Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy

04:05

Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
 

 


. Judul: “Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-                  Song Hyu Ri (송휴리)
-                  Rosmary Magi
-                  Han Su Ri (한수리)
-                  Jung Shin Ae (정신애)
-                  Song Ha Mi (송하미)
-                  Lee Hye Rin (이혜린)
-                  Park Sung Rin (박선린)
-                  Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many other found it by read the FF.
 
 
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga percaya akan hal ini...?
***
 
Land  #17

Hal yang tak masuk akal karena cinta wajar terjadi. Ramuan ajaib dan mantra pendukungnya itu ada, akan tetapi yang terpenting adalah hati. Kemurniannya akan cinta yang sebenarnya akan tercermin dan membawamu pada kebenaran cinta.

               
Magi menggembungkan pipinya menatap Daehyun lalu Hyuri, kembali pada Daehyun lalu keempat member Elroy. Daehyun sinis menatap Hyuri yang masih terpaku dalam keterkejutannya yang tanpa sengaja bertemu Daehyun. Hal itu berjalan selama beberapa detik. Magi hanya mengamati tanpa memberikan reaksi.

                Magi menyeret Hyuri sedikit minggir, memberi jalan untuk Elroy. “Biarkan mereka lewat,” bisik Magi.

                Daehyun menyincingkan senyum, mencibir Hyuri kemudian berjalan pergi bersama keempat rekannya dari hadapan duo Maehwa.

                “Saat kontak mata terjadi, setelah itu barulah bereaksi...” gumam Magi masih menatap bagian belakang dari Elroy.

                “Mwo...?!!” Hyuri menoleh, melotot pada Magi. “Magi... kak-kau... kau benar melakukannya...?” Hyuri kembali panik.

                “Ah, aku lapar,” Magi mengusuk perutnya lalu berjalan meninggalkan Hyuri.

                “Ya! Magi!” Hyuri berlari menyusul Magi.
***

                Suri ditemani Jonghwan menjenguk benih tanaman milik mereka di Green House. Benih itu tumbuh dengan baik. Suri tersenyum lega melihatnya.

                “Untung Magi menyelamatkan benih tanaman milikku. Hah, semua ini jadi sangat menyenangkan. Bagaimana menurutmu?” kata Suri sembari kembali menegakan badannya dan menatap Jonghwan.

                “Menyenangkan...? A, jadi kita akan berangkat bersama-sama akhir pekan nanti...? Magi mendapat izinnya...?” Jonghwan tiba-tiba berbinar.

                Suri mengerutkan kening mengamati Jonghwan. ‘Anak ini senang sekali’, batin Suri. “Iya. Kita pergi bersama-sama.”

                Jonghwan tersenyum lebar. “Oya, apa Magi dan L.Joe Sunbaenim, mereka berpacaran? Atau punya hubungan khusus?”

                ‘Akhirnya dia menanyakan hal itu. Jangan-jangan ia menyukai Magi’, Suri membatin kecurigaannya pada Jonghwan.

                “Aku rasa kau juga tahu jika ada kasak-kusuk tentang Magi dan L.Joe Sunbaenim karena saat bullying massal itu terjadi tiba-tiba L.Joe Sunbaenim muncul dan memeluk Magi, melindungi Magi.”

                Suri tertawa geli mendengar ocehan Jonghwan tentang Magi.

                “Ya, kenapa kau malah tertawa?”  tanyaJonghwan menatap heran pada Suri.

                “Menurutmu bagaimana?”

                “Nee...? Aku bertanya kenapa kau malah balik bertanya?”

                “Ess, entahlah. Mianhae, aku baru tahu jika kau putra dari Walikota Salvia Jo Jaeyoon.”

                Jonghwan hanya tersenyum.

                “Ternyata dua laki-laki sahabat kami ini sama-sama anak orang hebat dan berpengaruh. Kami patut berbangga akan hal itu. Tapi kami selalu saja menyusahkan kalian. Jalan cerita hidup kita ini drama serial sekali ya, seperti yang tayang di tivi setiap malam dan menjadi favorit ibu-ibu. Orang kaya pasti ikut susah saat bertemu atau berteman dengan orang susah, sama seperti kalian ini.”

                “Orang tuaku memang kaya, tapi tidak denganku. Aku juga pengemis, setiap hari hanya bisa meminta-minta pada orang tuaku. Kita sama. Ah, tidak. Kau, kalian yang keren, Hidup mandiri, sekolah dan bekerja. Jangan berpikir seperti itu lagi, aku kaya kalian miskin. Aku tidak suka.” Jonghwan tiba-tiba mengelus puncak kepala Suri.

                Tubuh Suri mendadak kaku. Ada rasa panas yang menjalar ke sekujur tubuhnya yang awalnya bermula ia rasakan pada wajahnya. Suri tak berani menatap Jonghwan.


                Sejak Hami mengeluarkan pernyataan perlindungan pada trio Maehwa, kehidupan Hyuri, Magi dan Suri jadi tenang di sekolah. Setiap pulang mereka tak menemukan ban sepeda mereka kempes lagi. Tak ada yang usil pada loker mereka di ruang ganti olah raga. Dan untuk Senin ini, Hyuri bernapas paling lega karena Daehyun tak berubah sikap padanya. Magi telah memastikan jika ia tak melakukan apa pun pada rambut Daehyun.
***

                Seperti sebelumnya tiap Senin malam para penikmat pertunjukan Snapdragon memenuhi Club Golden Rod. Mereka bertepuk tangan ketika tirai panggung terbuka. Masih dalam keadaan gelap, lampu panggung belum dinyalakan tampak lima member Snapdragon berdiri di atas panggung. Sedikit ribut di bawah sana. Kenapa member Snapdragon muncul tanpa alat musik mereka?

                Intro musik Katy Perry-Fireworks terdengar dan lampu panggung menyala. Kelima member Snapdragon tampil beda malam ini. Mereka bernyanyi dan menari bersama membawakan lagu Katy Perry-Fireworks, membagi tiap part untuk dinyanyikan bersama. Penampilan mereka pun berbeda malam ini. Snapdragon memakai kostum ala Disney Fairy. Mereka berusaha semirip mungkin menirukan kostum para peri dari Disney itu. Wig pun turut menghias kepala member Snapdragon agar mirip tokoh peri asli dari Disney. Yeonmi mengenakan kostum Terrence the dust keeper fairy. Songeun menjadi Iridesa si peri cahaya. Minchi menjelma menjadi peri kebun cantik Rosetta. Sori menjadi si peri penuh talenta dalam kecepatan Vidia dan terakhir Magi memilih Fawn si peri hewan untuk kostumnya malam ini. Pengunjung menyambut antusias kejutan yang diberikan Snapdragon. Tepuk tangan meriah dan terdengar beberapa suitan.

                “Kenapa tak ada yang menjadi Silvermist?” gumam Suri lirih sambil menatap panggung.

                “Anak itu bisa menari juga,”  komentar Hyuri yang juga menatap panggung.

                “Magi? Sepertinya dia bisa semua. Apa saja.”

                “Em,” Hyuri mengangguk.

                “Dan pemuda itu sepertinya tak akan pernah bosan menatap Magi seperti itu.”

                “L.Joe Sunbaenim?” Hyuri turut menatap meja no.8 dimana L.Joe selalu duduk menonton Magi di Senin dan Kamis malam.

                “Dan dari kelima member Snapdragon kenapa Magi?”

                “Magi juga cantik. Itu bukan tindakan salah kan?”

                “Sepertinya bukan wujud Magi yang ini yang ia temui sebelumnya. Ah, entahlah. Aku hanya penasaran dan cinta itu memang buta.”

                “Memangnya kenapa kalau Magi?”

                “Nee...? Anee...”

                “Magi sudah punya pacar?”

                “Aku tak tahu, tapi sepertinya ada yang jatuh hati pada Magi dan bukan Sunbaenim itu,” Suri berbisik lalu menggerakan kepala menunjuk meja no.8.

                “Dan Magi suka pemuda yang suka padanya? Bukan L.Joe Sunbaenim? Wah, membingungkan.”

                “Aku tak tahu pastinya.”

                Usai tampil membawakan Fireworks-Katy Perry ala girlsband, Snapdragon kembali tampil dengan formasi band. Snapdragon menutup pertunjukan mereka dengan menampilkan Disguise-Lene Marlin.
***

                Hyuri, Magi dan Suri mengayuh sepeda mereka untuk pulang usai bekerja paruh waktu di Club Golden Rod. Ketiganya penuh semangat mengayuh sepeda masing-masing dan berjajar memenuhi jalan utama. Sesekali mereka balapan.

                Hyuri melihat sebuah mobil sedan mewah  berwarna hitam sedang terparkir di pinggir jalan yang ia lewati bersama Magi dan Suri. Hyuri memperlambat gerak kakinya mengayuh sepeda dan memperhatikan mobil itu hingga akhirnya Hyuri benar-benar berhenti di dekat mobil sedan hitam itu. Magi dan Suri yang melaju lebih dulu turut menghentikan laju sepeda mereka dan mundur menghampiri Hyuri. Trio Maehwa berjalan mendekati mobil itu.

                Sunggyu yang tengah sibuk memeriksa mobilnya yang mogok dibuat terkejut ketika trio Maehwa tiba-tiba muncul dan menghampirinya. Sunggyu diam menelan ludah menatap Hyuri, Magi lalu Suri.

                “Mogok?” tanya Hyuri datar sembari mengintip bagian depan mobil yang terbuka.

                “Begitulah,” Sunggyu tersenyum walau tak bisa dipungkiri jika senyum itu terlihat terpaksa.

                “Cukup lama sepertinya, yang di dalam sampai terlihat bosan.”

                Sunggyu terkejut. Membelalakan matanya yang sipit. “Kak-kau tahu...?” tanyanya terbata.

                “Em,” Hyuri mengangguk.

                “Benar-benar tahu di dalam mobil ada orang...?”

                “Awalnya pasti tidak, tapi Sunbaenim membuatnya tahu,” sahut Magi.

                “Aish!” umpat Sunggyu kesal karena terpancing jebakan Hyuri. Trio Maehwa saling pandang dan tersenyum.

                “Kim Sunggyu Sunbaenim mengencani Putri Mahkota dan tak sengaja bertemu Trio Maehwa. News seperti itu menarik perhatian kah jika di posting di Hwaseong Academy Community...?” Magi kembali berceletuk.

                “Ya!” bentak Sunggyu.

                “Sunbaenim marah berarti benar yang di dalam sana Tuan Putri...?” Magi menatap Sunggyu dengan tatapan sedikit genit, “Aigo, wajahmu memerah karena marah atau malu?”

                “Apa jadi masalah bagi kalian jika kami benar berkencan?” sela Hami yang tiba-tiba keluar dari dalam mobil.

                Sunggyu dan trio Maehwa menatap Hami. Hami menghela napas. Ia pun kesal pada ulah trio Maehwa.

                “Beginikah cara kalian membalasku?” tanya Hami lagi.

                “Membalas Anda...? Oh, atas pernyataan pembelaan dan perlindungan untuk kami? Bukankah itu seimbang dengan tindakan nekat Magi yang bisa membuat Anda sedikit bebas dari para pengawal itu?” Hyuri balik bertanya.

                “Apa mau kalian?” Sunggyu beralih berdiri di depan Hami. Bermaksud melindungi Hami.

                “Sebuah penawaran. Barter.” Hyuri kembali dingin dan datar.

                “Penawaran...? Barter...?” Sunggyu tak paham. Hami yang berdiri di belakangnya pun menunjukan ekspresi yang sama.

                “Em. Jika aku berhasil membuat mobilmu kembali menyala, apa kau bersedia membantu Magi untuk lolos sebagai pengisi acara Hwaseong Festival musim panas nanti?”

                “Ya! Hyuri-ya!” protes Magi melotot menatap Hyuri.

                Hyuri mengacuhkan protes Magi dan tetap lurus menatap Sunggyu. “Kedudukan sebagai Ketua Dewan Senior sangatlah berpengaruh. Jadi bagaimana?”

                “Kau mau aku percaya?”

                “Kita buktikan saja dulu,” Hyuri benar-benar yakin.

                Sunggyu diam sejenak. Masih beradu pandang dengan Hyuri. “Para pengisi acara Hwaseong Festival bukanlah orang sembarangan. Mereka dipilih melalui seleksi ketat sebelum akhirnya lolos menjadi pengisi acara.”

                “Sunbaenim meremehkan kami? Kami sudah cukup terhina hingga hari ini, jika merasa tak sanggup untuk apa kami mengajukan permintaan ini? Walau kami benar tak berkelas dan bodoh, tapi kami tahu apa itu Hwaseong Festival dan bagaimana prosedurnya. Setujui saja, selebihnya biarkan kami yang bekerja.” Tantang Hyuri yang kemudian melirik Hami.

                “Baiklah. Jika kau berhasil membuat mobil ini kembali menyala, maka aku sendiri yang akan memperjuangkan Magi untuk masuk sebagai pengisi acara Hwaseong Festival,” Hami menerima tantangan Hyuri.

                Magi melongo, Suri tersenyum lebar dan Hyuri menyeringai mendengar Hami menerima tantangan itu.

                “Yang Mulia...” Sunggyu keberatan.

                “Aku pegang janjimu, Yang Mulia.” Hyuri kembali menyincingkan senyum. “Magi! Benahi mobil ini,” perintah Hyuri seenak hati pada Magi.

                “Mwo...?” mulut Magi membulat mendengar perintah Hyuri.

                “Hyuri-ya! Apa-apaan kau ini...?” bisik Suri dekat di telinga Hyuri.

                Setelah berbicara panjang lebar dengan penuh percaya diri tiba-tiba Hyuri melemparkan tanggung jawab pada Magi.

                “Aku tak paham tentang mobil,” Magi turut berbisik.

                “Ini tiket emas. Lakukan sesuatu. Kau mau kita digantung?” gumam Hyuri lirih dengan mulut hampir tak terbuka dan kemudian mendorong Magi maju lebih dekat di depan Sunggyu.

                Magi meringis. Menunjukan barisan giginya yang putih dan rapi. Sunggyu mengerutkan dahi mengamati Magi dari atas ke bawah. Ia ragu, apa benar gadis ini bisa membetulkan mobilnya yang mogok?

                “Kau yakin bisa membetulkan mobilku?” tanya Sunggyu menatap Magi penuh keraguan.

                “Sebenarnya ini pertama kalinya, tapi kita coba saja. Hehehe.” Jawab Magi jujur.

                Sunggyu kembali melebarkan matanya. Ia ragu menyerahkan mobil mewahnya pada amatiran Maehwa ini. Tapi melelahkan juga setelah cukup lama mengotak-atik sendiri mobil itu tapi tak kunjung membuahkan hasil. Apa salahnya dicoba, batin Sunggyu seraya minggir memberi jalan Magi untuk memeriksa mobilnya.

                “Sebaiknya Sunbaenim bersiap di balik kemudi,” saran Magi. Pastilah ia gugup jika Sunggyu menungguinya seperti ini. “Nanti akan aku beri kode. Yang Mulia juga sebaiknya menunggu di dalam.”

                “Bagaimana kalau tiba-tiba mobil ini meledak?” pertanyaan konyol itu meluncur mulus dari bibir merah Hami.

                Magi melotot kaget menatap Hami. Begitu juga Sunggyu, Hyuri dan Suri. Apa yang dipikirkan Tuan Putri ini tentang Magi hingga takut mobil Sunggyu meledak?

                “Sia-sia membuang energi untuk meledakan mobil rongsokan ini,” cela Magi sembari berjalan ke depan mobil.

                “Rongsokan...?” protes Sunggyu.

                “Jika dirawat dengan baik mana mungkin sampai mogok begini,” gerutu Magi yang sudah membungkukan badan mengamati mesin mobil yang terhidang di hadapannya.

                Sunggyu berdecak pelan. Kesal mendengar olokan Magi. Kemudian ia masuk ke dalam mobil dan duduk dibalik kemudi sesuai saran Magi. Sedang Hami memilih agak menjauh berada di dekat Suri dan Hyuri yang tampak cemas mengamati Magi.

                “Apa yang harus aku lakukan?” bisik Magi masih menatap mesin mobil yang menunggu untuk ia perbaiki. Magi benar-benar tak paham tentang ini semua. Baginya ini pertama kali Magi melihat bagian dalam—mesin mobil. Magi memejamkan mata sejenak. Tangan kanannya terulur dengan jari-jari melebar mulai bergerak-gerak di atas mesin mobil. Sudah tak begitu panas. Mungkin mobil ini cukup lama mogok di sini, batin Magi. Magi menghembuskan napas cepat dan kembali membuka mata.

                Hyuri menurunkan kedua tangannya yang sedari awal mengamati Magi ia lipat rapi. Suri heran. Kedua matanya melebar melihat apa yang dilakukan Magi. Kedua tangan Magi terangkat sejajar dada di atas mesin mobil. Mata Magi kembali tertutup dan mulut Magi bergerak tanpa suara.

                “Dia kembali merapalkan mantra...?” bisik Suri sangat lirih. Sepertinya hanya ia sendiri yang bisa mendengarnya.


Kau yang berada di hadapanku, wahai kau yang juga bernyawa, bernapas dan memilik rasa seperti yang aku rasakan. Kau yang bisa merasakan keresahanku seperti aku yang juga merasakan keresahanmu. Dengarkan apa yang aku katakan padamu ini. Lupakan segala dendam yang memenuhimu. Jangan kau ingat kesakitan yang baru saja kau dapatkan, tapi ingatlah pada Kakek yang selalu membelaimu setiap pagi, menyapamu lembut, bercerita padamu bahkan selalu memujimu. Memilih tinggal di sini membuatmu semakin jauh padanya? Bertahanlah. Bayangkan betapa ia resah menunggumu kembali malam ini. Bayangkanlah rekah senyum leganya ketika melihatmu datang dalam kondisi baik, Karena hanya pada pria tua itu kau bisa berkeluh kesah. Jangan menyiksa dirimu sendiri dengan berbuat demikian. Kau tak takut kehilangan pria tua yang sangat menyanyangimu itu? Hanya dia yang bisa memahamimu selama ini. Tolong lupakanlah dendammu. Kukirimkan nyanyianku, kuhembuskan nafas penuh cinta kasihku tuk menemani perjalananmu menuju padanya. Menuju pria tua yang tengah resah menunggu kedatanganmu. Karena kau, aku dan dia, kita memiliki nyawa dan rasa yang sama.

                Magi membisikan kata-kata itu pada mesin mobil Sunggyu. Asap yang tak begitu kentara muncul dari kedua telapak tangan Magi dan mulai menyentuh mesin mobil. Meresap. Magi kembali membuka mata dan tersenyum manis pada mesin mobil di hadapannya.

                “Sunbaenim, coba nyalakan mesinnya!” suasana hening itu terpecah oleh seruan Magi.

                Hyuri, Suri dan Hami seolah baru saja tersadar dari hipnotis. Mereka kebingungan dan saling mengamati sekitar usai mendengar Magi berteriak pada Sunggyu. Sunggyu menurut dan menyalakan mesin mobilnya. Walau tampak sulit awalnya namun akhirnya mobil itu kembali menyala. Magi tersenyum bangga. Hyuri dan Suri pun turut lega.


                Hyuri, Magi dan Suri menatap mobil Sunggyu yang melaju pergi. Magi yang tadinya berdiri tegak tiba-tiba sedikit limbung.

                “Kau baik-baik saja?” dengan sigap Suri memegang tubuh Magi.

                Hyuri khawatir mengamati Magi yang tiba-tiba goyah sampai hampir jatuh.

                “Aku baik-baik saja,” Magi tersenyum lesu dan kembali menegakan badannya. “Ayo kita pulang,” Magi kembali menuntun sepedanya.
***

                Song Joongki tersenyum lebar mendengar sang adik Song Hami bercerita.

                “Jadi kau menerima tantangan itu? Dan ternyata mereka berhasil membuat mobil Sunggyu kembali menyala bahkan tak rewel hingga kalian sampai? Kau takut trio Maehwa itu menyebarkan tentang kedekatanmu dengan Sunggyu?” tanya Joongki setelah Hami selesai bercerita.

                “Aku tak pernah takut perihal itu. Sebagian besar pun tahu jika aku dan Sunggyu Oppa punya hubungan khusus. Sama halnya dengan Hyerin Onni dan Jonghun Oppa. Aku sama sekali tak khawatir tentang itu. Hanya saja aku merasa penasaran pada apa yang mereka rencanakan. Kenapa mereka begitu percaya diri mengajukan syarat seperti itu? Ingin menjadi bagian dari pengisi acara Hwaseong Festival.”

                “Kau tidak bisa menarik janjimu atau mempermainkan janji itu dengan pura-pura lupa atau apalah.”

                “Aku tahu Oppa. Janji adalah hutang yang akan dibawa sampai mati jika tak ditepati. Aku tak mau mati menderita, karena itu aku akan memenuhi janjiku dan membantu Magi.”

                “Baguslah. Tapi kau tahu kan resikonya?”

                “Nee, Oppa. Harus siap menerima omelan Hyerin Onni juga protes dari yang lain. Sunggyu Oppa sepertinya juga tak mampu berbuat banyak untuk memberiku dukungan walau ia Ketua Dewan Senior. Semua ini tetap tak akan mudah.”

                “Tak ada jalan yang tak berliku. Tak ada jalan lurus bagi orang dengan niat tulus. Berusahalah. Karena ini tanggung jawabmu atas janji yang kau ikrarkan padanya.”

                “Nee. Oppa,” Hami tersenyum lesu.
***

                Hyuri dan Suri duduk di kantin bersama Jonghwan. Suri dan Jonghwan asik menikmati makan siang sembari ngobrol. Keduanya duduk berhadapan. Hyuri mengabaikan obrolan Suri dan Jonghwan. Ia fokus memakan menu makan siang yang ia pesan.

                Suri dan Jonghwan langsung terdiam ketika Daehyun tiba-tiba menghampiri meja mereka. Keduanya menatap heran pada Daehyun. Ada yang salah pada pemuda yang biasa bersikap ketus itu. Daehyun berdiri di dekat meja dengan senyum sangat lebar dan manis sambil membawa baki berisi menu makan siangnya.

                Hyuri yang terlalu khusyuk menikmati makan siangnya tak menyadari kehadiran Daehyun. Ia tetap saja menundukan kepala dan makan dengan lahap. Hyuri baru berhenti ketika Suri menyikutnya pelan. Hyuri menoleh pada Suri dan menggerakan kepala sebagai tanda bertanya, ada apa? Suri menggerakan kepala, menunjuk Daehyun. Hyuri mengangkat kepala dan segera menelan sisa makanan dalam mulutnya melihat Daehyun sudah berdiri dengan ekspresi tak wajar itu. Hyuri benar-benar terkejut sampai hampir tersedak ketika menelan sisa makanan di dalam mulutnya. Hyuri segera meraih gelas berisi air putih miliknya dan meneguk isinya.

                “Annyeong! Boleh aku duduk bergabung di sini?” sapa Daehyun ramah.

                Hyuri sibuk meminum air putih. Suri masih melongo menatap Daehyun. Ia tak percaya Daehyun meminta izin untuk bergabung.

                “Jika berminat, silahkan,” Jonghwan yang masih memegang kendali pada kesadarannya mempersilahkan.

                “Gomawo!” Daehyun bergegas duduk. Ia tersenyum lebar duduk di samping kiri Jonghwan, tepat di depan Hyuri. Daehyun pun sibuk mempersiapkan makan siangnya. “Lanjutkan saja makan siang kalian,” imbuh Daehyun.

                Suri menatap Jonghwan. Jonghwan mengangkat kedua bahunya menjawab tatapan Suri. Hyuri meletakan gelas di atas meja dengan gerakan pelan.

                “Oh!” Daehyun melihat sebutir nasi di pipi Hyuri. Daehyun mengambil tissu dan segera membersihkan sisa nasi di pipi Hyuri.

                Hyuri terkejut. Hanya bisa diam. Tertegun menerima perlakuan Daehyun. Suri melongo melihatnya. Jonghwan pun sama terkejutnya. Daehyun tersenyum lebar setelah melihat wajah Hyuri kembali bersih. Sedang murid-murid lain yang berada di kantin dan menyaksikan siaran langsung adengan Daehyun membersihkan pipi Hyuri segera histeris. Terutama para fans Elroy dan fans Daehyun yang dibuat cemburu juga iri. Beberapa tampak mengabadikan momen itu dalam ponsel mereka.
***

                Seungho menemani Magi menemui Shin Ae di taman baca sekolah. Taman nan asri dan tenang yang berada di area luar sekitar perpustakaan sekolah. L.Joe yang duduk di samping Shin Ae tersenyum melihat bagaimana Seungho menatap Shin Ae. Sejak ia datang bersama Magi dan duduk bersama di salah satu gazebo taman baca, tatapan Seungho hanya terfokus pada Shin Ae seorang.

                “Bagaimana? Menurut Sunbaenim masuk akal tidak?” tanya Magi usai menjelaskan panjang lebar maksud kedatangannya menemui Shin Ae di jam istirahat itu.

                Shin Ae masih diam menatap Magi. Sejenak ia menghembuskan napas pelan sambil mengalihkan pandangannya dan tanpa sengaja menemukan Seungho yang sedang menatapnya. Pemuda itu tersenyum lebar ketika Shin Ae menatapnya.

                “Membaca buku diary Lizzy, mencoba memahaminya, mencari tahu apa yang terjadi dan setelah itu semua aku rasa di sanalah inti permasalahannya. Salah paham, rasa bersalah dan impian yang belum terpenuhi. Sederhana tapi tak mudah juga. Persaan Lizzy dan Sukjin Ajushi masih terkait, aku rasa itulah alasan kenapa arwah Lizzy masih tertahan di sini selama tiga tahun ini.” ocehan Magi membuat Shin Ae kembali mengalihkan pandangan menatap Magi.

                “Karena aku bisa melihatnya, kau menemuiku? Maaf aku rasa aku tak bisa membantu apa-apa,”  tolak Shin Ae sebelum Magi meminta bantuan.

                “Aku yakin Sunbaenim bisa membantuku.” Magi tak mundur sedikitpun walau Shin Ae menolaknya.

                “Tak ada salahnya kau coba, lagi pula yang ia inginkan adalah kau.” Kata Shin Ae setelah cukup lama terdiam. Ia merasa sungkan pada L.Joe yang menyukai Magi karena penolakan sebelumnya.

                “Aku rasa karena selama ini Sunbaenim mengacuhkannya. Bukankah Sunbaenim mengatakan bersedia membantuku?”

                “Dia mencoba bicara padamu?”

                Shin Ae kembali mendesah. Dua siswi baru tiba di taman baca. Keduanya meributkan sesuatu di dalam ponsel mereka hingga menyita perhatian Magi, Seungho, Shin Ae dan L,Joe. Keempatnya diam dan mencuri dengar obrolan dua siswi itu.

                “Bagaimana itu terjadi...? Seorang Elroy Jung Daehyun tiba-tiba menghampiri meja itu. Meja dimana dua dari trio Maehwa duduk.” Kata siswi 1.

                “Parahnya, kenapa ia tega melakukan itu? Membersihkan pipi penyihir Maewhwa itu, Winifred Sanderson atau siapalah itu, Song Hyuri.” Imbuh siswi 2 dengan nada tak kalah kesal.

                “Jung Daehyun mendekati Hyuri...?” gumam Seungho lirih sembari menatap Magi.

                Magi mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban jika ia tak tahu.
***

                Magi membolos, tak kembali ke kelas usai jam istirahat. Ia menemui Sukjin di pos satpam di dekat gerbang sekolah. Magi duduk diam di dalam pos dan memperhatikan Sukjin yang sibuk dengan tugasnya. Magi tersenyum sendiri.

                “Apa bagimu dia benar figur ayah yang baik?” tanya Lizzy yang duduk di atas meja.

                “Entahlah. Aku tak begitu dekat dengannya dan aku tak tahu figur ayah yang baik itu seperti apa.” Jawab Magi masih mengamati Sukjin.

                “Lalu kenapa kau tersenyum sambil terus mengamatinya seperti itu?”

                “Aku terus bertanya-tanya, apa benar pria itu yang membuatmu tertahan di sini?”

                Bruk! Magi dan Lizzy sama-sama kaget ketika tas itu tiba-tiba jatuh di atas meja. Tas milik Magi. Magi dan Lizzy menoleh ke arah pintu. Hyuri sudah berdiri di ambang pintu dengan ekspresi menyeramkan. Sepertinya ia sangat marah. Lalu Suri tiba dengan napas terengah-engah usai berlari mengejar Hyuri.
***

                Ketegangan terjadi di kantor Dewan Senior ketika rapat pembahasan Hwaseong Festival digelar. Menjadi demikian ketika Sunggyu mengutarakan permintaan Tuan Putri—Hami agar Rosmary Magi bisa turut andil sebagi pengisi acara Hwaseong Festival. Permintaan tak masuk akal ini jelas menuai protes anggota Dewan Senior.

                “ASH...? Abuse, Sand, Horrible...? Pasir kasar yang mengerikan. Dimanapun  mereka berada mereka akan membawa kekacauan dan Hyung meminta kami mengamini permohonan Tuan Putri...? Bagaimana bisa Hyung mengiyakan...? Ini konyol dan tidak masuk akal, Hyung! Apa Hyung dan Tuan Putri telah terjangkit sihir Sanderson Sisters itu?” protes Kwanghee. “Sebagai panitia, aku yang pertama kali menolak. Aku tidak setuju!” tegas Kwanghee kemudian melipat tangan dengan ekspresi kesal di wajahnya.

                “Aku berkata jujur pada kalian. Alasan kenapa permintaan ini muncul. Aku percaya kalian sebagai keluarga, karena itu aku membicarakan hal ini dengan kalian. Aku berharap mendapat solusi,” jawab Sunggyu mulai geram karena mendapat protes di sana-sini.

                “Semua orang juga tahu jika Hyung dan Tuan Putri begitu dekat. Diancam begitu saja Hyung takut,” imbuh Kwanghee benar-benar membuat Sunggyu geram.

                “Sebenarnya kau ini mendengar penjelasanku dari awal apa tidak? Bukankah tadi aku mengatakan jika Tuan Putri mengabulkan permintaan ini karena Magi berhasil membuat mobil kami kembali menyala bukan karena ancaman penyebaran gosip tentang kedekatan kami.” Sunggyu masih menekan emosinya. Berusaha tetap tenang menghadapi Kwanghee.

                “Ck! Tetap saja tak masuk akal. Jadi Rosmary Magi itu juga montir? Aku rasa itu hanya akal-akalan mereka. Kekuatan sihir bisa melakukan apa saja.”

                “Tapi itu kenyataannya! Kau boleh meragukan aku, tapi apa kau meragukan Tuan Putri?” nada bicara Sunggyu mulai meninggi.

                “Sudahlah!” sela Hyerin. “Kenapa jadi kita yang ribut?” Hyerin menatap Kwanghee lalu Sunggyu.

                “Jika mereka mampu kenapa tak memberi kesempatan? Hanya izinkan mereka ikut seleksi, itu cukup adil kan?” usul L.Joe yang juga turut dalam rapat.

                “Kau salah satu yang termantrai! Yang tiba-tiba muncul dan memeluk erat Rosmary Magi si Sarah Sanderson ckckck.” Kwanghee melirik L.Joe dengan tatapan tak sudi. Jijik pada pemuda yang telah tersentuh oleh trio Maehwa. “Apa yang ada dibenakmu? Sepertinya di sini pun kau akan memperjuangkannya sampai mati.”

                “Aku hanya memberi solusi. Dengan begini janji Tuan Putri gugur dan trio Maehwa tetap mendapatkan kesempatan untuk ikut seleksi menjadi pengisi acara.” L,Joe mengabaikan ocehan Kwanghee dan fokus menatap Sunggyu sembari melanjutkan usulnya.

                “Aku setuju dengan usul L.Joe,” Jonghun angkat bicara. “Jadikan saja titah Yang Mulia Tuan Putri sebagai tiket emas bagi mereka mengikuti audisi. Setidaknya status sebagai mantan murid SMA Maehwa tercoret dengan titah itu dan mereka mendapatkan hak yang sama dengan murid Hwaseong Academy yang lain untuk mengikuti audisi.”

                “Sepertinya mantra sihir itu juga telah memenuhi ruangan ini,” gumam Kwanghee kesal.

                “Kalian benar. Ah, kenapa hal itu sama sekali tak terpikirkan olehku?” Sunggyu tersenyum lega.
***

                Suri , Hyuri, Magi dan Lizzy berbaring di atas rumput di bawah pohon rindang di tepi danau di taman belakang sekolah. Hyuri tak terlihat kesal lagi. Wajahnya dipenuhi senyum kini.

                “Tadi aku sempat berpikir, pasti kau akan benar-benar membunuhku. Ekspresimu saat sampai di pos mengerikan sekali.” Magi memecah kebisuan.

                “Tak akan kukotori tanganku dengan darahmu.” Hyuri masih senyum-senyum menatap langit.

                “Ekspresinya di kelas tadi, benar-benar mengerikan,” sela Suri. “Magi, apa yang sebenarnya kau lakukan pada Jung Daehyun? Benar-benar memantrainya dengan sihir cinta...?” Suri penasaran.

                “Tidak ada.” Jawab Magi yang juga menatap langit sama seperti Hyuri, Suri dan Lizzy.

                “Lalu rambut itu...?”

                “Tidak ada.” Jawaban Magi tetap sama.

                “Ah, kau ini!” Suri kesal. “Lalu kenapa kau ada di pos satpam...?”

                “Tidak ada. Eum, hanya mengobrol sedikit.”

                “Kau membolos empat jam terakhir, Magi!”

                “Tentang Lizzy...”

                “Lizzy...?” pekik Suri.

                Magi bangun dan duduk menatap danau. “Kalian percaya jika ada arwah yang tertahan di dunia fana ini karena suatu urusan yang belum ia selesaikan?” tanya Magi masih menatap danau dengan tatapan kosong.

                “Mendiang ibuku pernah cerita, tapi aku tak tahu apakah harus percaya atau meganggap itu mitos saja.” Jawab Suri yang juga sudah duduk menatap danau.

                “Chingu! Bukankah ini menjadi semakin menarik?” kata Hyuri tiba-tiba sambil bangun dari rebahan di atas rumput.

                “Apanya yang semakin menarik?” tanya Suri.

                “Ketenaran kita, itu semua akan memenuhi Hwaseong Academy. Aku dengar hari ini rapat Dewan Senior untuk membahas Hwaseong Festival digelar, pasti heboh karena Tuan Putri meminta Magi diloloskan jadi pengisi acara, lalu ulah Jung Daehyun tadi.”

                “Jika begitu kau tampak tamak sekali Song Hyuri,” olok Suri.

                “Kasihan sekali satu-satunya yang tak punya skandal ini,” olok Hyuri pada Suri.

                “Aku tak butuh sensasi!” Suri sewot.

                Hyuri terkikik begitu juga Magi.

                Lizzy turut tertawa geli melihat ulah teman-teman Magi. “Aku merasa seolah hidup kembali di sini,” Lizzy tersenyum manis dan Magi membalas senyum padanya.
***

                Sungrin berjalan pulang sendirian. Ia menghentikan langkahnya dan memilih menepi ketika berpapasan dengan Nymphs di dekat pintu keluar koridor sekolah. Sungrin menundukan kepala. Hyerin yang melintas melirik Sungrin dan berlalu begitu saja tanpa menyapa gadis yang sebelumnya pernah ia ajak ngobrol bersama itu.

                “Sungrin! Kita pulang sama-sama!” Magi merangkul Sungrin.

                Nymphs menghentikan langkahnya yang tak jauh dari tempat dimana Sungrin berada. Hyerin membalikan badan dan menemukan Sungrin tengah bersama trio Maehwa.

                “Aku tak tahu cara apa yang membuat kalian selalu mendapat kesempatan untuk mengintimidasi Yang Mulia Tuan Putri,” kata Hyerin menghentikan canda tawa trio Maehwa bersama Sungrin.

                Sungrin dan trio Maehwa menoleh. Mereka menemukan Nymphs sedang berdiri tak jauh dan tengah menatap mereka. Hyuri mengerutkan dahi mendengar sindiran Hyerin.

                “Kebetulan sekali bertemu kalian di sini. Aku sudah berjanji pada rekan-rekanku untuk menyampaikan hal ini pada kalian.” Hyerin maju dua langkah lebih dekat.

                “Langsung katakan saja apa yang ingin kau katakan. Jangan berbelit-belit, kami cukup sibuk hari ini.” respon Hyuri ketus. Ia sedikit marah karena keasikannya bercanda diusik Hyerin.

                Hyerin sedikit geram pada sikap sok yang ditunjukan Hyuri padanya. “Janji Yang Mulia pada kalian tak bisa kami kabulkan begitu saja. Aku rasa kalian juga tahu bagaimana prosedur pemilihan pengisi acara Hwaseong Festival itu. Bukan hanya pihak sekolah yang akan turun tangan, tapi ada pihak dari istana yang turut menyeleksi. Kebijakan ini diambil atas usul Lee Byunghun L.Joe.”

                Magi sedikit terkejut mendengar nama L.Joe disebut. Tiba-tiba jantungnya berdetub kencang sepersekian detik ketika Hyerin menyebut nama L.Joe.

                “Kelonggaran yang bisa kami setujui dari usul L.Joe adalah memberi kalian tiket emas, kesempatan bagi kalian untuk ikut audisi tanpa menghiraukan penilaian lain yang memberatkan kalian. Jadi kalian bisa datang dalam audisi itu.” Hyerin maju dan memberikan kertas kuning berbentuk lingkaran. “Ini nomer urut audisi kalian.”

                Hyuri menerima kertas itu. “Gomawo. Kami akan datang.”

                “Aku akan menunggu.” Hyerin menyincingkan senyum lalu pergi bersama Nymphs.
***

                “Woa!!! Hyuri! Ada buket mawar di keranjang sepedamu!” tuding Magi saat sampai di tempat parkir.

                “Mawar oranye, apa artinya?” Suri telah meraih bunga itu dan memeriksanya penuh penasaran.

                “Aku ingin mengenalmu lebih dalam,” jawab Sungrin.

                “Aigo... siapa Romeo ini? Ingin mengenalmu lebih dalam,” Suri memberikan buket di tangannya pada Hyuri.

                Mobil Daehyun berhenti dan kaca belakang terbuka. Daehyun tersenyum pada Hyuri. “Semoga kau suka Song Hyuri! Sampai jumpa besok!” Daehyun melambaikan tangan dengan senyum lebarnya sebelum pergi meninggalkan area parkir.

                Magi dan Suri ternganga. Sungrin tersenyum. Dan Hyuri tertegun dengan buket mawar oranye masih di tangannya.
***
-------TBC--------

Keep on Fighting
                shytUrtle
 
link lyrics cover sing by Snapdragon: 
 
http://shyturtleyui.blogspot.com/2014/01/katy-perry-fireworks-lyrics-cover-by.html

You Might Also Like

0 comments

Search This Blog

Total Pageviews