Wisteria Land: Another Story of Hwaseong Academy
06:12
Wisteria
Land: Another Story of Hwaseong Academy
It's
about rainbow, love, hate, glory, loyalty, betrayal and destiny.......
. Judul: “Wisteria Land: Another Story of
Hwaseong Academy”
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight/Fantasy-Romance.
. Cast:
-
Song Hyu Ri (송휴리)
-
Rosmary Magi
-
Han Su Ri (한수리)
-
Jung Shin Ae (정신애)
-
Song Ha Mi (송하미)
-
Lee Hye Rin (이혜린)
-
Park Sung Rin (박선린)
-
Song Joongki, L,Joe Teen Top, L Infinite, Jung
Daehyun B.A.P, Jo Jonghwan 100%, Baro B1A4, Jang Geunsuk, Yoo Seungho, Kim
Sunggyu Infinite, Choi Joonghun FT.Island, Cho Kyuhyun Super Junior, and many
other found it by read the FF.
...Ketika kau melihat pelangi, apa yang ada di
benakmu? Tujuh warnanya yang indah atau...? Di sini, Wisteria Land, kami
percaya jika pelangi adalah jelmaan sang Naga. Naga arif dan bijaksana yang
selalu mengawasi dan menjaga tanah Wisteria Land. Naga yang pada suatu waktu
muncul dengan keelokan wujudnya dengan tujuh warna pelangi. Apa kau juga
percaya akan hal ini...?
***
Land #18
“Yang membuatnya seolah manjur hanyalah sugesti.
Karena kau percaya dan itu pun menjadi nyata.”
***
Trio Maehwa pulang bersama
Sungrin yang duduk dalam boncengan Magi. Mereka berhenti di taman di jalan
Elder Flower. Sungrin turun dari boncengan Magi.
“Terima kasih tumpangannya. Kita
berpisah di sini. Aku pergi dulu,” Sungrin membungkukan badan.
“Sungrin, tunggu!” tahan Hyuri.
Hyuri mengambil buket mawar dalam keranjang sepedanya. “Untukmu!” kata Hyuri
sembari mengulurkan tangan kanannya yang membawa buket mawar pemberian Daehyun.
“Mwo...? Untukku??” Sungrin
kaget.
“Hey! Kau yakin tak akan
menyesal memberikan bunga itu pada Sungrin?” sela Suri. “Itu kan pemberian Jung
Daehyun.”
“Aku tidak suka mawar,” jawab
Hyuri terdengar malas.
Sungrin menerima buket mawar
oranye itu dan menghitung jumlahnya. “Ada dua belas tangkai,” kata Sungrin
setelah menghitung.
“Dua belas tangkai?? Banyak
sekali...” gumam Suri.
“Apakah memiliki arti?” tanya
Magi.
“Aku sangat mencintaimu, itu
arti dua belas tangkai mawar. Oranye berarti aku ingin mengenalmu lebih dekat,”
ulas Sungrin.
“Aku ingin mengenalmu lebih
dekat karena aku sangat mencintaimu. Begitu kah kira-kira artinya?” Suri
menggabungkan arti dari mawar oranye dan dua belas tangkai.
“Bisa jadi,” Sungrin
membenarkan.
“Masuk akal juga,” Magi
menangguk-anggukan kepalanya.
Hyuri mendesah pelan dan
berjalan menuntun sepedanya pergi tanpa pamit membuat ketiga rekannya diam
tertegun menatapnya.
***
Hyuri menata ulang DVD yang baru
saja dikembalikan oleh penyewa. Kedua telinganya tertutup headset. Sambil
mendengarkan lagu, Hyuri mengerjakan tugasnya. Hyuri tersentak kaget ketika
berbalik dan menemukan Daehyun sudah berdiri di belakangnya lengkap dengan
senyuman seluas samudra. Hyuri melotot menatap Daehyun lalu melepas headset di
kedua telinganya.
“DVD baru ada di lajur kanan,”
Hyuri tak semangat dan hendak pergi.
“Tunggu!” Daehyun menarik tangan
kanan Hyuri bermaksud menghentikan langkah Hyuri.
Hyuri menatap tajam Daehyun.
Perlahan Daehyun melepaskan pegangannya pada tangan kanan Hyuri.
“Mianhae karena membuatmu
terkejut.”
“Tak apa. Silahkan saja cari
film favoritmu.”
“Aku kemari tak untuk menyewa
film!” ucap Daehyun cepat kembali menahan langkah Hyuri. “Aku datang kemari
untuk menemuimu.”
Hyuri mengerutkan dahi menatap
Daehyun.
“Aku datang kemari sengaja
menemuimu Song Hyuri.” Daehyun kembali tersenyum manis lalu mengulurkan kedua
tangannya memberikan satu kotak coklat untuk Hyuri. “Menunggu rental ini
sendirian pastilah membosankan juga melelahkan. Coklat bisa membuat perasaan
menjadi bahagia, ini akan sangat bermanfaat untukmu.”
Hyuri diam tak menerima kotak
coklat itu. Hanya memandangnya saja. Ia benar-benar heran pada perubahan
drastis Daehyun. Kesal Hyuri tak kunjung menerima kotak coklat pemberiannya,
Daehyun meraih tangan kanan Hyuri dan memberikan kotak coklat di tangannya.
