The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)
04:52
The
Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love,
Music and Dreams’
다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum
iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author:
shytUrtle
. Rate:
Serial/Straight
.
Cast
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
Cinta,
musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat
dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik
memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik
menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang
dan hidup…
EPISODE #11
Jaejoong
merangkul Taerin, namun ia diam sepanjang perjalanan menuju kediaman mereka.
Taerin melihat mobil Hanbyul terparkir dan juga Jaejoong di tempat yang sama.
Taerin paham apa yang penyebab kemurungan Jaejoong.
“Oppa
datang di saat tak tepat?” Taerin memulai obrolan.
“Hanbyul
yang baru sampai, dia yang datang di saat tak tepat. Dia sering kemari?”
“Eum,
entahlah. Lalu kenapa Oppa yang mengalah dan pergi?”
“Aku
akan lebih lama di sini, tapi Hanbyul tidak. Jika tak sering-sering kemari
untuk bertemu Ai, aku rasa Hanbyul akan sangat menyesal.”
“Ha?
Kenapa begitu?”
“Kemungkinan
Hanbyul akan kembali ke Amerika. Hanbyul lolos seleksi masuk tim basket remaja
di Amerika. Ini impiannya sejak lama, tapi Hanbyul merasa terombang-ambing
kini. Ia merasa bingung, haruskah pergi mengejar mimpinya atau tetap tinggal
bersama Ai di sini.”
Senyum
menyincing terkembang di bibir Taerin, “Hanbyul pikir ini drama televisi? Maaf,
menurutku ini sangat konyol. Apalagi jika ia memilih tetap tinggal. Dimana
logikanya sebagai lelaki?”
Jaejoong
menghentikan langkah mendengar komentar Taerin. Ia menghadap lurus pada Taerin.
“Konyol? Mungkin. Tapi cinta tak mengenal kata konyol itu sendiri.”
“Seperti
yang Oppa lakukan? Ok, ok. Lalu, kemana Noh Yiyoung yang sempat Oppa elu-elukan
sebagai bidadari kala itu? Ini semua, membuang waktu saja!”
“Lalu
bagaimana denganmu? Bagaimana dengan kecintaanmu pada kesendirian dan buku-buku
itu? Bagi orang lain yang tak sejalan denganmu, itu juga membuang waktu saja.”
Taerin
menggembungkan kedua pipinya. Ia kalah. Tak tahu harus menjawab apa atas
pernyataan Jaejoong.
***
Hanbyul
melepas genggaman tangannya pada tangan Ai. Ia tersenyum dan berdiri tepat di
hadapan Ai. Hanbyul kemudian mundur tiga langkah dari tempat ia berdiri kini.
Ai diam menatapnya, namun dalam pikirannya ia terus menerka-nerka maksud
Hanbyul membawanya kemari.
“Flashback?”
Celetuk Ai kemudian.
Hanbyul
tersenyum dan mengangguk. “Seingatku, di sini pertama kali aku menginjakan
kakiku di Jeonggu Dong. Aku berdiri di sini, bingung tak tahu harus mulai dari
mana untuk mencari rumah Myeongran Nuna. Ada rasa takut, meningat bagaimana
citra Jeonggu Dong di luar sana. Tiba-tiba seorang gadis muncul, dari arah
tempat kau berdiri kini. Gadis itu muncul dengan beberapa pria di belakangnya.
Gadis yang tak lain adalah member YOWL yang cukup membuat gempar Hwaseong
Academy kala itu. Kau tahu apa yang aku rasakan ketika kau tiba-tiba muncul
kala itu? Takut. Selama ini aku hanya berdiri di belakang Myungsoo, dan malam
itu, aku sendirian di sini. Kau muncul dengan beberapa anak buahmu. Aku
berpikir, kau pasti akan mengambil kesempatan ini untuk membalas apa yang di
lakukan Viceroy, pada YOWL. Aku pasrah.” Hanbyul menghembuskan napas panjang.
”Tapi, semua yang berkecamuk di otakku malam itu, salah. Seorang Fujiwara
Ayumu, membantuku. Sepanjang perjalanan, aku terus bertanya dalam hati, apa
yang ada di benaknya? Kenapa ia membantuku? Belum terjawab tentang itu, muncul
pertanyaan baru, kenapa orang-orang memanggil gadis ini ‘Nona’ dan tampak
begitu menghormatinya?”
