¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
23:48¤ HWASEONG ACADEMY -Love, Music and Dreams- (화성 아카데미-사랑, 음악과 꿈-) ¤
. Judul: Hwaseong Academy ‘Love, Music and Dreams’
. Revised Romanization: Hwaseong Akademi ’salang, eum-aggwa kkum’
. Hangul: 화성 아카데미’사랑, 음악과 꿈’
. Author: shytUrtle_yUi
. Rate: Serial/Straight
Episode #17
“Aa-ai??” Hyuri benar-benar terkejut. Ia terlihat pucat
dan merasa terjepit. Di depannya berdiri Myungsoo dan di belakangnya tiba-tiba
Ai muncul. Ia khawatir Ai salah paham karena melihatnya bersama Hanbyul. Baru
saja ia memikirkan Ai dan tiba-tiba gadis itu muncul, seolah sengaja di undang
untuk datang. Ai berjalan mendekat membuat jantung Hyuri juga Hanbyul berdetak
kencang.
“Kebetulan bertemu dengan mu disini, bantu aku mencari
novel.” Pinta Ai. Reaksi Ai datar baik pada Hyuri juga Hanbyul. Hanbyul menatap
Ai berharap gadis itu menatapnya namun Ai tetap cuek. “Kim Myungsoo??”
“Ini, sangat kebetulan sekali.” Myungsoo juga mendekat.
Ai mengangguk.
Hyuri menemani Ai melihat-lihat novel. Myungsoo mengekor
di belakang Hanbyul. Terus di amatinya Hanbyul yang tak hentinya menatap Ai.
“Ya, Jang Hanbyul. Kau benar menyukai gadis itu?
Fujiwara?”
“Entahlah.” Hanbyul tersenyum sendiri lalu berbalik
menghadap Myungsoo. “Ini sangat gila. Aku tidak bisa berhenti memikirkannya
sejak ia menolong ku di Jeonggu Dong. Bagaimana dengan mu?”
“Nee?? Aku??”
“Em. Diam-diam, kau juga memperhatikannya bukan?”
“Ehem! Itu... hah. Terlalu beresiko jika terus maju. Lagi
pula tidak ada harapan, sepertinya.”
“Mundur sebelum mencoba?”
“Ide Byunghun menghancurkan reputasinya sendiri.”
“Sayangnya cinta itu tidak mengenal reputasi. Kau boleh
menyebut ku gila, tapi beginilah adanya. Aku tidak mau lari dari apa yang aku
rasakan, seperti yang kau lakukan.”
“Ya! Jang Hanbyul! Kau sadar akan ucapan mu?”
“100% sadar. Aku hanya ingin jujur pada diri ku sendiri.”
“Jadi, kau menyebut ku, pengecut?”
“Kau merasa demikian?”
Myungsoo diam dan menatap tajam Hanbyul yang kemudian
tersenyum.
“Kau suka novel?” tanya Hyuri.
“Ini untuk Bibi ku. Dia orang Jepang, tinggal di Seoul.
Dia suka novel. Aku butuh bantuannya, ini semacam suap.” Ai menggaruk
kepalanya. Hyuri tersenyum melihat tingkah Ai.
“Keponakan memberi hadiah pada Bibi atau Paman kan wajar.
Kau tidak pernah berkunjung pada Beliau?”
“Em. Tapi Bibi sering berkunjung ke florist. Aku sering
merepotkan Beliau.”
“Bagaimana kalau ini? Aku rasa cocok untuk Bibi mu. Ini
juga bukan novel terjemahan, menurut ku Beliau belum punya ini dan aku yakin
Beliau akan suka.”
“Baiklah. Aku ambil ini.”
-------
“Kita akan berpisah begini saja?” tanya Hanbyul sa’at
keempatnya keluar dari toko buku. “Aku lapar. Bagaimana kalau kita makan dulu?”
“Ide bagus!” Hyuri langsung setuju. “Lagi pula kemarin
hari ulang tahun Ai, anggap saja hari ini perayaan untuk Ai.”
“Ok! Aku akan traktir kalian.” Ai juga setuju.
“Kok kamu?” tanya Hyuri.
“Di Indonesia ada tradisi, sa’at seseorang berulang
tahun, maka dia harus mentraktir keluarga atau teman-temannya, sebagai wujud
rasa syukur. Aku ingin merawat kalian seperti itu.”
“Tapi ini Korea.” Protes Myungsoo.
“Jika kau tidak suka, kau bisa pergi.” Ai menatap
Myungsoo dengan tatapan datarnya dan membuat Myungsoo tak berkutik lagi. “Ayo.
Ada tempat makan asik di dekat sini.” Ai berjalan memimpin.
“Dia itu. Selalu mengejutkan. Dia tahu segalanya?” gumam
Myungsoo.
“Dia hanya tahu apa yang dia ingin tahu,” Hyuri tersenyum
dan menyusul langkah Ai.
Hanbyul tersenyum dan merangkul Myungsoo. Keduanya
menyusul Ai dan Hyuri.
Myungsoo ikut makan bersama. Ia mulai bisa beradaptasi
dengan dua orang asing ini, Ai dan Hyuri. Myungsoo lebih banyak diam. Sama
halnya Ai. Myungsoo terus memperhatikan Ai yang berada dekat di depannya. Ai
lebih fokus pada ponselnya daripada hidangan lezat yang tersaji di depannya.
