati Sunbaenim.”

“Semoga hari kalian menyenangkan,” Hyerin dan gengnya meninggalkan Suri, Magi dan Sungrin.


“Rosmary Magi jadi begitu pendiam,” komentar Nana saat berjalan pergi bersama gengnya.

“Semua syok dengan kenyataan ini,” jawab Bora.

“Abaikan saja mereka. Yang penting Hyerin telah menyampaikan amanah Tuan Putri,” Suzy ikut bicara.


“Jadi jika ingin menyampaikan sesuatu pada Hyuri kita bisa meminta bantuannya?” Suri menatap Hyerin dan teman-temannya yang berjalan pergi.

“Tak ada yang bisa dipercaya kini,” Magi membalikan badan dan kembali berjalan menuju kelasnya. Sungrin menyusulnya.

“Benar juga,” Suri mengangkat kedua bahunya dan menyusul Magi.
***

“Kalian benar-benar membuatku khawatir!” sambut Jonghwan saat Suri, Magi dan Sungrin memasuki kelas.

“Mianhae. Melihat Hyuri diseret secara tiba-tiba seperti itu, siapa yang tak takut?” Suri berusaha setenang mungkin di depan Jonghwan agar kekasihnya itu tak menaruh curiga padanya.

“Setelah kami pergi apa semua baik-baik saja?” sela Sungrin.

“Pasukan istana yang datang tiba-tiba itu yang membuat kacau. Hari ini mulai tenang. Tidak juga. Aku bisa membayangkan bagaimana mereka memperlakukan kalian,” jawab Seungho. “Magi, L.Joe Sunbaenim terus mengkhawatirkanmu. Kalian itu sepasang kekasih tapi tak mengetahui nomer ponsel satu sama lain. Bagaimana kalian bisa bertahan dengan hubungan seperti itu?”

“Hey! Kau lihat mereka bertahan kan? Iya kan, Magi?” Suri menggoyang lengan Magi.

“Eh! Iya?” Magi tersadar dari lamunannya. Ia menatap satu per satu wajah teman-temannya itu dengan ekspresi bingung. “Maaf. Apa yang telah aku lewatkan?”

Murid-murid kelas X-F memasuki kelas dan duduk di bangku masing-masing. Begitu juga Suri, Magi, Sungrin, Jonghwan dan Seungho. Junki memasuki kelas dan berhenti di balik meja guru di depan kelas. Junki menatap bangku Hami yang kosong lalu beralih ke bangku Hyuri yang juga kosong pagi itu. Junki memperhatikan Magi dan Suri sejenak lalu mendesah pelan dan mulai mengajar kelasnya.
***

Hyuri berkumpul bersama Ratu Kyeongmi, Joongki dan Hami. Hami juga Joongki terus tersenyum memperhatikan Hyuri. Keduanya senang akhirnya Putri Ahreum itu kembali ke istana.

“Hah... bagaimana para Putri Wisteria Land ini memiliki rambut yang sangat minim?” Ratu Kyeongmi kembali memecah kebisuan. “Sebagi ratu, aku merasa tak becus mengurus rumah tangga istana. Setelah ini bisakah kalian tak memangkas habis rambut kalian seperti itu lagi?”

“Iye, Omonim,” Hami menyanggupi. Sedang Hyuri hanya menganggukan kepala menjawabnya.

“Apakah Dayang Han melayani Yang Mulia dengan baik? Jika ada sesuatu yang membuat Yang Mulia tak nyaman, Yang Mulia bisa mengatakannya padaku.”

“Iya, Yang Mulia. Hanya saja ini terlalu berlebihan bagiku. Mungkin karena belum terbiasa,” jawab Hyuri yang terlihat lebih rileks setelah setengah jam berlalu berada bersama keluarga raja itu.

“Syukurlah,” Ratu Kyeongmi tersenyum lega.

“Hanya saja pagi ini saya merasa miris. Begitu banyak hidangan yang dihidangkan untuk sarapan, aku tak sanggup melahapnya semua. Di tengah sarapan aku terus berpikir apakah makanan-makanan itu akan dibuang? Di luar sana banyak orang kelapara tapi di sini hidangan begitu melimpah ruah.”

Mendengarnya ekspresi wajah Ratu Kyeongmi, Hami dan Joongki langsung berubah. Menyadari hal itu Hyuri pun merasa bersalah atas bibirnya yang lancang. Ia pun segera meminta maaf.

“Mohon maafkan aku. Aku tak bermaksud membuat pagi Anda sekalian menjadi begini tak nyaman. Hanya saja benar itu yang aku rasakan tadi,” Hyuri benar merasa sungkan.