Ai
tersenyum mendengarnya. “Dalam perjalanan pulang, semua pertanyaan it uterus
berputar-putar di otakku, tanpa aku sadari kau menghentikan langkahmu dan aku
hampir menabrakmu dari belakang. Lalu kau mundur selangkah dan berdiri tepat di
samping kananku dan mengatakan, “Kau bukan bodyguard, jadi jangan berjalan
dibelakang ku,”. Aku dibuat tak paham, dan kau mengatakan dengan nada ketus
itu, “Berjalan beriringan, paham tidak?” Dan kita mulai berjalan, beriringan. Lalu kau
kembali bertanya, apa aku takut padamu.” Hanbyul tersenyum mengenangnya.
“Setelah itu, begitu banyak kebetulan menghampiri kita.”
“Kau
membuat kehebohan karena tiba-tiba menggendongku ke klinik.”
“Kau
membuatku panik. Pucat, kesakitan dan… saat sampai di klinik, bukannya
berterima kasih, kau malah mengatakan, “Kau
bisa mati Jang Hanbyul,”. CK! Aku bukan pria lemah!”
“Kau
masih mengingatnya. Kala itu, apa Myungsoo sangat marah padamu? Viceroy dan
YOWL bagai Tom and Jerry kala itu.”
“Tidak.
Myungsoo itu, tak banyak bicara. Aku heran bagaimana kau bisa menarik
perhatiannya.”
“Lalu
bagaimana aku menarik perhatianmu? Aku pun heran dan sempat berpikir ada yang
salah dalam dirimu karena kau bisa tertarik padaku.”
“Apa??”
Hanbyul tertawa geli kemudian. “Sejak kau menolongku di Jeonggu Dong, aku terus
memikirkan tentangmu. Banyak hal yang membuatku penasaran darimu. Pernah
sekali, aku melihatmu dengan Jang Wooyoung di belakangmu. Ekspresimu kala itu,
sungguh lucu.” Hanbyul kembali tersenyum mengenangnya. “Semua kebetulan itu,
yang paling mengejutkan, Song Hyuri. Tanpanya mungkin, aku tak akan bisa sampai
pada titik ini. Nomer ponselmu, Hyuri yang memberikannya padaku.” Hanbyul maju
lebih dekat pada Ai. “Semua yang terlewati, sangat manis. Kebetulan di café, di
ruang ganti, tertinggalnya posnelmu, dan Namsan.”
“Aku
hampir pingsan di ruang sempit penyimpanan alat-alat kebersihan itu.”
“Oh,
itu? Iya, bagaimana aku bisa menyeretmu masuk ke sana?” Hanbyul menatap Ai.
Seperti memutar ulang sebuah video, ingatan itu kembali muncul di benak
Hanbyul. Ketika ia dan Ai berada dalam ruang sempit di bawah tangga tempat
penyimpanan alat-alat kebersihan. Ruangan ini terlalu sempit untuk mereka
berdua. Dan entah sadar atau tidak, Hanbyul memeluk Ai dengan tangan kirinya
sedang tangan kananya masih menggenggam tangan Ai. Suara langkah itu semakin
jauh kemudian tak terdengar lagi. Hanbyul juga Ai tersenyum lega dan baru
mereka sadari bagaimana posisi mereka dalam ruangan sempit ini. Hanbyul dan Ai
sama-sama menarik diri membuat alat-alat kebersihan disekitar mereka berantakan.
Hanbyul
kemudian tertawa geli, “Itu konyol.” Ia menggeleng pelan. “Saat akan ke Namsan,
bagaimana kau menyampaikan pesan untuk kita bertemu di taman, itu keren. Untung
aku ini cerdas, jadi cepatn tanggap.”
“Kau
mencuri banyak gambar saat di Namsan!”
“Itu
kau.” Keduanya kembali tersenyum. “Apa ini efek dari gembok cinta itu? Hingga
akhirnya kau juga menyukaiku? Apa yang membuatku menyukaiku?”
“Entahlah.”
“Entahlah?”
“Tiba-tiba
saja. Seperti dalam dongeng, cinta bersemi di tengah peperangan.”
“Ish!”
Hanbyul mengelus kepala Ai. “Saat kau tertimpa atap, itu benar-benar membuatku
takut.” Hanbyul memegang kedua lengan Ai. “Aku tak akan berjalan di belakangmu
lagi, karena aku bukan bodyguardmu, tapi aku akan berjalan di sampingmu, karena
aku pendampingmu. Aku akan berjalan di sampingmu, selalu. Aku tak ingin jauh
darimu lagi. Aku ingin bersamamu, memilikimu, selamanya.” Hanbyul menatap lekat
Ai.