Hyuri dan Hanbyul lahap menikmati makanan yang tersaji sambil sesekali
mengobrol. Myungsoo sesekali memperhatikan Hyuri yang duduk berhadapan dengan
Hanbyul. Senyum Hyuri, manis. Gadis itu terlihat sangat manis sa’at ia
tersenyum. Myungsoo baru menyadari hal itu.
“Aku harus pergi!” Ai tiba-tiba bangkit dari duduknya. Ai
merapikan barang-barangnya dan langsung pergi begitu saja.
“Fujiwara!” panggil Hanbyul namun Ai mengabaikannya.
Myungsoo di buat bingung melihatnya.
“Dia itu tidak pernah makan dengan baik.” Gumam Hyuri.
“Jika buru-buru, aku kan bisa mengantarnya...” gerutu Hanbyul.
“Emm... Sunbae harusnya mengejar Ai.” Goda Hyuri. “Kejar!”
“Tidak. Nanti dia makin marah karena aku melanggar
janji.”
“Emm... janji?? Kalian punya janji??” Hyuri makin membuat
wajah Hanbyul memerah.
“Hanya aku, bukan kami.”
“Eumm... Sunbae itu... keren! Hehehe...”
Myungsoo menatap kesal dua anak manusia ini. Mereka
seolah menganggap Myungsoo tak ada.
***
Ai sampai di florist. Yoseob sudah menunggu bersama
Kyumin, Hongki, Sungjeong dan Chanhee. Yongbae dan Minki menjamu mereka dengan
baik. Tak lama kemudian Kibum dan Wooyoung datang bersama. Minki dan Yongbae
membantu Ai mengajari teman-temannya untuk belajar teknik dasar merangkai
bunga. Pemuda-pemuda tampan ini terlihat antusias belajar merangkai bunga-bunga
cantik itu. Sesekali mereka saling bercanda.
“Andai saja ada anak perempuan lagi, pasti seru.
Sebenarnya kenapa mereka tak mau bergabung? Apa mereka takut pada ku?” Ai
kembali memulai obrolan.
“Iya, karena kau itu vampir. Lihat bagaimana cara mu
menatap orang. Lalu kau juga jarang sekali bicara pada orang asing.” Olok Kibum
membuat Yoseob, Kyumin, Hongki, Sungjeong dan Chanhee menatapnya heran. “Coba
kau rubah sedikit riasan mu, pasti akan lain tanggapan mereka. Iya kan
teman-teman??” tanya Kibum seolah membawa kembali jiwa kelima rekannya dan mereka
segera mengangguk.
“Aku tidak percaya diri jika tampil polos.”
“Mwo?? Kau punya rasa tidak percaya diri juga??” celetuk
Kyumin.
“Ess, bagaimana pun juga, aku hanya manusia biasa. Hanya
saja aku sedikit abnormal.” Komentar Ai membuat rekan-rekannya tertawa.
“Bukankah bunga identik dengan wanita?? Huft...”
“Fujiwara, aku akan berdandan ala wanita sa’at pameran
nanti.” Kata Sungjeong.
“Mwo??” Ai menatap Sungjeong heran begitu juga yang lain.
“Kau benar, bunga identik dengan wanita. Mungkin
gadis-gadis di kelas kita mengalami kelainan hingga mereka tak suka dengan
bunga. Aku akan berdandan ala seorang gadis dan memakai hanbok.” Sungjeong
tersenyum lebar meyakinkan yang lain.
“Apa kita semua harus memakai hanbok?” tanya Chanhee.
“Sungjeong saja dan...” Ai diam sejenak menatap
teman-temannya. “...dan aku... aku akan memakai kimono.”
“Mwo??” pekik Yoseob dan Kibum bersamaan. “Ai, kau
serius?” tanya Kibum.
“Seperti yang di percayakan Yoseob dan Junki Songsaengnim
pada ku, mereka bilang aku maskot kelas kita, karenanya aku ingin memberikan
yang terbaik yang aku bisa. Tapi tolong, rahasiakan ini.”
“Wah, itu keren!” Hongki antusias. “Aku tidak sabar ingin
melihat Fujiwara memakai kimono hehehe... Aku tidak menyangka orang seperti mu
sangat memahami bunga. Tadinya aku pikir kau hanya bisa mengelus gitar dan...”
Hongki tak melanjutkan ucapannya.
“Berkelahi?” sahut Kibum. “Tidak semua orang Jeonggu Dong
jago berkelahi, contohnya aku. Aku sangat payah dalam hal itu. Dulu jika
mereka, YOWL maju berkelahi, aku hanya bisa diam merapat pada tembok atau
menjauh. Menyedihkan bukan?”
“Aku juga tak seberani itu.” Yoseob merangkul Kibum.
Ai tersenyum dan menggeleng melihat keduanya.
***
Bulan juni pun tiba. Sekolah dan seluruh penghuninya
makin sibuk mempersiapkan festival tahunan ini. Hwaseong Academy Community
ramai kiriman tentang segala persiapan festival.
Sore ini Ai datang berkunjung ke kediaman Nyonya Shin. Ai
membawa ikebana bunga lily putih untuk Nyonya Shin.
“Hari ini kau datang mengantar ikebana ini sendiri,
senang sekali bisa bertemu langsung dengan mu kembali.” Nyonya Shin duduk
menemani Ai. “Kali ini, lily putih?”
“Nee. Ini bentuk pengabdian serta persahabatan dari saya,
juga rasa kagum untuk Nyonya.”
“Panggil saja kau nenek.”
“Nenek??”
“Em.” Nyonya Shin tersenyum dan mengangguk. Ai jadi
tersipu sendiri. “Kau mencari Hyuri? Dia ada jadwal les sore ini.”
“Animnida. Saya datang untuk bertemu Nyonya, ups... untuk
bertemu Nenek.”
“Wah, ada apa ini?”
“Saya ingin berterima kasih untuk semua. Kepercayaan dan
kesempatan ini. Itu semua sangat berharga bagi kami. Terima kasih telah
memberikannya secara cuma-cuma.”
“Aku dan YOWL, aku merasa kita punya banyak kesamaan.
Sebelumnya, aku juga orang kecil yang selalu di remehkan dan di pandang sebelah
mata, sama seperti kalian. Aku membangun Hwaseong Academy untuk semua golongan.
Sekolah ini memang berkembang dengan baik, namun masih saja ada hal demikian,
seperti yang kalian alami. Ma’afkan keteledoran ku ini.”
“Itu wajar di lakukan untuk menjaga nama baik sekolah,
kualitas Hwaseong Academy memang tidak di ragukan. Stardust, Viceroy dan Red
Venus memang patut jadi kebanggaan. Prestasi yang mereka raih, sungguh luar
biasa. Tentu saja, kami bukan apa-apa di banding mereka.”
“Andai mereka memilki sifat seperti yang kau miliki,
mereka pasti akan terlihat lebih indah. Yang di anggap sebagai kesalahan YOWL
adalah, kalian berasal dari Jeonggu Dong, daerah yang terkenal dengan preman
dan penjahat. Aku benci orang dengan pandangan sempit itu. Aku berada dalam
posisi sulit dengan mempertahankan kalian dan membiarkan kalian terhina. Karena
itu dalam kesempatan kali ini aku ingin kalian menunjukan jati diri kalian yang
sebenarnya. Aku tidak meragukan prestasi akademsi YOWL, kalian baik dalam hal
itu.”
“Nee. Kamsahamnida.”
“Kau tidak membocorkan konsep YOWL sedikit pun pada ku.
Hyuri juga tak mau bicara tentang ini walau dia terlibat dalam tim kalian.”
“Nenek harus sabar. Ini akan jadi kejutan hehehe... Oya,
saya juga ingin berterima kasih perihal bekal yang Nenek kirim tempo hari.
Nenek sudah merawat ku dengan baik.”
“Bekal??”
“Nee. Nenek selallu mengirim dua kotak bekal, satu untuk
Hyuri dan satu untuk ku. Bekal makan siang kami, setiap hari.”
“Bekal makan siang? Oh, itu. Hyuri mendapatkannya dari
Song Joongki, Dokter sekolah kita.”
“Nee?? Dokter Song??”
“Iya. Hyuri menderita alergi pada beberapa jenis makanan.
Sejak sa’at itu Joongki yang mengambil alih menu makanan untuk Hyuri. Dia pakar
gizi yang handal. Kau juga mendapatkan kotak bekal darinya? Menu makanan ku
juga murid-murid Hwaseong Academy, Joongki lah yang menanganinya.”
-------
Ai berjalan pelan keluar dari kediaman Nyonya Shin. Ia
menyusuri jalanan sepi di depan kediaman megah Nyonya Shin. Mobil sedan mewah
berwarna kuning cerah itu melaju melewati Ai. Ai tak memperhatikannya dan tetap
berjalan dengan melamun. Tatapannya tampak kosong tak fokus pada jalan. Mobil
itu berhenti tiba-tibaa dan berjalan mundur lalu berhenti tepat di dekat Ai.
“Fujiwara!” panggil Joongki berhasil mengejutkan Ai
mengembalikan kesadaran gadi itu. Ai menghentikan langkahnya dan menoleh. Ia
sedikit terkejut melihat Joongki. Ai sedang memikirkan Dokter tampan itu dan
tiba-tiba saja dia muncul.
“Dokter Song?”
Joongki tersenyum manis. “Kau di sini?”
“Kebetulan sekali.” Ai tersenyum tulus. “Dokter Song, ada
yang ingin aku bicarakan dengan Anda.”
“Em, masuklah.” Ai pun masuk ke dalam mobil Joongki.
“Kita cari tempat untuk ngobrol.”
“Tidak perlu. Disini saja sudah cukup. Bekal makan siang
yang di bawa Hyuri tempo hari, itu adalah pemberian Anda, Dokter Song?” Ai
menatap lurus Joongki. Joongki terkejut mendengarnya. Ia kemudian tersenyum.
“Akhirnya kau menyadarinya juga.”
“Ma’af. Hyuri selalu mengatakan, bekal itu pemberian
Nyonya Shin dan aku mempercayainya.”
“Kau mulai mencurigainya bukan? Kau itu terlalu bandel.
Hyuri khawatir kau tidak akan mau menerima bekal itu jika ia jujur
mengatakannya, aku yang membuat bekal itu. Karenanya Hyuri mengatakan demikian,
bekal itu Nyonya Shin yang membuatnya untuk mu dan ternyata itu manjur.”
“Bagaimana pun juga, terima kasih. Anda telah merawat ku
dengan baik.” Ai diam sejenak. “Aku hanya ingin mengatakan ini, terima kasih.
Aku pergi.”
“Fujiwara.” Joongki menahan tangan Ai.
“Nee?”
“Jika dari awal kau tahu, aku yang membuat bekal itu, apa
kau akan tetap menerimanya?”
“Bukankah tadi Dokter sudah mengatakan prediksinya?”
Joongki tersenyum, “lalu setelah ini, apa kau akan tetap
memakan bekal yang aku buat?”
“Tentu saja. Lidah dan perut ku sudah sangat bersahabat
dengan bekal yang Dokter buat. Terima kasih.” Ai tersenyum.
Joongki tersenyum lega. “Kau mau kemana? Pulang? Biar aku
mengantar mu.”
“Tidak perlu.”
“Sudahlah! Duduk yang manis.”
Joongki melajukan mobilnya mengantar Ai pulang. Keduanya
terdiam. Sesekali Joongki menoleh menatap Ai lalu ia tersenyum.
“Kenapa Dokter Song begitu baik pada ku?” Ai membuka
obrolan.
“Aku merasa kasihan pada mu. Kau tidak memperhatikan
kesehatan mu sendiri.”
“Kasihan? Hagh! Alasan yang... simpel.”
“Lucu?”
“Sedikit.”
“Tidak masuk akal?”
“Aneh.”
“Seperti mu.” Keduanya tertawa bersama. “Sejauh ini,
bagaimana persiapan mu?”
“Bersyukur tim YOWL, semua kelengkapannya telah kami
dapatkan. Hanya menunggu untuk tanggal 15 saja. Itu membuat ku sedikit gugup.”
“Jangan kecewakan aku yang telah memberikan suara ku
untuk YOWL.”
“Nee?? Dokter Song mendukung YOWL?”
Joongki hanya tersenyum menanggapinya.
***
Sejak H-3 akan di gelarnya Hwaseong Festival sekolah pun
sangat sibuk. Tidak hanya panitia namun seluruh murid. Mereka sibuk
mempersiapkan stan kelas masing-masing. H-2 murid-murid makin sibuk. Mereka
mulai membangun stan di area yang telah di siapkan panitia. Semua kelas di
kumpulkan di area terbuka yang luas dan mampu menampung stan seluruh kelas dari
tiga tingkat berserta stan club-cub sekolah. Semua membaur sibuk membangun stan
masing-masing.
Kebetulan stan kelas Hanbyul berhadapan langsung dengan stan
kelas Ai. Sejak dua hari yang lalu, Hanbyul tak hentinya memperhatikan Ai
sambil ia membantu teman-temannya mendirikan stan.
Hari ini pun sama. Hanbyul terus memperhatikan Ai.
Hanbyul kembali berdiri setelah ia jongkok beberapa sa’at untuk mengikat tali.
Betapa terkejutnya Hanbyul mendapati Jaejoong sudah berdiri berkacak pinggang
dan menatapnya kesal.
“Kenapa kau terus menatapnya seperti itu?!” tanya
Jaejoong.
“Menatap siapa yang kau maksud?” Hanbyul balik bertanya.
“Ish! Jang Hanbyul!”
“Aku tidak melihat tulisan jika Fujiwara Ayumu itu adalah
gadis milik Kim Jaejoong, kenapa kau terus menyebutnya gadis ku?”
“Ya!”
“Jaejoong~aa!” Minhyuk menghampiri Jaejoong. “Apa yang
kau lakukan disini?”
“Dia terus menatap Ai, aku tidak suka melihatnya.”
“Hah, kau ini! Sudahlah! Ayo!” Minhyuk membawa Jaejoong
kembali.
“Kau melabraknya seperti itu, seperti anak perempuan
saja.”
“Ya! Kang Minhyuk! Kau tidak marah?” Jaejoong
menghentikan langkahnya.
“Kau marah? Kenapa kau marah? Kenapa kau tidak marah ketika
murid-murid menatap Yiyoung bahkan menggodanya? Kenapa kau marah ketika ada
laki-laki menatap Fujiwara Ayumu? Bukankah kau menyukai Noh Yiyoung? Kau berhak
marah atas Ai? Kau ini siapa?”
“Ada apa ini?” Jaejin menyela.
“Sebenarnya, kau menyukai Ai kan?” vonis Minhyuk.
“Mm-mwo?? Ada apa sebenarnya?” Jaejin menatap Minhyuk
lalu Jaejoong. “Jaejoong?”
“Lupakan omong kosong itu.” Jaejoong meninggalkan
keduanya.
“Ya, apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Jaejin pada
Minhyuk.
“Kau itu sama bodohnya dengan Jaejoong.”
“Nee?? Ya! Kang Minhyuk!” Jaejin mengejar Minhyuk.
Dari stan kelasnya, Jinwoon juga bisa melihat Ai dengan
jelas. Jinwoon juga terus memperhatikan Ai yang sibuk membangun stan kelasnya.
Dia satu-satunya gadis dalam kelompok kelas X-F. Daehyun berdiri memperhatikan
kesibukan murid-murid Hwaseong Academy yang sibuk mempersiapkan kelasnya
masing-masing.
“Skandal Hanbyul dan Fujiwara, aku rasa benar adanya,”
Taemin yang berdiri di samping Daehyun tiba-tiba bicara demikian.
“Mwo?? Apa maksud mu?”
“Benar kata pepatah, cinta dan batuk itu sama, sama-sama
tak bisa di sembunyikan. Kau tidak menyadarinya? Bagaimana Hanbyul terus
menatap Fujiwara?”
“Jang Hanbyul terus menatap Jiyoo Fujiwara? Ah, aku tidak
tahu.”
“Kenapa kau selalu menyebut Fujiwara seperti itu?”
“Ess, itu... lupakan saja hehehe... Kau memperhatikan
mereka?”
“Pertanyaan di otak ku, ada apa dengan Jinwoon
Sunbaenim?”
“Mwo?? Jinwoon Hyung?? Ada apa dengannnya?”
“Dia juga terus menatap Fujiwara. Apa foto-foto itu benar
adanya? Apakah Hanbyul menyukai Fujiwara namun Fujiwara menyukai Jinwoon
Sunbae?”
“Mwo?? Ya, Taemin~aa! Kau ini bicara apa?? Sudahlah! Ayo
kita pergi!”
***
H-1, stan-stan sudah berdiri rapi. Beberapa sudah
sempurna namun ada juga yang belum sempurna. Selain stan bazar, persiapan lain
juga sudah hampir selesai, seperti arena ssireum, area geunetagi (ayunan) dan
tioban (jungkitan), juga arena panahan. Hwaseong Festival nampak seperti
perayaan Danoje namun disini di sandingkan dengan beberapa permainan modern
pula.
“Ini pertama kalinya, kau jadi saingan kami.” Minhyuk
menemui Ai di stan kelasnya.
“Kelas X-F murid perempuannya hanya kau saja?” tanya
Jaejin.
“Semua takut pada vampir ini.” tuding Kibum pada Ai.
“Terus saja mengolok ku!” Ai pura-pura kesal. “Untung
saja aku punya Wooyoung yang sangat baik dan tulus membantu ku.”
“Teisatsu-san?” sahut Jaejin dan mereka tertawa bersama.
“Liputan yang di tulis Hyuri sudah di pajang di mading
sekolah.” Kata Kibum.
“Benarkah? Liputan apa?” tanya Jaejoong.
“Pertandingan basket persahabatan bulan kemarin.
Foto-foto prestasi yang berhasil di raih murid dan juga club sekolah sengaja di
pasang untuk menyambut festival besok. Ai, hasil jepretan mu benar-benar
keren.”
“Kok, Ai??” tanya Minhyuk.
“Waktu itu Hyuri meminta bantuan Ai untuk mengambil
foto-foto jalannya pertandingan. Oya, foto penampilan perdana YOWL juga ada di
sana beserta liputan singkatnya. Kalian terlihat keren disana.”
“Benarkah?? Jaejin, ayo kita lihat!” Minhyuk segera
merangkul Jaejin pergi.
Karena penasaran, Jaejoong akhirnya pergi ke mading
sekolah yang berada di area terbuka itu. Jaejoong berada sendiri di sana. Ia
melihat foto penampilan YOWL. Jaejoong tersenyum melihatnya. Ia kemudian
beralih pada foto pertandingan basket yang di ceritkan Kibum. Foto-foto
detik-detik Hanbyul mencetak skor kemenangan terpampang apik di sana. Benarkah
ini Ai yang memotretnya? Tanya di benak Jaejoong sambil terus menatap foto
Hanbyul.
Orang ini
kah yang di sukai Ai? Ai menyukai Jang Hanbyul? Benarkah? Lalu benarkah aku
menyukai Ai? Lalu bagaimana perasaan ku pada Yiyoung?
“Akhirnya tiba juga,” Myungsoo menghampiri Jaejoong.
Jaejoong tersadar dari lamunannya. Myungsoo ikut melihat foto Hanbyul. “Dia
tampak seperti bintang yang sebenarnya bukan? Benar-benar bersinar.” Myungsoo
menoleh menatap Jaejoong, “pertempuran kita. Aku penasaran, apa itu Summer
Windmill.”
“Bukan hal besar. Hanya kincir angin kecil dari Jeonggu
Dong.”
“Aku harap bukan kincir angin yang bisa menciptakan topan
dan membuat kerusakan di sana sini.”
Jaejoong menyincingkan senyum di bibir tipisnya. “Kita
lihat saja besok.”
Jaejoong dan Myungsoo saling menatap tajam satu sama
lain.
-------
Baik tim Viceroy juga YOWL sama-sama melakukan gladi
bersih untuk penampilan mereka besok. Viceroy dan Red Venus telihat sempurna.
Hanbyul duduk di ranjang dan tersenyum sendiri sambil
mengetik sebuah SMS.
To
Fujiwara Ayumu: Lagu yang akan aku bawakan besok adalah lagu yang ingin aku
nyanyikan bersama mu, semoga kau suka. Selamat malam. Semoga mimpi indah ^_^
Hanbyul tersenyum dan menghela nafas lalu membaringkan
tubuhnya di ranjang. “Semoga kita kembali bertemu dalam mimpi malam ini. Good
night.” Hanbyul berusaha memejamkan mata.
