The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ (다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’)
07:11
The
Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love,
Music and Dreams’
다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Judul: The Next Story Of Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: da-eum
iyagi Hwaseong Akademi 'salang, eum-aggwa kkum'
. Hangul: 다음 이야기 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author:
shytUrtle
. Rate:
Serial/Straight
.
Cast
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
- Fujiwara Ayumu (藤原歩) aka Jung Jiyoo (정지유)
- YOWL
1. Kim Jaejoong (김재중)
2. Oh Wonbin (오원빈)
3. Lee Jaejin (이재진)
4. Kang Minhyuk (강민혁)
- Song Hyuri (송휴리)
- Kim Myungsoo (김명수)
- Jang Hanbyul (장한별) and all cast in Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’ ver. 1
New Cast:
- Jung Shin Ae
- Trio Orenji High School:
1. Kim Hyerien
2. Han Sunyoung
3. Song Hami
- Kim Taerin
- Kim Changmi
- Etc…
Cinta,
musik dan impian adalah tiga ritme yang mampu membuat manusia tetap bersemangat
dalam hidup. Cinta akan menunjukan jalan untuk meraih impian, dan musik
memberikan harapan dalam mengiringinya. Cinta menguatkanmu, musik
menginspirasimu dan impian akan memberimu ribuan harapan untuk tetap berjuang
dan hidup…
EPISODE #6
Ai mempersilahkan masuk Jaesuk dan Sukjin. Sukjin kemudin
menjelaskan maksud kedatangannya menemui Ai. Sebelum pergi, Sukjin meninggalkan
map biru di meja untuk Ai. Ai hanya duduk memandangi map yang tergeletak di
atas meja itu.
“Tak penasaran pada isinya?” Tanya Minki usai mengantar
Jaesuk dan Sukjin keluar. “Aku penasaran, boleh aku buka?” Ai segera menyambar
map itu sebelum Minki mengambilnya. Minki tersenyum melihatnya. “Kubuatkan teh
untukmu.”
Ai mempelajari isi map biru itu dengan seksama. Minki
kembali membawa dua mug besar berisi teh melati hangat. Ia duduk berhadapan
dengan Ai.
“Oppa, ketika Oppa memutuskan untuk membiarkan Road Sky
menempuh karir mereka sendiri, apa yang Oppa rasakan?”
“Bagaimana denganmu? Apa yang kau rasakan?” Minki balik
bertanya.
“Kehilangan… sangat kehilangan, ada bagian yang hilang
dari hidupku.” Tatapan Ai menerawang, kosong.
“Saat itu, aku pun merasakan hal yang sama. Sangat
kehilangan.”
“Lalu bagaimana mengatasinya?”
“Jalan yang memisahkan kita, berbeda. Tentu yang di rasa
pun berbeda. Aku memutuskan meninggalkan Road Sky karena…” Minki terdiam
menatap Ai, “… karena aku tak ingin lagi berkarir di dunia musik.”
“Bohong. Itu karena aku kan? Harusnya Oppa terbang
bersama Road Sky, bukan tertahan di Jeonggu Dong bersamaku.”
Minki kembali tersenyum. “Menjadi kakak laki-laki dari
seorang adik perempuan bukanlah hal yang mudah. Saat itu sangat berat, apakah
memlilihmu atau karir bermusikku. Aku berpikir, bermain musik hanyalah hal yang
aku senangi. Aku tetap bisa menjalankan hobi itu walau aku tak menjadi bintang
besar bersama Road Sky seperti sekarang ini. tapi kau, kau adalah wasiat yang
di percayakan padaku dan ini adalah tanggung jawab besar bagiku. Aku tidak
menyesalinya, memilihmu daripada berkarir bersama Road Sky, walau benar terasa
berat pada awalnya. Entah ini tuntutan tanggung jawab atau apa, tapi aku
bersyukur di beri kesempatan merasakan hal ini. Aku menikmatinya. Aku bahagia,
bersamamu di sini, di Jeonggu Dong.”
“Oppa tak jatuh cinta padaku kan?”
“Mwo??? Ish! Jika aku tak mencintaimu, untuk apa aku
bertahan di sisimu? Kau bukan adik kandungku, kau bukan siapa-siapa dari
keluargaku.”
Ai menghela nafas. “Benar juga.” Keduanya kemudian
tersenyum bersama dan kembali terdiam. “Aku juga mencintai Oppa. Oppaku yang
sempurna. Oppaku yang selalu membuatku tersenyum. Oppaku yang selalu menjagaku,
membuatku selalu aman dan nyaman. Oppa yang bisa menjadi ayah sekaligus ibu
bagiku.” Ai menatap Minki penuh kekaguman. “Terima kasih, Oppa, terima kasih.”
Minki mengelus kepala Ai. “Kau paham sekarang? Selalu ada
hikmah di balik sebuah peristiwa.”
Ai tersenyum dan mengangguk.
***
“Hyuri tak membalas satupun pesanku, dari kemarin.” Keluh
Myungsoo.
“Jiyoo juga bersikap dingin padaku. Tak ada yang kami
lakukan, ini sangat aneh. Aku merindukan saat-saat kami dekat dan semua
kebetulan-kebetulan itu.” Hanbyul tersenyum mengenangnya.
“Ada apa dengan mereka? Gadis-gadis ini?” Myungsoo
menatap Hanbyul begitu sebaliknya.
Sudah tiga hari ini Hyuri menghindari Viceroy juga Ai dan
teman-temannya. Hyuri bersikap acuh walau perlahan suasana di sekolah kembali
normal. Hyuri memilih menghindar dari Viceroy juga Ai dan teman-temannya.
Taerin memegang buku di tangannya namun tak membacanya.
Kedua mata Taerin sibuk mengamati sekitar, di taman sekolah tempat ia berada.
Tatapan Taerin terhenti pada Viceroy yang terlihat kembali akur bersama Red
Venus. “Pada akhirnya, pangeran dan putri kembali bersanding, dan berandalan
tetaplah berandalan.” Taerin menutup buku di tangannya.
Pemuda ini tersenyum. Song Seunghyun. “Ayo kita makan.
Aku lapar.” Ajaknya pada Taerin.
“Skandal kali ini tak bertahan lama sepertinya.”
“Eum, iya. Menyenangkan karena sekolah kembali tenang dan
Jeonggu Dong tak lagi menjadi kambing hitam.”
“Belum berakhir, aku rasa ini baru awal. Kenapa selalu
kita? Anak-anak Jeonggu Dong. Ah, hanya mereka bukan kita, tapi menyeret kita.”
Taerin bangkit dari duduknya. “Ayo kita makan.” Ia tersenyum manis pada
satu-satunya teman dekat yang ia miliki, Song Seunghyun.
Seunghyun tersenyum lebar dan mengangguk antusias
kemudian menggandeng Taerin ke kantin.
-------
“Song Hyuri!” Ai menarik Hyuri, membawa gadis itu minggir
ke tepi tangga. Hyuri tertunduk di depan Ai. Kedua tangannya yang sedang
memeluk sebuah buku tebal terlihat gemetar. “Tak ada Nyonya Shin dank au
menyerah ketika Tuan dan Nyonya Song melarangmu dekat denganku. Terima kasih
telah berusaha melindungi aku. Tapi jangan acuhkan Myungsoo. Ia tak bersalah
Song Hyuri. Ia sama denganmu, hanyalah korban.” Hyuri tertunduk semakin dalam.
“Maafkan aku.” Bisik Ai kemudian pergi.
Hyuri menatap Ai yang berjalan cepat menjauhinya. Air
mata Hyuri menetes pelan. “Maafkan aku, Ai… maafkan aku.”
Junhyung dan Yiyoung berjalan bersama. Keduanya melihat
Ai yang berjalan dari arah berlawanan. Langkah Ai mengendur menyadari
keberadaan Junhyung dan Yiyoung yang berhenti menatapnya. Ai kembali
mengepalkan tangan kanannya, berjalan pelan melewati Junhyung dan Yiyoung
sambil menatap keduanya. Ai kemudian kembali berjalan cepat dan pergi.
Ai berhenti beberapa meter dari klinik. Terlihat Joongki
sedang ngobrol bersama salah satu staf pengajar di depan klinik. Ai menatapnya,
Dokter tampan itu, Song Joongki. Beginikan akhirnya? Kembali pada titik awal
dimana ia tak mengenal Song Hyuri juga Song Joongki. Ai membalikan badan dan
berjalan pelan, pergi. Ia harus membiasakan dirinya.
***
Genap seminggu. Hyuri tak berubah. Masih menghindari
Myungsoo, Viceroy, Ai dan teman-temannya. Sikap Hyuri ini membuat Myungsoo
benar-benar frustasi. Ai juga berubah sikap pada Joongki. Ia terus menghindari
Joongki. Ai tak mau Joongki membagi perhatiannya. Ai ingin Joongki fokus pada
Hyuri yang pasti sangat sedih dan kesepian kini.
“Selamat sore Bibi.” Sapa Joongki pada Nyonya Song.
“Joongki? Kau kemari?”
“Hyuri, dia ada? Aku ingin mengajaknya jalan-jalan
sebentar, boleh kah?”
“Kau tanyakan sendiri padanya, Hyuri ada di kamarnya.”
Joongki segera menuju kamar Hyuri yang berada di lantai dua.
Joongki hendak mengetuk pintu namun ia mendengar alunan biola dari kamar Hyuri.
Joongki membuka pelan pintu kamar Hyuri dan berdiri di ambang pintu menunggu
Hyuri selesai memainkan biolanya. Hyuri memainkan instrumen ‘Ali-Hurt’.
Terdengar begitu menyayat hati. Joongki terdiam, turut merasa bersalah atas
kejadian ini. Joongki segera bertepuk tangan ketika Hyuri selesai memainkan
biolanya.
“Oppa?? Sejak kapan Oppa di sana?”
“Temani aku jalan-jalan, aku luang.”
“Maaf, aku malas Oppa.”
“Sampai kapan kau akan terus begini? Sampai Nyonya Shin
kembali?”
“Nenek… mungkin.”
“Kau terlihat sangat buruk Hyuri. Ayo kita keluar,
menghirup udara segar, bersamaku.” Hyuri tersenyum, akhirnya mengangguk setuju.
“Aku tunggu kau di bawah.”
-------
Ai memainkan pensil di tangannya sambil menatap buku
kosong yang terbuka lebar di depannya. Ai lagi-lagi mencoret lembaran itu dan
kembali membuka halaman berikutnya. Ai kembali menulis namun suara gaduh itu
mengusiknya. Ai keluar dari kamar kecil itu dan mendapati Hanbyul, Myungsoo,
Minhwan dan Byunghun sudah berada di basecamp.
“Halo, Fujiwara!” Minhwan melambaikan tangan. Hanbyul
juga Byunghun tersenyum melihat Ai berdiri di pintu.
“Mereka
jadi rajin kemari, apa ini tak mengapa?” Komentar Wooyoung.
“Selama perang dingin berlangsung, aku rasa tak mengapa.
Berikutnya yang aku khawatirkan, jika Nona menyatakan tak akan mundur dan
mereka mengambil tindakan. Jangan sampai pangeran-pangeran itu menginjakan kaki
mereka di Jeonggu Dong jika itu terjadi. Kau paham?” Yongbae menanggapi.
“Aku mendengarnya, tentang Kibum dan Hanbyul, meminta
Bibi Han dan Myeongran Nuna melatih mereka. Bukan kah itu konyol?”
“Konyol?? Mengingat situasi sekarang, tentu saja tidak.
Beruntung sekali Jang Hanbyul itu. Berhasil mendapatkan Nona.”
“Tak seindah yang kau lihat, menurutku.”
“Kalian membicarakan siapa?” Sela Shin Ae. “Eh? Mereka
kemari??” Shin Ae baru menyadari kehadiran Viceroy. Dan Minhwan segera
melambaikan tangan padanya. “Ck! Anak itu.”
“Genap seminggu, tak ada perubahan dari Hyuri. Ia tetap
sama, menghindariku.” Myungsoo lesu.
“Dia terlihat kacau. Maafkan aku karena tak bisa berbuat
banyak. Hyuri juga menghindari aku. Ia tak berani berontak. Entahlah, mungkin
menunggu Nyonya Shin kembali.” Sesal Ai.
“Aku tahu kau menemuinya. Terima kasih sudah berusaha
membantu.”
“Kau menghindari Dokter Song, beliau bertanya padaku apa
kau baik saja.” Sela Hanbyul.
“Dia satu-satunya yang di percaya Hyuri sekarang. Aku tak
mau Hyuri merasa kesepian, karena itu aku menghindari Dokter Song agar ia bisa
fokus pada Hyuri. Aku sudah membuat kacau hidup banyak orang. Aku tak tahu
bagaimana menebusnya.”
“Dan apakah kau pikir ini menyelesaikan masalah?”
Byunghun ikut bicara. “Kenapa kau jadi begini rapuh Fujiwara Ayumu? Ini
bukanlah Fujiwara Ai Ayumu yang aku kenal sebelumnya.”
“Maaf, aku hanya berbicara tentang kenyataan.” AI
tersenyum lesu.
Hanbyul merangkul Ai dan mengelus lengan gadis itu.
Byunghun menatapnya. Minhwan masih menatap Shin Ae. Tatapan Myungsoo terhenti
pada gitar akustik yang berdiri rapi di panggung. Myungsoo tersenyum, bangkit
dari duduknya dan mengambil gitar itu kemudian kembali bergabung.
“Ya, Jang Hanbyul, lagu apa yang ingin kau nyanyikan?”
Tanya Myungsoo.
“Nee??”
“Kau tak ingin bernyanyi untuknya?” Myungsoo menggerakan
kepala menunjuk Ai yang duduk di samping Hanbyul.
Hanbyul tersenyum lebar lalu beralih ke samping Myungsoo
dan membisikan sesuatu di telinga Myungsoo. Myungsoo mengangguk paham kemudian
bersiap memetik gitar akustik dalam pangkuannya. Hanbyul kembali tersenyum pada
Ai. Myungsoo mulai memetik gitarnya dan kemudian Hanbyul menyanyikan lagu
Falling Slowly di iringi petikan gitar Myungsoo.
Hyrui hafal jalan ini. Ini adalah jalan menuju Jeonggu
Dong. Hyuri menoleh, menatap tajam Joongki yang kemudian hanya tersenyum manis
menanggapinya.
Suara Hanbyul terdengar begitu merdu di telinga Ai. Ai
tersentuh mendengar Hanbyul bernyanyi untuknya. Ai menatap Hanbyul, baru ia
sadari jika belakangan ini Ai lebih sering mengabaikan Hanbyul, pemuda yang ia
minta untuk tetap tinggal di sisinya. Sejenak Ai menyesali sikapnya pada
Hanbyul. Sesekali Byunghun memperhatikan ekspresi Ai, sementara yang lain
menikmati pertunjukan duet Myungsoo dan Hanbyul. Byunghun kemudian tersenyum
geli melihat bagaimana Minhwan menatap Shin Ae.
Mobil Joongki tiba di depan basecamp. Hyuri tampak ragu,
namun Joongki meyakinkannya. Keduanya turun dan berjalan masuk. Hyuri
menghentikan langkahnya di ambang pintu masuk basecamp, melihat Myungsoo
memainkan gitar dan Hanbyul bernyanyi. Suara Hanbyul, walau Hyuri tahu Hanbyul
tak bernyanyi untuknya, namun Hyuri tersentuh mendengarnya.
Semua bertepuk tangan memberi penghargaan untuk duet
Myungsoo dan Hanbyul. “Song Hyuri?” Hanbyul yang kebetulan menghadap pintu
masuk basecamp. Yang lain kompak menatap pintu masuk, menemukan Hyuri dan
Joongki yang berdiri di sana.
Hyuri makin ragu melihat satu per satu orang dalam
basecamp. Ai bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat. Ai berhenti jarak dua
langkah dari Hyuri. Dua gadis ini saling menatap. Senyum terkembang di wajah
Ai. “Welcome home, dear.” Ucap Ai.
“Maafkan aku.” Bisik Hyuri yang langsung memeluk Ai.
“Maafkan aku…” Ulangnya sambil menangis. Ai mengelus punggung Hyuri dan
mengangguk. “Thank you… thank you…”
Myungsoo dan Hyuri terlihat canggung. Namun kemudian
Myungsoo memeluk erat Hyuri. Ia tak peduli dan tetap memeluk Hyuri di depan
teman-temannya.
***
Wajah Hyuri berseri kembali. Tak hentinya ia mengucap
terima kasih pada Joongki. Hyuri enggan keluar dari mobil Joongki ketika sampai
di rumahnya. Joongki mengantar Hyuri masuk. Hyuri menunduk semakin dalam
mendapati Tuan dan Nyonya Song sudah menunggunya. Melihat ekspresi kedua orang
tua Hyuri, Joongki segera angkat bicara membela Hyuri sebelum ada pernyataan
dan pertanyaan dari Tuan dan Nyonya Song.
“Marahlah padaku. Aku yang memaksa Hyuri keluar dan
membawanya ke Jeonggu Dong. Semua ini murni rencanaku.” Joongki mengakhiri
penjelasannya.
“Kau lupa pada peristiwa penyerangan di ujung gang
sekolah?” Nyonya Song terlihat benar marah.
“Kejadian itu, kebetulan, namun menjadi sangat besar. Mereka kembali setelah
Jaejoong, Wonbin, Jaejin dan Minhyuk pergi. Harusnya Bibi melihat dan menilai
secara keseluruhan. Dia melindunginya Bibi, melindungi Hyuri bahkan mengabaikan
dirinya sendiri. Mereka melindunginya, melindungi Hyuri.”
“Kebetulan? Kau menyebutnya kebetulan? Bagaimana jika
yang terjadi adalah kemungkinan terburuk? Hyuri satu-satunya yang kami miliki.”
“Semua orang tua pasti akan merasa demikian. Ingin
anaknya aman, selalu. Tapi mengesampingkan kekhawatiran Paman dan Bibi yang
berlebihan itu, apakah Paman dan Bibi memperhatikan bagaimana Hyuri seminggu
ini? Apa Paman dan Bibi bertanya padanya apa yang ia rasa? Bagaimana
tersiksanya Hyuri berusaha menghindari Fujiwara Ayumu juga Viceroy di sekolah?
Menerima ancaman Bibi, menuruti kemauan Bibi walau itu sangat menyiksanya.”
“Oppa sudah.” Hyuri hampir menangis.
“Hari ini aku melihat senyumnya kembali. Senyum yang
sangat manis dari Song Hyuri. Andai Paman dan Bibi juga menyadarinya. Andai
Nyonya Shin di sini. Hanya seminggu tanpa Nyonya Shin, Hyuri sudah begini
menderita. Bagaimana jika nanti Nyonya Shin benar-benar pergi?” Imbuh Joongki.
Tuan dan Nyonya Shin terdiam. “Istirahatlah, Hyuri.” Pinta Joongki.
Hyuri tampak ragu, namun Joongki meyakinkannya. Hyuri akhirnya
pergi, menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Hyuri langsung menelfon Ai. Hyuri
mencurahkan seluruh kekhawatirannya pada Ai.
Dokter Song itu
malaikat dalam wujud manusia. Hanya dengan tersenyum, ia bisa meluluhkan hati
siapa saja, walau itu batu karang sekalipun. Yah, sebut saja batu karang itu
aku, dan kau lihat apa yang Dokter Song lakukan pada batu karang ini? Semua
yang ada padanya, tak seharusnyaa kau ragukan. Dokter Song di berkahi
kebijaksanaan ini. Kau tak perlu mengkhawatirkannya. Dalam genggamannya, dunia
akan baik-baik saja. Percayalah.
Joongki tersenyum usai
membaca pesan yang di kirim Hyuri. Pesan dari Ai yang sengaja Hyuri kirim untuk
Joongki. Hyuri menatap dari balkon kamarnya. Mobil Joongki melaju pergi. Hyuri
menghela nafas dan kembali masuk.
***
Minggu malam, Minki menemani Ai pergi ke club milik
Jaesuk. Minki sadar ini akan membuat Ai sedikit tak nyaman. Mengajak Sukjin
bertemu di sini, club milik Jaesuk, tempat dimana dahulu YOWL sering tampil.
Namun tak ada pilihan lain, karena Sukjin benar menginginkannya dan Ai
menghormati keputusan itu. Jaesuk menyambut Ai dan Minki lalu menemani
keduanya, menunggu Sukjin datang. Konsentrasi Ai mulai terbagi ketika ia
menatap panggung. Pikiran Ai kembali melayang, teringat masa-masa Berjaya di
atas panggung bersama YOWL. Dahulu, panggung itu adalah singgasana YOWL. Minki
menyadari ekspresi Ai. Ia kemudian turut menatap panggung yang kosong. Minki
beranjak dari duduknya dan berjalan menuju panggung, mengambil gitar akustik
yang tersedia di sana. Ai terkejut melihat Minki tiba-tiba sudah berada diatas
panggung. Jaesuk hanya tersenyum manis menyadari ekspresi Ai. Ai kembali
menatap panggung. Minki duduk memangku gitar akustik dan melakukan check sound.
Minki diam sejenak, menatap meja dimana Ai duduk.
“This song for you, my little angel.” Minki tersenyum
menatap Ai kemudian mulai memetik gitarnya. Minki menyanyikan lagu Angel’s
Tale-HYDE dalam bahasa Inggris.
Bukan hanya Ai yang terpukau melihat penampilan Minki.
Seluruh pengunjung club turut menikmatinya dan takjub. Sukjin datang bersama
Taehee. Langkah keduanya terhenti dan mereka menatap panggung. Senada dengan Ai
dan pengunjung club yang lain, Sukjin terlebih Taehee takjub melihat
pertunjukan Minki. Larut dalam alunan gitar yang di petik Minki dan vocal
lembut pemuda itu. Ai terharu mendengarnya. Ia tersenyum bangga ketika
pengunjung bertepuk tangan untuk Minki yang telah menyelesaikan pertunjukannya.
“Siapa pemuda itu?” Bisik Taehee.
“Kakak dari Fujiwara Ayumu.”
“Orang Jepang juga? Wajahnya tak seperti orang Jepang.”
Minki turun dan kembali duduk bersama Ai. Ia melihat
Sukjin dan melambaikan tangan. Sukjin membalasnya dan berjalan mendekat. Ai dan
Minki bangkit dari duduknya, memberi salam pada Sukjin dan Taehee. Keempatnya
kemudian duduk bersama.
“Jadi kau Ai, Fujiwara Ayumu itu? Tak terlihat seperti
orang Jepang. Aku Kim Tae Hee, Presiden Direktur Caliptra Seta Entertainment.”
Cerocos Taehee tanpa sungkan. “Akhirnya kita bisa bertemu. Senang bertemu
denganmu, Fujiwara Ayumu.”
“Senang berjumpa dengan Anda.” Balas Ai sopan.
“Langsung saja. Kau sudah mempelajarinya? Bagaimana
menurutmu? Bagaimana mereka, YOWL, bisa begitu tergantung padamu? Empat pria
bertekuk lutut pada satu wanita, jujur itu membuatku terkejut dan iri, maaf.
Bagaimana menurutmu?”
“Aneh.”
“An-aneh?? Kau bahkan mengatakan hal yang sama, kalian…
hah!” Taehee kemudian menatap tangan kiri Ai yang masih terbungkus gips. “Kau
akan benar menghilang dari kehidupan YOWL? Setelah sekian lama kalian berjuang
bersama?”
“Tak ada pilihan. Aku rasa ini takdir.”
“Takdir? Kecelakaan itu? Ok, iya itu takdir. Tapi nasibmu
belum menemukan akhir. Kami memilih YOWL bukan hanya karena SMS dukungan, vote.
Tapi kami melilih YOWL karena kami melihat bakat dan kemampuan mereka. Namun
solidaritas itu, yang kalian miliki, sedikit membuatku kesal. Mereka menjadi
sedikit… rapuh. Aku rasa kau lebih paham tentang ini.”
“Konsep
ini, hanya umpan bukan?” Ai menatap Taehee tanpa ragu. “Penilaian untuk
menyelami siapa itu YOWL.” Imbuh Ai. “Nona ingin merubah kepanjangan YOWL
menjadi sedemikian rupa. Aku paham arti dari kata-kata itu, Yuen, Odell, Wang,
Leroy. Sangat tak berhubungan, walau memiliki arti yang sempurna. Raja-raja
pembawa melody yang terkenal di seluruh dunia. Namun coba Nona lafalkan, apakah
tak terdengar aneh? Coba Nona bandingkan dengan Young, Ordinary, Wild and
Lovely.”
“Memang
terdengar aneh, menggabungkan empat kata dari empat bahasa itu.”
“Arti
yang sempurna, namun ketika di lafakan terdengar ganjil. Maaf, aku pribadi
menolaknya.”
Taehee
menatap Ai. Sejenak mencoba mengenal gadis itu lewat sorot mata Ai. “Kau memang
mempesona. Aku akui itu. Andai saat ini kau masih bersama YOWL. Ah, maaf. Kau
memang masih bersama mereka. Ayolah Fujiwara, kau masih di sini, bersama YOWL
dan aku… aku ingin kerjasama ini. Kerjasama antara kau, aku dan YOWL. Kita
bersama-sama akan membawa YOWL ke puncak. Kita akan bersama-sama membawa YOWL
terbang menguasai dunia.”
***
Ai dan
Minki berjalan pulang. Ai lebih banyak diam. “Merasa lega atau ada hal lain
yang kau rasa?” Minki memulai obrolan.
“Terima
kasih untuk kejutannya.” Ai menatap Minki dan tersenyum manis membuat Minki
tersenyum tersipu. “Oh! Jinwoon Oppa?? Daehyun??” Ai mempercepat langkahnya.
“Oppa kemari??”
“Jiyoo
Fujiwara! Kemana saja kau!” Daehyun kesal.
“Maaf
membuat kalian menunggu. Ada apa hingga Oppa kemari malam-malam begini?
Daehyun??”
“Sebaiknya
kita masuk.” Ajak Minki.
Ai,
Jinwoon dan Daehyun duduk di ruang tamu, sedang Minki menyeduh teh untuk
mereka. Ai benar penasaran tentang apa yang membawa Daehyun turut bersama
Jinwoon, malam-malam ke Jeonggu Dong menemuinya. “Ada apa sebenarnya?” Tanya
Ai.
“Karena
ini.” Daehyun meletakan amplop coklat di meja dan mendorongnya pada Ai. “Tak
tahu siapa yang mengirimnya.”
Minki
kembali membawa teh untuk mereka. Minki membantu Ai membuka amplop coklat yang
di berikan Daehyun. Mata sipit Minki melebar melihat isi amplop itu. “Ini?!!!”
Minki menarik seluruhnya isi amplop itu. “Jiyoo, pria ini…..”
“Kim
Youngduk Songsaengnim, kakak tiri Jaejoong.” Bisik Ai membenarkan dugaan Minki.
“Daehyun~aa, dimana kau mendapatkan ini??”
“Bagaimanaa
ini bisa terjadi??” Minki benar di buat heran.
“Sejak
kapan kau dekat dengan Kim Youngduk Songsaengnim?” Tanya Jinwoon.
Ai
terduduk lemas dan diam.
---TBC---
shytUrtle
0 comments