Daehyun tersenyum puas.
“Aku pergi,” pamit Daehyun.
“Ya!
Kau pikir ini normal?” tanya Hyuri sukses membuat langkah Daehyun berhenti.
Daehyun
membalikan badan, kembali menghadap Hyuri. “Normal...?” tanya Daehyun dengan
ekpresi tak paham.
“Sikapmu
itu benar-benar tak wajar. Apa kau tak menyadarinya?”
Daehyun
diam sejenak. Berpikir. “Entahlah,” kata Daehyun enteng setelah beberapa detik
terdiam. Daehyun kembali menatap Hyuri
dengan tatapan teduh. Jauh berbeda dari Daehyun yang sebelumnya yang selalu
menatap Hyuri dengan tatapan memicing.
“Aku
tak tahu normal atau tak normal. Tak tahu pula wajar atau tak wajar. Yang aku
tahu hatiku ingin melakukan ini padamu dan aku menurutinya. Melakukannya. Apa
yang ingin aku lakukan padamu.” Terang Daehyun.
Dengan
ekspresi seperti ini Daehyun benar-benar terlihat innocent. Hyuri tak kuasa
menatap Daehyun yang seperti ini. Ia memilih mengalihkan pandangannya.
“Aku
harap kau tak marah. Tak keberatan dengan apa pun itu yang ingin aku lakukan
padamu. Aku ingin memberimu perhatian dan kasih sayang. Mejagamu dalam pelukku.
Aku rasa aku menyukaimu Song Hyuri.” Lanjut Daehyun.
Hyuri
mengangkat kepala. Terbelalak mendengar pengakuan Daehyun.
Daehyun
kembali mengembangkan senyum manis dan tulus di wajahnya. “Aku paham
kerterkejutanmu itu. Ini terlalu dini bagimu kan? Kau tak perlu memberi jawaban
apa-apa. Semua ini karena hatiku ingin melakukannya. Benar aku mengharap
balasan darimu. Berharap kau mau menerima cintaku. Tapi aku cukup tahu diri,
itu tak akan mudah bagimu untuk menerimanya. Karena itu aku akan bersabar
menunggu. Dan jika boleh sedikit memaksa, aku benar-benar ingin menjadi kekasihmu. Menjadi pria yang selalu
berada dekat di sampingmu dan menjagamu. Jangan merasa aneh ya. Padaku. Dan
sekali lagi, aku akan menunggumu Song Hyuri. Saranghae...” Daehyun berbisik
pada kalimat terakhir lalu ia pergi meninggalkan rental tempat Hyuri bekerja.
Hyuri
berdiri mematung. Tertegun. Ia tak percaya dengan apa yang baru ia alami.
***
Hyuri
masih terjaga, duduk sendiri di dapur usai mengisi penuh botol air miliknya.
Entah yang ke berapa kali Hyuri mendesah sembari menatap kotak coklat pemberian
Daehyun yang ia letakan di atas meja dapur.
Myungsoo
tiba di dapur. Ia tersenyum menemukan Hyuri masih duduk di sana seperti
beberapa malam sebelumnya. Myungsoo mengambil gelas dan menuangkan minuman
favoritnya lalu memberikannya pada Hyuri. Myungsoo duduk di hadapan Hyuri.
Hyuri
yang lebih banyak melamun tampaknya tak bernafsu pada minuman pemberian
Myungsoo. Biasanya ia akan segera meraih gelas yang disajikan Myungsoo di
depannya dan meneguk habis isinya. Namun kali ini Hyuri tetap diam dan
tampaknya ia sedang melamun.
Myungsoo
mengamati Hyuri lalu menatap kotak di atas meja tepat di depan Hyuri. “Apa
itu?” tanya Myungsoo.
“Nee...?”
Hyuri yang terkejut akhirnya tersadar dari lamunannya. Kemudian ia mengikuti
arah pandangan Myungsoo. “Oh, ini coklat.”
“Coklat...??”
“Nee.
Kau tak pernah makan coklat?”
Myungsoo
diam tak menjawab namun masih menatap kotak coklat itu.
Hyuri
tersenyum. “Ini untukmu,” Hyuri mendorong kotak coklat di depannya pada
Myungsoo. “Ambil saja. Aku tak suka coklat,” Hyuri meraih gelas pemberian
Myungsoo dan meneguk habis isinya. “Terima kasih. Aku pergi dulu,” Hyuri
bangkit dari duduknya dan meninggalkan dapur.
Suasana
kembali hening di dapur. Myungsoo masih menatap kotak coklat pemberian Hyuri.
Setelah diam dan hanya menatapnya selama beberapa detik, tangan kanan Myungsoo
mulai bergerak. Ia menyentuh kotak coklat itu dan memeriksanya. Setalah itu
Myungsoo tersenyum lebar.
Hyuri
yang diam-diam mengintip terkejut melihat Myungsoo tersenyum. Lebih tepatnya
Hyuri terpesona melihat senyum Myungsoo karena sejak pertama ia bertemu dengan
Myungsoo baru kali ini Hyuri melihat senyum terkembang di wajah dingin dan kaku
Myungsoo. Hyuri tersenyum lega dan benar-benar meninggalkan dapur berjalan
kembali menuju kamarnya.