“Sebenarnya masalah kelaparan itu telah di atasi. Bantuan bahan pangan pun telah disalurkan,” Joongki angkat bicara.

“Tapi apakah Yang Mulia yakin bantuan itu sampai pada mereka yang membutuhkan? Maafkan kelancangan ini. Itu karena aku cukup lama hidup di luar sana dan seperti itulah kenyataan yang aku temui. Masih banyak rakyat yang menderita kelaparan. Kadang aku bertanya dengan heran, apa istana benar-benar mengabaikan hal ini. Tapi tak hanya satu orang di istana. Seperti di luar sana pasti orang-orang di istana juga ada yang baik dan jahat.”

“Karena Putri Ahreum telah kembali, setelah ini aku rasa kita bisa memperbaikinya bersama-sama,” Hami menengahi.

Hyuri tesenyum kecil. “Oya, Yang Mulia, apa aku benar-benar tak bisa kembali ke sekolah? Barang-barangku masih di luar sana dan aku harus bicar dengan teman-temanku. Mereka pasti sangat mengkhawatirkan aku.”

“Pagi ini aku telah meminta Hyerin Onni untuk menyampaikan pesanku pada Magi dan Suri. Hyerin Onni juga sudah memberi kabar jika mereka baik dan berterima kasih karena mendengar Yang Mulia baik di sini. Hyerin Onni akan mengambil barang-barang milik Yang Mulia yang dititipkan Han Suri di rental DVD di mana dahulu Yang Mulia bekerja. Yang Mulia tak perlu khawatir dengan itu semua,” Hami menyampaikan penjelasan Hyerin pada Hyuri.

“Suri menitipkan barang-barangku di Swallow DVD’s Rental??”

“Semua orang syok dengan kenyataan ini, aku rasa begitu juga Magi dan Suri. Mereka butuh waktu untuk menerima kenyataan ini. Setelah semua tenang, kita bisa menemui mereka diam-diam.”

“Yang Mulia sudah kembali. Ada hal lain yang lebih penting yang harus Yang Mulia pelajari di istana ini. Jadi mohon Yang Mulia menaruh perhatian penuh atas pelajaran yang akan segera Yang Mulia pelajari. Putri Hami akan membantu Yang Mulia,” Ratu Kyeongmi kembali mengambilalih pembicaraan.

Hyuri menunduk dan mendesah pelan mendengarnya.
***

“Dari awal aku curiga jika ada yang tak beres di antara kalian bertiga. Awalnya aku pikir itu Magi, tapi ternyata Hyuri. Benar-benar mengejutkan,” Junki menemui Magi dan Suri yang berada di taman belakang sekolah.

“Sonsaengnim,” Magi segera bangkit dari duduknya dan memberi salam pada Junki. Suri juga melakukan hal yang sama.

“Kalian berubah diam dan lesu seperti ini, tak sedikit yang memahami namun banyak pula yang beralibi lain.”

“Iya. Kami paham. Tapi rasa syok itu masih tersisa,” jawab Suri.

Magi hanya diam menatap Junki.

“Di sini dan di luar sana, semuanya sama. Hanya kamuflase. Sulit sekali membedakan mana lawan dan mana kawan. Karenanya kalian harus jeli. Karena sebelumnya kalian dekat dengan Putri Ahreum, setelah ini pasti tak akan mudah bagi kalian.”

“Apa ini sama artinya dengan kita semua sedang diawasi?” tanya Suri.

“Nee. Kalian paham tentang hal itu. Benar bisa jadi salah dan salah bisa jadi benar setelah ini. Kemarin kalian tiba-tiba kabur, tim Tata Tertib sekolah akan mengurus hal ini. Aku telah memberi kesaksian dan penjelasan, tapi ini tak akan cukup membantu. Kalian akan tetap saja dipanggil dan di introgasi.”

“Mata-mata juga masuk ke sekolah ini? Bukankah Putri Ahreum telah ditemukan lalu untuk apa mencurigai kami?” buru Suri dengan ekspresi tak paham.

Sementara itu dibalik rerimbunan, tukang kebun yang gemar memakai kostum sreba hitam lengkap dengan topi bundar hitam yang menutup kepalanya terus mengawasi Magi, Suri dan Junki yang mengobrol di taman belakang sekolah. Bersembunyi dan diam memperhatikan sebelum Junki tiba menemui Magi dan Suri.


***

-------TBC--------

Keep on Fighting
                shytUrtle

 

 
Princess Song Hyuri ^__^
 

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews