The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)
04:37
The
Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love,
Music and Dreams’
다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum
iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author:
shytUrtle
. Rate:
Serial/Straight
.
Cast
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
Cinta,
musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat
dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik
memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik
menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang
dan hidup…
EPISODE #12
Penonton
bertepuk tangan ketika Ai dan Hanbyul sampai. Bertahan berdiri dan menunggu
kerumunan ini selesai memberikan bayaran seikhlasnya untuk pertunjukan yang
entah digelar oleh siapa. Ai juga Hanbyul tak bisa melihat siapa orang yang
menggelar pertunjukan di sini, di tempat dimana Ai biasa menggelar pertunjukan.
Tersisa
dua orang terakhir. Ai berdiri diam menatap pemuda yang sibuk berterima kasih
pada orang-orang yang memberinya bayaran. Pemuda itu menyadari keberadaan Ai
dan terlihat risih. Ai berjalan mendekat. Hanbyul mengikuti di belakang Ai. Ia
khawatir emosi Ai meledak dan marah pada pemuda itu. Ai berhenti jarak dua
langkah dari pemuda itu. Si pemuda meringis. Kemudian tersenyum sungkan pada
Ai. Hanbyul siaga. Ia siap mengambil tindakan jika tiba-tiba Ai mengamuk.
“Di
sini sendirian, itu terlalu berbahaya.” Kata Ai lembut. Hanbyul melongo
mendengarnya. Nada bicara Ai begitu lembut layaknya seorang kakak berbicara pada adiknya. “Tanpa
satu pengawal pun?”
“Susah
payah untuk bisa kemari. Ini yang ketiga.” Pemuda itu berbisik pada kalimat terakhir.
“Dan menemukan Nuna. Ajaib!” Imbuhnya riang.
Ai
menyadari ekspresi Hanbyul. “Jung Sungha. Adik Daehyun.” Terang Ai.
“Oh?
Adik Daehyun?” Hanbyul menatap Jung Sungha. Tatapan tak percaya, juga kagum.
“Tiga
kali? Tempatmu bukan di sini.” Ai kembali menatap Sungha.
“Nuna
lumayan terkenal di sini. Lumayan kan aku mengisi kekosongan Nuna. Beberapa
sempat mengira Nuna akan kembali tampil dan tak jarang yang kecewa ketika
menemukan aku.”
“Orang
tak mengenal Jung Sungha di jalanan. Kau itu maestro gitar muda, bukan musisi
jalanan.”
“Nuna,
bernyanyilah untukku. Aku akan mainkan gitar dan Nuna bernyanyi. Mau ya? Ya…”
Rengek Sungha. “Hyung…” Ia meminta dukungan Hanbyul.
“Ide
bagus! Lakukan!” Hanbyul tersenyum lebar mendukung.
Sungha
memberi isyarat agar Ai duduk di sampingnya. Ia kemudian menyiapkan gitar
akustiknya dan mencoba menggenjrengnya. Sungha siap, menoleh menatap Ai dan
tersenyum. Hanbyul duduk di atas aspal siap menonton pertunjukan Ai-Sungha.
“Saat
liburan, Nuna memainkan lagu ini bukan? Christina Perri-A Thousand Years. Nuna
mau menyanyikannya untukku?” Ai mengangguk. Sungha tersenyum. “Ok. Kita mulai.”
Sungha mulai memetik gitar akustiknya memainkan melody Christina Perri-A
Thousand Years. Ai mulai bernyanyi.
Hanbyul
duduk manis menonton. Tatapan Hanbyul tak lepas terus memandang Ai. Lagu
romantis ini membawa kenangan Hanbyul saat liburan di pulau Jeju. Turut
menyeret kenangan manis bersama Ai yang lain pula. Rasa kalut itu kembali
menyelimuti Hanbyul. Mampukah ia jauh dari Ai? Sanggupkah ia menepis semua
kekhawatirannya ketika berjauhan nanti? Hanbyul tersenyum getir seiring
berakhirnya permainan gitar Sungha.
Tepuk
tangan penonton mengejutkan Hanbyul. Baru ia sadari jika di belakang dan
sekelilingnya kembali ramai orang menonton pertunjukan Ai-Sungha. Melihat
antusiasme penonton, Sungha kembali mengajak Ai berduet satu lagu lagi. Ai pun
setuju. Ai-Sungha kembali duet membawakan lagu Green Day-Wake Me Up When
September Ends. Kemahiran Sungha memainkan gitar akustik dipadukan dengan vocal
Ai. Duet yang sempurna.
Usai
mengamen bersama, Ai mentraktir Sungha makan malam di restoran milik Ibu
Myungsoo. Sungha yang supel dengan mudah akrab dengan Hanbyul yang juga mudah
bergaul dengan siapa saja. Keduanya antusias berbagi cerita yang pastinya tak
jauh dari membahas Ai. Ai lebih banyak diam. Tak lama kemudian Myungsoo muncul.
Ia menyapa Hanbyul, Ai dan Sungha kemudian duduk bergabung. Myungsoo berharap
Hyuri ada di sini bersama mereka. Namun ia cukup tahu diri. Selama ini ia dan
Hyuri sering merepotkan Ai dan Hanbyul. Myungsoo tersenyum menatap Ai kemudian
Hanbyul. Apakah sepasang kekasih ini akan benar-benar terpisah jarak
Korea-Amerika?
***
Usai
mengantar Sungha, Hanbyul mengantar Ai kembali ke Jeonggu Dong. Mobil Hanbyul
berhenti. Wajah Hanbyul berseri. Sepanjang perjalanan ia tak hentinya
membicarakan tentang keluarga Jung, keluarga besar Ai.
“Kesimpulanku,
andai keluarga Jung membentuk sebuah band, pasti akan terkenal. Sayang Daehyun
tak pernah menunjukan kemampuannya bernyanyi.” Hanbyul tersenyum menatap Ai.
“Ingin melihat kalian tampil bersama, mungkinkah?”
Ai
tersenyum. “Aku turun.”
“Tunggu!”
Tahan Hanbyul. “Tunggu sebentar,” Bisik Hanbyul sambil merogoh saku jaketnya.
Ai menunggu dengan ekspresi penasaran. Hanbyul tersenyum menunjukan sebuah
kalung. Kemudian ia memakaikan kalung itu pada leher Ai.
“Owl?”
Ai memegang liontin kalung yang sudah tergantung di lehernya.
Hanbyul
mengangguk. “Kau punya banyak kalung unik. Bahkan kau juga memiliki kalung
dengan liontin bintang berwarna hitam. Aku melihatnya dipenampilan perdanamu.”
Hanbyul lirih pada kalimat terakhir. “Aku rasa kau tak perlu kalung dengan
liontin bintang lagi, karena kau telah memiliki bintang di sisimu, itu aku.”
Ai
tersenyum tersipu. “Arigatou. Owl, binatang ini keren. Mulia.”
Hanbyul
menyentuh liontin kalung yang tergantung di leher Ai. “Owl, dia yang selalu tenang
duduk sendiri di atas dahan, diam dan memperhatikan. Kedua mata lebarnya mampu
mengamati dua obyek sekaligus. Tak banyak bertingkah, tak banyak bicara,
berbeda dar burung lain yang gemar memamerkan dirinya. Ia diam memperhatikan,
mendengarkan, semakin banyak tahu dan barulah bertindak. Sorot matanya yang
tajam,” Hanbyul masih menatap lekat Ai, “dan bijaksana. Aku yakin, kau bisa
menjadi pemimpin yang arif dan bijak bagi para pengikutmu nanti. Basecamp belum
memiliki nama?” Ai menggeleng. “Satu lagi, bentuk tubuh dari burung hantu ini,”
Hanbyul mengelus liontin berbentuk burung hantu itu, “hatiku, yang selalu
bersamamu, dimana pun itu.”
“Jadi
menurutmu aku benar mirip burung hantu?” Hanbyul mengangguk. “Bukan vampire?”
Lagi-lagi Hanbyul mengangguk. “Kau melupakan satu hal tentang burung hantu.”
“Eum?
Apa itu?”
“Burung
hantu adalah burung yang setia. Dalam hidupnya, hanya sekali ia kawin. Sama
seperti serigala, yang hanya mencintai satu betina dalam hidupnya.”
Hanbyul
dan Ai berada dalam jarak yang sangat dekat. Menatap satu sama lain. Hanbyul
tersenyum, “aku akan menjadi serigala itu,” ia kemudian mencium bibir merah Ai.
Taerin
menghentikan langkahnya. Ia yang melintas tak sengaja melihat Hanbyul dan Ai
berciuman di dalam mobil. Tangan kanan Taerin mengepal, menatap keduanya penuh
kebencian. Ekspresi itu tergambar jelas di wajah manis Taerin. Taerin membuang
muka dan dengan langkah kesal melanjutkan perjalanan pulangnya.
***
Kibum,
Wooyoung dan Yongbae ada di rooftop
bersama Minki saat Ai sampai. Hari minggu yang lumayan melelahkan, pikir Ai
sembari duduk bergabung. Bahkan setelah menemani Hanbyul jalan-jalan di
Hongdae, saat pulang Ai tak bisa istirahat. Walau lelah memeluknya erat, Ai
tetap duduk dan sabar mendengarkan laporan masing-masing rekannya. Ai terlihat
bosan.
“Dan
kita belum menemukan nama yang cocok untuk basecamp.” Tutup Kibum.
“Ah,
Nona. Aku telah mengumpulkan beberapa kata, jika tak keberatan, apa Nona mau
mendengarnya?” Yongbae dengan wajah berseri. Ia berharap Ai akan mengangguk
setuju.
“Jangan,
Nona! Semua kata yang dikumpulkan Yongbae terdengar aneh. Sungguh itu kumpulan
kata-kata aneh.” Cegah Wooyoung.
“Aku
menguras pikiran untuk mengumpulkan itu semua! Memeras otak, tahu!” Yongbae
bersungut-sungut kesal karena Wooyoung mengoloknya.
“Menguras
otak? Memeras pikiran? Namun hasilnya?” Kibum disetujui senyum puas Wooyoung.
Minki turut tersenyum.
“Puas-puaskan
saja mengolokku!” Yongbae sewot.
“Wisteria.”
Celetuk Ai setelah sebelumnya hanya diam mendengarkan. Semua diam, menatap Ai.
“Wisteria?”
Tanya Kibum.
“Em.
Wisteria Land.”
“Wisteria
Land, Wisteria?” Wooyoung masih tak paham.
“Wisteria?
Apa maksudnya?” Yongbae pun sama tak paham.
“Wisteria
atau Wistaria adalah jenis tanaman polong-polongan. Tumbuhan ini merambat indah
dan kuat dengan bunga menggantung seperti anggur. Bunga Wisteria harum dan
lebih lebat dari daunnya, hingga terlihat sangat indah dan misterius. Apa benar
itu yang kau maksud?” Terang Minki.
“Exactly!”
Ai membenarkan. “Di Jepang, Wisteria disebut sebagai bunga Fuji. Dalam budaya
Jepang, bunga Wisteria menjadi subyek Otsu-e, lukisan rakyat Jepang di
Otsu-Shiga. Lukisan untuk keberuntungan pernikahan.”
“Woa~”
Mulut Kibum terbuka. Ia kagum pada penjelasan tentang bunga Wisteria.
“Menurut
ahli botani Thomas Nuttal, Wisteria merujuk pada kata ‘bunyi merdu’. Bagaimana
jika nama basecamp kita ini Wisteria Land?”
“Ini
baru sempurna.” Yongbae terkagum-kagum.
“Kenapa
baru menyampaikannya sekarang?” Protes Kibum.
“Perpaduan
antara Nona dan Minki Hyung?” Wooyoung penasaran.
“Aku
baru mendegarnya sekarang, bersama kelian. Tapi kemarin aku menemukan kertas
bersisi coretan tentang Wisteria ketika membereskan meja belajar Jiyoo.” Terang
Minki.
“Wisteria
adalah lambang selamat datang, cinta dan umur panjang. Harapanku, semoga tempat
ini bisa menjadi tempat yang nyaman bagi siapa saja yang masuk ke dalamnya,
sampai kapanpun itu.” Ai kembali mengutarakan pendapatnya.
“Wisteria
Land, Wish-teria Land,” Kibum memainkan kata Wisteria, “Wish-teria, tanah penuh
harapan?”
“Em.
Masuk akal.” Ai mengangguk setuju.
“That’s
perfect! I’m agree with you.” Kibum tersenyum puas. “Apa kalian juga setuju?
Hyung?” Semua mengangguk setuju. “Ok. Kita akan umumkan Wisteria Land pada yang
lain.”
“Aku
masih memikirkan bagaimana bentuk logo kita nanti. Aku ingin menggunakan warna
dari bunga Wisteria dalam logo kita nanti. Putih, ungu, biru dan pink. Putih
untuk perdamaian, ungu untuk harga diri, biru untuk perlindungan dan pink untuk
cinta, kasih sayang.”
“Otak
Nona apa seukuran dengan otakku? Bagaimana Nona bisa membuat semua ini?”
Yongbae terkagum-kagum. “Ini, sempurna. Aku suka! Sangat suka!” Ungkapnya
antusias. “Aku yakin Wisteria Land akan maju dan berkembang pesat, juga membawa
nama Jeonggu Dong menjadi lebih baik. Aku akan mendukung Nona, sampai akhir.”
Ai
tersenyum tulus dan mengangguk.
***
Ai sengaja
duduk di bangkunya saat kelas usai dan semua murid keluar kelas. Hanya
menyisakan Ai dan Junki yang sibuk menata buku-bukunya di dalam kelas. Ai
sengaja menunggu, kalau apa yang dikatakan Minki benar adanya –Junki akan
menemuinya di sekolah hari ini. Junki selesai merapikan bukunya, ia menatap Ai
sejenak. Ai duduk tenang tak menatapnya, sibuk membuat coretan di kertas. Ai
cuek, seolah tak peduli pada keberadaan Junki yang berdiri menatapnya.
“Ah,
Junki!” Gahee masuk ke dalam kelas. “Eh, Fujiwara? Kau di sini juga?” Ia
berbinar menemukan Ai masih di dalam kelas. Ai mengangkat kepala, tersenyum
sambil menundukan kepala tanda memberi salam. “Kebetulan sekali, jadi aku tak
perlu susah-susah mencarimu.”
“Iya,
Sonsaengnim?”
“Aku
ingin kita ngobrol sejenak, aku tunggu kau di café ujung gang ya! Pulang
sekolah nanti!” Seru Gahee semangat kemudian segera menyeret Junki keluar.
“Café?”
Bisik Ai kemudian tersenyum geli.
-------
Sekolah
lumayan sepi. Ai berjalan pelan, sendirian. Changmi dan Naeun sempat bertemu
dengannya. Mereka hanya saling melempar senyum sebagai simbol sapaan. Ai
menemukan Hyuri buru-buru pulang bersama Joongki. Ai menghentikan langkahnya
dan kemudian tersenyum sendiri. Kasihan.
Bisiknya dalam hati ketika ia tiba-tiba ingat pada Kim Myungsoo. Ai lagi-lagi
tersenyum dan menggeleng pelan.
Ai
benar terkejut dan refleks mundur selangkah ketika Hanbyul tiba-tiba muncul
dihadapannya. Hanbyul yang tadinya tersenyum lebar langsung menarik kembali
lengkungan di bibirnya itu.
“Maaf.
Aku membuatmu sangat terkejut.” Hanbyul dengan ekspresi menyesal.
“Hanya
kurang fokus. Bukannya kau ada latihan?”
“Latihan
terus membuatku sangat lelah. Lagipula waktuku tak akan banyak lagi di sini.
Aku tak mau menghabiskannya hanya dengan latihan. Aku ingin menghabiskan waktu
lebih banyak denganmu.” Hanbyul kembali tersenyum manis.
“Kalau
begitu, ayo temani aku!” Ai penuh semangat.
“Kemana?”
“Aku
ada janji dengan klien hari ini.” Ai mulai berjalan.
“Klien??
Di mana??” Hanbyul berlari kecil menyusul langkah Ai. “Jalan kaki?” Saat ia
sampai di samping kanan Ai.
“Kita
akan bertemu dengan mereka di kedai di ujung gang sekolah.”
“Kedai??”
“Itu
hanya kedai tteokbokki, kenapa dia menyebutnya café?” Gerutu Ai sambil terus
berjalan. Sedang Hanbyul tampak bingung menggaruk kepalanya dan mengikuti
langkah Ai.
Myungsoo
menghela napas panjang melihat Hanbyul dan Ai. Wajahnya berubah lesu dan muncul
kata dibenaknya, andai aku dan Hyuri bisa
sebebas itu. Myungsoo iri melihat kebersamaan Hanbyul dan Ai.
“Iri
atau masih menyukainya?” Goda Sunghyun.
“Ck!”
Myungsoo sewot.
“Susah
sekali menjadi kekasih Song Hyuri. Cucu pendiri Hwaseong Academy. Kau jarang
sekali terlihat bersamanya.” Jungshin ikut bicara.
“Hanya
jika Ai bersedia pergi bersama kami.”
“Wah,
kasihan sekali Ai.” Sunghyun masih dengan nada mengolok.
“Hanbyul
dan Ai, mereka akan terpisah jarak. Entah kenapa aku jadi memikirkan hal itu.”
Kata Jungshin. “Hubungan jarak jauh ini, apa akan bertahan?” Imbuhnya.
“Ai
lumayan banyak yang naksir, tapi sikapnya terlalu garang hingga tak ada yang
berani maju. Hanbyul termasuk pria nekat, menurutku. Selama ini tak ada yang
tahu jika Ai dan Hanbyul pacaran, walau ada beberapa yang menduga-duga. Melihat
keduanya, aku rasa jarak tak akan jadi masalah bagi mereka.” Pendapat Sunghyun.
Myungsoo
hanya diam, masih menatap arah kemana Hanbyul dan Ai melangkah pergi.
***
Gahee
melambaikan tangan pada Ai ketika gadis itu masuk. Ai tersenyum, kemudian
memimpin Hanbyul menuju meja yang terletak di pojok itu. Junki duduk berhadapan
dengan Gahee, namun ketika Ai sampai, Gahee beralih duduk di samping Junki.
Wajah keduanya memerah dan terlihat kepedasan. Ai dan Hanbyul duduk bergabung.
Semangkuk tteokbokki panas terhidang di meja.
“Kalian
suka pedas?” Tanya Gahee sambil berusaha mengusir rasa pedas di mulutnya. “Ini
level 7, kalo suka pedas, ayo dicoba.” Kemudian menyuapkan sepotong tteokbokki
ke dalam mulutnya.
Junki
juga memberi isyarat mempersilahkan Ai dan Hanbyul untuk turut makan. Hanbyul
penasaran dan mengambil sepotong. Hanbyul terkejut dan kebingungan mencari air.
Ia tak kuat memakan makanan yang menurutnya sangat pedas sekali ini. Gahee
tertawa geli sambil memberikan sebotol air mineral pada Hanbyul. Gahee menatap
Ai, disusul Junki. Tatapan menantang, bagaimana
denganmu? Mau mencobanya? Dengan
tenang Ai emngambil sepotong dan memakannya. Gahee, Junki dan Hanbyul yang
menatap Ai termangu. Ekspresi gadis itu tak berubah. Tetap tenang memakan tteokbokki
dengan level pedas tertinggi itu. Ai tetap tenang hingga menalan habis tteokbokki
dalam mulutnya. Mulut Hanbyul ternganga dibuatnya, Junki menelan ludah
melihatnya.
Rasa
panas yang menyelimuti Gahee semakin bertambah. Ia mengibas-ngibaskan
tangannya. “Bagaimana kau bisa setenang itu memakan tteokbokki level teratas
ini?” Tanyanya penasaran. “Kau ini manusia bukan? Atau kau benar vampire?”
“Pedas
memang, namun ini biasa.” Jawab Ai santai.
“Biasa??”
Pekik Hanbyul. “Huft…” Ia menggeleng dan kembali meneguk air mineral di
tangannya.
“Yah,
makanan ini sepertinya jadi tawar di mulut si vampire.” Goda Gahee yang hanya
ditanggapi senyuman oleh Ai. “Jang Hanbyul, kau mau level berapa?” Tanya Gahee.
“Tidak
perlu, Sonsaengnim.” Tolak Hanbyu seraya tersenyum manis.
“Kapok
ya? Di sini dulu tempat favoritku dan Junki. Kami berteman sejak SMP dan
sama-sama bersekolah di Hwaseong Academy.” Gahee mulai bercerita.
“Benarkah?
Jadi Gahee Sonsaengnim dan Junki Sonsaengnim berteman sejak lama hingga kini
sama-sama menjadi pengajar di Hwaseong Academy? Itu keren.” Respon Hanbyul
antusias.
Gahee
memesan satu mangkuk tteokbokki dengan pedas level 1 untuk Hanbyul. Gahee
semangat mengoceh menceritakan perihal masa mudanya bersama Junki. Sesekali
Junki menimpali dan Hanbyul berkomentar. Ditemani dua mangkuk tteokbokki dan
air mineral, suasana terasa begitu akrab antara guru dan murid ini. Sepanjang
cerita Ai hanya diam dan sesekali tersenyum.
“Suatu
kebanggaan bagi kami karena bisa bergabung menjadi staf pengajar dalam Hwaseong
Academy. Aku mengikuti tentang YOWL sejak kau masuk, melihatmu dan Jaejoong,
seolah membawaku kembali ke masa itu, kala kami SMA dulu.” Kenang Gahee.
“Kalian lebih hebat dan nekat dari kami.”
Ai
kembali tersenyum menanggapinya. “Lee Junki Sonsaengnim juga pandai bernyanyi
dan memainkan alat musik?” Ai bersuara juga.
“Kami
dulu menekuni teater, dance dan vocal.” Jawab Gahee.
“Dance??
Kenapa tak pernah unjuk kebolehan saat ada pentas seni di sekolah?” Sahut
Hanbyul. Ai mengelus lengan Hanbyul.
“Sudah-sudah.
Aku membuang banyak waktu.” Gahee menghela napas. “Fujiwara, aku rasa kau sudah
tahu alasan kenapa kami mengundangmu kemari?”
“Minki
Oppa menyampaikan pesan itu. Kita berkumpul untuk membahas itu?”
“Iya.
Sebenarnya ini sepenuhnya ideku. Junki dan Young Ah tak ingin ada pesta, cukup
pernikahan di gereja, itu saja. Tapi menurutku itu… itu kurang menarik. Ini
peristiwa penting yang hanya akan terjadi sekali seumur hidup, sayang jika tak
ada pesta. Mereka menolak karena mereka sama-sama yatim piatu, ini alasan yang
sedikit tak masuk akal bagiku. Aku adalah keluarga mereka, keluargaku juga
keluarga mereka. Kau tahu kan?” Gahee berputar-putar menjelaskan. Aku tak
setuju dan kemarin menyeret Junki padamu.”
Ai
mengerutkan dahi mendengar kalimat terakhir Gahee. “Maaf??”
“Ah,
begini. Walau hanya pernikahan di gereja, aku ingin ada pesta walau hanya pesta
kecil. Makan-makan dengan kerabat dan teman-teman dekat. Kau setuju kan?
Fujiwara…” Gahee penuh harap. Suasana hening sejenak di meja itu. “Ini memang
terlalu mendadak, lalu yang muncul di otakku adalah kau, Fujiwara Ayumu. Jadi
begitulah dan aku membawa Junki pergi ke Morning Glory Florist, kemarin. Kau
orang yang penuh kejutan. Aku harap kau punya ide untuk pernikahan Junki. Aku
mohon bantu kami.” Gahee memelas.
“Kejutan
sederhana untuk Young Ah.” Junki menambahi.
“Terlalu
mendadak ya?” Tanya Gahee.
“Mendadak?
Berapa hari waktu yang kita punya?” Tanya Ai.
“Sepuluh
hari.” Gahee tersenyum.
“Sepuluh
hari??” Hanbyul dan Ai kompak.
---TBC---
shytUrtle
0 comments