***
Pagi-pagi
kelas 1-F telah diributkan dengan adanya setangkai mawar merah yang mekar
keseluruhan tergeletak di atas meja Hyuri. Trio Maehwa yang baru masuk kelas
segera jadi perhatian .
“Woa!!
Hyuri! Ada mawar di mejamu. Setangkai mawar merah sempurna, kali ini apa lagi?”
Suri menatap Sungrin yang pagi ini sengaja menunggu trio Maehwa di pintu masuk
koridor.
“I
love you, I still love you,” jawab Sungrin.
“Itu
Jung Daehyun lagi ya?” tanya Suri menatap penasaran pada Hyuri yang sedang
membaca isi dari kartu kecil yang menyertai setangkai mawar merah itu. “Benar-benar
say it with flower, romantis sekali.”
“Itu
kuno! Dan aku tak begitu suka bunga, apalagi mawar!” Hyuri membanting kesal
mawar merah di tangannya ke atas meja.
“Hey!
Kau kesal pada orangnya, bukan bunganya. Mawar itu tak salah kenapa kau
membantingnya seperti itu?” protes Sungrin.
“Kau
boleh mengambilnya,” Hyuri dengan malas.
“Beda
antara benci dan cinta itu memang tipis sekali ya. Bahkan transparan
menurutku,” sahut Jonghwan.
“Kalau
begini siapa yang cinta siapa yang benci ?” kata Seungho sembari menatap Magi
lalu Suri. Dua gadis itu kompak mengangkat kedua bahu.
Keempat
teman Hyuri—Magi, Suri, Jonghwan, Seungho bersama Sungrin saling melempar
senyum. Keenamnya langsung diam dan suasana berubah kaku ketika tiba-tiba Hami
mendekat. Hami berhenti di dekat Magi.
“Aku
minta maaf soal janjiku pada kalian. Aku tak bisa benar-benar meloloskan kalian
begitu saja. Kuasaku hanya mampu memberi jalan untuk kalian ikut audisi,” Hami
meminta maaf. Ia terlihat benar menyesal.
“Kami
paham posisi Yang Mulia. Kami berterima kasih telah menepati janji dan
mempermudah jalan kami,” Hyuri memaksa tersenyum.
“Maaf
jika ini terkesan meremehkan, tapi kalian benar-benar membuatku penasaran.
Walau aku pernah melihat penampilan Magi yang cukup menarik, tapi tetap saja
aku penasaran. Maaf sekali lagi, apa ini bukan tindakan bunuh diri? Melamar
menjadi pengisi acara Hwaseong Festival pastilah kalian sudah tahu tentang apa
itu Hwaseong Festival yang sesungguhnya.”
Hyuri
menyincingkan senyum. “Maaf jika ini semua membuat Yang Mulia penasaran. Pasti
sangat tersiksa sekali karena hal itu. Yang Mulia mempertanyakan keahlian kami?
Kami tak punya, tapi Magi, dia punya.” Hyuri sedikit berbisik namun penuh
keyakinan hingga kalimat ‘tapi Magi punya’ begitu kuat menekan Hami. “Walau kami
dari kalangan rendah, tapi kami tak sebodoh itu. Memilih bunuh diri dengan
mendaftar sebagai pengisi acara Hwaseong Festival. Jika Yang Mulia ingin tahu
jawabannya, datanglah ke Club Golden Rod di Senin atau Kamis malam.” Hyuri
kembali menyincingkan senyum.
‘C
lub Golden Rod...?’ batin Hami.
Murid
kelas 1-F bergegas menuju bangku masing-masing ketika salah satu murid
meneriakan jika guru datang.
***
Jam
istirahat tiba. Lagi-lagi Daehyun meminta bergabung di meja Hyuri. Jonghwan dan
Suri hanya bisa mengangguk. Mengiyakan permintaan Daehyun. Hyuri yang kesal
sama sekali tak mengangkat kepala. Ia mempercepat melahap menu makan siangnya
agar bisa segera pergi dari meja itu.
Di
meja lain, empat member Elroy Yoseob, Ilhoon, Woohyun dan Changjo memperhatikan
meja Hyuri dimana Daehyun duduk bergabung. Keempat teman dekat Daehyun ini
benar-benar dibuat heran dan bingung atas perubahan sikap Daehyun. Ketika
mereka menegur Daehyun atas perubahan sikapnya itu, Daehyun selalu menjawab ‘entahlah, hatiku yang ingin melakukan itu
dan aku tak bisa menolaknya’. Mendengar jawaban Daehyun lengkap dengan wajah
tanpa dosanya, empat rekan Daehyun ini hanya bisa menghela napas dan membiarkan
Daehyun melakukan apa yang ia inginkan walau sebenarnya mereka benar keberatan.
Shin
Ae yang duduk makan siang bersama L.Joe terus memantau meja Hyuri. Sama seperti
teman-teman Daehyun, Shin Ae juga dibuat penasaran dengan perubahan drastis
sikap Daehyun pada trio Maehwa, terutama pada Hyuri. L.Joe yang duduk
berhadapan dengan Shin Ae hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum kecil
melihat tingkah Shin Ae.
***
“Hah...
kenapa kalian jadi begini tenar...?” keluh Geunsuk masih fokus menatap monitor
komputer di depannya.
“Siapa
yang tenar?” tanya Seungho yang juga fokus pada monitor komputer di depannya.
Jam istirahat itu Seungho memilih menemani Geunsuk di free computering area.
“Siapa
lagi kalau bukan teman-temanmu itu. Trio Maehwa.”
“Hyung
pengunjung aktif Hwaseong Academy Community? Aku dengar dari Jonghwan di sana
sedang ramai membicarakan Daehyun Sunbaenim dan Hyuri. Tampaknya bahasan
tentang L.Joe Sunbaenim dan Magi tak menarik lagi,” Seungho meringis tanpa
mengalihkan padangannya dari menatap monitor komputer.
“Hanya
memantau saja. Sesekali itu perlu. Tapi bukan hanya itu yang kini ramai
dibicarakan. Coba lihat berita yang baru diposting ini. ‘Trio Maehwa aka
Sanderson Sisters From Maehwa berhasil menggaet dua putra Walikota untuk
bergabung dalam koloni mereka. Setelah mengintimidasi Yang Mulia Tuan Putri
Song Hami, penyihir paling buruk rupa Rosmary Magi tampaknya berhasil memantrai
L.Joe aka Lee Byunghun hingga pemuda itu tiba-tiba muncul menjadi Black Knight
bagi Magi ketika bullying massal terjadi. Rupa-rupanya trio Maehwa ini
benar-benar mengincar para pemuda kaya raya. Mungkin untuk memperbaiki taraf
hidup ekonomi mereka yang benar-benar buruk. Belum redam tentang semua itu,
kini leader dari Maehwa’s Sisters Song Hyuri tak mau kalah beraksi. Kalian tahu
kan perubahan sikap Elroy Jung Daehyun yang belakangan ini ramai dibicarakan.
Aku yakin itu karena Song Hyuri memantrainya. Bukan hanya itu, Han Suri juga
tampak nyaman kemana-mana dengan Jo Jonghwan. Putra Walikota Salvia. Dan putra
Walikota Poinsettia Yoo Seungho juga tampak nyaman bersama trio penyihir itu.
Apa kalian masih meragukan jika trio Maehwa itu bukan penyihir?’ Aigo! Benar-benar tak berbakat menjadi penulis
berita.” Geunsuk geleng-geleng usai membaca bagian kecil dari postingan dalam
Hwaseong Academy Community itu.
“Artikel
macam apa itu? Sangat tak berkelas,” komentar Seungho usai menyimak apa yang
dibaca Geunsuk.
“Dari
bahasa tulisan ini bisa ditebak ini adalah Hwang Kwanghee. Sepertinya dia masih
enggan mundur.”
“Hwang
Kwanghee Sunbaenim...? Hagh! Dia itu bodoh atau apa? Sampai mengirim postingan
tak berkelas seperti itu?” Seungho menahan tawa.
“Pamornya
sedikit turun ketika trio Maehwa itu datang, pantas jika ia geram. Tindakan
yang benar-benar kekanak-kanakan.”
“Wajarlah.
Permaianan anak-anak manja. Aku akan meminta Hyuri dan yang lain tetap tegar
menghadapi keusilan Hwang Kwanghee Sunbaenim. Tapi mereka tak pernah aktif di
komunitas dunia maya itu. Aku rasa ini tak akan jadi masalah bagi mereka.”
“Lalu
bagaimana tentang gadis pelompat gerbang itu?”
“Hyung
masih ingat tentang itu?”
“Kau
lupa jika aku juga penasaran?”
“Hehehe.
Iya aku ingat tentang itu. Hyung, aku rasa aku sudah tahu siapa dia.” Seungho
sedikir berbisik dan mendekat pada Geunsuk.
“Oya...?”
Geunsuk kini benar-benar mengalihkan pandangannya dari menatap monitor
komputer. Geunsuk beralih menatap Seungho yang duduk di sebelah kirinya. “Siapa
dia?”
“Jung
Shin Ae Sunbaenim. Teman dekat L.Joe Sunbaenim.”
“Jung
Shin Ae...?” pekik Geunsuk.
“Nee.
Kenapa Hyung begitu terkejut?” gantian Seungho yang dibuat bingung.
“Anee.
Apa kau yakin itu dia?”
“Nee.
Aku sudah menemukan buktinya makanya akau yakin.”
‘Anak
itu. Tidak hanya di komunitas Reed ia membuatku kesal. Di sini ia pun ingin
menjadi sainganku sebagai pelompat gerbang terbaik?’ gumam Geunsuk dalam hati.
“Hah...
aku rasa aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada gadis pelompat
gerbang itu... Jung Shin Ae Sunbaenim...” Seungho tersenyum dengan tatapan
kosong menerawang jauh entah kemana.
Geunsuk
terkejut mendengarnya. Ia diam menatap Seungho yang menunjukan ekspresi khas
orang sedang jatuh cinta. Geunsuk mengerutkan dahi memperhatikan Seungho.
***
“Club
Golden Rod...?” tanya Hyerin.
“Nee,
Onni. Di sana dikatakan kita akan menemukan jawaban. Tapi hanya di Senin dan
Kamis malam.” Hami meyakinkan.
“Club
Golden Rod termasuk dalam jajaran tempat hiburan terbaik di Wisteria Land dan
di Ambrosia, banyak yang mengatakan club itu yang terbaik.” Sela Sunggyu.
“Lalu
apakah ini sama artinya mereka bekerja di sana? Menjadi penghibur di sana? Atau
yang lain...?” Hyerin seolah bicara pada dirinya sendiri.
“Daripada
penasaran, bagaimana kalau kita langsung ke sana saja?” usul Jonghun.
“Oppa!
Apa ini tak keterlaluan...? Mengejar trio itu sampai seperti ini?” protes
Hyerin.
“Tanpa
sengaja beberapa kali aku mendengar L.Joe juga menyebut club itu saat ia
ngobrol bersama Sandeul.”
“Waktu
itu L.Joe tiba-tiba muncul melindungi Magi. Apa sebelumnya L.Joe sudah mengenal Magi di luar sana?” Sunggyu
menduga-duga.
“Dan
benar rumor itu? Mereka punya hubungan khusus?” sambung Hyerin. “Ah, tersambung
dan masuk akal.”
“Kau
berubah tertarik?” Jonghun tersenyum menatap Hyerin.
“Kita
kesana.” Kata Hami tiba-tiba membuat Sunggyu, Hyerin dan Jonghun kompak
menatapnya.
***
Magi
dan Sungrin berjalan bersama menuju kantin usai sebelumnya mereka pergi ke
perpustakaan. Di tengah perjalanan menuju kantin itu mereka bertemu Flower
Season Boys. Kwanghee dan ketiga rekannya kembali menghadang Magi.
“Pria-pria
pesolek ini kembali mengganggu,” celetuk Magi sembari menggeleng-gelengkan
kepalanya.
“Mwo...?!
Ya! Dimana sopan santunmu sebagai hubae...?!” protes Kwanghee.
“Sunbaenim-sunbaenim
pesolek ini kembali mengganggu,” Magi mengulangi celetukannya masih sembari
menggeleng-gelengkan kepalanya. Hanya saja ia mengganti kata ‘pria-pria’
menjadi ‘sunbaenim-sunbaenim’.
Sungrin
yang berdiri di samping kiri Magi menundukan kepala menahan tawa melihat
tingkah Magi. Sedang Kwanghee dan ketiga rekannya melotot pada Magi. Geram pada
tingkah gadis itu.
“Kau!”
Kwanghee tak bisa menahan emosinya lagi.
“Aku
ini aset yang dilindungi Yang Mulia Tuan Putri, apa Sunbaenim lupa akan hal
itu?” Magi tetap tenang.
Kwanghee
mendengus kesal. “Benarkah kau mendaftar untuk jadi pengisi acara Hwaseong
Festival?”
“Em.”
Magi menganggukan kepala.
“Kau
ini tahu diri tidak sih pada permintaanmu itu?!”
“Em.”
Kali ini Magi menganggukan kepala sebanyak dua kali.
“Kau
pikir Hwaseong Festival sama seperti panggung jalanan dimana kau biasa
mendongeng...?”
“Em.”
Magi menganggukan kepala sebanyak tiga kali. “Apa...?” Magi seolah baru
menyadari sesuatu. “Panggung jalanan dimana kau biasa mendongeng...? Aigo,
apakah dugaanku benar? Sunbaenim pesolek ini ternyata salah satu penggemarku di
jalan Elder Flower?” Magi menatap genit pada Kwanghee. “Aigo,. Tak perlu malu
mengakuinya,” goda Magi.
“Anak
ini benar-benar!” Kwanghee melangkah dengan kesal meninggalkajn Magi dan
Sungrin diikuti ketiga rekannya.
“Mereka
seperti satu induk ayam dan tiga anaknya,” Magi kembali menggeleng.
“Jadi
kau akan benar-benar ikut audisi?” tanya Sungrin.
“Sebenarnya
tak begitu berminat, tapi Hyuri sudah terlanjur memasang taruhan. aku harus
bertanggung jawab.”
“Taruhan...?”
“Nee.
Hyuri ingin aku ikut andil dalam festival itu.”
“Aku
mendukungnya. Ini saatnya kau menunjukan kemampuanmu yang sebenarnya. Buat mata
mereka yang menghinamu agar terbelalak lebar.” Sungrin antusias mendukung.
“Lupakan
itu sejenak. Aku lapar,” Magi mengelus perutnya.
Sungrin
tersenyum lalu merangkul Magi kembali berjalan menuju kantin.
***
Sungjeong
terus mengomel di depan Magi yang duduk tenang membaca buku di perpustakaan
kastil Asphodel. Sambil mondar-mandir berjalan ke kanan lalu kembali lagi ke
kiri secara berulang-ulang, Sungjeong terus mengoceh.
Magi
menutup buku di tangannya. “Ya! Aku sedang membaca!” protes Magi.
“Aku
tahu, tapi Nona juga harus memikirkan kebijakan Nona pada Song Hyuri dan Han
Suri. Baro terlihat semakin akrab dengan Suri. Setiap malam Myungsoo dan Hyuri
berduaan di dapur, berbagi air minum bahkan Hyuri memberi Myungsoo coklat. Baro
dan Suri pergi bersama-sama ke hutan. Sampai kapan Nona membiarkan ini semua?
Apa Nona sudah menanyakan pada mereka? Menanyakan usaha mereka mencari tempat
tinggal di luar sana. Atau jangan-jangan mereka benar telah keenakan tinggal di
sini dan enggan beranjak? Tidur, minum dan makan gratis. Belum fasilitas
lainnya. Jika Nona tak kun jung menekan mereka, maka Nichkhun Hyung akan turun
tangan.”
“Coba
saja kalau berani. Kalau Hyuri dan Suri keluar, aku pun akan ikut keluar. Aku
akan ikut mereka pergi dari kastil ini.”
“Magi!”
bentak Nichkhun yang baru sampai di perpustakaan. “Kau sadar akan ucapanmu...?”
Nichkhun sudah berdiri di depan Magi.
“Aku
sadar Oppa. Mungkin Oppa yang lupa. Apa
bedanya aku dengan Hyuri dan Suri?”
“Nona...”
sela Sungjeong keberatan mendengar ungkapan Magi.
Nichkhun
benar-benar geram pada sikap Magi.
“Tolong
jangan hanya menilai ini semua akan berakhir buruk.” Pinta Magi memelas.
“Kami
tak akan begini menarik garis keras jika tak ada peninggalan berupa tulisan
usang itu. Aku harap kau tak melupakan itu semua.” Nichkhun menahan geramnya.
“Aku
ingat semua Oppa. Tapi jika sudah waktunya apa kita bisa menolak? Sebelum itu
semua datang dan terjadi, bagaimana kalau kita nikmati saja? Apakah kalian tak
merasa ikut bahagia melihat bagaimana Baro dan Myungsoo kini? Senyum mereka apa
tak berarti bagi kalian? Apa kalian juga tak ingin merasakan kehidupan yang
sebenarnya ini?”
“Nona...”
Sungjoeng berharap Magi tak melanjutkan.
“Jika
aku, juga Hyuri dan Suri memiliki nasib lebih baik, pasti kami tak akan
merepotkan kalian seperti ini.”
“Nona...”
hati Sungjeong merasa teriris mendengar kata-kata Magi.
“Oppa
sangat murah hati, sama seperti mendiang kakek.”
“Apa
bermurah hati memiliki arti sama dengan melanggar peraturan?” Nichkhun tak bisa
diam lagi melihat dan mendengar Magi. “Kau sudah bertindak terlalu jauh. Aku
memohon padamu, hentikan ini semua.”
Magi
terdiam. Melihat ekspresi memelas Nichkhun membuat Magi merasa bersalah. Magi
telah melanggar peraturan dengan membawa orang asing masuk ke dalam kastil
Asphodel.
“Rasa
penasaran manusia itu lebih mengerikan dari apa pun,” Sungjeong kembali bicara.
“Kita sudah melewati batas itu yang bisa kita lakukan kini hanyalah
menghentikannya. Mohon Nona menimbang kembali perihal kebijakan itu.”
“Aku
sudah memikirkan semua. Bagaimana jika apa yang kita sebut sebagai usaha untuk
menghentikannya itu juga tak berjalan sesuai rencana? Hanya nasib yang kita
memiliki kuasa untuk merubahnya, sedang takdir... kita tidak bisa menolaknya.
Apa pun itu...” Magi kembali membuka buku di tangannya.
Suasana
berubah hening di dalam perpustakaan.
***
“Ada
apa dengan adik kecil kita ini? Dari datang tadi diam dan cemberut,” Minchi
berdiri di belakang Magi yang duduk di kursi rias menghadap cermin.
“Perhatikan,” Minchi menatap bayangan Magi di cermin, “kau jadi jelak kalau
cemberut begitu.”
“Ada
masalah?” tanya Yeonmi.
Magi
menggeleng.
“Apa
karena kami tak bisa menemanimu saat karnaval bunga nanti?” tanya Sori.
“Bukankah
dari awal kau tahu bagaimana kami?” sambung Songeun.
“Hey!
Bukankah kau punya dua gadis itu? Song Hyuri dan Han Suri. Ditambah kau jadi
ada tiga gadis. Untuk mewujudkan konsepmu hanya kurang satu gadis lagi. Masa
iya kau tak punya teman lagi?” ulas Minchi.
“Itu
benar! Kenapa kau tak minta bantuan mereka saja? Bukankah kau mengatakan mereka
juga menumpang dtinggal bersamamu, masa iya mereka tak mau membantu.” Sori
mendukung Minchi.
Magi
tetap lesu dan diam. Songeun, Yeonmi, Sori dan Minchi saling melempar
pandangan.
“Masalah
lain apa itu?” Yeonmi memecah kebisuan. “Bukankah kita ini keluarga, kenapa kau
memilih bungkam?”
“Apa
menjadi sangat khawatir pada perjalanan akhir pekanmu?” Sori mencoba menebak.
“Random
hingga aku tak tahu harus mulai dari mana,” Magi akhirnya angkat bicara.
Yeonmi
tersenyum dan bangkit dari duduknya. Minchi minggir ketika Yeonmi menghampiri
Magi. Yeonmi meletakan kedua tangannya di pundak kanan dan kiri Magi sambil
menatap bayangan Magi di dalam cermin.
“Jalani
satu-satu. Kemampuan manusia itu ada batasnya. Jika benar-benar tak sanggup,
letakan saja dan berpasrahlah. Biarkan kekuatan alam yang membantumu. Jika alam
tak menghendakinya terjadi maka tak akan terjadi, tapi sekali ia berkehendak
kau tak akan bisa mengelak. Hidup ini tak hanya untuk memikirkannya, tapi juga
menjalaninya. Setidaknya kau telah berusaha, selanjutnya kau hanya bisa
pasrah.” Yeonmi menepuk pelan pundak Magi.
“Menjalaninya
sambil berpikir dan kau akan menemukan jawaban dari ke-random-an itu.
Begitukah?” sahut Sori.
“Nikmati
peristiwa detik demi detik dan ambil hikmahnya,” sambung Songeun.
“Apa
pun itu yang diberikan kepada kita adalah pasti sesuatu yang sesuai dengan
kemampuan kita. Pas, tak kurang tak lebih. Yakinlah akan hal itu. Niat hati
yang tulus pasti akan menemukan jalan yang benar ingin kau tuju walau kadang
jalan itu tak lurus dan mulus. Yakin, percaya dan berusahalah.” Minchi turut
menyemangati.
Magi
mengembangkan senyum di wajah lesunya. “Kamsahamnida,” bisiknya lirih.
Keempat
member Snapdragon bersama-sama memeluk Magi.
***
“Omo!
Jonghwan...? Seungho...? Kalian kemari...?” sapa Suri yang tak sengaja
menemukan Jonghwan dan Seungho usai ia mengantar pesanan.
“Suri...?”
Jonghwan menatap Suri dai atas ke bawah.
“Aigo.
Ck! Aku bekerja di sini sebagai pelayan. Hanya setiap Senin dan Kamis malam.”
Suri menjawab tatapan Jonghwan yang menelisiknya. “Kalian, kenapa kemari?”
“Penasaran
pada apa yang dikatakan Hyuri. Dia bilang di sini jawabannya kan?” jawab
Seungho. “Lalu dimana Hyuri?”
“Hyuri...”
Suri melayangkan pandangannya, “ah! Itu dia! Hyuri!” Suri melambaikan tangan
pada Hyuri.
Hyuri
segera mendekat. “Kalian...?” ia pun heran melihat Jonghwan dan Seungho ada
bersama Suri.
“Mereka
penasaran pada jawaban yang kaau janjikan pada Yang Mulia Tuan Putri,” Suri
berbisik.
“Kami
taruhan juga,” kata Seungho.
“Taruhan?”
tanya Suri.
“Iya.
Apakah Tuan Putri akan benar datang malam ini. Kami penasaran.”
“Tuan
Putri...?” sahut Jaesuk.
“Oh,
Jaesuk Ajushi,” Suri memberi salam diikuti Hyuri.
“Apa
maksudnya Tuan Putri?” tanya Jaesuk penasaran.
“Animnida.
Hehehe. Teman kami ini,” Suri memegang tangan kanan Seungho dan sedikit
meremasnya,” sangat menyukai Tuan Putri Wisteria Land dan ia bermimpi malam ini
bisa bertemu Tuan Putri di sini. Hehehe.”
Jaesuk
tersenyum kecil. “Ada banyak mata dua, sebaiknya kalian hati-hati dalam
berbicara,” kata Jaesuk sebelum pergi.
“Mata
dua...?” Seungho tak paham.
“Mata-mata,”
jawab Hyuri.
“Itu
kan... L.Joe Sunbaenim?” Jonghwan menuding ke arah L.Joe yang baru memasuki
club dan disambut hangat oleh Jaesuk.
“Dia
pengunjung setia club ini. Selalu datang di Senin dan Kamis malam,” terang
Suri.
“Pasti
ada hubungannya dengan Magi. Aku benar kan?” Jonghwan kembali menatap Suri.
“Sebaiknya
kalian duduk,,” sahut Hyuri. “Ikuti aku.”
Seungho
dan Jonghwan pun menurut. Suri menghela napas dan kembali bekerja.
***
Pengunjung
semakin ramai berdatangan. Club yang tadinya longgar mulai terasa padat.
Seungho dan Jonghwan duduk menikmati pesanan sambil terus bertanya-tanya apakah
jawaban yang dijanjikan Hyuri. Sedang Hyuri dan Suri kembali bekerja.
“Ya!
Ya! Itu mereka!” tuding Seungho pada rombongan Hami yang baru memasuki Club
Golden Rod.
Jonghwan
mengikuti arah pandangan Seungho. “Mereka benar-benar datang.” Gumam Jonghwan
lirih.
Hyuri
yang sudah menunggu menyincingkan senyum dan menghampiri rombongan Hami. Suri
bergegas menyusul Hyuri setelah tahu Hyuri berjalan menuju rombongan Hami.
“Selamat
datang di Club Golden Rod,” Hyuri menyapa ramah Hami dan teman-temannya—Hyerin,
Sunggyu dam Jonghun.
Hyerin
memicingkan mata mengamati Hyuri dari atas ke bawah. “Apa-apaan ini...? Kau meminta
kami datang hanya untuk melihatmu dengan seragam pelayan ini?” serang Hyerin
tanpa basa-basi.
Suri
melebarkan mata mendengar serangan pedas dari seniornya itu. Sedang Hyuri tetap
terlihat tenang.
“Aku
sudah menyiapakan meja untuk kalian. Mari ikut kami,” Hyuri benar-benar sopan
menyambut Hami dan teman-temannya.
“Dia
itu punya pribadi ganda ya? Di sini bisa begitu sopan...?” Hyerin
terheran-heran.
Jonghun
tersenyum dan merangkul Hyerin. Membawa gadis itu menyusul langkah Sunggyu dan
Hami yang sudah lebih dulu mengikuti Hyuri dan Suri.
“Apa
Anda sekalian ingin memesan sesuatu?” tanya Suri tak kalah ramah dari Hyuri
setelah rombongan Hami duduk.
“Tujuan
orang datang ke club Golden Rod adalah untuk bersenang-senang, bukan
marah-marah,” Hyuri menyindir Hyerin. “Pesanlah sesuatu sembari menunggu
jawaban yang Anda sekalian cari.”
Hyerin
meremas tas di pangkuannya. Geram mendapat sindirian dari Hyuri.
“Berikan
kami makanan dan minuman yang paling terkenal di tempat ini,” Jonghun segera
memesan sebelum Hyerin kembali marah.
“Baiklah.
Mohon tunggu sebentar,” Suri pamit usai mencatat pesanan Jonghun.
“Aku
harap kau tak sedang mempermainkan kami, Song Hyuri,” Hami memperingatkan
Hyuri.
“Aku
bukan tipe orang yang gemar mempermainkan orang lain. Duduk dan tunggu saja
baru berkomentarlah,” Hyuri menyincingkan senyum lalu pamit pergi.
“Mereka
itu benar-benar turunan iblis!” umpat Hyerin kesal. “Berani-beraninya mereka
bersikap seperti itu pada...”
“Ssh!”
Jonghun meletakan jari telunjuk tangan kanannya di bibir Hyerin agar gadis itu
diam.
Hyerin
sadar jika ia sedang berada di tempat umum yang jauh dari istana bersama Putri
Wisteria Land. Hyerin hanya bisa mendengus kesal .
***
Jaesuk
kembali bertindak sebagai MC untuk membuka acara di club miliknya. Ia mendapati
club Golden Rod sangat ramai malam ini. Berbeda dari Senin malam kemarin.
Jaesuk tak lupa berterima kasih kepada para pengunjung yang memadati clubnya
malam ini.
Beberapa
penampilan pembuka di sajikan uasi Jaesuk memberikan sambutan singkatnya. Ia kembali
naik ke atas panggung dan berbicara sedikit panjang sebelum menyambut
penampilan berikutnya.
“Malam
ini aku kembali diberi kejutan oleh anak-anakku. Mereka muda-mudi yang sangat,
sangat aku sayang karena membuat club ini semakin ramai dari hari ke hari.”
Pengunjung merespon ocehan Jaesuk dengan tawa. “Baiklah. Tak perlu menunggu
lama. Terimalah persembahan dari kami Snapdragon dan Clovis!” seru Jaesuk.
Pengunjung
bertepuk tangan riuh. Hami, Sunggyu, Hyerin dan Jonghun semakin dibuat
penasaran oleh antusiasme pengunjung itu. Tirai panggung mulai terbuka. Tampak
sembilan orang telah siap di posisi masing-masing di atas panggung. Tak hanya
Hami dan teman-temannya yang menatap penasaran pada panggung. Jonghwan dan
Seungho pun sama.
“It’s
show time!” bisik Hyuri sembari menyincingkan senyum. Suri yang berdiri di
samping kanannya turut tersenyum mendengar bisikan Hyuri.
Lampu
panggung menyala. Lima gadis dan empat pemuda sukses membuat mata Hami,
Sunggyu, Hyerin, Jonghun, Jonghwan dan Seungho terbelalak. Selain melihat
Yonghwa, Seunghyun, Dongwoo dan Hyoseok mereka juga melihat Magi di atas
panggung. Duduk di balik meja yang menyajikan sebuah kecapi di depannya.
Minchi
mulai menggesek biolanya diikuti permainan keyboard Songeun, di susul drum
Hyoseok dan gendang yang ditabuh Sori. Bass Dongwoo tak lupa turut mengisi di
tambah gitar akustik Yeonmi dan gitar elektrik Yonghwa dan Seunghyun. Petikan
kecapi Magi pun turut membaur membentuk melodi indah. Malam ini Snapdragon
berkolaborasi bersama Clovis membawakan Toss The Feathers-The Corrs dengan
mengaransemen ulang musik khas Irlandia itu menjadi perpaduan musik rock,
klasik dan tradisional. Kolaborasi Snapdragon dan Clovis kembali memukau
pengunjung.
Hyuri
menyincingkan senyum penuh kemenangan melihat bagaiman ekspresi Hami dan
teman-temannya menatap panggung. Jonghwan dan Seungho tersenyum menatap
panggung. Mereka terpukau oleh wajah ayu Magi juga penampilannya bersama band
malam ini.
Suri
merangkul Hyuri. “Aku rasa kita menang kali ini,” bisik Suri penuh rasa bangga.
Hyuri
tersenyum dan menganggukan kepala.
***
-------TBC--------
Keep on Fighting
shytUrtle
0 comments