“Andai
malam ini, kita kembali pada titik itu, mungkin semua bisa diperbaiki.”
“Ini
sempurna menurut-Nya bagi kita. Tak ada yang ingin aku rubah, tak ada yang
harus diperbaiki. Inilah taakdir, kau dan aku hingga sampai pada titik ini.”
“Kau
merasa terombang-ambing kini.” Ai menatap Hanbyul, begitu sebaliknya. Ai
tersenyum daan perlahan menyentuh wajah Hanbyul, “Star…” bisiknya lirih.
Hanbyul
membaringkan tubuhnya di bangku panjang di depan rooftop Ai. Kepalanya bersandar pada pangkuan Ai yang duduk di
bangku yang sama. Hanbyul tersenyum dengan mata terpejam. Tangan kanan Ai
berada di dada Hanbyul dan menepuknya pelan, seperti seoraang ibu yang
menina-bobokan anaknya. Damai. Hanbyul merasa sangat damai malam ini. Sejenak
gemuruh yang bergejolak di dadanya redam. Hanbyul menggenggam tangan Ai
kemudian.
***
YOWL
bekerja keras mempersiapkan debut mereka. Di basecamp juga terlihat sibuk.
Yongbae dan ketujuh anak buahnya sibuk mengangkat barang-barang masuk ke dalam
basecamp. Semua keperluan untuk membangun gudang bunga di lahan kosong di
samping rumah Paman Hwang telah dikirim oleh TOP. Shin Ae sibuk memberi komando
dimana barang-barang itu harus diletakan. Minhwan yang sejak mengenal Shin Ae
jadi rajin mengunjungi basecamp, juga terlihat membantu. Byunghun yang selalu
diseret Minhwan untuk turut serta juga tak kalah antusias membantu. Sesekali
Byunghun bercanda bersama Kibum dan Wooyoung.
Tak
hanya Byunghun daan Minhwan yang terihat di basecamp sore ini. Euichul juga
berada di sana. Ia sibuk berdiskusi bersama Minki. Ai duduk dan fokus pada
tumpukan buku-buku di depannya. Jinwoon yang menemani Ai juga samaa, menunduk
fokus membaca buku di depannya. Daehyun juga demikian, tapi sesekali ia mecolek Ai lalu mengungkapkan apa yang ia
temukan sebagai usulan untuk nama basecamp. Ai lebih banyak mengacuhkan
Daehyun, hanya menggeleng sambil menghela napas panjang karena kesal. Ini entah
yang ke berapa, dahi Ai mengkerut menatap Daehyun yang lagi-lagi mencoleknya.
Daehyun meringis dan kembali membaca kamus bahasa Inggris di depannya.
Semua
selesai. Mereka duduk istirahat dan makan. Ai masih bertahan di tempat ia
duduk, tak turut makan bersama yang lain. Ai yang duduk menghadap pintu
tiba-tiba berdiri. Yongbae meletakan kotak makanannya dengan kesal kemudian
berdiri. Minki dan Wooyoung pun demikian. Mereka berdiri mendampingi Ai.
Euichul menahan Byunghun ketika pemuda itu akan bangkit dari duduknya. Ia
meminta yang lain tetap duduk tenang. Hanya Minki, Wooyoung dan Yongbae yang
berdiri mendampingi Ai. Mereka menyambut kubu lawan yanag sering mereka sebut
‘para pembangkang’.
Pria
dengan gaya sok jagoan itu masuk ke dalam basecamp ditemani Sembilan orang anak
buahnya. Kim Hyunsik rentenir yang dahulu hendak menyita gedung milik Bibi Han
ini ketika Bibi Han terlibat hutang padanya. Dia bertindak sebagai tangan kanan
dari pimpinan tertinggi kelompok ‘para pembangkang’ ini. Kubu Hyunsik dan kubu
Ai bertemu. Saling berhadapan.
“Jadi
memulai persiapan perang? Dulu gedung ini lalu sekarang lahan kosong itu?” Kata
Hyunsik. “Walau satu tanganmu lumpuh, kau tak bisa diremehkan, ini mengagumkan.
Kau bahkan membuat anak buahku tunggang langgang kala itu.”
“Terima
kasih tak mengacau Hwaseong Academy lagi.” Ai dengan tenang. “Kami hanya
berbenah.” Imbuhnya.
“Memperluas
wilayah?”
“Siapa
saja berhak memperluas wilayahnya di sini. Apa yang membawa Anda kemari?” Ai
masih dengan sopan. “Bukankah masalah hutang piutang Bibi Han telah beres?”
Hyunsik
menatap Ai, Minki, Wooyoung dan Yongbae. “Ini akan benar menjadi perang. Apa
untungnya bagimu mengotak-atik Jeonggu Dong?”
“Jika
aku jelaskan pada Anda, belum tentu juga Anda paham.” Ai terdengar mengejek
membuat senyum terkembang di wajah Minki dan sukses membuat Wooyoung dan
Yongbae menahan tawa geli mereka. Hyunsik kesal dibuatnya. “Aku akan segera
menemuninya, Bos Besar kalian. Aku benci kekerasan, jadi aku mohon hentikan
membuat gara-gara. Tolong hargai wilayah kami selama kami berbenah.”
Hyunsik
diam dan kemudian pergi begitu saja meninggalkan basecamp. “Mereka berani
menginjakan kaki mereka di sini,” komentar Yongbae, “Nona benar akan menemui
bos mereka?”
“Tidak
ada jalan lain. Semua ini sebenarnya hanya salah paham bukan?”
“Tapi
tidak akan mudah memberi penjelasan pada mereka. Ini terlalu beresiko.” Jawab
Wooyoung.
“Tidak
ada salahnya mencoba untuk bicara langsung. Aku yakin jika Jiyoo menggunalan
bahasa yang tepat, maka salah paham bisa diatasi.” Minki ikut bicara.
***
“Seperti
inilah situasi yang sebenarnya. Ini akan terlalu beresiko bagi kalian jika
kalian sering-sering kemari. Oppa, Daehyun, Byunghun, Minhwan. Aku tak
mengatakan ini pada Jaejoong dan member YOWL yang lain, juga Hanbyul.” Ai
menutup penjelasannya.
“Jang
Hanbyul? Jadi benar kalian menjalin hubungan khusus? Kalian pacaran?” Buru
Daehyun penasaran dan segera mendapat sikutan Jinwoon. “Maaf.” Daehyun
menundukan kepala.
“Kami
akan merahasiakan ini dari Hanbyul, iyakan Minhwan?” Janji Byunghun yang segera
diamini anggukan kepala Minhwan.
“Lalu
tentang surat yang dikirim padaku, apa ada perkembangan?” Tanya Daehyun dengan
tampang polosnya.
“Surat?”
Tanya Byunghun.
“Kami
masih menyelidiknya.” Jawab Wooyoung.
“Itu
surat ancaman.” Daehyun kembali bicara. “Foto dengan tulisan ‘bagaimana jika ini tersebar?’ Bahkan
pelaku memakai permainan karakter font penulisan surat.”
“Foto
apa?” Tanya Byunghun penasaran.
Ai
menatap kesal Daehyun. “Fotoku dan Youngduk Songsaengnim, entah siapa yang
mengambilnya.” Terang Ai.
“Kau
dan Kim Youngduk Songsaengnim??” Pekik Minhwan. “Apa yang kalian lakukan??”
“Hanya
mengobrol di kantin, dan ketika Kim Youngduk berempati dengan memegang tangan
Jiyoo, seseorang memotretnya, lalu mengirimnya pada Daehyun.” Jinwoon
melanjutkan penjelasan Ai.
“Kami
tak tahu.” Minhwan lirih.
“Lalu
kenapa dikirim pada Daehyun? Berarti pelaku tahu seluk beluk tentangmu.”
Byunghun mengutarakan pendapatnya. “Karena kau dan Daehyun masih punya hubungan
saudara. Siapa pelakunya?” Byunghun penasaran.
“Satu
foto lagi dan surat ancaman yang sama dikirim pada Jinwoon Oppa. Foto itu
diambil di sini, Jeonggu Dong.” Ungkap Ai lagi-lagi membuat Byunghun terkejut.
“Di
sini tak ada yang gemar mengambil gambar kecuali aku.” Kibum angkat bicara.
“Apa
mungkin orang bayaran? Yang bersedia mengawasimu selama 24jam penuh?” Byunghun
kembali urun pendapat. “Jadi begini rumit. Aku rasa musuhmu tak hanya satu.”
“Minuman
dingin!” Shin Ae menyela.
Semua
kompak menatap Shin Ae. Byunghun, Jinwoon dan Daehyun menatap curiga pada Shin
Ae.
***
Minggu
pagi menjelang siang. Ai masih bertahan di dalam rooftop-nya. Ia dibuat pusing oleh jumlah debit keuangan yang ia
miliki kini. Ai kembali mengurut keningnya. Terdengar bunyi bel berdering. Siapakah yang bertamu sepagi ini? Pikir
Ai. Dengan malas Ai berjalan menuju pintu. Ai terkejut ketika pintu terbuka.
Kim Changmi, Son Naeun dan seorang wanita sudah berdiri di depan pintu.
Semua
duduk mengitari meja di ruang tamu. Ai menatap Naeun, Changmi kemudian wanita
yang sedari tadi terus menatapnya. Wanita itu diam, namun wajahnya tersenyum
menatap Ai.
“Ibuku.”
Changmi memecah kebisuan. “Sangat ingin bertemu denganmu, karenanya aku membawa
Ibuku kemari.”
“Ini
karena… Kim Yoojin?” Ai langsung pada pokok kemana maksus kunjungan ini.
“Iya.
Ibuku mengikuti segala sesuatu tentang Hwaseong Academy setelah kematian Yoojin
Onni di sekolah. Termasuk rumor tentangmu yang sempat beredar, kau berbicara
dengan hantu di toilet siswi kelas X. Ibu ingin aku mengenalmu. Itu alasan
kenapa kami membuntutimu tempo hari. Dan Ibu ingin bertemu denganmu, secara
langsung.”
“Apa
kami mengganggumu, Nak?” Kata Ibu Changmi lembut.
“Tidak.”
Ai tersenyum. Ai terkejut ketika Ibu Changmi tiba-tiba meraih tangannya dan
menggegnggamnya.
“Kau
benar-benar melihatnya? Kau bicara dengannya?” Buru Ibu Changmi.
“Iy-iya.”
Ibu
Changmi tersenyum dengan mata berkaca-kaca. Genggaman tangannya mengendur dan
ia kembali duduk menundukan kepala.
Ai
turut sedih melihatnya. “Kim Yoojin, sudah menyeberang kini. Dia tak ada lagi
di toilet sekolah.” Terang Ai lirih.
Air
mata Ibu Changmi meleleh. Bahunya bergoyang karena tangisannya. Kesedihan dan
penyesalan kembali mengurungnya. Ai tak tega melihatnya. Ia mendekati Ibu
Changmi dan memeluk wanita itu. Ibu Changmi terperanjat beberapa detik saat Ai
memeluknya. Ibu Changmi tidak hanya melihatnya namun juga merasakannya.
Kebahagian dan kehangatan Yoojin ketika arwah gadis cantik itu menemani
hari-hari Ai. Hingga saat terakhir Yoojin memeluk Ai. Ibu Changmi melihat
senyum Yoojin sebelum gadis itu hilang menjadi butiran-butiran cahaya putih
terang yang segera menghilang di udara. Ibu Changmi kembali menangis dan
mendekap tubuh Ai. Changmi dan Naeun turut menitikan air mata melihatnya.
Ai
mengantar ketiganya turun. Ibu Changmi terlihat lebih tenang. Ia tersenyum
kembali mengelus wajah pucat Ai.
“Datanglah
saat kami menggelar upacara untuknya, kau mau kan?” Pinta Ibu Changmi sebelum
pergi.
“Akan
saya usahakan untuk datang.” Ai menyanggupi.
“Kau
bisa memanggilku ibu, seperti yang Yoojin lakukan.”
Ai
tersenyum dan mengangguk. Ibu Channgmi masuk ke dalam taksi disusul Naeun.
Changmi berdiri di depan Ai. “Terima kasih.” Ucapnya seraya tersenyum tulus
kemudian masuk ke dalam taksi.
Ai
menghela napas panjang menatap taksi yang berjalan meninggalkannya. Ai
tersenyum kemudian menoleh. Di seberang jalan Taerin berdiri menatapnya. Ai
balas menatap Taerin. Keduanya saling menatap sejenak, sebelum akhirnya Taerin
berjalan pergi. Ai menggelengkan kepala dan kembali menaiki tangga menuju rooftop-nya.
***
Hanbyul
sedang menemani Ai di teras rooftop
ketika Minki tiba. Sepasang kekasih ini sedang bercanda. Minki tersenyum dan
berjalan mendekat.
“Oppa.”
Ai tersenyum menyambut Minki.