Ai tersenyum membaca pesan singkat yang di kirim Hanbyul
untuknya. Ia kemudian kembali menatap seluruh sudut ruangan basecamp. Ai berdiri
di tengah-tengah basecamp yang telah kosong. Ai menghela nafas dan tersirat
kekhawtiran di wajahnya.
“Jiyoo, ayo kita pulang.” Panggil Minki.
“Hah... Oppa, aku benar-benar nervous. Kerja keras selama
dua bulan, besok adalah penentuannya.”
Minki tersenyum dan menghampiri Ai.. “Semua pasti akan
baik-baik saja, em? Sekarang ayo kita pulang. Kau harus banyak istirahat karena
besok kau akan sangat sibuk.”
Ai tersenyum dan menangguk. Keduanya kemudian pergi
meinggalkan basecamp.
***
Hwaseong Festival. Hari yang paling di tunggu sebagai
ouncak perayaan pun tiba. Ai dan Kibum berangkat pagi-pagi bersama Minki dan
Yongbae untuk mengantar bunga-bunga yang akan di jual stan kelas X-F. Mereka
terkejut ketika sampai karena Wooyoung sudah berada disana.
“Aku sengaja menginap. Aku khawatir akan ada yang merusak
stan kelas kita. Tidak sedikit orang yang membenci Nona.” Terang Wooyoung.
“Daebak! He’s a real bodyguard.” Puji Kibum.
“He’s my bodyguard,” Ai tersenyum pada Wooyoung. “Terima
kasih. Sebaiknya kau istirahat, ada Yongbae yang bisa membantu Kibum.”
“Jangan khawatir Nona, Paman Lee Moonsik banyak membantu
ku semalam hingga aku bisa tidur dengan cukup. Lagi pula, hari ini aku sangat
bersemangat.”
“Woa... sekolah ini benar-benar mewah... pasti
menyenangkan bisa menempuh pendidikan di sini,” Yongbae menggelengkan kepala.
“Semua sudah aku turunkan, kalian tinggal membawa masuk
sisanya. Jiyoo, ayo kita pergi.” Ajak Minki.
“Nona akan pergi?” tanya Wooyoung.
“Aku akan segera kembali.” Ai tersenyum dan pergi bersama
Minki.
-------
15 menit lagi gerbang akan di buka bagi siapa saja yang
ingin menghadiri Hwaseong Festival. Semua stan juga sudah siap dengan produk
masing-masing. Murid-murid dari sekolah lain juga mulai berkumpul di depan
gerbang Hwaseong Academy menunggu gerbang di buka. Festival tahunan ini tidak
pernah sepi pengunjung. Murid-murid sekolah lain selalu datang untuk mengikuti
festival. Murid Hwaseong Academy memang populer di kalangan pelajar SMA lain.
Mereka terkenal tampan dan cantik. Selain itu Hwaseong Festival juga merupakan
kesempatan bagi murid sekolah lain untuk bisa dengan mudah masuk dan
melihat-lihat sekolah yang terkenal mewah ini.
“Kenapa Kibum mondar-mandir seperti itu?” tuding Jaejin
pada Kibum. “Dia terlihat panik.”
“Ai belum kembali juga, sedang sebentar lagi bazar akan
di mulai,” jawab Minhyuk.
“Memangnya Ai pergi kemana?” tanya Jaejoong.
“Entahlah. Kibum tak menjawabnya.”
“Ai pergi ke rumah Bibinya.” Jawab Wonbin.
“Untuk apa dia pergi kesana?” gumam Jaejoong.
“Kibum! Kenapa kau mondar-mandir begini? Ai mana?” Hyuri
menghampiri Kibum.
“Kau jadi wartawan lagi?”
“Nee dan hari ini aku harus bekerja sendiri tanpa bantuan
kalian.”
“Tidak ada patner untuk mu?”
“Aku lebih nyaman sendiri.” Tatapan Hyuri kemudian
tertuju pada empat member Red Venus. “Woa~ mereka terlihat cantik dengan kostum
itu,” puji Hyuri sambil kemudian mengambil foto keempat member Red Venus.
“Mereka itu sempurna seperti dewi dari langit.”
“Ya, Kibum~aa! Ai belum kembali?” tanya Yoseob. “Belum
ada kabar darinya?”
“Belum.” Kibum lesu.
“Apa mungkin dia terjebak macet?” Sungjeong terlihat
cantik dalam balutan hanbok dengan riasan minimalis dan wig yang ia kenakan
membuat Hyuri ternganga kagum melihatnya.
“Kau, Lee Sungjeong??” tuding Hyuri.
“Nee.” Sungjeong tersenyum manis.
“Woa~!! Nomu yeppo!” Hyuri segera mengambil foto
Sungjeong.
“Fujiwara belum kembali?” Kyumin datang bergabung.
“Kau sudah mencoba menghubunginya?” sambung Chanhee.
“Apa mungkin terjadi sesuatu di jalan?” Hongki juga
panik.
Hyuri ada di antara pemuda-pemuda tampan ini. Ia tersenyum
lalu mengambil foto tim kelas X-F yang
sedang panik ini.
“Ya! Kenapa kau malah memotret kami?! Kau akan memuatnya
dalam majalah sekolah?” protes Hongki.