“Jadi
ini yang menahanmu seharian di rumah?” Goda Minki duduk bergabung.
“Aku
baru saja sampai, Hyung.” Sanggah Hanbyul.
“Terjadi
sesuatu di florist?” Tanya Ai.
“Lee
Junki datang mencarimu.” Jawab Minki singkat.
“Ap-apa??
Lee Junki Sonsaengnim??” Ai menatap Minki lalu Hanbyul. Ia tak percaya
mendengarnya.
“Memangnya
ada Lee Junki yang lain?”
“Untuk
apa mencariku? Ke florist?? Kenapa tak kemari saja.” Sesal Ai.
Hanbyul
terlihat sedikit cemburu melihat ekspresi Ai. Minki yang menyadarinya
tersenyum. “Lee Junki mempercayakan pernikahannya pada Morning Glory Florist.”
Lanjut Minki.
“Mwo???”
Ai terkejut lebih dari sebelumnya hingga mulutnya membulat. “Pernikahannya???”
“Ck!
Kau terkejut karena tawaran kerjasama itu atau karena pernikahan Lee Junki?”
Minki kesal.
“Dua-duanya.”
Hanbyul
tersenyum melihat ekspresi Ai. Baginya ini pertama kali Hanbyul melihat Ai
dalam ekspresi yang terlihat bodoh. Sangat alami.
“Oppa
menerimanya??” Buru Ai penasaran.
“Karena
tak bertemu denganmu langsung hari ini, ia akan menemuimu besok, di sekolah
mungkin.”
“Lee
Junki Sonsaengnim datang bersama calon istrinya?”
“Tidak.
Dia datang dengan wanita yang membantu kalian kala itu, guru wanita itu.”
“Park
Gahee Sonsaengnim?”
“Iya,
dia itu.”
“Kenapa
memilih kita? Ini aneh.”
“Kau
merasa tertusuk?” Minki kemudian melirik Hanbyul. “Jang Hanbyul, kau tahu
tentang ini sebelumnya?”
“Iya,
Hyung? Ah, tidak. Tapi menurut penilaianku, ya Jiyoo-ya, kau pernah menyukai
Junki Sonsaengnim?”
“Jika,
iya, apa kau akan menertawakan aku?” Ai lirih.
Hanbyul
tersenyum geli. “Itu wajar. Hanya sedikit mengejutkan, kau suka pria yang jauh
lebih tua darimu. Ah, tapi itu wajar. Lee Junki Sonsaengnim memang keren. Tapi
tetap saja aku lebih keren darinya, karena aku berhasil menakhlukan Fujiwara
Ayumu yang terkenal itu.” Ai tersipu mendengarnya. “Menurutku, karena kau
adalah sahabat baginya, karena itu Lee Junki Sonsaengnim mempercayakan dekorasi
pernikahannya padamu. Ini semacam penghargaan yang ingin Beliau berikan padamu.
Penghargaan atas rasa suka yang pernah kau berikan padanya.”
Ai
terdiam menatap Hanbyul. Minki diam menatap Ai. “Eum, kita tunggu saja
bagaimana besok.” Ai kemudian tersenyum.
“Begitu
lebih baik.” Hanbyul membalas senyum. Minki turut tersenyum. “Hyung, boleh aku
ajak Ai jalan-jalan sebentar?” Hanbyul meminta izin.
“Harusnya
kau bertanya padanya.” Minki menggerakan kepala menunjuk Ai.
-------
Hanbyul
menggandeng tangan Ai menyusuri jalanan Hongdae yang lumayan ramai di Minggu
malam ini. Keduanya berhenti di depan stan pedangang asesoris. Ai asik
mengamati cincin. Hanbyul tersenyum melihatnya lalu mengamati deretan kalung.
Hanbyul tersenyum menemukan sebuah kalung. Tanpa sepengetahuan Ai, Hanbyul
membeli kalung itu.
Ai
menghentikan langkahnya di depan restoran milik Ibu Myungsoo. “Kim Myungsoo.”
Ai sambil menunjuk restoran yang tampak ramai itu. “Pertama kali aku bertemu
dengannya di sana.” Ai menunjuk tempat dimana ia biasa bermain gitar. Ia heran
melihat padatnya orang berkerumun di sana. Ai mengerutkan dahi. Ia penasaran
ada apa dengan kerumunan itu. Ai buru-buru mendekat. Hanbyul sedikit berlari
menyusulnya.
---TBC---
shytUrtle
0 comments