“Ini akan jadi cerita menarik. Kalian khawatir sekali.
Percayalah. Ai pasti kembali.” Jawab Hyuri santai sambil mengambil beberapa
foto tim kelas X-F lagi.
“Sepertinya terjadi sesuatu di stan kelas X-F,” kata
Sunghyun.
“Aku tidak melihat Fujiwara sejak aku datang.” Hanbyul
terus mengirim SMS pada Ai dan mencoba menelfonnya juga namun tak ada respon
sedikit pun. “Hah! Ada apa sebenarnya?”
Myungsoo ikut menatap stan kelas X-F usai mendengar
obrolan Sunghyun dan Hanbyul. Ia menemukan Hyuri di sana. “Ck! Dia benar-benar
terlihat tidak berguna. Memegang kamera hanya untuk mengambil foto-foto orang
panik itu,” gerutu Myungsoo lirih.
-------
Waktu semakin menjepit tim kelas X-F dan Ai belum juga
muncul. Hyuri masih bertahan di sana, ikut menunggu Ai.
Wooyoung dan Yongbae berada di antara murid-murid sekolah
lain yang mengantri untuk masuk di depan gerbang. 5 menit lagi gerbang akan di
buka namun Ai belum juga kembali.
Wooyoung makin di tambah pusing oleh SMS-SMS Kibum.
Mobil truk ‘Morning Glory Florist’ tiba menyita
perhatian. Wooyoung dan Yongbae segera menuju mobil itu. Pintu mobil terbuka
dan Ai membuka payung khas Jepang itu dan turun dari mobil. Ai menutup separuh
wajahnya dengan kipas dan memperhatikan kerumunan di depan gerbang yang hampir
seluruhnya menatap padanya. Wooyoung dan Yongbae segera mengawal Ai dan membawa
gadis itu masuk.
“Hah... dia seperti superstar saja,” Minki tersenyum dan
menggelengkan kepala melihatnya dari dalam mobil. “Jiyoo, berjuanglah. Aku
yakin, kau pasti bisa!”
Murid-murid Hwaseong Academy ribut memperhatikan Wooyoung
yang sedang mengawal seorang gadis dengan memakai kimono. Melihat Wooyoung,
mereka tahu jika gadis itu adalah Ai. Yang membuat mereka penasaran adalah,
mereka ingin melihat wajah Ai yang tertutup kipas.
“Oh! Itu Wooyoung!” tunjuk Chanhee pada Wooyoung yang
berjalan mendekat.
“Itu... Ai??” tanya Hyuri.
Semua menatap Wooyoung yang berhenti di stan kelas X-F.
Tim kelas X-F menatap Yongbae. “Annyeong. Kita bertemu lagi,” Yongbae tersenyum
manis. “Aku datang untuk membantu Nona Fujiwara.”
“Ya! Kau membuat ku hampir mati karena khawatir!” cela
Kibum pada Ai.
“Kenapa kau tutup wajah mu seperti itu?” tanya Hyuri.
“Kau malu??”
“Akhirnya kau kembali. Aku lihat Kibum sangat panik,”
Jaejoong datang bersama ketiga member YOWL yang lain.
Ai tak menggubrisnya dan segera masuk ke stan kelas X-F.
Ai memperhatikan sekitar yang rata-rata tatapan mereka tertuju pada stan
kelasnya. Ai tersenyum dan menurunkan kipasnya hingga seluruh wajahnya terlihat
jelas. Semua mata yang menatap ke arah stan kelas X-F di buat terpesona melihat
Ai hari ini. Ia terlihat cantik dalam balutan kimono dan riasan minimalis itu.
Hanbyul tersenyum bangga melihat Ai begitu juga Jinwoon. Ai yang terbiasa
tampil dengan riasan gothic itu, hari ini menanggalkan kesan seram dan
misterius yang telah melekat padanya.
Hyuri meminta bantuan Kibum agar mengambil fotonya
bersama Ai. Empat member YOWL juga foto bersama. Lalu Kibum, Wooyoung dan tim
kelas X-F. Lalu beberapa murid juga mengantri ingin berfoto bersama Ai termasuk
Stardust yang semakin membuat Red Venus geram. Jinwoon berdiri tepat di samping
Ai yang berada di tengah-tengah ke empat member Stardust. Ia terlihat sangat
senang dan sesekali melirik Ai.
Daehyun dan Taemin membubarkan antrian murid yang ingin
foto bersama Ai karena pintu gerbang sudah di buka. Daehyun dan Taemin kemudian
berfoto dengan Ai. Bahkan Daehyun berulang kali berfoto bersama Ai. Hal ini
membuat Hanbyul iri. Ingin sekali ia mendekat dan foto bersama Ai.
Pengunjung memasuki stan bazar. Mereka mulai mengunjungi
stan-stan bazar. Ai berdiri berdampingan dengan Sungjeong menyapa para
pengunjung yang mampir ke stan kelas X-F. Ai menyapa pengunjung dengan
menggunakan bahasa Jepang. Ia juga terlihat lebih banyak tersenyum dan sangat
ramah, berbeda dari kesehariannya. Hal ini membuat rekan satu timnya kagum. Ai
total memainkan perannya sebagai maskot kelas X-F. Stan kelas X-F ramai di
kunjungi. Mereka tidak hanya membeli bunga tapi juga minta berfoto bersama Ai
dan Sungjeong.
Hyuri sibuk mengawasi jalannya agenda pertama Hwaseong
Festival ini. Ia mengambil foto dan sesekali menulis sesuatu dalam note kecilnya.
Myungsoo terus memperhatikan Hyuri dari stan kelasnya. Ia berharap Hyuri
mendekati stanya. Tak lama kemudian Hyuri mendekati stan kelas Myungsoo. Ia
menyapa Hanbyul lalu mengambil beberapa foto. Myungsoo tersenyum sendiri
melihatnya walau Hyuri sedikit mengacuhkannya.
***
Stan bazar sudah agak sepi. Hyuri menyeret Ai keluar
untuk berkeliling melihat arena permainan tradisioanal. Kibum, Wooyoung dan
Yongbae mengikuti keduanya. Ai dan Hyuri terpesona melihat para gadis bermain
geunetagi (ayunan) dan tioban (jungkitan). Ai ingin mencoba namun ia kesulitan
karena memakai kimono. Di belakang Ai dan teman-temannya, berjalan Viceroy.
Entah di sadari atau tidak, Viceroy terkesan mengekor pada rombongan Ai.
Rombongan Ai berhenti di area panahan. Ai penasaran dan mencoba permainan ini.
Viceroy turut berhenti. Mereka khususnya Hanbyul memperhatikan Ai yang bersiap
memanah.
“Lihat! Dia seperti seorang Miko (pendeta wanita),”
tuding Kibum di setujui anggukan kepala Hyuri yang sudah siap dengan kameranya.
Ai menarik tali busur dan fokus pada papan panahan di
depan sana. Ai melepas pegangannya pada tali busur dan anak panah itu melesat.
Anak panah yang di lepas Ai menancap tepat di tengah-tengah lingkaran. Angka 10
poin untuk Ai. Ai pun girang karenanya. Sunghyun memberikan tepuk tangannya
begitu juga Minhwan, Jungshin dan Hanbyul. Geng Ai segera menatap heran pada
Viceroy. Mereka baru menyadari jika musuh bebuyutan YOWL itu berada di arena
yang sama. Kibum, Wooyoung dan Yongbae mencoba permainan panahan. Jungshin, Sunghyun
dan Minhwan pun sama. Mereka bermain bersama. Hanya anak panah Wooyoung dan
Jungshin yang tepat sasaran, 10 poin senada dengan Ai.
Minhyuk yang berada di pinggir arena ssireum melambaikan
tangan pada Ai. Ai dan teman-temannya segera bergabung. Viceroy juga sampai di
arena ssireum. Tak lama kemudian Stardust juga Red Venus juga berhenti di arena
ini. melihat YOWL dan Viceroy, Park Shihoo selaku hakim dalam arena ssireum ini
menantang member YOWL dan Viceroy untuk maju bermain ssireum. Penonton antusias
menyambutnya. Melihat antusiasme penonton, Minhyuk pun maju ke dalam arena.
Shihoo memanggil perwakilan Viceroy dan Jungshin maju. Pertandingan pertama
YOWL vs Viceroy di wakili Minhyuk vs Jungshin.
Minhyuk memenangkan pertandingan awal. Berikutnya Jaejin maju dan
Byunghun pun maju. Walau di dalam YOWL Jaejin terlihat paling lemah, hari ini
ia menunjukan jika ia kuat. Jaejin berhasil mengalahkan Byunghun. Kubu
pendukung YOWL makin antusias karena dua kali pertandingan di menangkan YOWL.
Pertandingan ketiga, Jaejin vs Minhwan. Kali ini Minhwan gantian unjuk
kekuatan. Ia mencetak satu poin kemenangan untuk Viceroy dengan berhasil
menjatuhkan Jaejin. Pertandingan berikutnya Jaejoong maju. Myungsoo maju untuk
melawan Jaejoong. Keduanya cukup kuat hingga membutuhkan waktu yang agak lama.
Akhirnya Jaejoong berhasil menjatuhkan Myungsoo.
Jaejoong bertahan di tengah arena dan Hanbyul masuk
arena. Ai menatap keduanya dan tetap terlihat datar. Jaejoong beradu pandang
dengan Hanbyul. Shihoo meminta keduanya untuk bersiap. Pertandingan di mulai.
Pertahanan Jaejoong sangat kuat, Hanbyul di buat kualahan dan berulang kali
hampir di jatuhkan namun masih bisa bertahan.
“Dengar, aku menyukai Fujiwara Ayumu dan aku telah
mendapatkannya,” bisik Hanbyul.
Member YOWL dan para pendukungnya terkejut. Hanbyul
berhasil mengalahkan Jaejoong. Jaejoong terkapar di arena dan Hanbyul
mengulurkan tangan padanya. Hanbyul membantu Jaejoong bangkit lalu keduanya
berpelukan.
“Apa yang aku katakan benar adanya,” bisik Hanbyul. “Aku
telah mengalahkan mu, Kim Jaejoong.”
“Kau belum sepenuhnya menang, Jang Hanbyul.”
“Aku yakin, aku pasti akan mendapatkan Fujiwara.”
“Kita lihat saja,” Jaejoong melepas pelukannya.
-------TBC--------
matur suwun
.shytUrtle_yUi.
0 comments